Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167108 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jan Halmaher Amili
"Latar belakang: Kanker ovarium menyumbang 152.000 kematian di seluruh dunia
setiap tahun. Apendik merupakan organ intraperitoneal yang rentan terhadap
metastasis oleh kanker epitel ovarium. Penentuan keterlibatan apendik merupakan
salah satu penentu surgical staging. Surgical staging yang optimal merupakan
sebuah kunci untuk tatalaksana setelah operasi serta memperoleh prognosis yang
baik, serta peningkatan respon tatalaksana kemoterapi. Oleh karena itu, penelitian
ini dilakukan untuk melihat keterlibatan apendiks pada pasien-pasien dengan
kanker epitel ovarium di RSCM yang menjalani pembedahan primer.
Tujuan: Mengetahui prevalensi metastasis kanker epitelial ovarium ke apendiks
yang dilakukan pembedahan primer di RSCM
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang menggunakan data rekam
medis pasien kanker ovarium epitelial yang menjalani pembedahan primer dan
apendiktomi pada bulan juli 2009-juli 2019 di RSCM Jakarta yang memenuhi
kriteria inklusi, dan dilakukan pengambilan data secara acak
Hasil: Didapatkan 80 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Dari 80 subjek penelitian, dengan rerata usia 48 tahun. Sebanyak 43
subjek (53,8%) sebagai stadium I, 7 subjek (8,8%) sebagai stadium II, 30 subjek
(37,5%) stadium III, dan tidak terdapat stadium IV (0%). Dari 80 subjek yang
menjalani apendiktomi, didapatkan 8 subjek (10%) anak sebar ke apendiks, 19
subjek (23,8 %) apendisitis kronis, 53 subjek (66,3%) tidak terdapat anak sebar.
Dari 8 subjek yang terdapat anak sebar ke apendik dengan temuan histologi 4
musinosum, 2 serosum, 2 endometroid. Sebanyak enam dari delapan subjek
terdiagnosis pada stadium klinis stadium III dan dua lainnya pada stadium klinis
satu. Dua subjek yang terdiagnosis dari stadium klinis satu memiliki temuan
histologi musinosum.
Kesimpulan: Terdapat 10 persen pasien kanker epitelial ovarium yang dilakukan
pembedahan primer di RSCM memiliki metastasis ke apendiks yang terbagi atas
jenis musinosum, serosum, dan endometrioid. Oleh karena itu, apendektomi dapat
dipertimbangkan dilakukan pada pembedahan baik stadium awal maupun stadium
lanjut.

Background: Around 152,000 women were death every year because of ovarian
cancer. Appendix is an intraperitoneal organ which prone to ovarian epithelial
cancer metastasis. Appendix involvement is one of surgical staging scoring.
Optimal surgical staging is one of key point to determine post operation treatment,
accurate prognosis, and better chemotherapy response. This research was done to
see appendix involvement from primary surgery in ovarian epithelial cancer at
RSCM
Aim: To determine prevalence of metastasis to the appendix from primary surgery
in ovarian epithelial cancer at RSCM
Method: This cross sectional study used ovarian epithelial cancer patient medical
record which primary surgery and appendectomy were conducted on July 2009-July 2019 at RSCM. Inclusion and exclusion criteria were counted and consecutive
random sampling were used.
Result: Eighty subjects which were taken from inclusion and exclusion criteria has
average age on 48 years old. Out of 80, 43 subjects (53.8%) were defined as stadium
I patient, 7 subjects (8.8%) as stadium II, 30 subjects (37.5%) as stadium III, and
none of them as stadium IV. Appendectomy were done and eight subjects (10%)
has metastasis to the appendix. On the other hand, 19 subjects (23.8%) have chronic
appendicitis and 53 subjects (66.3%) doesnt have metastasis to the appendix. From
eight subjects which has appendix involvement, four were defined have mucinous
histology, two serous, and two endometrioid. Six out of eight were diagnosed at
clinical stadium III and two were diagnosed at stadium I. These two stadium I
subjects has mucinous histology.
Conclusion: There are 10 percent appendix metastases from primary surgery in
ovarian epithelial cancer at RSCM which consist of mucinous, serous, and
endometrioid histological types. Based on this research, appendectomy can be
considered done on surgery whether in early or late stadium."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jan Halmaher Amili
"Latar belakang: Kanker ovarium menyumbang 152.000 kematian di seluruh dunia setiap tahun. Apendik merupakan organ intraperitoneal yang rentan terhadap metastasis oleh kanker epitel ovarium. Penentuan keterlibatan apendik merupakan salah satu penentu surgical staging. Surgical staging yang optimal merupakan sebuah kunci untuk tatalaksana setelah operasi serta memperoleh prognosis yang baik, serta peningkatan respon tatalaksana kemoterapi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat keterlibatan apendiks pada pasien-pasien dengan kanker epitel ovarium di RSCM yang menjalani pembedahan primer.
