Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147554 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sakinatuzzahra
"Tesis ini membahas representasi media bagi kelompok minoritas Amerika Serikat dengan menganalisis fenomena kemunculan gerakan LGBT Fans Deserve Better pasca kematian tokoh Lexa dalam serial televisi The 100. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis konten berbasis resepsi untuk melihat faktor yang menyebabkan tokoh Lexa sangat berpengaruh bagi kelompok LGBT dan pentingnya representasi media bagi kelompok minoritas Amerika Serikat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh Lexa merupakan hasil dari keberhasilan serial televisi The 100 merepresentasikan kelompok LGBT melalui penokohan Lexa. Keberhasilan ini ditunjukkan oleh kemampuan Lexa menunjukkan visibilitas kelompok LGBT yang membantu upaya mencari pengakuan dan membenarkan misrecognition seperti yang terlihat dari pemaknaan Lexa oleh kelompok LGBT melalui lsquo;bahasa rsquo; yang beredar. Gerakan LGBT Fans Deserve Better merupakan imbas dari kekecewaan dan kemarahaan akan terenggutnya representasi yang dianggap terbaik dan ekspektasi besar yang digantungkan kepada tokoh Lexa.

This study examines the importance of media representation for minority groups in The United States of America based on a character in the TV series, The 100. The death of the character, Lexa, initated a movement called LGBT Fans Deserve Better, which demands for positive LGBT representations on television. This study uses qualitative approach and a reception based content analysis method to examine the reasons why the LGBT community is strongly affected by the character and her death. The data collected include tweets, tumblr posts, and website content.
The findings show that Lexa rsquo s powerful influence is the result of The 100 rsquo s success in representing LGBT community through her character. This success is demonstrated by her ability to show LGBT community visibility, which in turns helps them find a recognition and rectify the misrepresentaion of their community. LGBT Fans Deserve Better movement is a result of the disappointment and the outrage of the community brought by Lexa rsquo s death, for Lexa is perceived as the best representation for the community.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlangga Saputra
"Sebagai kelompok minoritas di Indonesia, kelompok LGBT Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender menjadi kelompok yang rentan untuk ditampilkan oleh media massa arus utama dengan cara yang tidak berimbang. Akibatnya, kelompok LGBT mengalami marginalisasi atas penggambaran tersebut. Dewasa ini, dunia maya memungkinkan kelompok LGBT untuk memiliki media komunitas mereka sendiri. Hadirnya media komunitas dianggap penting bagi kelompok LGBT sebagai corong untuk berbicara dan mengekspresikan diri. Makalah ini akan membahas mengenai pembungkaman media komunitas LGBT di dunia maya akibat dari kepanikan moral yang terjadi di Indonesia karena isu LGBT. Melalui studi dokumen serta wawancara yang dilakukan dengan beberapa media komunitas, penulis mendapatkan bahwa pembungkaman terjadi pada beberapa media komunitas dan tidak dirasakan oleh media komunitas lain. Media komunitas yang menjadi pembahasan dalam makalah ini yaitu, CONQ Webseries, KabarLGBT.org dan Melela.org. Terakhir, disimpulkan dalam makalah ini bahwa kepanikan moral akibat isu LGBT yang dibawa oleh media massa tidak serta-merta membuat semua aktivitas bermedia dari kelompok LGBT menjadi terhenti.

