Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96276 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Namira
"ABSTRAK
Dengan meningkatnya partisipasi wanita di ranah kerja, banyak film-film Hollywood yang mencoba mengangkat isu wanita karir ke dalam film-film mereka. The Devil Wears Prada adalah salah satu film yang mencoba menampilkan dua wanita karir sebagai dua tokoh utama di film mereka. Film ini menghadirkan dua wanita karir dengan pilihan hidup yang sangat berbeda. Selagi film ini memberikan gambaran yang kontras antara dua wanita karir ini, makalah ini bertujuan untuk mengungkap bahwa dua wanita yang berbeda ini mengekspresikan agensi dengan caranya masing-masing. Tidak ada dari mereka yang lebih kuat di antara yang lain tanpa memperhatikan apakah mereka melawan atau mengikuti stereotip tentang wanita karir. Untuk menjawab pertanyaan mengenai agensi wanita ini, makalah ini akan menganalisa dialog, alur, dan mise n scene di dalam Film The Devil Wears Prada, dan bagaimana elemen-elemen ini mendukung pandangan bahwa film ini menampilkan dua jenis agensi yang mana tidak ada satupun agensi yang lebih buruk dibanding yang lainnya.

ABSTRACT
With the increase of women participation at work, many Hollywood movies try to bring this notion of working women into their movies. The Devil Wears Prada is one of the movies that progressively present working women as their two main characters. This movie comes up with a story of two contrasting working women with different life choices. While the movie tries to give the idea of binary opposition of the lives of these two working women, this paper aims to reveal that the two women in the movie with their different way of lives express agency in their own way. None of these women are less powerful that the other whether they fit or challenge the stereotype of working women. In order to answer this question about female agency, this paper will analyze the dialogue, the plot and the mise n scene of The Devil Wears Prada and how these elements of the movie support the idea that the movie shows two different types of agency which none are worse than the other."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Weisberger, Lauren, 1977-
New York: Broadway Books, 2004
813.6 WEI d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Weisberger, Lauren, 1977-
New York: Anchor Books, 2003
813.6 WEI d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Averil Khalisha Paramesti
"Ever since its first coinage by James Truslow Adams in 1931, The American Dream has been long held as the everymans life, which promises success through hard work and stresses the preservation of collective ideals to all Americans regardless of each individuals differences. The Dreams endurance is further strengthened by its frequent presence in American popular culture. However, the life and times of the Americans have greatly changed since the Dreams inception, and this raises the question of todays state of the Dream. Examining The Devil Wears Prada (2006) and its main character Andrea Sachs, this research investigates whether the films depiction of the American Dream is in accordance to Adams original concept. By dissecting the Dreams basic concepts and observing its manifestations in the film, this research argues that the film provides a radically metamorphosed version of the American Dream, in which it is now a mere justification for selfish endeavours and has become a tool of oppression to those who seek it.

Sejak pertama kali diciptakan oleh James Truslow Adams pada tahun 1931, Mimpi Amerika telah lama dianggap sebagai kehidupan ideal setiap orang yang menjanjikan kesuksesan melalui kerja keras dan menekankan pelestarian cita-cita kolektif untuk semua warga negara Amerika terlepas dari perbedaan masing-masing individu. Mimpi Amerika pun semakin langgeng dengan kehadirannya yang konstan pada budaya populer Amerika. Akan tetapi, kehidupan orang Amerika telah berubah secara drastis sejak awal kehadiran Mimpi Amerika, dan hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keadaan Mimpi Amerika saat ini. Mengamati The Devil Wears Prada (2006) dan tokoh utamanya Andrea Sachs, penelitian ini menyelidiki apakah konstruksi Mimpi Amerika di dalam film sesuai dengan konsep asli Adams. Dengan mengulas ide-ide dasar Mimpi Amerika dan melihat beragam manifestasinya di dalam film, penelitian ini menemukan bahwa film ini memperlihatkan versi Mimpi Amerika yang telah berubah secara radikal, di mana Mimpi Amerika sekarang ini hanya menjadi justifikasi usaha menguntungkan diri sendiri semata dan telah menjadi alat penindasan bagi siapapun yang mengejarnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Weisberger, Lauren, 1977-
"A sequel to "The Devil Wears Prada" finds Andy Sachs and her partner, Emily, blossoming throughout eight years at the head of a wildly successful high fashion bridal magazine only to be haunted by memories of their former boss on the eve of Andy's wedding."
New York: Simon & Schuster, 2014
813 WEI r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Fitri Hariana
"Bahasa merupakan suatu alat untuk berkomunikasi antara satu individu dengan individu yang lain. Namun, penggunaan bahasa dinilai menjadi salah satu bentuk kekuasaan. Beberapa penelitian mengatakan bahwa manusia yang masih tinggal di lingkungan yang terpencil atau yang masih kental menganut paham patriakal pasti mempengaruhi dalam penggunaan bahasa. Laki-laki dinilai memiliki kekuasaan lebih tinggi dalam hal berbicara daripada wanita karena paham yang mereka anut. Dengan adanya pernyataan demikian, muncul satu pertanyaan, yaitu apakah di dunia modern masih seperti itu? Apakah paham patriakal masih mempengaruhi manusia berbicara di zaman modern sekarang ini? Eksistensi dari "women's language" dapat dilihat dalam percakapan wanita dalam kehidupan sosial mereka. Tulisan ini membahas tentang keberadaan "women's language" dalam percakapan seorang perempuan dalam aktivitas kehidupannya melalui sebuah film yang berjudul The Devil Wears Prada. Tulisan ini juga akan membahas bagaimana keberadaan "women's language" tersebut muncul dalam percakapan perempuan tersebut sehari-hari.

