Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153085 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Igab Krisna Wibawa
"ABSTRAK
Latar Belakang. Ulkus Kaki Diabetik DFU adalah salah satu komplikasi dari Diabetes Mellitus, saat ini cenderung meningkat di seluruh dunia, khususnya di Jakarta, Indonesia. Beberapa penelitian mengindikasikan polimorfisme gen matrix metalloproteinases-9 MMP9 pada titik -1652C/T dan 836 A/G memiliki peranan penting dalam perkembangan dan patofisiologi Ulkus kaki diabetik yakni sebagai penanda inflamasi. Namun belum ada penelitian yang spesifik meneliti tentang MMP9 dalam hubungannya dengan DFU di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan polimorfisme gen MMP9 dengan penyakit ulkus diabetik pada penderita Diabetes melitus tipe 2 di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Indonesia.Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan case control study, subjek penelitian adalah semua penderita DM tipe 2 dengan atau tanpa DFU yang memenuhi kriteria inklusi dan berkunjung ke RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada bulan juli 2016-Desember 2016. Data demografi, klinis, laboratorium, distribusi genotip dan distribusi alel dicatat serta peneliti mencari hubungan antara Polimorfisme gen MMP9 dengan penyakit ulkus pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2.Hasil Penelitian. Terdapat seratus sembilan puluh tujuh pasien diabetes mellitus tipe dua laki-laki = 49,2 , dan perempuan = 50,8 . Faktor yang berpengaruh dan bermakna secara statistik yakni PAD p=0,001 , Nyeri Istirahat p=0,001 , Neuropati p=0,001 , Merokok p=0,001 , Hipertensi p=0,001 , Anemia p=0,001 , Leukositosis p=0,001 . Pada uji bivariat, diketahui Pada MMP9 -1562C>T, Genotip TC memiliki perbedaan secara signifikan secara statistik, dan merupakan faktor pencegah dalam terjadinya DFU p=0,001 .Kesimpulan. Distribusi Alel Polimorfisme gen -1562C/T pada seluruh populasi, pada alel C = 74,6 , Alel T = 25,4 . Distribusi Alel Polimorfisme gen 836A/G, pada alel A = 41,4 , dan Alel G = 58,6 pada seluruh populasi. Diketahui Pada MMP9 -1562C>T, Genotip TC memiliki perbedaan secara signifikan secara statistik, dan merupakan faktor pencegah dalam terjadinya DFU p=0,001 di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia.

ABSTRACT
Objectives. Diabetic Foot ulcer DFU as Diabetes complication, is increasing worldwide especially in Jakarta, Indonesia. Several studies indicated that matrix metalloproteinases 9 MMP9 play key roles in the progression of Diabetic Foot Ulcer as an important inflammatory marker involved in the pathophysiology of DFU. But there is no study specifically examining MMP9 associated with DFU in Jakarta. The aim of this study to analyze MMP9 gene polymorphism associated with DFU patients in Ciptomangunkusumo National General Hospital.Methods. This case control study included 197 patients diagnosed with T2DM with or without DFU as complication at the Ciptomangunkusumo National General Hospital between August 2016 and December 2016. Demography, Clinical, Laboratorium findings, Genotype distribution, Allel distribution, and Analysis Of Matrix Metalloprotein 9 Mmp 9 Gene Polymorphism Associated With Diabetic Foot Ulcer In Tipe 2 Diabetes Collected.Results. There are one hundred and ninty seven patiens with type 2 diabetes mellitus men 49,2 , women 50,8 . Factor that influence and statistically significant are PAD p 0,001 , Rest Pain p 0,001 , Neuropathy p 0,001 , Smoking p 0,001 , Hypertension p 0,001 , Anemia p 0,001 , Leucositosis p 0,001 . According to bivariat study, Found that MMP9 1562C T, Genotype TC have significant differential in statistic, and has protective factor p 0,001 .Conclusion. Alel distribution in DM type 2 Alel C 74,6 , Alel T 25,4 , Alel A 41,4 , Alel G 58,6 . Found in MMP9 1562C T, Genotype TC have significant differential in statistic, and has protective factor p 0,001 ."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romzi Karim
"Latar Belakang: Peningkatan jumlah penderita ulkus kaki diabetes berdasarkan data epidemiologi saat ini ternyata setiap tahunnya terus meningkat. Faktor genetik berperan dalam proses penyembuhan luka ulkus kaki diabetes dan peranan faktor genetik terhadap penyembuhan luka penderita ulkus kaki diabetes belum banyak diteliti terutama di Indonesia. Matrix Metalloproteinases MMPs merupakan proteolitik enzim yang memegang peranan pada proses remodeling connective tissue dan degradasi extracellular matrix. Polimorfisme pada gen MMP-9 diduga kuat mempengaruhi proses terjadinya ulkus dan proses penyembuhan luka pada penderita ulkus kaki diabetes.