As a minority group in Indonesia, LGBT Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender becomes vulnerable to be depicted in an unbalance way by mainstream media. As a result, LGBT groups are marginalized. Nowadays, cyberspace allows LGBT to have their own community media. The presence of this community media is important for LGBT to talk and express themselves. This paper will discuss about the silence of Indonesian LGBT rsquo s community media in cyberspace due to the moral panic that occurred in Indonesia. The moral panic happened because of LGBT issues which are triggered by Indonesia rsquo s mainstream media. Through document studies as well as an interview conducted with a community media, author found that silencing occurred only in some community media and not perceived by others. The community media discussed in this paper are CONQ Webseries, KabarLGBT.org and Melela.org. Finally, it is concluded that the moral panic caused by LGBT issues brought by the mainstream mass media does not necessarily make all media activites of LGBT groups stalled."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kim Jin Hui
"ABSTRAK
Kesalahpahaman tentang stereotip model minoritas di dalam masyarakat Amerika masih menggambarkan orang-orang Asia-Amerika memiliki pendidikan dan pendapatan lebih tinggi, penurut, pekerja keras dan kaya raya. Banyak penelitian menyatakan bahwa stereotip model minoritas ini membawa efek negatif bagi beberapa kelompok Asia-Amerika. Better Luck Tomorrow 2012 adalah sebuah film yang menceritakan empat remaja yang digambarkan dengan stereotip orang Asia yang ambisius dengan menggunakan kejahatan untuk mencapai tujuan dan keinginan mereka untuk sukses. Menggunakan analisis karakter, makalah ini akan membahas stereotip minoritas model orang-orang Asia Amerika, pematahan stereotip model minoritas, dan kerumitan dikotomi kebaikan melawan kejahatan. Makalah ini berargumen bahwa stereotip hanya bersifat dangkal, dan tidak mewakili karakteristik mereka secara keseluruhan.

ABSTRACT
The misconception of model minority stereotype within the American community still portrays Asian American as having higher education and income, submissive, hardworking and wealthy. According to many research, these stereotypes cause distinctly negative effects for some Asian American group. Better Luck Tomorrow 2012 is a film which explores the four teens as a stereotypical Asian overachiever using some crimes to achieve their goal and desire for success. Using character analysis, this paper will discuss the Asian American rsquo s stereotypes of model minority, the breaking of the model minority stereotypes, and ultimately complicating the dichotomy of good versus evil. This paper argues that the stereotypes are just superficial, and it does not represent their overall characteristics. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aldila Annisa Cahyaningtyas
"ABSTRAK
Dalam menampilkan sebuah pemberitaan, media dapat saja memberi gambaran positif, negatif, maupun netral terhadap suatu isu. Gambaran tersebut biasanya memperlihatkan arah keberpihakan dari media. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberpihakan suatu media adalah afiliasi politik dari media tersebut. Penelitian ini menganalisis framing kelompok Muslim yang ditampilkan dalam dua harian besar di Amerika Serikat. Kedua harian tersebut memiliki afiliasi politik yang bertolak belakang. Houston Chronicle merupakan harian konservatif sedangkan LA Times merupakan harian liberal. Analisis dilakukan terhadap artikel-artikel dari Houston Chronicle dan LA Times dengan rentang waktu 1 Januari hingga 8 November 2016. Setelah melalui hasil seleksi, dipilih lima artikel bertajuk opini dan editorial dari masing-masing harian yang kemudian dianalisis menggunakan model framing Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbeda dari asumsi bahwa harian konservatif akan memberitakan kelompok Muslim secara simplistis, ternyata penggambaran pemberitaan mengenai kelompok Muslim pada periode pemilu presiden Amerika Serikat 2016 cenderung lebih kompleks.

ABSTRACT
AbstractIn presenting a report, the media may have a positive, negative, or neutral picture of an issue. The picture is usually already incorporated based on media alignments. One of the factors that determines a media alignment is the political affiliation of the media. This study refers to Muslim groups in two major newspapers in the United States. Both newspaper has an opposite political affiliations. The Houston Chronicle is a conservative daily news while the LA Times is a liberal daily news. The analysis was conducted on articles from the Houston Chronicle and the LA Times from January 1 to November 8, 2016. After going through the selection results, five articles of opinion and editorial of each daily were analyzed using framing model Zhongdang Pan and Kosicki. The results show that different from the assumption that the conservative principle will potray Muslim groups in simplistis way by simply present negative reports, it turns out the issue of Muslim groups during US presidential election 2016 as represented in the US media is more complex."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alda Gustari
"Skripsi ini membahas kegiatan komunikasi yang terjadi dalam media komunitas alternatif penggemar klub Persib serta alasan mereka bergerak di jalur alternatif. Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran budaya organisasi, media alternatif, serta media komunitas dalam tataran produksi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan wawancara mendalam dengan anggota serta observasi terhadap kegiatan komunikasi media komunitas sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi daring dan offline yang terbangun pada media komunitas dibentuk oleh budaya pendukung Persib, budaya media komunitas, serta peran dari pendiri media. Penelitian ini juga menemukan bahwa media komunitas tidak ingin terikat dengan fanzine atau media lain karena perbedaan idealisme yang dimiliki fanzine dengan anggota media komunitas alternatif.