Tujuan: Mengetahui prevalensi metastasis kanker epitelial ovarium ke apendiks yang dilakukan pembedahan primer di RSCM
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang menggunakan data rekam medis pasien kanker ovarium epitelial yang menjalani pembedahan primer dan apendiktomi pada bulan juli 2009-juli 2019 di RSCM Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi, dan dilakukan pengambilan data secara acak
Hasil: Didapatkan 80 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dari 80 subjek penelitian, dengan rerata usia 48 tahun. Sebanyak 43 subjek (53,8%) sebagai stadium I, 7 subjek (8,8%) sebagai stadium II, 30 subjek (37,5%) stadium III, dan tidak terdapat stadium IV (0%). Dari 80 subjek yang menjalani apendiktomi, didapatkan 8 subjek (10%) anak sebar ke apendiks, 19 subjek (23,8 %) apendisitis kronis, 53 subjek (66,3%) tidak terdapat anak sebar. Dari 8 subjek yang terdapat anak sebar ke apendik dengan temuan histologi 4 musinosum, 2 serosum, 2 endometroid. Sebanyak enam dari delapan subjek terdiagnosis pada stadium klinis stadium III dan dua lainnya pada stadium klinis satu. Dua subjek yang terdiagnosis dari stadium klinis satu memiliki temuan histologi musinosum.
Kesimpulan: Terdapat 10 persen pasien kanker epitelial ovarium yang dilakukan pembedahan primer di RSCM memiliki metastasis ke apendiks yang terbagi atas jenis musinosum, serosum, dan endometrioid. Oleh karena itu, apendektomi dapat dipertimbangkan dilakukan pada pembedahan baik stadium awal maupun stadium lanjut.

Background: Around 152,000 women were death every year because of ovarian cancer. Appendix is an intraperitoneal organ which prone to ovarian epithelial cancer metastasis. Appendix involvement is one of surgical staging scoring. Optimal surgical staging is one of key point to determine post operation treatment, accurate prognosis, and better chemotherapy response. This research was done to see appendix involvement from primary surgery in ovarian epithelial cancer at RSCM Aim: To determine prevalence of metastasis to the appendix from primary surgery in ovarian epithelial cancer at RSCM Method: This cross sectional study used ovarian epithelial cancer patient medical record which primary surgery and appendectomy were conducted on July 2009-July 2019 at RSCM. Inclusion and exclusion criteria were counted and consecutive random sampling were used. Result: Eighty subjects which were taken from inclusion and exclusion criteria has average age on 48 years old. Out of 80, 43 subjects (53.8%) were defined as stadium I patient, 7 subjects (8.8%) as stadium II, 30 subjects (37.5%) as stadium III, and none of them as stadium IV. Appendectomy were done and eight subjects (10%) has metastasis to the appendix. On the other hand, 19 subjects (23.8%) have chronic appendicitis and 53 subjects (66.3%) doesn't have metastasis to the appendix. From eight subjects which has appendix involvement, four were defined have mucinous histology, two serous, and two endometrioid. Six out of eight were diagnosed at clinical stadium III and two were diagnosed at stadium I. These two stadium I subjects has mucinous histology. Conclusion: There are 10 percent appendix metastases from primary surgery in ovarian epithelial cancer at RSCM which consist of mucinous, serous, and endometrioid histological types. Based on this research, appendectomy can be considered done on surgery whether in early or late stadium."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Johan Ricardo
"Latar Belakang: Kanker ovarium epitelial merupakan jenis keganasan ovarium yang paling sering ditemukan dan bersifat agresif. Upaya melakukan deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan ginekologi, dikombinasi dengan pemeriksaan ultrasonografi, advanced imaging (CT-Scan, MRI) dan pemeriksaan kadar serum CA-125, namun untuk menentukan diagnosis pasti diperlukan pemeriksaan histopatologi. Tujuan: Membandingkan temuan metastasis kelenjar getah bening pada advanced imaging (CT-Scan, MRI) dengan histopatologi pada kasus kanker ovarium epitelial.dan menentukan rentang waktu antara dilakukkan advanced imaging dengan tindakan operasi. Metode: Penelitian ini bersifat kohort retrospektif. Sampel penelitian adalah pasien dengan riwayat kanker ovarium epitelial stadium awal yang sudah dilakukan limfadenektomi di RSCM pada tahun 2017-2022 dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data melalui data sekunder. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Mc Nemar atau Kappa. Hasil: Dari karakteristik didapatkan usia rata-rata 48 tahun, paling banyak dengan jenis clear cell carcinoma (36.7%), dan ditemukan paling banyak pada ovarium kanan (43.3%). Hasil advanced imaging tidak memiliki nilai kesepakatan yang berarti dengan hasil histopatologi (Kappa value -0.01, p >0.05). Hasil paling banyak ditemukan metastasis di pelvis kiri. Rentang waktu dilakukannya operasi setelah pemeriksaan advanced imaging, paling banyak dalam waktu kurang dari 3 bulan (50.0%). Kesimpulan: Semakin cepat waktu dilakukan tindakan operasi semakin tinggi survival rate. Tidak ada hubungan yang signifikan antara ditemukannya limfadenopati pada advanced imaging dan histopatologi.