Metode Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan polimorfisme gen Matrix metalloprotein- 9 -1562 C>T dan 836 A>G dengan perkembangan penyembuhan luka ulkus kaki penderita diabetes mellitus tipe 2. Rancangan penelitian adalah sebuah penelitian prospektif potong lintang. Penelitian ini dilakukan di Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular FKUI/RSCM Jakarta bekerjasama dengan Laboratorium Biologi Biomolekuler FKUI/RSCM Jakarta selama periode September 2016 - Desember 2016. Populasi target adalah penduduk Jakarta, populasi terjangkau adalah pasien Ulkus Diabetik yang berobat di divisi bedah vascular dan endovascular FKUI/RSCM Jakarta. Besar sampel ditentukan berdasarkan formula uji hipotesis dua proporsi. Dilakukan analisis DNA dan polimorfisme gen MMP-9. Dilakukan dokumentasi foto klinis luka ulkus kaki diabetes pada saat luka sebelum debrideman dan di hari ke 21, kemudian diukur luas luka dan jaringan granulasi dengan menggunakan program ImageJ.
Hasil: Perkembangan penyembuhan luka terdapat pada Polimorfisme gen Matrix Metalloprotein-1562C>T CC yaitu sebanyak 17 dari 32 orang 31,48 , CT yaitu sebanyak 9 dari 21 orang 16,67, hasil uji statistik dengan nilai p=0,477. Polimorfisme gen Matrix Metalloprotein 836A>G AA yaitu sebanyak 10 dari 14 orang 18,52, AG yaitu sebanyak 9 dari 19 orang 16,67, GG yaitu 7 dari 21 orang 12,96, Hasil uji statistik p = 0,087.
Kesimpulan: Kedua polimorfisme gen MMP-9 tersebut tidak terdapat hubungan bermakna.

Background: According to epidemiology data, amount of diabetic ulcer patients is continue to increase. Genetic factor has a role in diabetic foot ulcer healing and the role of genetic it self in managing the ulcer only has a few study or publication conducted in Indonesia. Matrix Metalloproteinase MMPs is the proteolytic enzyme which has role in connective tissue remodeling process and extracellular matrix degradation. MMP 9 genes polymorphism is strongly predicted influencing ulcer formation process and ulcer healing process in diabetic foot ulcer patients.
Methods: The goal of this study is to analyze the relation between MMP 9 genes polymorphism with the progress of ulcer healing di diabetic foot ulcer patient. This is a cross sectional prospective study design at Vascular surgery and Endovascular division, surgery department FKUI RSCM Jakarta cooperated with Biology Biomolecular laboratory at FKUI RSCM during September december 2016. Target population are all Jakarta citizens, and accessible population are all diabetic foot ulcer patients in Vascular surgery and Endovascular division FKUI RSCM, Jakarta. Sample size is determined based on dual proportion hypothesis test formula. Blood sample are taken and sent to biology medic laboratory to perform DNA and MMP 9 gene polymorphism analysis. The characteristic of ulcer is documented before and on day 21, then the ulcer size and granulation tissue are measured using ImageJ program.
Results: Improvement of healing ulcer in gene polymorphism of matrix metalloproteinase 1562C T CC is about 17 from 32 patients 31,48, CT is about 9 from 21 patients 16,67, statistic testing with p value 0,477. Gene polymorphism metalloproteinase 836A G AA is 10 from 14 patienrs 18,52, AG is 9 from 19 patients 16,67 , GG is 7 from 21 patients 12,96, statistic testing with p value 0,087.
