Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183793 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ariyani Noviantari
"Latar Belakang : Penyakit neurodegeneratif disebabkan oleh regenerasi neuron yang rendah. Pemberian sel punca mulai dikembangkan untuk meningkatkan regenerasi sistem saraf pusat. Sel Punca Mesenkim SPM mampu berdiferensiasi menjadi berbagai tipe sel sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sel terapi. Proliferasi dan diferensiasi sel punca neuron diregulasi gen endogen dan faktor neurotrofik seperti nerve growth factor NGF , brain-derived neurotrophic factor BDNF dan neurotrophin-3 NT-3 . Namun, peran NT-3 sendiri dalam diferensiasi SPM belum banyak diketahui, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mempelajari peran NT-3 pada diferensiasi SPM dari sumsum tulang tikus menjadi neuron pada tahap awal dan tahap lanjut.
Metode : SPM diisolasi dari sumsum tulang tikus, kemudian dikultur dan dipropagasi dalam Minimum Essential Medium Eagle MEM , 10 Fetal Bovine Serum FBS dan 1 antibiotic-antimycotic. Induksi neuron dilakukan pada SPM pasase keempat dalam MEM, 2 FBS, 1 insulin like growth factor N2 dan NT-3 dengan konsentrasi 20, 25, 30 ng/mL dan kontrol selama 7 hari. Dilakukan imunositokimia Nestin sebagai penanda tahap awal dan MAP-2 pada tahap lanjut diferensiasi neuron. Data yang didapat adalah rata-rata persentase jumlah sel Nestin positif dan sel microtubule associated protein-2 MAP-2 positif pada setiap konsentrasi. Analisis statistik menggunakan program SPSS dengan uji one-way ANOVA.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada persentase jumlah sel Nestin positif pada SPM dengan penambahan NT-3 20, 25 dan 30 ng/mL selama 7 dan 14 hari dibandingkan dengan kontrol p

Background : Neurodegenerative diseases showed partial or limited regeneration process. Transplantation of stem cells has been improve regeneration of the central nervous system. The mesenchymal stem cells MSCs can differentiate into various cell types including neurons that can be used for cell therapy. Proliferation and differentiation of neural stem cells are regulated by endogenous gene and neurotrophic factors such as nerve growth factor NGF , brain derived neurotrophic factor BDNF and neurotrophin 3 NT 3 . The aim of this research is to investigate the role of NT 3 in differentiation of MSC into neurons at the early stage and at the late stage.
Methods : MSCs were isolated from rat bone marrow, cultured and propagated in Minimum Essential Medium Eagle MEM , 10 Fetal Bovine Serum FBS and 1 antibiotic antimycotic. MSCs were induced for neuron differentiation induction medium MEM, 2 FBS, 1 insulin like growth factor N2 and NT 3 20, 25, 30 ng mL for 7 and 14 days control induction medium without NT 3. The immunocytochemistry of Nestin was performed on day 7 and MAP 2 was performed on day 14. All experiment were done triplicated. Five random high power field was documented. The data obtained is the average percentage of the number of Nestin and MAP 2 positive cells at each concentration. Statistical analysis using SPSS with one way ANOVA test.
Results : The results showed a significant difference in the percentage of Nestin positive cells in MSCs with NT 3 20, 25 and 30 ng mL for 7 days compared to controls p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Pramantha Putra Wijaya
"Pendahuluan: Penelitian in vitro menggambarkan inferioritas osteogenesis SPM adiposa dibandingkan dengan SPM sumsum tulang. Sebaliknya, penelitian in vivo menunjukkan kemiripan potensi osteogenik keduanya. penelitian ini mencoba mengetahui perbedaan kapasitas osteogenik antara keduanya dengan mengukur ekspresi Bone Morphogenetic Protein (BMP)-2 dan BMP Reseptor II, juga proses penyembuhan tulang dengan pengukuran histomorfometri.
Metode: Delapan belas tikus Sprague dawley (SD) dilakukan defek tulang femur 5mm. Tikus dibagi tiga kelompok yang terdiri dari kontrol, implantasi SPM sumsum tulang + Hydroxypatite, dan implantasi SPM adiposa + Hydroxypatite. Tikus dikorbankan pada minggu kedua kemudian penilaian histomorfometri kuantitatif dilakukan dengan Image-J. Paramater yang diukur adalah luas total kalus, % area penulangan, % area kartilago, dan % area fibrosis. Dilakukan penilaian imunohistokimia menggunakan intensitas pewarnaan dan skor Imunoreaktivitas (IRS).
Hasil: Kelompok SPM sumsum tulang menunjukkan ekspresi BMPR II lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Ekspresi BMPR II dianalisis dan didapatkan hasil yang signifikan (p= 0,04) dengan median 4.00 ± 2.75. Kelompok SPM sumsum tulang dan adiposa juga menunjukkan proses penyembuhan tulang yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol (p = 0,001). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara SPM sumsum tulang dan SPM adiposa yang diukur pada % total area kalus (p = 1.000),% area penulangan (p = 1.000),% kartilago (p = 0,493) dan % fibrosis (p = 0,128).
Diskusi: SPM adiposa memiliki kemampuan penyembuhan tulang yang serupa dengan SPM sumsum tulang. Growth factor dan reseptornya penting namun bukan satu-satunya faktor penyembuhan tulang.

