Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70529 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ajeng Savitri
"ABSTRAK
Aplikasi dan website kencan online telah menjadi fenomena besar karena pertumbuhan internet. Penelitian ini berfokus ekplorasi preferensi setiap invidivual untuk menggunakan metode tradisional atau pun baru dalam rangka mencari pasangan hidup. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengadakan wawancara untuk memahami perspektif masing-masing orang dalam menemukan pasangan hidup dan bagaimana hal itu berdampak pada hubungan tiap individu. Penelitian ini menemukan bahwa banyak individual yang lebih memilih untuk menggunakan metode online untuk menemukan pasangan hidup dibandingkan menggunakan metode tradisional.

ABSTRACT
AbstractOnline dating applications and websites has become a huge phenomenon since the growth of the internet. The research focuses on exploring people preference of using traditional or new kind of dating methods to find relationship partners. The study conducted by interview to understand people rsquo s perspective of each ways to find partners and how it impacts every relationship of each individual. This research found that people prefer to find romantic partners through online method than the traditional one. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wiranita Ramadhani Utami
"Sebagai media sosial berbasis foto, Instagram memberikan ruang ke penggunanya untuk secara hati-hati mengekspresikan diri dengan tujuan untuk menyampaikan sisi positif pengguna ke pengikutnya. Hal ini menciptakan perilaku baru dimana pengguna membuat persona yang bukan diri mereka sendiri dan perempuan menjadi yang paling rentan dalam menghadapi efek negatif presentasi diri. Untuk mengurangi efek negatif dari Instagram, Tagar #MakeInstagramCasualAgain mendorong pengguna menampilkan foto dengan sedikit kurasi untuk menunjukkan diri mereka yang otentik atau tidak sempurna. Penelitian ini bertujuan untuk memahami apakah gerakan ini mampu membantu perempuan menampilkan diri mereka secara berbeda tanpa mengikuti standar social di Instagram. Enam puluh sampel diambil dari lima akun yang mengunggah foto mereka dari Januari hingga Desember 2021. Menggunakan teori presentasi diri dari Goffman (1959), analisa menunjukkan foto yang masuk ke dalam tagar menggunakan sedikit kontrol. Selain itu, sosial media juga tidak mempunyai standar spesifik foto yang layak untuk dibagikan. atau singkatnya, setiap pengguna mempunyai kendali sendiri terhadap foto yang mereka bagikan. Terakhir, dengan lebih banyaknya pengguna yang beralih untuk mengunggah foto yang kurang dikurasi, estetika Instagram yang ada mungkin akan tergantikan dengan postingan biasa. Secara keseluruhan, gerakan ini berdampak positif pada cara orang menampilkan diri dan cara audiens Instagram memandang media sosial.