Background: Epithelial ovarian cancer is the most common and aggressive type of ovarian malignancy. Efforts aimed at early detection are gynecological examination, combined with ultrasound examination, advanced imaging (CT-Scan, MRI) and CA-125 levels, but to determine a definite diagnosis a histopathological examination is needed. Objective: To compare the findings of lymph node metastases on advanced imaging (CT-Scan, MRI) with histopathology in cases of epithelial ovarian cancer. And to determine the time interval between advanced imaging and surgery. Methods: This study used a retrospective cohort. The sample of the study was patients with a history of early-stage epithelial ovarian cancer who had undergone lymphadenectomy at RSCM in 2017-2022 by consecutive sampling technique. Data collection through secondary data. Data were analyzed univariately and bivariately with the Mc Nemar or Kappa test. Results: The features revealed that the average age was 48 years, that clear cell carcinoma was the most prevalent form (36.7%), and that it was most frequently discovered in the right ovary (43.3%). According to the study's findings, there was no significant correlation between the outcomes of advanced imaging and those of histopathology (Kappa value: -0.01, p >0.05). The results showed that most metastases were found in the left pelvis. This study evaluated the length of surgery following enhanced imaging test revealed that 50% of patients underwent surgery in less than three months on average. Conclusion: The difference between preoperative and intraoperative findings will be minimized if surgery is conducted early. There was no significant correlation between lymphadenopathy findings on advanced imaging and histopathology."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adithya Welladatika
"Latar Belakang: Kanker ovarium merupakan kanker kedelapan tersering, terhitung hampir 4% dari semua kanker pada perempuan di dunia. Kanker ovarium memiliki prognosis yang buruk dan angka kematian tertinggi. Setiap tahunnya terdapat 225.000 perempuan yang terdiagnosis kanker ovarium dan 140.000 perempuan meninggal disebabkan oleh penyakit ini. Berdasarkan jumlah tersebut, 90% kasus merupakan kanker ovarium epitelial. Bila berdasarkan stadium, lebih banyak pasien datang terdiagnosis dengan kanker ovarium stadium lanjut dibandingkan dengan stadium dini. Hal ini dikarenakan kanker ovarium bersifat asimtomatik, onset gejala yang terlambat dan belum adanya skrining yang terbukti efektif untuk kanker ovarium. Tujuan utama pengobatan kanker stadium lanjut adalah memperpanjang waktu untuk bertahan hidup dengan kualitas hidup yang baik dan tata laksana standarnya adalah operasi sitoreduksi. Di RSCM, evaluasi kesintasan dari pasien kanker ovarium epitelial stadium lanjut yang menjalani operasi sitoreduksi belum dianalisis.
Tujuan: Mengetahui kesintasan pasien kanker ovarium stadium lanjut yang menjalani operasi sitoreduksi di RSCM dan juga mengetahui kesintasannya berdasarkan hasil histopatologi dan pemberian kemoterapi ajuvan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dengan menggunakan data dari rekam medis. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling. Subjek penelitian adalah semua pasien kanker ovarium epitelial stadium lanjut yang menjalani operasi sitoreduksi pada bulan Januari 2013-Januari 2015 di RSCM.
Hasil: Dari 48 subjek yang diteliti, didapatkan sebanyak 23 (48%) subjek menjalani operasi sitoreduksi optimal dan 25 (52%) subjek menjalani operasi sitoreduksi suboptimal. Didapatkan kesintasan 5 tahun pada pasien yang menjalani operasi sitoreduksi optimal sebesar 43,5%, sedangkan untuk sitoreduksi suboptimal sebesar 32%. Pada pasien yang menjalani operasi sitoreduksi optimal, yang diberikan kemoterapi ajuvan didapatkan kesintasan 5 tahun sebesar 40%, sedangkan pada pasien yang tidak diberikan sebesar 46,2%. Pada pasien yang menjalani operasi sitoreduksi suboptimal, yang diberikan kemoterapi ajuvan didapatkan kesintasan 5 tahun sebesar 40%, sedangkan pada pasien yang tidak diberikan sebesar 20%. Pada pasien dengan hasil histopatologi seromusinosum didapatkan kesintasan 5 tahun sebesar 100%, sedangkan untuk serosa, musinosa, endometrioid dan sel jernih berturut-turut sebesar 50%, 33,3%, 25%, dan 21,4%.