Introduction: In vitro studies describe inferior osteogenesis of Adiposes to Bone Marrow Mesenchymal Stem Cell (MSC). Contrary, in vivo studies showing the resemblance of osteogenic potential between both groups. This study tries to investigate the difference of osteogenic capacity between BMSCs and ASCs by quantifying the expression of Bone Morphogenetic Protein (BMP)-2 and BMP receptor (BMPR) II also the bone healing process by histomorphometry measurement.
Methods: Eighteen Sprague dawley (SD) rats were induced with 5mm femoral bone defect, then divided into three groups that consist of Control, Implementation of BMSC+Hydroxypatite, and Implementation of ASC+Hydroxypatite. They were sacrificed after 2 weeks, then performed histomorphometry assessment with Image-J. The measured paramater were total area of callus, % of osseous area, % of cartilage area, and % of fibrotic area. The immunohistochemistry measurement performed by staining intensity and immunoreactivity score (IRS).
Results: The BMSC group showed higher expression of BMPR II compare to others. The expression of BMPR II was analyzed statistically and showed significant result (p=0.04) with median 4.00 ± 2.75. Both BMSC and ASC group have significantly better bone healing process compared with control group (p=0,001). There are no significant differences between ASC and BMSC measured in %total callus area (p=1.000), %Osseous area (p=1.000), %Cartilage area (p=0.493) and % Fibrous area (p=0.180).
Discussions: ASC bone healing ability are similar to BMSC. Growth factor and its receptor are important but not sole contributing factor for bone healing."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Abdullah
"Isolasi sel punca mesenkimal (SPM) dari darah perifer (DP) menutupi kekurangan yang ditemukan pada isolasi dari sumsum tulang (ST). Jumlah darah yang banyak dapat diperoleh dari sirkulasi perifer dan teknik pengambilannya lebih tidak traumatik dibandingkan pengambilan dari sumsum tulang. Namun, jumlahnya sedikit di dalam darah. Diperlukan suatu kondisi untuk meningkatkan hasil isolasi dari darah perifer. Restriksi kalori meningkatkan kemampuan self-renewal dari sel punca intestinal, sel punca otot dan regenerasi saraf, menjaga kemampuan regenerasi jangka panjang pada sel punca hematopoetik. Belum terdapat penelitian yang mempelajari efek intermittent atau prolonged fasting pada SPM darah perifer dan sumsum tulang, maka diperlukan penelitian untuk mempelajari efek fasting terhadap kemampuan proliferasi dan diferensiasi SPM. Penelitian ini menggunakan kelinci (n=27) yang dibagi menjadi tiga kelompok; setiap kelompok terdiri dari 9 kelinci. Kelompok pertama sebagai kontrol diberikan makan dan minum ad lib. Kelompok kedua mendapat perlakuan intermittent fasting (7 siklus), dan kelompok ketiga mendapat perlakuan prolonged fasting (4 siklus). Sampel diambil dari darah perifer dan sumsum tulang femur. Dilakukan isolasi kultur untuk menilai kemampuan proliferasi (waktu konfluensi dan jumlah sel) dan diferensiasi (kualitatif dan kuantifikasi) dari masing-masing kelompok sampel. Sel punca mesenkimal pada ketiga kelompok penelitian mampu diisolasi, berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi osteoblas. Persentasi keberhasilan kultur primer dari kelompok kontrol: DP 14.28%, dan ST 28.57%; kelompok IF: DP 44.44% dan ST 33.33%; dan kelompok PF: DP 55.55%, dan ST 44.44%. Rerata waktu konfluensi kelompok kontrol: DP 17 hari dan ST 31 hari; kelompok IF: DP 15 hari dan ST 26 hari; dan kelompok PF: DP 15.6 hari dan ST 20 hari (DP p=0.592, dan ST p=0.408). Rerata jumlah sel konfluensi kelompok kontrol: DP 108 x103/mL dan ST 274 x103/mL; kelompok IF: DP 182 x103/mL dan ST 115.3 x103/mL ; dan kelompok PF: DP 65.6 x103/mL dan 139 x103/mL ST (DP p=0.282 dan ST p=0.502). Rerata kuantifikasi optik densitometri pada diferensiasi osteoblas kelompok kontrol: DP 0.154 OD dan ST 0.169 OD; kelompok IF: DP 0.240 OD dan ST 0.207 OD; dan, kelompok PF: DP 0.157 OD dan ST 0.167 OD (DP p=0.044 dan ST p=0.074). Uji posthoc kuantifikasi optik densitometri diferensiasi osteoblas didapatkan perbedaan bermakna pada kelompok IF DP (p=0.046). Perlakuan intermittent dan prolonged fasting memiliki efek dalam meningkatkan ekspansi SPM ke darah perifer. Kuantifikasi diferensiasi osteoblas SPM-DP perlakuan IF lebih tinggi dibandingkan kontrol. Diharapkan ada penelitian lanjutan yang mengevaluasi efek intermittent fasting pada sampel darah perifer manusia terhadap kemampuan SPM dalam hal ekspansi, proliferasi dan diferensiasi menjadi osteoblas.