As a photo-based social media platform, Instagram allows users to create self-expression carefully. They are aiming for users to perceive their bright and positive side of them. This behavior often leads users to create a persona that is not theirs. Mostly, women are vulnerable to facing the consequence of creating self-presentation on Instagram. The hashtag #MakeInstagramCasualAgain encourages users to start displaying photos with less curation to show their imperfect and authentic selves to the public to lessen the negative effect of Instagram. This study aims to understand how this movement helps women present themselves differently without following the social standard through Instagram. Sixty samples are taken from posts uploaded by five accounts from January to December 2021. Using Goffman's (1959) theory of self-presentation, the study found that photos taken under the hashtag reveal that public users share a less controlled action. It also reveals that social media does not have any specific standard of which image is worth sharing. In short, the people who run the platform have control over what to share. Eventually, the existing aesthetic of Instagram may be replaced with casual posts because more users are shifting to show less curated photos. Overall, the movement positively impacts how people present themselves and how the audience of Instagram perceives social media."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Melati Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan fenomena penipuan `catfishing` yang lazim ditemukan pada aplikasi kencan, salah satunya Bumble. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai topik ini yang menghubungkan fenomena tersebut dengan Teori Presentasi Diri. Namun, ada beberapa aspek yang belum dipertimbangkan dalam aplikasi Bumble, seperti bagaimana pengguna Bumble merepresentasikan diri mereka pada profil mereka melalui foto profil dan kotak deskripsi mereka. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi literatur melalui analisis data sekunder. Studi ini menggambarkan bahwa taraf `catfishing` pada aplikasi Bumble adalah sebagai bentuk presentasi diri yang selektif, bukan bertujuan untuk membuat profil palsu.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Kanza Atsarina Hakim
"Munculnya aplikasi kencan daring seperti Tinder telah menciptakan cara baru yang berbeda bagipengguna untuk menemukan calon kenalan baru dengan beragam latar belakang serta motif pada saatmenggunakan aplikasi kencan daring. Perancangan aplikasi kencan daring merepresentasikanpertumbuhan jenis komunikasi dan interaksi dibandingkan dengan cara kencan konvensional.Perubahan media untuk berkomunikasi dapat mengubah cara pengguna dalam percobaanmenggambarkan diri mereka pada aplikasi kencan, baik menjadi diri yang autentik atau bersifatdesepsi. Penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, berdasarkan data survei yangdikumpulkan melalui media sosial (Instagram dan Twitter) pada pengguna aplikasi kencan daringTinder di DKI Jakarta serta menggunakan Structured Equation Modeling (SEM). Penelitian inimengamati bagaimana pengguna Tinder menampilkan diri mereka sekaligus melakukan uji pengaruh antara latar belakang demografis dan psikologis responden terhadap pemilihan motif mereka menggunakan Tinder, serta cara responden mempresentasikan diri mereka kepada lawan bicara padaaplikasi tersebut. Penelitian ini menemukan latar belakang psikologis narsisme sebagai latar belakang dengan signifikansi tertinggi dan paling banyak pengaruhnya terhadap pemilihan 3 (tiga) motif, yaitu motif hookup/sex, mencari teman pada saat berpergian, serta mencari validasi. Latar belakang psikologis kesendirian, menjadi latar belakang kedua tertinggi dan terbanyak dengan memengaruhi 2 (dua) motif secara signifikan yaitu motif mencari teman dan mencari pasangan romantis. Motifhookup/sex dan mencari validasi ditemukan sebagai motif yang memengaruhi presentasi diri yangdesepsi, sedangkan responden dengan motif mencari hubungan romantis ditemukan memiliki presentasidiri yang autentik.

The emergence of online dating application apps such as Tinder has created new different way for users to find new potential acquaintances with diverse background and motives of using such application online. The design of online dating application represents the growth of type of communication andinteraction compare to the conventional way of dating. The change of medium to communicate might change the way users try to depict themselves on the dating application, either being authentic ordeceptive-self. This research will be conducted with quantitative approach based on survey data collected via social media (Instagram and Twitter) on the users in DKI Jakarta and using StructedEquation Modelling (SEM), this research observed on how Tinder users present themselves and at the same time assessing the impact of their demographic, and personality background which mightinfluence their motives of using Tinder and how they present themselves. This study found narcissismas psychological background with the highest significance and the most influence on the selection of 3 (three) motives, namely hookup/sex motives, making friends while traveling, and seeking validation. The psychological background of loneliness is the second highest and most common background by significantly influencing 2 (two) motives, namely the motive of looking for friends and looking for a romantic partner. Hookup/sex motives and seeking validation were found to be the motives influencing deceptive self-presentation, whereas respondents with a romantic relationship-seeking motive werefound to have authentic self-presentations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siwi Sarita
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara need to belong dan self-presentation yang ditunjukkan remaja di Instagram. Need to belong didefinisikan sebagai kebutuhan untuk membentuk dan mempertahankan setidaknya kualitas minimum dari hubungan interpersonal, yang biasanya telah dibawa sejak lahir dan universal bagi manusia. Self-presentation adalah proses di mana individu berusaha untuk mengontrol kesan yang diberikan orang lain kepada mereka. Pengukuran need to belong dilakukan dengan menggunakan alat ukur Need to Belong Scale (NTBS) yang dikembangkan oleh Leary, Kelly, Cottrell, & Schreindorfer (2013). Pengukuran self-presentation dilakukan dengan menggunakan alat ukur Self-Presentation Tactics Scale (SPT) yang dikembangkan oleh Lee, Quigley Nesler, Corbett, & Tedeschi (1999). Alat ukur tersebut diadaptasi agar lebih sesuai ke dalam konteks penggunaan Instagram. Partisipan penelitian berjumlah 204 remaja berusia 10-22 tahun yang menggunakan Instagram. Melalui teknik statistik Pearson Correlation, diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara need to belong dan self-presentation yang ditunjukkan remaja di Instagram, khususnya pada tipe self-presentation ingratiation.