Kesimpulan: Operasi sitoreduksi optimal memiliki kesintasan 5 tahun yang lebih baik dibandingkan dengan operasi sitoreduksi suboptimal. Operasi sitoreduksi suboptimal dan tidak dilanjutkan dengan pemberian kemoterapi ajuvan memiliki kesintasan yang buruk. Jenis histopatologi seromusinosum memiliki kesintasan yang lebih baik dibandingkan dengan jenis serosum, musinosum, endometrioid dan sel jernih.

Background: Ovarian cancer is the eighth most common cancer, almost 4% of all cancers in women in the world. Ovarian cancer has a poor prognosis and the highest mortality rate. Every year 225,000 women are diagnosed with ovarian cancer and 140,000 women die from this disease. Based on this number, 90% of cases are epithelial ovarian cancer. Based on stadium, more patients diagnosed with advanced-stage ovarian cancer compared with early stage, because ovarian cancer is asymptomatic, delayed onset and there is no screening that has proven effective for ovarian cancer. The standard management for advanced stage ovarian cancer is debulking surgery. At RSCM, evaluation of survival of advanced stage epithelial ovarian cancer patients who were performed debulking surgery has not been analyzed.
Objective: Knowing the survival of patients with advanced-stage ovarian cancer who underwent debulking surgery at RSCM and also knowing their survival based on histopathological results and adjuvant chemotherapy.
Methods: This was a retrospective cohort study using data from medical records. Sampling was done by consecutive sampling. The subjects of this study were all patients with advanced-stage epithelial ovarian cancer patients who were performed debulking surgery in January 2013-January 2015 at RSCM.
Results: From the 48 subjects, 23 (48%) subjects were performed optimal debulking surgery and 25 (52%) subjects were performed suboptimal debulking surgery. Overall survival in patients undergoing optimal debulking surgery is 43.5% with a median survival rate of 39 months, while for suboptimal debulking surgery is 32% with a median survival rate of 29 months. In patients who underwent optimal cytoreduction surgery, those given adjuvant chemotherapy obtained a overall survival is 40%, whereas in patients who were not given is 46.2%. In patients who underwent suboptimal cytoreduction surgery, those who were given adjuvant chemotherapy found a overall survival rate of 40%, whereas in patients who were not given is 20%. In patients with histopathological results seromucinous obtained 5-year survival by 100%, while for serous, mucous, endometrioid and clear cells simultaneously were 50%, 33.3%, 25%, and 21.4%.
Conclusion: Optimal debulking surgery has a better 5-year survival compared to suboptimal debulking surgery. Suboptimal cytoreduction surgery and not followed by adjuvant chemotherapy has poor survival. The histopathological type of seromucinous has better survival compared with the types of serous, mucinous, endometrioid and clear cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febian Nathania
"Latar Belakang: Omentum merupakan tempat metastasis yang paling sering pada kanker ovarium jenis epitel. Selain sebagai tempat metastasis utama, omentum memiliki  peran imunologi. Omentum memiliki kemampuan mengkolonisasi penyebaran sel kanker dengan terbentuknya omental caking. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor klinikopatologi dengan metastasis di omentum pada kanker ovarium jenis epitel. Metode: Penelitian dilakukan dengan desain penelitian potong lintang. Populasi penelitian adalah pasien dengan kanker ovarium jenis epitel yang dilakukan pembedahan di RS Cipto Mangunkusumo antara tanggal 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2017. Hasil : Terdapat hubungan antara tipe serosa dan tipe musinosa, nodul omental, dan CA 125 dengan metastasis pada omentum (OR 1,7, IK 95% 24,1-47,7; p = 0,002, OR 14,5, IK 95% 2,5-82,2; p = 0,002, OR 61, IK 95% 11,4-324,8; p <0,01, dan OR 3,5, IK 95% 1,2-9,7; p = 0,013). Analisis multivariat menunjukkan hubungan yang signifikan antara jenis musinosa dengan metastasis di omentum (aOR 9.71, IK 95% 1.11-84.89; p = 0,04) dan antara nodul omentum dan metastasis di omentum (aOR 40.92, IK 95% 6.64-251.96; p <0,01). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara metastasis di omentum pada kanker ovarium epitel dengan tipe histologi musinosa dan nodul pada omentum.