The focus of this study is to explain about communication activities established in alternative community media of Persib Football Club rsquo s fans and their reasons for being alternative media. This study uses organizational culture, alternative media, and community media as the framework of analysis in production level. Qualitative approach is chosen for this study, using in depth interview and observation to the community media as the technique for data gathering. As the result, the study shows that online and offline communication activities being held in community media are configured by Persib fan culture, community media rsquo s culture, and the role of media rsquo s founders. It also finds that community media do not aspire to be bound with fanzine or other media since there are idealism differences, which owned by fanzine and the members of alternative community media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S66868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aurelia Putri Dehars
"Tesis ini membahas mengenai bagaimana media massa membingkai LGBT sehingga menimbulkan stigma di berbagai institusi masyarakat Jepang. Stigma yang ada membuat berbagai institusi melakukan kontrol terhadap LGBT agar tatanan sosial tetap terjaga. Penelitian dilaksanakan dengan tujuan menjelaskan kaitan dari cara media massa menyajikan isu LGBT dengan stigma yang timbul di masyarakat serta reaksi berbagai institusi masyarakat Jepang dalam mengontrol LGBT. Konsep kontrol sosial, framing, dan stigma digunakan sebagai dasar untuk menganalisa. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan studi literatur dari berbagai situs kementerian Jepang, artikel koran Jepang dan internasional, jurnal internasional serta situs video. Dari data-data yang didapat dan dianalisa, disimpulkan bahwa media massa Jepang menonjolkan aspek hiburan dan menghilangkan unsur lain dalam menayangkan LGBT. Media juga tidak menayangkan bahwa LGBT bisa memasuki berbagai institusi di masyarakat. Ini menimbulkan stigma terhadap LGBT dan membuat berbagai institusi menerapkan kontrol bagi LGBT. Pemerintah pun memberikan kontrol berupa undang-undang agar LGBT Jepang tidak bisa bergerak bebas. Ini dilakukan supaya tatanan sosial di masyarakat tetap terjaga.

This thesis discuss on how mass media depict LGBT so that stigma on LGBT appear in different institutions in Japanese society. The stigma makes those institutions control LGBT in order to maintain social order. The researchs purpose is to explain the connection between the ways mass media depict LGBT with the stigma about them in Japanese society. This research also explains about the reactions of institutions within society to control LGBT. The concepts used to analyze are social control theory, framing theory, and stigma theory.
This thesis uses qualitative method and literature study from Japanese ministries websites, Japanese and international news article, international journal, and video website. From the data that has been gathered and analyzed, it can be concluded that Japanese mass media highlights the entertainment aspect of LGBT and eliminate other aspects. They also dont inform that LGBT can be found inside different institutions in the society. This makes stigma on LGBT appear and makes those institutions control LGBT. The government also controls them by applying laws so Japanese LGBT cant act as free as they want. This is done to maintain social order within Japanese society."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Kajian Wilayah Jepang, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Prisanti
"ABSTRAK
Kelompok gay sebagai kelompok minoritas di Indonesia umumnya
diberikan representasi negatif di media. Perkembangan internet memungkinkan
blog menjadi media alternatif kelompok gay. Blog dilihat sebagai sebuah
cyberqueer space, yaitu ruang yang memfasilitasi pengalaman-pengalaman
minoritas seksual yang sulit ditemukan dalam kehidupan nyata. Penelitian ini
menggunakan paradigma post-positivism dengan metode kualitatif melalui
wawancara mendalam dengan empat informan. Selain meneliti pengalaman
penulis blog gay dalam menciptakan blog, peneliti juga meneliti pembentukan
identitas seksual penulis blog gay. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa blog
memungkinkan individu untuk mengekspresikan diri dan menjalin hubungan
sosial dengan gay lain. Identitas yang dibentuk melalui blog merupakan ekstensi
identitas di dunia nyata.