Isolation of mesenchymal stem cells (MSC) from peripheral blood (PB) was considered giving more advantages compared to isolation from bone marrow (BM). Large amounts of blood can be taken from peripheral circulation by less invasive extraction technique than BM. However, MSC isolated from PB can only be achieved in a small amount. Some conditioning of the subjects are needed in order to improve the isolation products from PB. Calorie restriction increases the self-renewal ability of intestinal stem cells, muscle stem cells and nerve regeneration, and maintain the long-term regeneration ability of hematopoietic stem cells. There has not been any studies that explore the effects of intermittent or prolonged fasting on MSC of PB and BM. The aim of this study is investigating the effect of fasting on the ability of MSC proliferation and differentiation. This study used rabbits (n = 27) which were divided into three groups; each group consists of 9 rabbits. The first group as a control was given food and drink ad lib. The second group received intermittent fasting (7 cycles), and the third group received prolonged fasting (4 cycles). Samples were taken from the peripheral blood and femoral bone marrow. Culture isolation was performed to assess the proliferation (confluency time and cells number) and differentiation (qualitative and quantitative) abilities of each sample group. Mesenchymal stem cells in all groups were able to be isolated, proliferate and differentiate to osteoblast. The successful rate of primary culture from control group: PB 14.28% and BM 28.57%; IF group: PB 44.44% and BM 33.33%; and PF group: PB 55.55% and BM 44.44%. The mean of confluence time from control group: PB 17 days and BM 31 days; IF group: PB 15 days and BM 26 days; and PF group: DP 15.6 days and ST 20 days (PB p=0.592, and BM p=0.408). The mean of confluence cells number: PB 108 x103/mL and BM 274 x103/mL; IF group: PB 182 x103/mL and BM 115.3 x103/mL ; and PF group: PB 65.6 x103/mL and 139 x103/mL ST (PB p=0.282 and BM p=0.502). The mean of optical densitometry quantification from osteoblast differentiation in control group: : PB 0.154 OD and BM 0.169 OD; IF group: PB 0.240 OD and BM 0.207 OD; and, PF group: PB 0.157 OD and BM 0.167 OD (PB p=0.044 dan BM p=0.074). Posthoc analyis from optical densitometry quantification of osteoblast differentiation showed significant difference on IF PB group (p=0.046). Intermittent and prolonged fasting treatment gave increasing effect of MSC expansion into peripheral blood. MSC-PB osteoblast differentiation quantification was higher in IF treatment compared to control. It is hoped that further studies will evaluate the effect of intermittent fasting on human peripheral blood samples in the ability of SPM in terms of expansion, proliferation and differentiation into osteoblasts. We suggest that there will be further studies conducted to evaluate the effect of intermittent fasting on the ability of MSC's expansion, proliferation, and differentiation into osteoblasts from human peripheral blood samples."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Starifulkani Arif
"Latar Belakang. Sumsung tulang merupakan sumber sel punca mesenkimal SPM yang paling banyak digunakan selain jaringan lemak sebagai sumber pengganti yang menjanjikan. Peningkatan penggunaan SPM membutuhkan kemampuan untuk melakukan subkultur pasase SPM. Untuk mengumpulkan dan menyimpan SPM dalam waktu tertentu tanpa mengubah karakter SPM maka dilakukan kriopreservasi.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan pemahaman efek pasase terhadap penuaan sel punca mesenkimal sumsum tulang dan jaringan lemak yang dikriopreservasi.Metode. Penelitian ini merupakan studi analitik observasional yang dilaksanakan di UPT-TK Sel Punca RSCM FKUI April 2016 - September 2016. Sampel penelitian adalah sel punca mesenkimal sumsum tulang dan jaringan lemak pasase pertama yang dikriopreservasi 1 dan 2 kali. Dilakukan pengukuran terhadap ukuran sel, viabilitas sel, population doubling time PDT, colony forming unit dan penghitungan persentase sel yang menua. Data pasase dianalisis dengan multiple comparison ANOVA dengan Tukey HSD correction dan student t-test menggunakan program SPSS 23.
Hasil. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok kriopreservasi SPM sumsum tulang dalam PDT, viabilitas, dan ukuran sel pada P6 dengan p

Introduction. Bone marrow is still the gold standard source of MSC, but adipose tissue became a promising alternative source. Passage and cryopreservation are effective ways to multiply, pool and store MSC without altering its function.
The aim of this research was to enhance the knowledge of the effect of passage on senescence profile of cryopreserved human bone marrow and adipose derived MSC.Method. This research was an observational analytic study to analyze population doubling time PDT, cell size, viability, colony forming unit and percentage of senescent cells and done in UPT ndash TK Sel Punca RSCM FKUI, during April to September 2016. The samples were bone marrow and adipose MSC at passage one, which were cryopreserved for the first and second time. Cryopreservastion groups were analyzed using student t test while inter passage was analyzed using ANOVA test.
Result. There were significant differences between both cryopreserved bone marrow groups in PDT, viability and cell size in P6, p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Madhyra Tri lndraswari
"Latar Belakang: Di era ini, terapi dengan sel punea untuk mengobati berbagai
penyakit semakin dirninati. Sejauh ini, banyak pendapat mengenai keamanan sel
punea, yang dikatakan aman untuk manusia. NaIllun" belum ada penelitian lebih
jauh mengenai keamanan sel punea yang disuntikan lewat vena, untuk kesehatan
pembuluh darah. Tujuan dari peneiitian ini adalah untuk menganalisis efek sel
punea yang disuntikkan secara IV, pada pembuluh darah arteri yang nannal.
Metode: Data didapatkan dari eksperimen klinik tikus Wistar yang dilaksanakan
di Instilut Pertanian Bogor, merupakan studt awal pada tikus dengan tekanan darah
normal. Tikus dengan tekanan darah nonnal (140/100 mmHg, diukur dengan
CODA) tersebut dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama ada kelompok
kontrol, kelompok kedua disumikan secara IV sel punca 1 x 106 , dan kelompok
keliga 3xl 06 sel, dalam sekali penyuntikan. Kelompok kedua dan ketiga diamati
selama 1 bulan setelah penyuntikan sel punca. Setelah 1 bulan, tikus dinekropsi
dalam keadaan anastesi. Selanjutnya, dengan bantuan J Image Software, dilakukan
pcngamatan terhadap diameter dan ketebalan dinding dari meri karotis, karotis
interna, karotis eksterna, aorta abdominal, iliaka kiri, dan iliaka kanan. Analisis
statistik dilakukan dengan metode ANOV A terhadap 3 kelompok tikus untuk.
mengukur perbedaan diameter pembuluh darah dan ketebalan dinding pembulu
darah. Jika persebaran data tidak rata, maka digunakan metode T Independent Test.