Background: Aside from being a major metastatic site in epithelial type ovarian cancer, omentum has an immunological role. Omentum has the ability to colonize the spread of cancer cells by forming omental caking. This study aims to determine the relationship between clinicopathology factors with metastasis in omentum in epithelial type ovarian cancer. Methods: The study used cross-sectional study design. Subjects were patients diagnosed with epithelial type ovarian cancer who underwent surgery at Cipto Mangunkusumo Hospital between January 2010 and December 2017. Result: There was an association between serous as well as mucinous type, omental nodules, and between CA 125 and metastasis in omentum (OR 1.7, CI 95% 24.1-47.7; p = 0.002, OR 14.5, CI 95% 2.5-82.2; p = 0.002, OR 61, CI 95% 11.4-324.8; p <0.01, and OR 3.5, CI 95% 1.2-9.7; p = 0.013). Multivariate analysis demonstrated a significant association between mucinous types with metastases in the omentum (aOR 9.71, CI 95% 1.11-84.89; p = 0.04) and between the omental nodules and metastases in the omentum (aOR 40.92, CI 95% 6.64-251.96 ; p <0.01). Conclusion: There is a relationship between metastasis in the omentum in epithelial ovarian cancer with mucinous histology type and nodules in the omentum."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loho, Ditha Adriana
"Latar Belakang: Kanker ovarium merupakan kanker yang menduduki peringkat kedelapan untuk angka kejadian dan peringkat ketujuh untuk mortalitas pada perempuan di seluruh dunia. Mayoritas pasien akan mengalami rekurensi, terutama pada tiga tahun pertama setelah terapi. Terdapat beragam faktor prognostik klinikopatologis yang mempengaruhi luaran dan rekurensi kanker ovarium, namun hasil penelitian yang telah ada menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai pengaruh faktor-faktor tersebut.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mempelajari kejadian rekurensi 3 tahun pasien kanker ovarium epitelial di RSCM dan faktor klinikopatologis yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif pada 102 pasien yang menjalani terapi untuk kanker ovarium epitelial di RSCM. Dilakukan pemantauan hingga 3 tahun pasca terapi atau hingga terjadi rekurensi yang didapatkan secara klinis atau radiologis. Dilakukan analisis kesintasan terhadap faktor klinikopatologis yaitu usia, stadium, keberhasilan sitoreduksi, sitologi asites, histopatologi, derajat diferensiasi dan keterlibatan KGB. Faktor yang didapatkan memiliki hubungan bermakna dengan kejadian rekurensi kemudian dianalisis dengan metode regresi Cox.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan bahwa rekurensi kanker ovarium epitelial di RSCM pada 1 tahun adalah 17,7%, pada 2 tahun adalah 30,6%, dan pada 3 tahun adalah 36,3%. Median waktu hingga rekurensi adalah 94 minggu. Analisis kesintasan menunjukkan bahwa usia, histopatologi dan derajat diferensiasi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian rekurensi 3 tahun. Di sisi lain, didapatkan bahwa stadium berdasarkan FIGO, keberhasilan operasi sitoreduksi, sitologi asites dan keterlibatan KGB memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian rekurensi 3 tahun. Setelah dilakukan analisis multivariat, keterlibatan KGB ditemukan sebagai faktor prognostik terhadap kejadian rekurensi 3 tahun pada kanker ovarium epitelial dengan hazard ratio 3,066 (IK 95% 1,186-7,923).
Kesimpulan: Angka kejadian rekurensi 3 tahun untuk kanker ovarium epitelial adalah 36,3%. Faktor klinikopatologis yang mempengaruhi rekurensi adalah stadium, keberhasilan operasi sitoreduksi, sitologi asites, dan keterlibatan KGB.

Background: Ovarian cancer is a cancer that ranks eighth for the incidence and ranks seventh for mortality in women around the world. The majority of patients will experience recurrence, especially in the first three years after therapy. There are a variety of clinopathologic prognostic factors that influence the outcome and recurrence of ovarian cancer, but the results of existing studies show inconsistent results regarding the influence of these factors.
Objective: The purpose of this study was to study the 3-year recurrence rate of epithelial ovarian cancer patients in Cipto Mangunkusumo Hospital and the influencing clinicopathologic factors.
Methods: This study was a retrospective cohort study of 102 patients undergoing treatment for epithelial ovarian cancer in the RSCM. Monitoring is carried out up to 3 years after therapy or until recurrences are obtained clinically or radiologically. Survival analysis of the clinicopathologic factors including age, stage, success of cytoreduction, ascites cytology, histopathology, degree of differentiation and involvement of lymph node was performed. The factors which were found to have a significant relationship with the recurrence event were then analyzed using the Cox regression method.
Results: In this study it was found that the recurrence of epithelial ovarian cancer in the RSCM at 1 year was 17.7%, at 2 years was 30.6%, and at 3 years was 36.3%. The median time to recurrence is 94 weeks. Survival analysis showed that age, histopathology and degree of differentiation did not have a significant relationship with the incidence of recurrence at 3 years. Conversely, it was found that stage based on FIGO, successful cytoreductive surgery, ascites cytology and lymph node involvement had a significant relationship with the incidence of recurrence at 3 years. After multivariate analysis, lymph node involvement was found as a prognostic factor for the incidence of 3-year recurrence in epithelial ovarian cancer with a hazard ratio of 3.066 (95% CI 1.186-7.923).
Conclusion: The 3-year recurrence rate for epithelial ovarian cancer is 36.3%. Clinicopathologic factors that influence recurrence are stage, success of cytoreductive surgery, ascites cytology, and lymph node involvement.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Mulya Sari
"Latar Belakang : Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok kanker ginekologik dengan angka kekambuhan dua tahun sebesar 50%.