ABSTRACT
Gay men, as a minority group in Indonesia, are commonly given negative
representations in the media. The development of internet has enabled blogs to
become alternative media for gay men. Blogs are seen as cyberqueer spaces where
sexual minority experiences are facilitated. This research uses post-positivist
paradigm and qualitative method through in-depth interviews of four gay
bloggers. Apart from studying gay bloggers? experiences in writing blogs, this
research also explores the sexual identity formations of the bloggers. It is
concluded from this research that blogs enable individuals to express their selves
and form relaionships wih other gay men. The identities formed through blogs are
extensions of their offline identities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agrie Pratama
"ABSTRAK
Meningkatnya jumlah pengguna social media telah melahirkan media baru bagi komunikasi humas. Kesempatan ini kemudian dimanfaatkan oleh XL Axiata untuk membuat facebook fans page XL Rame dan akun twitter XL123 yang dijadikan sebagai media komunikasi dengan memberikan informasi seputar produk dan layanan XL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu perananan social media dalam membangun brand image dan peranannya dalam mempertahankan corporate image XL Axiata, dengan studi kasus pada fans page facebook XL Rame dan twitter XL Axiata. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah Social Network Media, MPR, Cyber PR, Brand Image, dan Corporate Image. Penelitian ini menggunakan paradigma post positivist, pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif. penelitian dilakukan kepada penanggung jawab social media XL, admin XL Rame, dan admin XL123. Pada penelitian ini ditemukan bahwa social media tidak terlalu berperan dalam membangun brand image dan juga tidak terlalu berperan dalam mempertahankan corporate image XL Axiata.

ABSTRACT
The increasing of social media user has raised a new media for public relations. This opportunity is used by XL Axiata to create a facebook fans page XL Rame and twitter account XL123 which used as communication medium to give information about products and services of XL. This study aims to understand the roles of social media to build brand image and its role to maintain the corporate image of XL Axiata, with case studies on the facebook fan page XL Rame and twitter XL123. The Concepts which used in this study are the Social Media Network, MPR, Cyber PR, Brand Image and Corporate Image. This research uses a post positivist paradigm, qualitative and descriptive approach. The research objects are social media management XL team member, admin of XL Rame and admin of XL123. In this study it was found that social media is not very instrumental in building the brand image and also not play a role in maintaining the corporate image XL Axiata."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fery Sandra, examiner
"Undang-undang baru yang diratifikasi oleh Presiden Rusia Vladimir Putin yang melarang anti propaganda hubungan seksual non-tradisional atau LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) banyak mengundang perhatian dalam negeri maupun dunia internasional, khususnya media. Di Rusia sendiri, UU ini mengundang pro dan kontra media. Dengan menggunakan teori One Dimensional Man Marcuse (1968) yang menyatakan bahwa sebuah produksi kapitalis dan rasionalitas substansinya merupakan hasil dari sistem dan kritik sosial, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pemberitaan pro dan kontra media terhadap UU Anti Propaganda LGBT Rusia pada tahun 2013. Berdasarkan delapan sampel artikel yang berasal dari media (web based) di Rusia, dapat disimpulkan bahwa pemberitaan yang terdapat di media yang dimiliki dan atau memiliki keterikatan dengan Pemerintah Federal Rusia dan mempunyai latar belakang Kristen Ortodoks akan cenderung mendukung UU Anti Propaganda Rusia. Sedangkan media yang bersifat aktivisme dan mempunyai aliansi dengan negara Barat seperti Amerika, cenderung menolak. Dukungan terhadap UU ini pada dasarnya fokus pada perlindungan terhadap kaum minoritas (anak-anak).