ABSTRACT
This research was conducted to find the correlation between need to belong and self-presentation that adolescents show on Instagram. Need to belong defined as a need to form and maintain at least a minimum quantity of interpersonal relationship, is innately prepared (and hence nearly universal) among human beings. Self-presentation defined as the use of behavior to communicate some information about oneself to others. Need to belong was measured using an instrument named Need to Belong Scale (NTBS) developed by Leary, Kelly, Cottrell, & Schreindorfer (2013). Self-presentation was measured using Self-Presentation Tactics Scale (SPT) developed by Lee, Quigley Nesler, Corbett, & Tedeschi (1999). This instrument was adapted to the context of the use of Instagram. Participants of this research were 204 adolescents aged 10-22 years old who use Instagram. The Pearson Correlation indicates positive significant correlation between need to belong and self-presentation that adolescents show on Instagram, particularly the ingratiation tactic of self-presentation."
2016
S64823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ardi Wilda Irawan
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas presentasi diri dalam online dating kencan daring di Setipe.com. Presentasi diri adalah salah satu elemen penting dalam kencan daring. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana presentasi diri dalam kencan daring. Untuk melihat hal tersebut, peneliti menggunakan teori dramaturgi Goffman. Selama ini presentasi diri Goffman lebih dekat dengan konteks luring, penelitian ini berusaha mendudukkannya dalam konteks daring. Penelitian ini menggunakan metode netnografi untuk mengetahui cara informan menampilkan dirinya dalam percakapan dengan calon pasangan di kencan daring. Penelitian ini akan meneliti dua pengguna kencan daring N=2 dari Setipe.com. Data yang digali adalah profil diri dan interaksi informan dengan calon-calon pasangannya melalui fitur chat di Setipe.com. Hasil penelitian ini menemukan bahwa informan melakukan presentasi diri dalam kencan daring melalui penulisan profil diri dan pesan percakapan dengan match. Sistem kencan daring juga membuat presentasi diri terjadi secara bertahap dan memudahkan informan dalam melakukan presentasi diri. Informan melakukan presentasi diri sejak mendaftar di kencan daring sampai bertukar kontak. Cara-cara yang informan tempuh untuk mempresentasikan dirinya, antara lain: menyeleksi informasi dalam mengisi profil diri, menggunakan informasi dari match untuk mendefinisikan situasi, menonjolkan topik penting untuk mengelola impression management, dan meminta kontak pribadi match agar bisa berpindah ke medium komunikasi yang lebih privat.

ABSTRACT
This research discusses the self presentation in online dating in Setipe.com. This research aims to find out how an individual present him herself in online dating. As one of the important element on online dating, the researcher uses Goffman rsquo s dramaturgy theory to observe the self presentation. Although Goffman rsquo s theory places dramaturgy in offline context, this research is trying to put dramaturgy in online context. The method used in this research is netnography. This research will observe two online dating user N 2 from setipe.com. The data are the informant rsquo s profile and interaction with the match through the chat in setipe.com. The result shows that the informant was presenting himself in online dating. The informant presented himself by shaping his profile and conversing with his match. The online dating system also makes it easy for the informant to present himself gradually. The informant was also presenting himself by exchanging contact with his match. The informant was doing the presentation of self by selecting the profile information, using the match rsquo s information to define the situation, emphasizing a certain topic as an impression management, and asking for the match rsquo s number so that they can switch into a more private communcation medium."
2017
T48783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devirianty
"Fear of intimacy merupakan hambatan yang menghalangi dewasa muda untuk membangun keintiman dalam rangka membentuk hubungan romantis dengan pasangan. Self-esteem rendah sebagai faktor internal yang memungkinkan seseorang untuk mempunyai fear of intimacy tinggi, merupakan salah satu akibat dari fenomena perceraian yang semakin marak di Indonesia sekarang ini. Dewasa muda yang berasal dari keluarga bercerai cenderung mempunyai self-esteem yang rendah dibandingkan dewasa muda dari keluarga utuh, dan karena itu cenderung mempunyai fear of intimacy yang tinggi. Penelitian ini mencoba untuk mencari dan menemukan arah korelasi self-esteem dengan fear of intimacy pada dewasa muda melalui pendekatan kuantitatif. 103 partisipan yang terdiri dari tiga kelompok berdasarkan status perkawinan orangtua (menikah, bercerai, janda/duda meninggal) mengisi alat ukur yang terdiri dari adaptasi Fear of Intimacy Scale (FIS) dan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Pengolahan data dengan teknik chi-square menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan ( Pearson?s r = - .368, p value = 0.00) antara skor self-esteem dan skor fear of intimacy. Korelasi negatif yang ditemukan mengindikasikan bahwa semakin baik self-esteem seseorang maka semakin rendah kecenderungan fear of intimacy. Oleh karena itu, self-esteem anak yang orangtuanya bercerai (cenderung rendah) perlu mendapat perhatian khusus agar tidak tumbuh menjadi faktor internal yang menimbulkan fear of intimacy saat anak berusia dewasa muda.