Conclusions: There are not significant relationship in both of MMP 9 gene polymorfsm with diabetic foot ulcer healing progress
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romzi Karim
"Latar Belakang. Peningkatan jumlah penderita ulkus kaki diabetes berdasarkan data epidemiologi saat ini ternyata setiap tahunnya terus meningkat. Faktor genetik berperan dalam proses penyembuhan luka ulkus kaki diabetes dan peranan faktor genetik terhadap penyembuhan luka penderita ulkus kaki diabetes belum banyak diteliti terutama di Indonesia. Matrix Metalloproteinases MMPs merupakan proteolitik enzim yang memegang peranan pada proses remodeling connective tissue dan degradasi extracellular matrix. Polimorfisme pada gen MMP-9 diduga kuat mempengaruhi proses terjadinya ulkus dan proses penyembuhan luka pada penderita ulkus kaki diabetes.
Metode Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan polimorfisme gen Matrix metalloprotein- 9 -1562 C>T dan 836 A>G dengan perkembangan penyembuhan luka ulkus kaki penderita diabetes mellitus tipe 2. Rancangan penelitian adalah sebuah penelitian prospektif potong lintang. Penelitian ini dilakukan di Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular FKUI/RSCM Jakarta bekerjasama dengan Laboratorium Biologi Biomolekuler FKUI/RSCM Jakarta selama periode September 2016 - Desember 2016. Populasi target adalah penduduk Jakarta, populasi terjangkau adalah pasien Ulkus Diabetik yang berobat di divisi bedah vascular dan endovascular FKUI/RSCM Jakarta. Besar sampel ditentukan berdasarkan formula uji hipotesis dua proporsi. Dilakukan analisis DNA dan polimorfisme gen MMP-9. Dilakukan dokumentasi foto klinis luka ulkus kaki diabetes pada saat luka sebelum debrideman dan di hari ke 21, kemudian diukur luas luka dan jaringan granulasi dengan menggunakan program ImageJ.
Hasil: Perkembangan penyembuhan luka terdapat pada Polimorfisme gen Matrix Metalloprotein-1562C>T CC yaitu sebanyak 17 dari 32 orang 31,48 , CT yaitu sebanyak 9 dari 21 orang 16,67, hasil uji statistik dengan nilai p=0,477. Polimorfisme gen Matrix Metalloprotein 836A>G AA yaitu sebanyak 10 dari 14 orang 18,52, AG yaitu sebanyak 9 dari 19 orang 16,67, GG yaitu 7 dari 21 orang 12,96, Hasil uji statistik p = 0,087.Kesimpulan. Kedua polimorfisme gen MMP-9 tersebut tidak terdapat hubungan bermakna.

Background: According to epidemiology data, amount of diabetic ulcer patients is continue to increase. Genetic factor has a role in diabetic foot ulcer healing and the role of genetic it self in managing the ulcer only has a few study or publication conducted in Indonesia. Matrix Metalloproteinase MMPs is the proteolytic enzyme which has role in connective tissue remodeling process and extracellular matrix degradation. MMP 9 genes polymorphism is strongly predicted influencing ulcer formation process and ulcer healing process in diabetic foot ulcer patients.
Methods: The goal of this study is to analyze the relation between MMP 9 genes polymorphism with the progress of ulcer healing di diabetic foot ulcer patient. This is a cross sectional prospective study design at Vascular surgery and Endovascular division, surgery department FKUI RSCM Jakarta cooperated with Biology Biomolecular laboratory at FKUI RSCM during September december 2016. Target population are all Jakarta citizens, and accessible population are all diabetic foot ulcer patients in Vascular surgery and Endovascular division FKUI RSCM, Jakarta. Sample size is determined based on dual proportion hypothesis test formula. Blood sample are taken and sent to biology medic laboratory to perform DNA and MMP 9 gene polymorphism analysis. The characteristic of ulcer is documented before and on day 21, then the ulcer size and granulation tissue are measured using ImageJ program.