Language is a communication media between one individual and others. However, the use of language is considered a form of power. Some studies have found that the use of language will be certainly influenced by the people who live in an isolated area or an area that still adopt a strong patriarchy system. Men are considered to have a higher power in the aspect of conversation than women because of the patriarchy concept they hold. This statement will raise a question, does that situation still exist in modern society? Does the patriarchy system still influence people when they speak? The existence of "women's language" can be seen in women?s conversation in their social lives. This paper will discuss the existence of "women's language" in a woman?s conversation in her life activities in the movie The Devil Wears Prada (2006). The paper will also discuss how the existence of "women's language" appears in women?s daily conversation in modern life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kautsar Irnando
"ABSTRAK
Film Devil Wears Prada dipercaya sebagai film yang mempengaruhi wanita dalam merubah cara memimpin karena sang tokoh utama: Miranda Priestly. Namun, hal itu tidak sepenuhnya benar terhadap wanita Indonesia. Dalam penelitian kali ini , kuisioner dibagikan kepada 15 polisi wanita Divisi Hubungan Masyarakat Polri dan hasil dari jawaban mereka dianalisis menggunakan teori komunikasi masa dari McQuil. Partisipanari dari penelitian memberikan jawaban yang berbeda ndash; beda sesuai dengan alas an mereka masing ndash; masing. Hasil dari kuisoner yang telah dianalisis menunjukkan bahwa film Devil Wears Prada tidak mempengaruhi wanita Indonesia dalam merubah cara memimpin karena kita memiliki aspek yang bebeda kehidupan dengan orang-orang di benua lain yang menganggap bahwa film ini memberi pengaruh besar.

ABSTRACT
The movie, Devil Wears Prada, was belief as an influencing movie for women in changing their leadership style because of the main character Miranda Priestly. However, the thought might not be true for women in Indonesia. Questionnaires were given to 15 member of INP and the results were analyzed by using McQuill mass communication theory. There are different thought from the participants toward the movie due to their own reason. The result from the questionnaires shows that the movie is not influencing for Indonesian women because of different variables that we share from those who live overseas."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Purwati Puji Lestari
Depok: Universitas Indonesia, 1992
S2468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Averil Khalisha Paramesti
"ABSTRAK
Sejak pertama kali diciptakan oleh James Truslow Adams pada tahun 1931, Mimpi Amerika telah lama dianggap sebagai kehidupan ideal setiap orang yang menjanjikan kesuksesan melalui kerja keras dan menekankan pelestarian cita-cita kolektif untuk semua warga negara Amerika terlepas dari perbedaan masing-masing individu. Mimpi Amerika pun semakin langgeng dengan kehadirannya yang konstan pada budaya populer Amerika. Akan tetapi, kehidupan orang Amerika telah berubah secara drastis sejak awal kehadiran Mimpi Amerika, dan hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keadaan Mimpi Amerika saat ini. Mengamati The Devil Wears Prada (2006) dan tokoh utamanya Andrea Sachs, penelitian ini menyelidiki apakah konstruksi Mimpi Amerika di dalam film sesuai dengan konsep asli Adams. Dengan mengulas ide-ide dasar Mimpi Amerika dan melihat beragam manifestasinya di dalam film, penelitian ini menemukan bahwa film ini memperlihatkan versi Mimpi Amerika yang telah berubah secara radikal, di mana Mimpi Amerika sekarang ini hanya menjadi justifikasi usaha menguntungkan diri sendiri semata dan telah menjadi alat penindasan bagi siapapun yang mengejarnya.

ABSTRACT
Ever since its first coinage by James Truslow Adams in 1931, The American Dream has been long held as the everyman s life, which promises success through hard work and stresses the preservation of collective ideals to all Americans regardless of each individual s differences. The Dream s endurance is further strengthened by its frequent presence in American popular culture. However, the life and times of the Americans have greatly changed since the Dream s inception, and this raises the question of today s state of the Dream. Examining The Devil Wears Prada (2006) and its main character Andrea Sachs, this research investigates whether the film s depiction of the American Dream is in accordance to Adams s original concept. By dissecting the Dream s basic concepts and observing its manifestations in the film, this research argues that the film provides a radically metamorphosed version of the American Dream, in which it is now a mere justification for selfish endeavours and has become a tool of oppression to those who seek it."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Diko Rinaldo
"Skripsi ini merupakan pendekatan filosofis terhadap pilihan identitas atas kecantikan perempuan yang dikonstruksi oleh beberapa ideologi dan dikaitkan dengan derasnya arus informasi yang disodorkan oleh beberapa media elektronik, film khususnya. Kondisi ini membawa kita pada satu bentuk fenomena budaya, yang oleh Jean Baudrillard dikatakan sebagai fenomena budaya hiperrealitas. Berbeda dengan pengkajian budaya, telaah filosofis menaruh perhatian pada kondisi individu yang otonom. Penelitian dilakukan dengan cara membedah fenomena hiperrealitas dengan hipersemiotika sebagai pisau bedahnya.

This undergraduated thesis is a philosophical approach of the female beauty identity selection that is constructed by some of the ideology and associated with a rapid flow of information offered by some of the electronic media, especially movies. This condition leads to a cultural phenomena that Jean Baudrillard said as the cultural phenomenon of hyperreality. Unlike the assessment of cultural, philosophical study concerns with the conditions of the autonomous individual. Research has been done by dissecting the phenomenon of hyperreality with hypersemiotic as the scalpel."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43270
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>