Tujuan: mengetahui faktor yang berperan pada kekambuhan kanker ovarium.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan teknik analisis kesintasan untuk melihat peran faktor ekspresi Human Epidermal Receptor (HER-2), residu tumor post operasi, jenis subtipe sel kanker dan tingkat diferensiasi sel kanker terhadap kekambuhan kanker ovarium epitelial. Analisis bivariat menggunakan metode log rank test digunakan untuk menilai hubungan antara 2 variabel.
Hasil Penelitian : Sebanyak 65 pasien kanker ovarium epitelial (tahun 1998-2012) yang telah remisi diamati selama 24 bulan. Terlihat bahwa median usia 50 tahun dengan proporsi kekambuhan sebesar 36,9% pasien dan mean waktu kekambuhan pertama 19,15 bulan. Volume residu tumor post operasi berukuran lebih dari 1 cm meningkatkan Rasio Hazard kekambuhan dua tahun pasien kanker ovarium epitelial, nilai p: 0,02 dan HR 3,31 (IK95% 1,46-7,49) sementara jenis subtipe histologi dan tingkat diferensiasi sel kanker tidak berhubungan dengan terjadinya kekambuhan ini. Satu dari 38 pasien memperlihatkan adanya cytoplasmic staining pada pemeriksaan ekspresi HER-2 dengan metode imunohistokimia.
Simpulan : Volume residu tumor post operasi yang berukuran lebih dari 1 cm meningkatkan Rasio Hazard kekambuhan dua tahun pasien kanker ovarium epitelial, sementara jenis subtipe histologi dan tingkat diferensiasi sel kanker tidak berperan pada kekambuhan ini. Pada pemeriksaan ekspresi HER-2, menggunakan teknik imunohistokimia dilaporkan 1 sampel memperlihatkan cytoplasmic staining.

Background : Ovarian cancer was the leading cause of death in gynecologic cancer which had the two years recurrency rate of 50%.
Aim : to know factors that influenced on epithelial ovarian cancer recurrency.
Methods : We used retrospective cohort design with survival analysis technique for this study to examine the role of HER-2 expression, residual tumor post operation, cancer cell histological subtype and cancer cell grading on epithelial ovarian cancer recurrency. Bivariate analyze using log rank test methods were done to examine significance between two variables.
Results : Sixty-five epithelial ovarian cancer patient (1998-2012) who had achieved remission were observed for 24 months. We reported median age of 50 years with recurrency rate of 36.9% and mean time of recurrency was 19,15 months. Volume of post surgery residual tumor more than 1 cm increase Hazard Ratio of two years recurrency of epithelial ovarian cancer, p value 0.02 and HR of 3.31 (95% CI 1.46-7.49) but histology subtype and cancer cell grading did not influence the recurrency. One of 38 patients showed cytoplasmic staining in HER-2 expression examination by imunohistochemistry methods.
Conclusion : Volume of post surgery residual tumor more than 1 cm increase Hazard Ratio of two years recurrency of epithelial ovarian cancer while histology subtype and cancer cell grading did not influence the recurrency. One sample showed cytoplasmic staining on HER-2 examination by imunohistochemistry methods.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Risfiandi
"ABSTRAK
TUJUAN : Mengetahui insiden metastasis kanker ovarium epitelial yang dilakukan pembedahan primer pada kelenjar getah bening pelvik, paraaorta dan pelvik/paraaorta di RSCM periode Januari 2009 Desember 2015. LATAR BELAKANG : Tatalaksana mengenai limfedenektomi pada kanker ovarium masih merupakan kontroversi. Adanya kekurangan data penelitian prosfektif ataupun RCT tentang patologi antomi merupakan penyebab kontroversi tatalaksana limfedentomi. Namun sampai saat ini sejak 1998 FIGO mengatakan bahwa limfedenektomi pelvik dan paraaorta merupakaan bagian terintegrasi yang tidak dapat dipisahkan pada surgical staging kanker ovarium. Namun penelitian mengenai limfedenektomi masih terbatas, sampai saat belum menemukan adanya publikasi penelitian insiden metastasis kanker ovarium epitelial pada kelenjar getah bening di RSCM. METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang, data diambil dari rekam medis, dari data kanker register didapatkan 1584 daftar rekam medik, namun didapatkan 401 pasien kanker ovarium, dan 306 yang ekslusi, didapatkan 55 data yang masuk kriteria inklusi. HASIL Dari 55 sampel yang dilakukan pembedahan primer pada kanker ovarium tipe epitel. Penyebaran kelenjar getah bening pada kanker epitel ovarium yang dilakukan pembedahan primer pada KGB paraaorta adalah 20 , pelvik 9.1 dan pelvik/paraaorta 23,6 . KESIMPULAN : 1. Insiden metastasis KGB kanker epitel ovarium pada paraaorta sebanyak 20 , pelvik 9,1 dan pada pelvik/paraaorta 23,6 di RSCM dari tahun 2009-2015.. 2. Semakin tinggi stadium, maka semakin tinggi keterlibatan KGB pelvik dan paraaorta . 3. Pada subtipe serosum lebih banyak menyebabkan keterlibatan pada KGB pelvik dan paraaorta . 4. Semakin buruk derajat differensiasinya, maka semakin tinggi keterlibatan pada KGB paraaorta . 5. Pada stadium I subtipe musinosum derajat difensiasi baik dengan keterlibatan pada KGB yang minimal sehingga dapat lebih selektif dalam mempertimbangkan risk dan benefit dari limfedenektomi