Hasil: Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam
diameter dan ketebalan dinding untuk kelompok I, kelompok 2, dan kelompok 3
untuk semua pembuluh darah kecuali arteri iliaka kiri. Arteri iliaka kiri
menunjukkan perbedaan yang bennakna dalam diameter dan ketebalan pembuluh
darah.
Diskusi: Hasil riset ini, memmjukkan keamanan sel punca pada arteri bila
disuntikan ke dalam vena. Ini ditunjukkan dengan hasil yang tidak. terdapat
perbedaan bermakna dalam 5 pembuluh darah yang dipenksa. kecuali arteri iliaka
kiri menunjukkan hasil yang bermaknadan perlu diteliti lebih lanjutdenganjumlah
sam pel yang memadai (30 tikus). Setiap kelompok mempunyai sampel minimum
9 ekor, namun dan hasil penelitian masing-masing kelompok mempunya 5 ekor
tikus yang dapat dianalisis. Sehingga hasil analisis yang didapatkan tidak bisa
mencerminkan hubungan yang kuat secara statistik, namun merupakan suatu
kecenderungan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Chandra
"Pendahuluan. Sel punca mesenkimal merupakan jawaban untuk berbagai penyakit, termasuk orthopedi. Meskipun jumlah terbatas, prosedur invasif, nyeri, dan sel yang relatif sedikit, sumsum tulang masih menjadi sumber utama. Adiposa menjadi alternatif menjanjikan dengan kemampuan sebanding. Dengan meningkatnya harapan hidup, jumlah pasien tua meningkat dan menjadi sangat potensial untuk aplikasi sel punca. Namun, timbul kontroversi mengenai kualitas sel punca pada penuaan.
Metode Penelitian. Penelitian dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta sejak Oktober 2015 - Maret 2016. 12 subjek dibagi menjadi tiga kelompok usia; 15-30 tahun, 31-40 tahun, dan 41-55 tahun dan dilakukan pengambilan sumsum tulang krista iliaka posterior dan adiposa, kemudian dilakukan isolasi dan kultur sel punca mesenkimal. Peneliti melakukan analisis karakteristik biologis, waktu penggandaan populasi, diferensiasi osteogenik, dan pewarnaan Alizarin. Seluruh data dianalisis dengan SPSS 20.
Temuan Penelitian. Karakteristik biologis dan pewarnaan Alizarin Red menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna sel punca mesenkimal sumsum tulang dan adiposa pada kelompok usia sama(p>0,05). Waktu penggandaan populasi menunjukkan adanya perbedaan signifikan sel punca mesenkimal sumsum tulang dan adiposa pada kelompok 31-40 tahun(p=0,028) dan 41-55 tahun(p=0,035).
Kesimpulan. Sel punca mesenkimal adiposa menunjukkan karakteristik biologis, waktu penggandaan populasi, dan diferensiasi osteogenik yang konstan. Sel punca mesenkimal sumsum tulang menunjukkan waktu penggandaan populasi yang menurun seiring usia, berbeda dengan karakteristik biologis dan diferensiasi osteogenik. Adiposa dapat menjadi pilihan sumber sel punca mesenkimal pada setiap golongan usia.

Introduction. Mesenchymal stem cell is the answer of many medicine problems, including orthopaedic. Bone marrow is still the main source. Because of limited source, invasive procedure, pain, and relative less cell, adipose will be promising source with equal regenerating and differentiating ability. Along with increasing life expectancy, geriatric population is increasing as well as the potential need for stem cell application. Yet there is still controversy about stem cell quality in aging.
Methods. This study was conducted in Stem Cell Medical Technology Integrated Service Unit Cipto Mangunkusumo General Hospital-Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta, October 2015 - March 2016. 12 patients were divided into 3 age group; 15-30 year, 31-40 year, and 41-55 year. Bone marrow from posterior iliac crest and adipose tissue were collected, mesenchymal stem cell isolation and culture were done subsequently. Biological characterization, Population Doubling Time, osteogenic differentiation, and alizarin red assay were carried out. All data was analyzed using SPSS 20.
Results. No significant difference was observed in biological characteristic and Alizrin red assay of bone marrow and adipose mesenchymal stem cell among age group (p>0.05). There is significant difference in Population Doubling time in 31- 40 year group(p=0.000) and 41-55 year group(p=0.000).
Conclusions. Adipose mesenchymal stem cell had steady biological characteristic, Population Doubling Time, and osteosteogenic differentiation. Bone marrow mesenchymal stem cell had increasing population doubling time in increasing age, apart from biological characteristic and osteogenic differentiation. Adipose could be the source of choice in harvesting mesenchymal stem cell at any age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Chandra
"Pendahuluan. Sel punca mesenkimal merupakan jawaban untuk berbagai penyakit, termasuk orthopedi. Meskipun jumlah terbatas, prosedur invasif, nyeri, dan sel yang relatif sedikit, sumsum tulang masih menjadi sumber utama. Adiposa menjadi alternatif menjanjikan dengan kemampuan sebanding. Dengan meningkatnya harapan hidup, jumlah pasien tua meningkat dan menjadi sangat potensial untuk aplikasi sel punca. Namun, timbul kontroversi mengenai kualitas sel punca pada penuaan.