Results: Improvement of healing ulcer in gene polymorphism of matrix metalloproteinase 1562C T CC is about 17 from 32 patients 31,48 , CT is about 9 from 21 patients 16,67 , statistic testing with p value 0,477. Gene polymorphism metalloproteinase 836A G AA is 10 from 14 patienrs 18,52, AG is 9 from 19 patients 16,67, GG is 7 from 21 patients 12,96, statistic testing with p value 0,087.Conclusions There are not significant relationship in both of MMP 9 gene polymorfsm with diabetic foot ulcer healing progress
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tom Christy Adriani
"Objektif: Diabetic Foot Ulcer DFU merupakan komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2 DMT2 yang dapat berujung pada disabilitas dan kematian. Kondisi vaskularisasi yang tidakadekuat dapat mempengaruhi proses penyembuhan pada DFU. Studi terbarumenunjukkan TGF-?1 mempunyai peran dalam proses penyembuhan luka danmenghasilkan neuropati, penyebab utama terjadinya DFU. Oleh sebab itu, studi inimelakukan investigasi terhadap ekspresi dari polimorfisme TGF-β1 dalam hubungannyapada kejadian DFU pada DMT2.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi kasus kontrol untuk membandingkan polimorfismeTGF-?1 gen 1800469 C>T dan gen 1982073 C>T pada DMT2 di RS CiptoMangunkusumo RSCM Jakarta Juni hingga Desember 2016. Teknik PCR digunakanuntuk membandingkan hasilnya pada grup DMT2 dengan DFU dan DMT2 tanpa DFU.
Hasil: Terdapat 197 pasien secara keseluruhan yang terbagi atas 96 pasien dengan DFU dan 101pasien kontrol grup tanpa DFU. Distribusi allel dari TGF- ?1 1800469 C>T adalah 54,3 dan T 45,7 , sedangkan distribusi TGF-β1 1982073 C>T adalah C 72,3 dan T 27,7 .Dengan kata lain, polimorfisme TGF-β1 mempunyai peran dalam pembentukan danproses penyembuhan DFU pada pasien DMT2.
Kesimpulan: Didapatkan hubungan bermakna pada gen RS1982073 sebagai factor pencegah danRS1800469 sebagai factor resiko terjadinya DFU.

Objective: Diabetic Foot Ulcer DFU is one of the complication of Type 2 Diabetes Mellitus T2DM that can lead to disability and death. Inadequate vascularization condition willaffect healing process of DFU. Recent study showed, TGF 1 has a role in the processof wound healing and process of resulting neuropathy, the most common cause of DFU.Therefore, we investigated the expression of polymorphism TGF 1 in relation of theoccurance of DFU in T2DM.
Methods: We designed a case control study to investigate the polymorphism TGFβ1 gene1800469 C T and 1982073 C T in T2DM in Cipto Mangunkusumo National Hospital RSCM Jakarta from june to December 2016. We used PCR techniques and comparedthe results in group of T2DM patients with DFU as the case study and without DFU asthe control group.
Results: There were 197 patients, 96 patients with DFU and 101 patients control without DFU.49,8 is male and 50,2 female with mean age about 56 years. Distribution of wildtype genotype TGFβ1 1800469 C T wild type CC were found in 44,8, the number ofmutant heterozygote CT was 10,8 and mutant homozygote is 11,3. Distribution ofTGF B1 1982073 C T wild type CC was 32,5, mutant heterozygote is 38,9 andmutant homozygote 25,1.
Conclusion: Were found meaning relationship in gene RS1982073 as inhibitor factor and geneRS1800469 as risk factor of the DFU in T2DM patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Muhammad Dahlan
"Latar Belakang: Faktor resiko terbesar Diabetik foot ulcer DFU adalah neuropati. Gen Vascular endothelial growth factor VEGF 7 merupakan gen yang mengkode protein Vascular Endothelial Growth Factor VEGF memiliki fungsi angiogenesis dan neurogenesis. VEGF berperan pada patogenesis terjadinya neuropati, angiopati dan penyembuhan luka karena trauma.
Metode Penelitian: Penelitian case control study, kasus diambil dari penderita DM tipe 2 dengan DFU dan kontrol dari DM tipe 2 tanpa DFU, dilakukan Polimerase Chain Reaction Restriction Fracment lenght Polymorphism PCR-RFLP untuk melihat genotipe gen VEGF, analisis statistik menggunakan SPSS 20.
Hasil: Genotip mutan GG gen VEGF 405C>G tidak memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya DFU pada penderita DM di RSCM GG CG/CC ; OR; 0,52, 95 CI; 0,15-1,73 p; 0,289. Alel G; kemungkinan sebagai faktor protektif OR;0,86, 95 CI 0,57-1,28 dan p;0,456. Genotip mutan TT gen VEGF -460 C>T; tidak memiliki hubungan yang bermana dengan DFU TT CT/CC ; OR; 0,97, 95 CI; 0,41-2,26 dan p; 0,942. Alel T kemungkinan sebagai faktor protektif OR;0,90, 95 CI; 0,59-1,37 dan p;0,641.