Fear of intimacy are barriers that prevent young adults to build intimacy in order to form a romantic relationship with a partner. Low self-esteem as internal factors that enable a person to have a high fear of intimacy, is one result of the growing phenomenon of divorce in Indonesia today. Young adults from divorced families tend to have lower self-esteem than young adults from intact families, and therefore tend to have a high fear of intimacy. This study tries to seek and find the direction of the correlation of self-esteem and fear of intimacy in young adults through a quantitative approach. 103 participants consisting of three groups based on parental marital status (married, divorced, widow / widower dies) fill the adaptation of Fear of Intimacy Scale (FIS) and the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Data analysis with chi-square technique showed a significant negative correlation (Pearson's r = - .368, p value = 0:00) between the scores of self-esteem and fear of intimacy scores. Negative correlation that was found indicating that if a person's has better self-esteem, they would have the lower the tendency of fear of intimacy. Therefore, the self-esteem of children whose parents divorce (rather low) need special attention so it wont grow into internal factors that give rise to fear of intimacy when children were in young adult."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsaura Humane Ittihadia
"Penelitian ini membahas mengenai hubungan presentasi diri dengan kesejaheraan subjektif mahasiswa yang menggunakan media sosial. Memiliki kesejahteraan subjektif yang tinggi dapat membantu melindungi mahasiswa dari afek negatif terhadap situasi yang membuat stress, depresi, serta tertekan. Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi kesejahteraan subjektif adalah presentasi diri yang dilakukan lewat media sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis survei. Sampel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan metode probability sampling dengan teknik stratified random sampling, sedangkan untuk instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Responden dalam penelitian ini berjumlah 92 mahasiswa program sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia angkatan 2020 dan 2021. Berdasarkan hasil uji korelasi kendall’s tau-b, terdapat hubungan positif yang sangat lemah antara presentasi diri dan kesejahteraan subjektif dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,124. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat presentasi diri yang dilakukan oleh individu, makan akan semakin tinggi kesejahteraan subjektif yang dirasakan oleh individu.

This study discusses the relationship between self-presentation and subjective well-being of students who use social media. Subjective well-being is an important component in the life of a college student. Having high subjective well-being can help college students from being negatively impacted by situations that are stressful, and despressing. One aspect that can affect subjective well-being is self-presentation. Therefore, this study aims to determine the relationship between self-presentation and subjective well-being in college students who use social media. This study uses a quantitative research approach with a survei type. The sample in this study was measured using the probability sampling method with stratified random sampling technique, while the research instrument used was a questionnaire. Respondents in this study were 92 undergraduate students at the Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia, class of 2020 and 2021. Based on the results of Kendall's tau-b correlation test, there is a very weak positive relationship between self-presentation and subjective well-being with a correlation coefficient of 0.124. This shows that the higher the level of self-presentation carried out by individuals, the higher the subjective well-being felt by a person."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Mala Ursila
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan hubungan romantis dengan psychological well being pada mahasiswa yang sedang berpacaran. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur Relationship Assessment Scale (RAS) yang disusun oleh Hendrick (1988) untuk mengukur kepuasan hubungan romantis dan alat ukur Psychological Well-Being disusun oleh Ryff yang diadaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi mahasiswa di Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini sejumlah 161 mahasiswa yang terdiri dari 97 perempuan dan 64 laki-laki dengan karakteristik berusia 18 ? 30 tahun dan sedang menjalin hubungan romantis dengan lama pacaran minimal 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kepuasan hubungan romantis dengan psychological well-being pada mahasiswa yang berpacaran.

This research was conducted to see the relationship between romantic relationships satisfaction and psychological well being in college students who are dating. This research used quantitative approach using Relationship Assessment Scale by Hendrick (1988) to measure satisfaction on romantic relationship and Psychological Well Being Scale by Ryff adapted to adjusting the conditions in Indonesia. The participants on this research were 161 college students which 97 females and 64 males with characteristics aged 18 - 30 years old and in a romantic relationships with long courtship at least 6 monts. The result shows that there is a significant and positive correlation between romantic relationships satisfaction and psychological well being in college students who are dating.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>