Ditemukan 113326 dokumen yang sesuai dengan query
Gandes Rasyida
"
ABSTRAKPenulisan ini disusun dalam upaya menjelaskan pemanfaatan media sosial Facebook sebagai sarana reaksi sosial informal atas fenomena pengunggahan foto penganiayaan hewan oleh pelaku. Reaksi sosial informal yang disampaikan oleh masyarakat untuk menanggapi postingan pelaku melalui kolom komentar akan dijelaskan dengan menggunakan teori Labeling oleh Howard S. Becker. Pelaku pengunggah foto penganiayaan hewan ke akun media sosialnya tersebut di label oleh masyarakat sebagai penyimpang. Indikator penyimpangan tersebut dinilai berdasarkan tipe-tipe penyimpangan Becker, yaitu, tuduhan palsu Falsely Accused , penyimpangan murni Pure Deviance , konformis Conforming , dan penyimpangan rahasia Secret Deviance .
ABSTRACTThis study aims to explain societal reaction against animal abuse expressed through Facebook. Utilizes Howard S. Becker 39 s Labelling Theory to explain the use of social media as a mechanism of social control. Users who uploaded pictures of themselves abusing animals are labelled as deviants. There are four indicators of deviance used for this research Falsely Accused, Pure Deviance, Conforming, and Secret Deviance. Based on those parameters, this research concludes that the acts of cruelty against animals which are uploaded to Facebook can be defined as deviance."
2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Anggun Yuliastuti
"Perempuan rentan mengalami kekerasan, baik di dunia nyata maupun dalam ruang siber (cyber space). Bahkan kekerasan yang terjadi di ruang fisik diungkapkan dalam ruang siber melalui media sosial, seperti disebarkannya video yang memperlihatkan peristiwa kekerasan terhadap perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana reaksi sosial nonformal berupa komentar yang ditulis oleh pengguna media sosial pada video kekerasan terhadap perempuan di Cinere kota Depok. Komentar-komentar yang ditujukan pada video kekerasan terhadap perempuan dikaji dengan menggunakan konsep patriarki, kekerasan terhadap perempuan, viktimisasi serta juga memanfaatkan teori symbolic reality dan pemikiran feminis mengenai maskulinitas. Hasilnya diperoleh bahwa, berbagai komentar baik yang mendukung atau yang tidak mendukung korban merepresentasikan realitas sosial yang diyakini oleh pengguna media sosial. Banyak pula komentar yang berpihak pada korban, baik perempuan yang mendapatkan kekerasan maupun anak yang ada di samping korban. Selain itu, komentar yang menyalahkan korban (victim blaming) juga ditemukan. Perempuan yang menjadi korban kekerasan di dunia nyata masih mendapatkan kekerasan lagi di ruang siber melalui komentar yang diberikan oleh pengguna media sosial. Dapat disimpulkan dari total 399 komentar yang dianalisis, terdapat komentar yang mendukung dan yang tidak mendukung perempuan sebagai korban kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki. Perbedaan komentar yang terlihat pada unggahan video kekerasan tersebut didasarkan pada realitas simbolik yang diyakini berbagai macam.
Women are vulnerable to violence, both in the real world and in cyberspace. Even violence that occurs in the real world also emerges in cyberspace through social media, such as the dissemination of videos showing incidents of violence against women. This research is to see nonformal social reactions in the form of comments written by social media users on videos of violence against women in Cinere, Depok City. The comments expressed on videos of violence against women are studied using the concepts of patriarchy, violence against women, and victimization, and also utilizing the theory of symbolic reality and feminist thought about masculinity. The result obtained is that the various comments given by social media users on videos of violence against women represent the social reality believed by social media users. Many commenters sided with the victim, either the woman who was assaulted or the child who was next to the victim. Furthermore, comments blaming the victim are also still found on these violent video posts. Women who are victims of violence in the real world still get more violence in the virtual world through comments given by social media users. The different comments on the violent videos are based on the symbolic realities they believe. In conclusion, from the 399 comments that have been analyzed, there are comments that support and comments that do not support women as victims of violence. The different comments on the violent video are based on the symbolic reality they believe in."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Adil Fakhri Hanif
"Karya tulis ini memaparkan mengenai reaksi non formal masyarakat terhadap penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh anggota Polri. Pada dasarnya, karya tulis ini bergerak dari pendapat masyarakat yang melihat terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh anggota Polri. Bentuk pendapat ini dalam arti lain disebutkan sebagai persepsi masyarakat atau cara pandang masyarakat terhadap sebuah objek yaitu penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh anggota Polri. Karya tulis ini juga menggambarkan bagaimana reaksi non formal ini akan berperan dalam masyarakat sebagai sebuah kontrol sosial berdasarkan pada teori kontrol soosial Ivan F. Nye dalam meminimalisir terjadinya penyalahgunaan wewenang. Kontrol sosial yang dibangun dalam masyarakat seharusnya bisa berperan untuk pemangku kebijakan dalam mengambil kebijakan.