ABSTRACT
AIM To evaluate the incidence of pelvic and paraaortic lymph node metastasis of epithelial ovarian cancer underwent primary surgery in Cipto Mangunkusumo Hospital from Januari 2009 to December 2015. BACKGROUND The definitive objective of lymphadenectomy in ovarian cancer is still controversial due to the lack of prospective research or randomized controlled trial. Since 1998, FIGO has stated that pelvic and paraaorta lymphadenectomy are part of ovarian cancer surgical staging. But, there is still limited research and still not published the incidence of pelvic and paraaortic lymph node metastasis of epithelial ovarian cancer underwent primary surgery in Cipto Mangunkusumo Hospital. METHODS This research is cross sectional from medical records, the INASGO cancer registry. A hundred fifty four medical records were included but we found only 401 ovarian cancer, 306 data were excluded and 55 data were included. RESULTS From 55 epithelial ovarian cancer patients underwent the primary surgery, there are 20 metastasis to paraortic lymph node, 9,1 metastasis to pelvic lymph node, and 23,6 metastasis to both. CONCLUSION 1. Lymph node metastases incident of ovarian epithelial cancer in paraorta amounts 20 , pelvic 9.1 and pelvic or paraortic 23.6 2. Higher the stadium, the lymph node involvements will be higher as well pelvic and paraortic 3. In serous subtype, there is more incidents of lymph node involvements pelvic and paraaortic 4. If the differentiation type is worse, there will be higher rate of pelvic and paraaortic lymph node involvement. 5. In stadium 1 of mucinous subtype with well differentation has minimal lymph node involvement so we can be more selective in considering the risk and benefit of lymphadenectomy. The suggestion is the advanced research needs to be done prospectively by increase the number of samples for finding the metastatic factors to lymph node more accurately. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amal Hayati
"Latar Belakang: Karsinoma ovarium merupakan tumor ganas ginekologik yang paling mematikan. Metastasis kelenjar getah bening ditemukan pada 78% kasus stadium lanjut yang dilakukan sampling atau diseksi kelenjar getah bening. Metastasis ini juga ditemukan pada kasus yang secara klinis sesuai dengan stadium I dan II. Faktor risiko terjadinya metastasis kelenjar getah bening pada karsinoma ovarium meliputi tipe histologik serosum, tumor high grade, dan kadar CA125 serum yang tinggi pada saat diagnosis. Pemeriksaan ulang kelenjar getah bening negatif pada kasus keganasan ginekologik lain menunjukkan adanya mikrometastasis hingga 8%- 14%.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui insidensi occult metastasis, baik berupa mikrometastasis maupun isolated tumor cells, pada kelenjar getah bening negatif dengan menggunakan pulasan imunohistokimia sitokeratin AE1/AE3 pada karsinoma ovarium dengan berbagai tipe histologik.
Metode: Penelitian retrospektif dengan desain potong lintang pada sediaan kelenjar getah bening negatif dari operasi histerosalpingoovorektomi disertai limfadenektomi kasus karsinoma ovarium di RSCM periode Januari 2016 sampai Desember 2020. Pada seluruh blok parafin berisi kelenjar getah bening negatif berukuran >1 cm dilakukan potong dalam dua kali untuk masing-masing dipulas hematoksilin-eosin dan imunohistokimia sitokeratin AE1/AE3. Data imunoekspresi AE1/AE3 dianalisis untuk menentukan mikrometastasis/isolated tumor cells, dan mengetahui hubungannya dengan tipe histologik serosum.
Hasil: Dari 57 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan rerata usia 49,5 tahun. Tipe histopatologik terbanyak (40,3%) adalah karsinoma sel jernih, 66,7% kasus memiliki tumor high grade, dan 57,9% kasus terdiagnosis pada stadium dini. Occult metastasis didapatkan pada 1 (1,75%) kasus dari seluruh sampel. Tidak ditemukan perbedaan kejadian occult metastasis pada kelompok karsinoma serosum dan non-serosum (p=1).
Kesimpulan: Insidensi occult metastasis kelenjar getah bening sebesar 1,75% dari seluruh kasus karsinoma ovarium dalam penelitian ini. Tidak ditemukan perbedaan kejadian occult metastasis pada kelompok karsinoma serosum dan non-serosum.