Kesimpulan: Genotip GG dan TT tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan penyakit DFU, alel G dan alel T kemungkinan sebagai faktor protektif terhadap terjadinya DFU pada penderita DM Tipe 2.

Background: The greatest risk factor for Diabetic foot ulcer DFU is neuropathy. Vascular endothelial growth factor VEGF gene is a gene encodes a protein vascular endothelial growth factor VEGF, which has function of angiogenesis and neurogenesis. VEGF play a role in neuropathy, angiopathy and wound healing in DFU.
Methods: Case control study, case is type 2 DM with DFU and control is type 2 DM without DFU, Polymerase Chain Reaction Restriction Fracment lenght polymorphism was done to find genotype polymorphism of VEGF gene.
Results: Genotype GG VEGF 405C G does not have a significan association with DFU in DM patients GG CG CC OR 0.52, 95 CI 0.15 to 1.73 p 0.289. G allele is proposed as protective factor in DFU OR 0.86, 95 CI 0.57 to 1.28, and p 0.456. Genotype TT from VEGF gene 460 C T have no significant association with DFU TT CT CC OR 0.97, 95 CI 0.41 to 2.26 and p 0.942. T allele is predicted as protective factor in DFU OR 0.90, 95 CI 0.59 to 1.37 and p 0,641.
Conclusion: G alles and T alleles are predicted as a protective factors in DM patients associated with DFU.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Conny Marthafanny
"Upaya pemulihan kondisi pasca-amputasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mobilisasi dini. Mobilisasi yang tidak tepat meningkatkan morbiditas perioperatif dan lama rawat, serta memperlambat proses penyembuhan luka. Tujuan penulisan untuk menganalisis intervensi mobilisasi secara aman pada pasien pasca- amputasi bawah lutut menggunakan metode Metode yang digunakan dengan menerapkan latihan mobilisasi selama 6 hari berturut-turut, sebanyak 2 kali dalam sehari, serta dilakukan selama 30 menit setiap kali latihan. Latihan meliputi latihan tungkai, perubahan posisi, berdiri seimbang dan berpindah posisi. Hasil evaluasi hari ke 6 klien mampu latihan gerak tungkai, berubah posisi serta posisi secara mandiri. Berdiri seimbang dan berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi roda dengan bantuan serta terdapat peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas bawah. Mobilisasi dini pasca- amputasi diperlukan sebagai upaya pemulihan kondisi pasien dan melatih kemampuan berjalan.

Efforts to restore post-amputation conditions can be done in various ways, one of which is early mobilization. Improper mobilization increases perioperative morbidity and length of stay, and reduces wound healing. The purpose of this paper is to analyze the interventions of safely mobilization to post below knee amputation using SAFEMOB method. This study used method which applied mobilization exercises for 6 consecutive days in 2 times a day, for 30 minutes each exercise. Exercises involve leg exercises, position changes, dangling, standing balanced and moving positions. The results of the 6 day evaluation, the patient was able to train joint movements, change position and dangling independently. Standing in balance and shifting from bed to wheelchair with help also lies in increasing strength in the lower extremities. Early mobilization post- amputation is needed as an effort to restore the patients condition and practice walking skills. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fandiar Nur Isdiaty
"Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang banyak terjadi di masyarakat perkotaan. Karakteristik masyarakat perkotaan yang heterogen rentan terhadap perubahan gaya hidup sehat yaitu pola makan tinggi kalori dan pola aktivitas rendah yang menyebabkan terjadinya diabetes mellitus tipe 2. Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan munculnya komplikasi mikrovaskuler, salah satunya adalah ulkus kaki diabetik. Ulkus kaki diabetik yang tidak ditangani dengan baik dapat mengalami proses penyembuhan yang lama bahkan dapat muncul dampak lanjut yaitu amputasi kaki. Penyembuhan ulkus kaki memerlukan sirkulasi yang adekuat pada kaki untuk menyalurkan nutrisi ke sel-sel. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk melakukan analisis keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan dikaitkan dengan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan intervensi ROM ankle dalam mengatasi masalah sirkulasi pada pasien dengan ulkus kaki diabetik. Rekomendasi penulisan ini adalah perawat perlu mengajarkan dan menerapkan ROM ankle pada pasien dengan ulkus kaki diabetik untuk meningkatkan sirkulasi ke kaki sehingga mendukung percepatan proses penyembuhan luka.