Metode Penelitian. Penelitian dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta sejak Oktober 2015 - Maret 2016. 12 subjek dibagi menjadi tiga kelompok usia; 15-30 tahun, 31-40 tahun, dan 41-55 tahun dan dilakukan pengambilan sumsum tulang krista iliaka posterior dan adiposa, kemudian dilakukan isolasi dan kultur sel punca mesenkimal. Peneliti melakukan analisis karakteristik biologis, waktu penggandaan populasi, diferensiasi osteogenik, dan pewarnaan Alizarin. Seluruh data dianalisis dengan SPSS 20.
Temuan Penelitian. Karakteristik biologis dan pewarnaan Alizarin Red menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna sel punca mesenkimal sumsum tulang dan adiposa pada kelompok usia sama(p>0,05). Waktu penggandaan populasi menunjukkan adanya perbedaan signifikan sel punca mesenkimal sumsum tulang dan adiposa pada kelompok 31-40 tahun(p=0,028) dan 41-55 tahun(p=0,035).
Kesimpulan. Sel punca mesenkimal adiposa menunjukkan karakteristik biologis, waktu penggandaan populasi, dan diferensiasi osteogenik yang konstan. Sel punca mesenkimal sumsum tulang menunjukkan waktu penggandaan populasi yang menurun seiring usia, berbeda dengan karakteristik biologis dan diferensiasi osteogenik. Adiposa dapat menjadi pilihan sumber sel punca mesenkimal pada setiap golongan usia.

Introduction. Mesenchymal stem cell is the answer of many medicine problems, including orthopaedic. Bone marrow is still the main source. Because of limited source, invasive procedure, pain, and relative less cell, adipose will be promising source with equal regenerating and differentiating ability. Along with increasing life expectancy, geriatric population is increasing as well as the potential need for stem cell application. Yet there is still controversy about stem cell quality in aging.
Methods. This study was conducted in Stem Cell Medical Technology Integrated Service Unit Cipto Mangunkusumo General Hospital-Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta, October 2015 - March 2016. 12 patients were divided into 3 age group; 15-30 year, 31-40 year, and 41-55 year. Bone marrow from posterior iliac crest and adipose tissue were collected, mesenchymal stem cell isolation and culture were done subsequently. Biological characterization, Population Doubling Time, osteogenic differentiation, and alizarin red assay were carried out. All data was analyzed using SPSS 20.
Results. No significant difference was observed in biological characteristic and Alizrin red assay of bone marrow and adipose mesenchymal stem cell among age group (p>0.05). There is significant difference in Population Doubling time in 31-40 year group(p=0.000) and 41-55 year group(p=0.000).
Conclusions. Adipose mesenchymal stem cell had steady biological characteristic, Population Doubling Time, and osteosteogenic differentiation. Bone marrow mesenchymal stem cell had increasing population doubling time in increasing age, apart from biological characteristic and osteogenic differentiation. Adipose could be the source of choice in harvesting mesenchymal stem cell at any age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Feby Canintika
"Pendahuluan: Defek tulang kritis merupakan masalah yang menantang bagi ahli bedah ortopedi. Hingga saat ini, belum terdapat konsensus mengenai perlakuan tatalaksana terbaik untuk defek tulang kritis. Di antara berbagai solusi yang diusulkan, recombinant human bone morphogenetic protein-2 (rhBMP-2) adalah osteoinduktor yang paling poten, dan telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Penelitian sebelumnya seringkali menggunakan rhBMP-2 yang didapatkan dari sel ovarium hamster Cina. Namun, rhBMP- 2 yang didapatkan dari sel ovarium hamster Cina ini memiliki berbagai kekurangan seperti biaya tinggi dan hasil produksi yang rendah. Baru-baru ini, rhBMP-2 yang berasal dari Escherichia coli semakin banyak digunakan karena hasil panen yang tinggi dan biaya yang rendah; namun, protein tersebut diekspresikan sebagai badan inklusi, yang memerlukan pemrosesan ekstensif untuk menghasilkan protein bioaktif. Untuk mengatasi kendala-kendala ini, diperlukan metode produksi rhBMP-2 yang efisien. Sampai saat ini, belum terdapat penelitian yang mengevaluasi penggunaan vektor adenovirus untuk transfer gen rhBMP-2 ke sel punca mesenkimal asal jaringan adiposa (SPM-AD) pada model defek tulang kritis pada tikus Sprague-Dawley. Penelitian ini adalah studi eksperimental yang mengevaluasi efektivitas rhBMP-2 yang berasal dari SPM-AD yang direkayasa secara genetik pada model defek tulang kritis pada tikus Sprague-Dawley.
Metode: Penelitian ini menggunakan tikus Sprague Dawley sebanyak 36 ekor. Dibuat cacat tulang berdiameter 5 mm terjadi pada diafisis femur pada setiap tikus. Hewan- hewan tersebut dibagi menjadi empat kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 9 ekor tikus. Kelompok pertama mendapatkan rhBMP-2 yang berasal dari SPM-AD yang dimodifikasi secara genetik dengan granul hidroksiapatit (HA) (kelompok rhBMP- 2), kelompok kedua mendapatkan sekretom SPM-AD dan granul HA (kelompok sekretom AD-MSC), kelompok ketiga mendapatkan granul HA (kelompok HA), dan yang keempat adalah kelompok kontrol. Adenovirus digunakan sebagai vektor transfer gen untuk mentransduksi rhBMP-2 ke SPM-AD. Larutan akhir yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari campuran lisat dan sekretom SPM-AD dengan perbandingan 2:1, dan konsentrasi akhir rhBMP-2 adalah 132,33 pg/mL. Tikus dikorbankan 8 minggu setelah operasi. Tulang femur dipanen dan diperiksa nilai protein Indian hedgehog (Ihh), parameter histomorfometri, dan load to failure.