The freshly ratified Anti LGBT Propaganda Law of Russian Federation has drawn both domestic and international attention. In Russia, controversies hit home hardest by media coverage. By employing One Dimensional Man of Marcuse (1968) that argues about production apparatus and the goods and services which it produces ?sell? or impose the social system as a whole this paper aims to analyze media coverage and controversies addressed towards Russian Federation 2013 LGBT Anti Propaganda Law. According to the sampling articles, it is known that government-owned and Orthodoxy backgrounded media (web based) tend to cover supporting news on the law. In the other hand, Western-funded and NGO media weaken the ratification of the law. Supports towards this law mainly evolves on the reason of protecting minority group (children) from such non tradisional sexual relations flow of information and converage.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andiniya Komalla Parawita
"Tesis dibawah ini menganalisa tentang pengaturan "soft power" yang di lakukan oleh Amerika Serikat kepada warga di Timur Tengah pada saat "revolusi Arab Spring" di tahun 2010 terjadi. Kasus Arab Spring yang terlaksana di Timur Tengah yang juga termasuk di wilayah Mesir dan Tunisia mempengaruhi atmosfir politik di banyak negara. Saat Arab Spring terjadi, Internet memiliki peranan dan kontribusi yang besar dalam hal menyemangati para aktivis yang terlibat dalam usaha menggeser otoritas di Timur Tengah kini. Tipe soft power yang akan difokuskan pada diskusi ini adalah sosial media, yang juga termasuk bagaimana cara mereka menstrategikan atau menggunakannya dan bagaimana hal ini mempengaruhi para penduduk yang mereka targetkan. Media sosial, salah satu elemen pada Internet, sangat membantu lancarnya penyebaran informasi dikarenakan oleh kelebihannya, yakni bebas biaya, cepat, dan transparan, yang membuat acara ini mencapai banyak target dalam waktu yang singkat pula. Sosial media bukanlah alasan revolusi terjadi, namun sosial media membantu menghantarkan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh orang-orang yang ikut berpartisipasi dalam acara ini, seperti aktivis yang pro akan demokrasi, dan juga Amerika Serikat, secara efektif, dan pada saat yang bersamaan, mengumpulkan dan menyemangati publik untuk mempromosikan upaya ini secara global melalui ?user-generated content? atau konten yang disediakan oleh pengguna. Meskipun Arab Spring tidak berakhir seperti yang diinginkan oleh Amerika Serikat, yaitu menyebarluaskan demokrasi dan membebaskan Timur Tengah, namun pada akhirnya, sosial media sudah cukup kuat untuk mengantarkan mereka cukup jauh selama Arab Spring berlangsung. Karya tulis ini akan berargumen bahwa sosial media berperan besar dalam menggulingkan banyak diktator selama kampanye.
The following thesis examines the soft power management implemented by the United States towards the Middle East public during the ?Arab Spring Revolutionary Wave? that took place in 2010. The Arab Spring consisted of demonstrations, protests, riots and civil wars happening in Middle East including Egypt and Tunisia, affecting the political air of the Arab League countries and its surroundings. During the events, Internet played a big role and contribution in encouraging the involving activists in overthrowing the ruling authorities. The type of soft power that will be focused in this discussion is social media, which includes how they apply it, why do they use it, and how much it influenced their target audience. Social media, one of the elements in Internet, highly supported the spread of information due to its advantages such as free of cost, high-speed, and open access, making the events reaching massive audiences within a flash. Social media is not the reason of revolution, yet it delivered the messages effectively as desired by the involving actors, such as the prodemocracy activists and pro-United States, and at the same time, gather and encourages the public to promote the events globally through user-generated content. Regardless the fact that it did not end as how United States wanted, which was spreading democracy and liberating the Middle East, social media was strong enough to be the powerful amplifier for the Arab Spring movement in influencing people to question the leadership of ruling governments. This thesis argues that social media functions as influencing media channel in the toppling of many dictators as the result of the revolutionary wave."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>