Diabetes mellitus is one of non-communicable disease that happens in urban people. The heterogeneous urban people are susceptible to health behavior changes such as high calorie eating and low level activity pattern which can cause type 2 diabetes mellitus. Uncontrolled diabetes can cause micro vascular complication named diabetic foot ulcer. Diabetic foot ulcer with poor management promotes delayed of healing process even can cause foot amputation. The healing process of diabetic foot ulcer needs adequate circulation to distribute nutrition into cells. This study aimed to analyze urban health nursing linked to nursing care of type 2 diabetes mellitus patient with intervention of ankle ROM to accelerate wound healing process in diabetic foot ulcer. This study recommends nurses to teach and apply ankle ROM in diabetic foot ulcer patients due to increase foot circulation so that support acceleration of wound healing process.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurly Hestika Wardhani
"Komplikasi ulkus diabetikum pedis (UDP) terjadi pada 15% pasien DM tipe 2. Seluruh kasus UDP dalam serial kasus ini diawali oleh trauma pedis sehingga menyebabkan luka yang tidak menyembuh disertai demam, kelemahan tubuh, mual, anoreksia, dengan atau tanpa disertai gejala klasik DM. Suatu uji klnis mendapatkan sebanyak 69% penderita DM dengan komplikasi UDP menderita malnutrisi. Tata laksana nutrisi pada serial kasus ini adalah pemberian nutrisi optimal, meliputi makronutrien, mikronutrien, dan nutrien spesifik sesuai kebutuhan untuk memperbaiki dan mencegah malnutrisi, komplikasi lainnya, dan kekambuhan serta mendukung penyembuhan ulkus.
Rentang usia pasien pada serial kasus ini adalah 52–70 tahun. Kebutuhan energi basal dihitung dengan persamaan Harris-Benedict. Kebutuhan energi total didapat dari perkalian kebutuhan energi basal dengan faktor stres. Pemberian nutrisi dilakukan bertahap sesuai toleransi sampai mencapai kebutuhan total.Makronutrien diberikan dengan komposisi sesuai dengan keadaan pasien.Pemberian protein sesuai dengan fungsi ginjal, pembatasan asam lemak jenuh dan kolesterol, karbohidrat terutama jenis kompleks, dan cukup serat.Garam diberikan sesuai tekanan darah.Diusulkan pemberian mikronutrien berupa vitamin dan mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) serta nutrien spesifik asam lemak omega-3.Pemantauan dilakukan terhadap perkembangan klinis, toleransi asupan makanan, kapasitas fungsional, status ulkus, laboratorium, dan antropometri.
Seluruh pasien membutuhkan insulin dengan dosis yang terus meningkat untuk menjaga kadar glukosa darah dan mengalami penurunan berat badan, namun kebutuhan energi total dapat tercapai, luka membaik dan kapasitas fungsional meningkat. Tata laksana nutrisi yang diberikan harus bersifat individual disesuaikan dengan keadaan umum dan klinis pasien.Edukasi nutrisi selama dan pasca rawat penting diberikan dalam meningkatkan motivasi pasien menjalankan diet yang benar untuk menjaga status gizi. Status gizi dan kontrol glikemik yang baik penting dalam penyembuhan luka, mencegah kekambuhan dan timbulnya komplikasi diabetes melitus yang lain.

Diabetic foot ulcers are common and estimated to affect 15% of all diabetic individuals. All patients had pedal trauma as an initiation of their non-healing wounds which were then developed to form ulcers. The ulcers presented with febrile, lethargy, nausea, anorexia, with or without diabetes mellitus classical symptoms. A clinical trial found 69% patients of this disease were malnourished. The goal of medical nutrition therapy on type 2 diabetes mellitus with diabetic foot ulcer is to provide the patients with appropriate nutrition containing macronutrient, micronutrient, and specific nutrient according to the requirement, to reverese and prevent malnutrition, other complications and recurrence, and support the wound healing.
Patient’s age range in this case series was 52–70 years old. Basal energy requirements calculated using Harris-Benedict equation and multiplyit by stress factor for the total energy requirements. Diets were gradually given according patient’s tolerance until total energy requirements were achieved.Macronutrients composition were given according to patient’s condition, with protein adjusted to renal function, limiting saturated fat and cholesterol, complex carbohydrate, sufficient fiber and sodium given according to blood pressure. Micronutrient recommendation was vitamin and mineral sejumlah as much as Recommended Dietary Allowance (RDA) and omega-3 fatty acid. Monitoring was done at clinical status, nutrition intake and tolerance, functional capacity, wound/ulcer status, laboratory and anthropometric assessment.