Hasil dan Pembahasan: Selama periode pengamatan, masing-masing terdapat satu, dua, dan dua ekor tikus mati pada kelompok rhBMP-2, HA, dan kontrol. Kelompok rhBMP-2 memiliki protein Ihh lebih tinggi dibandingkan kelompok HA dan kontrol. Kelompok rhBMP-2 juga memiliki total area kalus dan nilai load to failure yang lebih tinggi dibandingkan ketiga kelompok lainnya. Proses penyembuhan yang unggul dari kelompok rhBMP-2 kemungkinan dihasilkan dari sifat rhBMP-2 itu sendiri yang mendorong diferensiasi sel punca mensenkimal menjadi osteoblas, sehingga menghasilkan regenerasi tulang.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan rhBMP-2 yang berasal dari SPM-AD yang dimodifikasi secara genetik berhasil menatalaksana defek tulang kritis pada tikus Sprague-Dawley.

Introduction: Critical-sized bone defects (CSBDs) remain challenging problem for orthopaedic surgeons. To date, there are no consensus regarding the best treatment for such entity.
Among various solutions proposed, recombinant human bone morphogenetic
protein-2 (rhBMP-2) is the most potent osteoinductor, and it has shown promising results. Early orthopaedic studies used mammalian cell-derived rhBMP-2, especially Chinese hamster ovary (CHO) cells. However, CHO cell-derived rhBMP-2 presents disadvantages such as high cost and low production yield. Recently, Escherichia coli- derived rhBMP-2 has been increasingly used owing to the high yield and low cost; however, the protein is expressed as inclusion bodies, which need extensive processing involving isolation from cell, solubilization, refolding and purification to produce the bioactive proteins. To overcome these obstacles, an efficient method for producing rhBMP-2 is required. To date, there is no study that has evaluated the use of adenovirus vector for gene transfer of rhBMP-2 to adipose-derived mesenchymal stem cells (AD-
MSCs)
in CSBDs model in Sprague-Dawley rats. This is an experimental study that evaluated the efficacy of rhBMP-2 derived from genetically-modified AD-MSCs in CSBDs model in Sprague-Dawley rats.
Methods: A total of 36 Sprague Dawley rats were examined in this study. A bone defect of 5 mm in diameter was created in femoral diaphysis in each of the rat. The animals were divided into four groups of 9 rats each. The first group received rhBMP-2 derived from genetically-modified AD-MSCs with hydroxyapatite (HA) granules (rhBMP-2 group), the second received AD-MSCs secretome and HA granules (AD-MSCs secretome group), the third received HA granules (HA group), and the fourth was control group. Adenoviruses were used as gene transfer vectors to transduce rhBMP-2 to AD-MSCs. The final solution consisted of AD-MSCs lysate and their secretome with ratio of 2:1, and the concentration of rhBMP-2 was 132.33 pg/mL. The rats were sacrificed 8 weeks after the surgery. The femurs were harvested and submitted for Indian hedgehog (Ihh) protein, histomorphometric parameters, and load to failure analyses.
Results and Discussion: During the observation period, one, two, and two rats died in the rhBMP-2, HA, and control groups, respectively. The rhBMP-2 group had higher Ihh protein compared to HA and control groups. The rhBMP-2 group also had higher callus total area, and load to failure value compared to the other three groups. The superior healing process from the rhBMP-2 group might be due to the property of rhBMP-2 itself which promotes differentiation of mesenchymal stem cells into osteoblasts, resulting in bone regeneration.