Background: Ovarian carcinoma is the most lethal gynecologic malignant tumor. Lymph node metastases were found in 78% of advanced stage cases that underwent lymph node dissection. These metastases were also found in cases with clinical stage I and II. Risk factors for lymph node metastasis in ovarian carcinoma include serous histologic type, high grade tumor, and high serum CA125 level at diagnosis. Reexamination of negative lymph nodes in cases of other gynecologic malignancies shows micrometastases in up to 8%-14%.
Aim: This study was conducted to determine the incidence of occult metastases, either in the form of micrometastases or isolated tumor cells, in negative lymph nodes by using cytokeratin AE1/AE3 immunohistochemistry in ovarian carcinomas of various histologic types.
Method: A retrospective study with a cross-sectional design on negative lymph node preparations from hysterosalpingoovorectomy surgery accompanied by lymphadenectomy for ovarian carcinoma cases at RSCM January 2016-December 2020. All paraffin blocks containing negative lymph nodes measuring >1 cm were cut in two sections and stained with hematoxylin-eosin and cytokeratin AE1/AE3. AE1/AE3 immunoexpression data were analyzed to determine micrometastases/isolated tumor cells, and their relationship with serous histological type.
Result: Of the 57 samples that met the inclusion and exclusion criteria, the mean age was 49.5 years. The most histopathological types (40.3%) were clear cell carcinomas, 66.7% cases had high grade tumors, and 57.9% cases were diagnosed at an early stage. Occult metastases were found in 1 (1.75%) cases of the entire sample. There was no difference in the incidence of occult metastases in the serous and non-serous carcinoma groups (p=1).
Conclusion: The incidence of occult lymph node metastases was 1.75% of all ovarian carcinoma cases in this study. There was no difference in the incidence of occult metastases in the serous and non-serous carcinoma groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Artanti Sekarayu Budi Sarwono
"Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum. Sebagaimana diketahui, kanker suatu jaringan dapat menyebar atau bermetastasis ke jaringan lain sebagai kanker sekunder, di mana pada kanker payudara 90% kematian selama pengobatan dikaitkan pada metastasis. Penelitian ini fokus kepada karakteristik metastasis bone only sebagai subtipe metastasis tulang kanker payudara yang belum banyak diteliti walaupun angka kelangsungan hidup (survival)nya paling bagus dibandingkan bila metastasis ke organ/tempat lainnya. Gambaran karakteristik pasien KPD BMO yg berobat di RSCM juga belum pernah diteliti. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional deskriptif dengan desain studi cross sectional dengan teknik sampel total sampling. Terdapat 1278 pasien KPD metastasis yg berobat di RSCM 2017-2022. Didapatkan 148 pasien KPD BMO, namun karena ketidak lengkapan informasi di hasil pemeriksaan penunjang maka yang masuk kriteria inklusi penelitian ini adalah 47 pasien. Dari 47 pasien, ditemukan karakteristik 100% perempuan, rentang usia terbanyak 45-64 tahun (70,2%), 46,8% bersuku Jawa, 85,1% dalam usia menopause, dengan sebagian besar kanker karsinoma duktal invasif (85,1%) grade 2 (68,1%) dan subtipe luminal A (42,6%). Kasus Denovo sebanyak 48,9%. Ditemukan metastasis multiple (91,5%) lesi osteolitik(29,8%) , dan berlokasi di Os. Vertebrae (31,7%). Sejalan dengan penelitian sebelumnya dan faktor risiko metastasis bone only, sehingga dapat dilakukan studi lanjutan berupa studi analitik maupun genomic untuk mengkonfirmasi hubungan kausalitas tiap variabel.

Breast cancer is one of the most common types of cancer. As we know, cancer in one tissue can spread or metastasize to other tissues as secondary cancer, where in breast cancer 90% of deaths during treatment are attributed to these metastases. This study focuses on the characteristics of bone only metastases as a subtype of breast cancer bone metastases that has not been widely studied although its survival is better than breast cancer which metastases to other organs. This research uses a descriptive observational research design with a cross sectional study design with a total sampling technique. We found 1278 breast cancer with metastasis treated in RSCM within 2017-2022. There are 148 breast cancer bone metastasis only, but only 47 patients were included in the research due to the completed radiology data. Of the 47 patients, the characteristics of the 47 patients were 100% female; 70,2% aged 45-64 years-old ;46,8% Javanese ; 85,1% in menopausal age, 68,1% with grade 2 invasive ductal carcinoma and 42,6% luminal A subtype; 48,9% Denovo cases ; 91,5% suffered from Multiple osteolytic lesion metastases and 31,7% were located in Os. Vertebrae. In line with previous research and risk factors for bone only metastasis, further studies can be carried out in the form of analytical or genomic studies to confirm the causal relationship between each variable."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>