All patients needed increasing dose of insulin in maintainingglucose control and experienced mild weight loss, total energy requirements were achieved by all patients. Patient’s functional capacities were increased, and had improvement wound status. Nutrition therapy for patients should be given individuallyaccording to general and clinical condition. Nutrition education and motivation during and after hospitalization are important part of this disease’s management to keep the patient’s compliance on nutrition intake as recommended to maintain good nutritional status and glycemic control, prevent other complications and re-ulceration.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Astuti
"Ulkus diabetik merupakan salah satu kondisi pada pasien Diabetes Mellitus (DM) akibat adanya komplikasi angiopati dan neuropati. Keadaaan ini dapat memberi dampak yang luas baik dari segi psikologis maupun sosial. Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif ini dilakukan untuk mengeksplorasi pengalaman psikologis dan dukungan sosial pada pasien DM tipe 2 dengan ulkus diabetik. Enam orang partisipan yang sedang mengalami ulkus terlibat dalam penelitian ini.
Hasil penelitian mengidentifikasi 5 tema yaitu pengalaman pertama terjadinya ulkus, pengalaman psikologis dan dukungan sosial, pengalaman nyeri ulkus, pengalaman spiritual yang berhubungan dengan ritual keagamaan, persepsi dan harapan terhadap pelayanan keperawatan Salah satu tema baru yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah pengalaman spiritual yang berhubungan dengan ritual keagamaan. Penelitian selanjutnya menggunakan metode kuantitatif dapat dilakukan berbasis pada hasil penelitian ini.

Diabetic ulcer is one of conditions for Diabetes Mellitus patient caused by angiopathy and neuropathy. Diabetic ulcer can have tremendous impact on patient psychologically and socially. Qualitative research method with phenomenological approach used in this research is to explore the lived psychological experiences and social support of diabetic foot ulcer of patient with diabetes mellitus type 2. This research involved six participants with diabetic ulcer.
This research discovered five themes: first ulcer experience, psychologic and social support experience, pain experience, spiritual experience related to religious ritual, and perception and hope towards nursing practice The new theme found is spiritual experience related to religious ritual. Further research could be done by utilize the quantitative research method based on these result."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T32542
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chika Astasari Hadi
"Belakang: Polimorfisme gen MMP-9 berperan dalam degradasi kolagenase tipe IV pada matriks ekstraselular yang memicu terjadinya destruksi tulang pada periodontitis.
Tujuan: Untuk membandingkan distribusi polimorfisme gen MMP-9 -1562 C/T rs3918242 pada penyakit periodontitis dengan kontrol.
Metode: Polimorfisme gen MMP-9 -1562 C/T di analisis menggunakan metode PCR-RFLP dengan enzim restriksi SphI.
Hasil: Mayoritas frekuensi alel T ditemukan pada sampel periodontitis 11 dibandingkan dengan sampel kontrol 2. Sedangkan untuk frekuensi genotipe CT pada sampel periodontitis 22 ditemukan lebih tinggi dibandingkan dengan sampel kontrol 4.
Kesimpulan: Ditemukan gambaran polimorfisme Gen MMP-9 ndash;1562 C/T pada penyakit periodontitis dan terdapat hubungan bermakna antara distribusi polimorfisme gen tersebut pada penyakit periodontitis dan individu sehat p = 0,018.

Background: MMP 9 gene polymorphism is involved in degradation of type IV collagenases in the extracellular matrix ECM that leads to bone destruction in periodontitis.
Objectives: To compare the distribution of the MMP 9 1562 C T rs3918242 polymorphism in Indonesian males with and without periodontitis.
Methods: The MMP 9 1562 C T polymorphism was investigated by the PCR ndash RFLP method with SphI restriction enzyme digestion.
Results: The T allele in periodontitis sample 11 are higher than the healthy controls 2 . As well as the CT genotype, was found higher in periodontitis sample 22 than the healthy controls 4.
Conclusion: MMP 9 1562 C T gene polymorphism was found in this study and significantly associated with periodontitis p 0.018.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>