Conclusion: The results of this study indicate that the use of rhBMP-2 derived from genetically-modified AD-MSCs could successfully treat CSBDs in Sprague-Dawley rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqa Inayati
"Diferensiasi osteogenik dari Sel punca mesenkim (MSC) menjadi osteoblas memiliki signifikansi klinis yang sangat penting untuk mengobati cedera tulang. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meneliti faktor-faktor yang dapat meningkatkan diferensiasi osteogenik, termasuk pengembangan perancah untuk kultur MSC. Perancah Polivinil Alkohol (PVA)/ Fibroblast-derived Matrix (hFDM) asal manusia menjadi salah satu kandidat perancah yang diduga dapat mendukung diferensiasi osteogenik MSC. Keberadaan matriks ekstraseluler (ECM) pada perancah dapat meregulasi berbagai aktivitas seluler melalui komponen protein matriks yang terdapat pada ECM. Protein matriks berperan sebagai sekuesterasi berbagai faktor pertumbuhan. Faktor pertumbuhan seperti BMP2 dan chordin diketahui dapat meregulasi diferensiasi osteogenik. Proses terjadinya diferensiasi osteogenik dapat diamati melalui akumulasi mineral kalsium yang terdeposit pada matriks ekstraseluler. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode optimum dalam pembuatan perancah PVA/hFDM, danmengetahui peran perancah PVA/hFDM dalam mempengaruhi diferensiasi osteogenik MSC dengan mengukur ekspresi gen BMP2, dan chordin, serta ekspresi kadar kalsium relatif pada matriks ekstraseluler. Optimasi pembuatan perancah PVA hFDM dimulai dengan optimasi medium kultur, waktu kultur, preparasi, dan teknik deselulerisasi. hFDM dikarakterisasi menggunakan pewarnaan Hematoxylin, Masson Trichrome, dan Imunohistokimia untuk mengetahui keberadaan protein matriks. MSC dikultur pada perancah PVA/hFDM untuk uji diferensiasi osteogenik selama 21 hari. Sampel RNA diisolasi pada hari ke-7,14, dan 21. Ekspresi gen BMP2 dan chordin dianalisis menggunakan metode qRT-PCR. Adapun ekspresi kadar kalsium relatif dianalisis dengan uji kualitatif dan kuantitatif pewarnaan Alizarin Red. Hasil penelitian ini menunjukkan protokol pembuatan perancah PVA/hFDM telah dioptimasi, dan karakterisasi hFDM memperlihatkan keberadaan protein matriks berupa kolagen dan biglycan. Ekspresi gen BMP2 menurun pada kelompok MSC yang dikultur pada perancah PVA/hFDM baik di hari ke-7, 14, dan 21. Sedangkan ekspresi gen chordin meningkat pada kelompok MSC yang dikultur pada perancah PVA/hFDM di hari ke 7, dan 14, kembali menurun di hari ke-21. Ekspresi kadar kalsium relatif cenderung meningkat pada kelompok MSC yang dikultur pada perancah PVA/hFDM dengan gambaran mikroskopis berupa bercak merah pada permukaan perancah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perancah PVA/hFDM cenderung dapat mendukung diferensiasi osteogenik MSC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan perancah PVA/hFDM dapat menurunkan ekspresi gen BMP2, dan meningkatkan ekspresi gen chordin, serta cenderung meningkatkan ekspresi kadar kalsium relatif yang terdeposit pada matriks ekstraseluler.

Osteogenic differentiation from Mesenchymal Stem Cell (MSC) to osteoblasts has great clinical significance for treating bone injury. Various studies have been conducted to investigate factors that can enhance osteogenic differentiation, including scaffold development for MSC culture. Scaffold Polyvinyl Alcohol (PVA) / human Fibroblast-derived Matrix (hFDM) is a scaffold candidate assumed to support osteogenic differentiation of MSCs. The extracellular matrix (ECM) presence on the scaffold can regulate various cellular activities through the matrix protein components contained in the ECM. Matrix protein plays a role in sequestering multiple growth factors. Growth factors such as BMP-2 and chordin are to regulate osteogenic differentiation. The process of osteogenic differentiation can be observed by accumulating calcium minerals in the extracellular matrix. The purpose of this study was to determine the optimal method for making PVA / hFDM scaffold and to determine the role of the PVA / hFDM scaffold in affecting MSC osteogenic differentiation by measuring the expression of BMP2 and chordin genes, as well as the expression of relative calcium levels in the extracellular matrix. Optimization of making hFDM PVA scaffold begins with the optimization of culture medium, culture time, preparation, and decellularization techniques. hFDM was characterized using Hematoxylin, Masson Trichrome, and Immunohistochemical staining to determine matrix proteins' presence. MSCs were cultured on the PVA / hFDM scaffold for osteogenic differentiation assay for 21 days. RNA samples were isolated on day 7,14 and 21. Expression of BMP2 and chordin genes were analyzed using the qRT-PCR method. The expression of relative calcium levels was analyzed by qualitative and quantitative tests of Alizarin Red staining. The results of this study indicate that the PVA / hFDM scaffold preparation protocol has been optimized, and the hFDM characterization shows the presence of matrix proteins in the form of collagen and biglycan. BMP-2 gene expression decreased in the MSC group cultured on the PVA / hFDM scaffold on days 7, 14, and 21. In contrast, the chordin gene expression increased in the MSC group cultured on the PVA / hFDM scaffold on days 7, and 14, back down on day 21. The expression of relative calcium levels tended to increase in the MSC group cultured on the PVA / hFDM scaffold with a microscopic appearance of red spots on the scaffold surface. This study concludes that Scaffold PVA / hFDM tends to support osteogenic differentiation of MSCs. The results showed that the use of the PVA / hFDM scaffold could decrease the expression of the BMP2 gene, and increase the expression of the chordin gene, and tended to increase the expression of the relative calcium levels deposited in the extracellular matrix.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Pendahuluan. Sel punca mesenkimal yang dilaporkan mengaugmentasi penyembuhan fraktur umumnya diperoleh dari sumsum tulang. Donor sel punca dari sumsum tulang terbatas pada volume aspirat dan menimbulkan morbiditas donor sehingga diperlukan sumber alternatif. Darah perifer menutupi kekurangan tersebut walaupun memiliki kandungan sel punca yang lebih sedikit. Pemberian Granulocyte Colony Stimulating Factor (GCSF) dapat meningkatkan mobilisasi sel mononuklear pada teknik afaresis untuk sel punca hematopoetik. Bila pemberian GCSF diikuti dengan teknik kultur kearah sel punca mesenkimal maka dapat meningkatkan jumlah sel punca darah perifer sehingga memungkinkan penggunaan darah perifer sebagai donor alternatif sel punca. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengevaluasi penggunaan darah perifer sebagai donor sel punca pasca pemberian GCSF dengan menilai kemampuan mobilisasi, proliferasi dan diferensiasi.
Metode Penelitian. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang memakai hewan coba 14 ekor kelinci New Zealand White jantan, berat badan 2 kg di Pusat Studi Satwa Primata, Institut Pertanian Bogor. Sampel dibagi secara acak menjadi 4 kelompok yaitu kontrol dan perlakuan (injeksi GCSF dosis 10mcg/kg berat badan, subkutan, selama 7 hari) dimana pada masing-masing kelompok diambil aspirat darah perifer dan sumsum tulang (kelompok 1: kontrol sumsum tulang, kelompok 2: kontrol darah perifer, kelompok 3: perlakuan sumsum tulang, kelompok 4: perlakuan darah perifer). Pada tiap kelompok dilakukan isolasi, ekspansi dan diferensiasi menjadi osteoblas. Analisis statistik menggunakan uji one way Anova dan dilanjutkan uji posthoc untuk jumlah sel inisial, waktu konfluensi, jumlah sel konfluensi dan waktu diferensiasi.
Temuan dan Diskusi Penelitian. Sel punca mesenkimal pada seluruh kelompok penelitian mampu diisolasi, berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi osteoblas. Rerata jumlah sel inisial kelompok 1: 3.07 x 106/mL, kelompok 2: 2.11 x 106/mL, kelompok 3: 2.89 x 106/mL dan kelompok 4: 7.35 x 106/mL (p< 0.001). Rerata waktu konfluensi kelompok 1: 25.8 hari, kelompok 2: 35.7 hari, kelompok 3: 26 hari, kelompok 4: 19.7 hari (p< 0.001). Rerata jumlah sel konfluensi kelompok 1: 6.54 x 106/mL, kelompok 2: 4.61 x 106/mL, kelompok 3: 5.94 x 106/mL, kelompok 4: 11.14 x 106/mL (p< 0.001). Rerata waktu diferensiasi kelompok 1: 15.5 hari, kelompok 2: 25.4 hari, kelompok 3: 15.4 hari, kelompok 4: 11.2 hari (p< 0.001). Uji posthoc jumlah sel inisial ditemukan perbedaan pada kelompok 1 dan 4 (p= 0.000), 2 dan 4 (p< 0.001), serta 3 dan 4 (p< 0.001). Uji posthoc waktu konfluensi, jumlah sel konfluensi dan waktu diferensiasi didapatkan perbedaan diantara semua kelompok kecuali kelompok 1 dan 3 (p= 1.000, 0.670, 1.000).
Simpulan. Sel punca mesenkimal darah perifer pasca induksi GCSF mampu diisolasi, berproliferasi dan berdiferensiasi. Pemberian GCSF meningkatkan jumlah sel punca mesenkimal dan mempersingkat durasi kultur. Darah perifer memberikan harapan baru sebagai donor alternatif sel punca mesenkimal.
, Introduction. Mesenchymal stem cells, which had been reported to augment fracture healing, were routinely harvested from bone marrow. Bone marrow had several drawbacks regarding its limited aspiration volume and donor site morbidity, therefore alternative donor is needed. Peripheral blood may cover those disadvantages despite the fewer stem cells number. Granulocyte colony stimulating factor (GCSF) administration in aphaeresis technique could mobilized mononuclear cells to hematopoietic stem cells. If it is followed by culture for mesenchymal stem cells expansion, thus will increase peripheral mesenchymal stem cells number therefore might facilitate peripheral blood as an alternative donor. For that reason, further research is needed to evaluate the effect of GCSF induction to peripheral blood as stem cells alternative donor by assessing its capability on mobilization, proliferation and differentiation.
Methods. This is an experimental study using 14 male New Zealand White rabbit, weighted 2-3 kg in Primate Research Centre, Bogor Agricultural Institute. Sample was randomized into 4 groups as follow, control and treatment group (GCSF administration, 10mcg/kg body weight, subcutaneous, 7 days) in which peripheral blood and bone marrow aspiration was collected (group 1: control bone marrow, group 2: control peripheral blood, group 3: treatment bone marrow, group 4: treatment peripheral blood). Isolation, expansion and osteoblast differentiation were followed subsequently. Statistical analysis used one-way Anova and posthoc for initial cell number, confluency time, confluency cell number, and differentiation time.
Result and Discussion. Mesenchymal stem cells in all groups were able to be isolated, proliferate and differentiate to osteoblast. Initial cell number (mean) group 1: 3.07 x 106/mL, group 2: 2.11 x 106/mL, group 3: 2.89 x 106/mL and group 4: 7.35 x 106/mL (p< 0.001). Confluency time (mean) group 1: 25.8 days, group 2: 35.7 days, group 3: 26 days, group 4: 19.7 days (p< 0.001). Confluency cell number (mean) group 1: 6.54 x 106/mL, group 2: 4.61 x 106/mL, group 3: 5.94 x 106/mL, group 4: 11.14 x 106/mL (p< 0.001). Differentiation time group 1: 15.5 days, group 2: 25.4 days, group 3: 15.4 days, group 4: 11.2 days (p< 0.001). Posthoc analysis for initial cell number was found significantly different for group 1 and 4 (p= 0.000), group 2 and 4 (p< 0.001) and group 3 and 4 (p< 0.001). Posthoc analysis for confluency time, confluency cell number and differentiation time was found significantly different for all groups except group 1 and 3 (p= 1.000, 0.670, 1.000).
Conclusion. Peripheral blood mesenchymal stem cells after GCSF induction are able to be isolated, proliferate and differentiate. GCSF administration increase mesenchymal stem cells number and shorten culture duration. Peripheral blood is a promising alternative donor for mesenchymal stem cells.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>