This article describe about the public non formal reaction have against the abuse of authority by Indonesian National Police. Basically this article start from the public idea that sees abuse of authority by Indonesian National Police. The thesis laid its foundation on a public opinion which sees the occurrence of deviance and abuse of authority conducted by Indonesia National Police 39 s personnel. This assumption can also be seen as public 39 s perception or point of view regarding an object , which is an abuse of authority by Indonesia National Police 39 s personnel. The author tries to describe how this non formal reaction acts as a social control in society, based on Social Control Theory by Albert J. Reiss and Ivan F. Nye in order to minimize the occurrence of authority abuse. The social control, which is developed inside the society should be adequate to act as stakeholder in the realm of policy making."
2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Adnan Satyanugraha Putra
"
ABSTRAKPenulisan ini berupaya untuk menjelaskan reaksi sosial informal masyarakat yang ditunjukan dalam media online visual YouTube ketika bereaksi terhadap kecelakaan lalu lintas yang dialami orang-orang dari dua status yang berbeda yaitu celebrity or high status person dan masyarakat biasa, serta untuk melihat dampak dari penegakan hukum dari reaksi masyarakat yang ditimbulkan terkait subjek pemberitaan di Youtube berdasarkan perbedaan dari reaksi terhadap status sosial orang yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas yang dimuat dalam media online visual. Penulisan ini juga berupaya untuk melihat komentar-komentar yang diberikan masyarakat sesuai dengan teori differential social power yang dikemukakan oleh W.J Chambliss dan pandangan subjektif masyarakat yang memiliki unsur blameworthiness dalam komentar mereka dalam menanggapi video berita kecelakaan lalu lintas yang di unggah kedalam YouTube.
ABSTRACTThis paper aims to explain the informal social reaction of society shown in the online visual media YouTube when reacting towards traffic accidents of celebrity or high status person versus normal citizens, and to analyze the impact on the law enforcement from the society s reactions aroused relating to the news coverage in YouTube based on differences in their reactions towards the social status of the subjects involved in the traffic accidents that is posted on the online visual media. This paper also aims to analyze the comments from the society in accordance to the differential social power theory by W.J Chambliss and the subjective point of view of society that contains blameworthiness factor in their comments on reacting to the news coverage video of the traffic accident uploaded to Youtube."
2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Intan Rafika Sabrina
"
ABSTRAK<>br>
Tulisan ini bertujuan untuk memperluas kajian mengenai moral crusade yang dilakukan kelompok musik sebagai wujud dari reaksi sosial informal terhadap penyalahgunaan narkoba. Penulis melihat bahwa upaya dalam pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba tidak hanya dapat dilakukan oleh pemerintah tetapi juga kelompok musik sebagai tokoh berpengaruh. Kelompok musik menjadi agen perubahan terhadap perubahan pada kondisi sosial yang terjadi. Ikatan sosial dan kekaguman antara Idola dengan penggemar dimanfaatkan dalam upaya pencegahan praktik penyalahgunaan narkoba. Musik dan aksi panggung dijadikan sebagai media yang digunakan dalam menyampaikan pesan antinarkoba. Sumber data sekunder seperti berita, artikel ilmiah, laporan survey resmi serta dokumen lembaga-lembaga yang terkait menjadi dasar dalam melakukan analisis. Hasilnya, penulis menemukan adanya keterkaitan antara moral crusade sebagai bentuk dari reaksi sosial terhadap kejahatan yang bertujuan untuk mewujudkan perubahan sosial dengan lahirnya gerakan sosial di masyarakat.
ABSTRACT<>br>
This thesis is written with the purpose of widening the study of moral crusade done by musical groups as a form of informal social reaction on the issue of drugs and its abuse. The author sees that the effort of preventing drugs abuse can also be done not only by the government but also musical groups as public figures. In this case, musical groups act as the agents of change on the dynamic social condition. The social bond and admiration shared by both the musical groups and their fans are utilized to prevent the practice of drugs abuse. The music itself and the theatrical acts on the stage act as the media to spread the message of anti drugs abuse. Secondary sources such as news, scientific journals and articles, official survey reports along with documents published by related institutions become the basis of the analysis used in this thesis. Based on those sources, the author found that there is a correlation between moral crusade, that acts as a form of social reaction on criminal acts with the purpose of realizing a social change and the birth of social movement within the society. "
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Imelda Basarma Priskila
"Skripsi ini membahas tentang reaksi sosial non-formal masyarakat Pulau Pari terhadap kejahatan korporasi yang difasilitasi oleh negara state-facilitated corporate crime. State-facilitated corporate crime yang dibahas dalam penelitian ini yaitu adanya klaim atas kepemilikan Pulau Pari dan diterbitkannya sertifikat yang melegalkan status kepemilikan dan hak pengelolaan Pulau Pari oleh BPN secara bertahap sejak 2014 sampai 2017. Dalam menganalisis reaksi sosial non-formal masyarakat, studi reaksi ini menggunakan kerangka pikir dalam konteks advokasi advocating, mobilisasi mobilizing, dan pengorganisasian komunitas community organizing. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data primer wawancara dan observasi serta pengumpulan data sekunder, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang kejahatan yang difasilitasi oleh negara dan bentuk-bentuk reaksi sosial non-formal yang dilakukan oleh masyarakat Pulau Pari. Studi ini memaparkan adanya tiga bentuk reaksi sosial masyarakat melalui advokasi baik advokasi sosial maupun advokasi politik melalui penerbitan petisi, collaborative networking yang dilakukan oleh organisasi non-profit dalam Koalisi Selamatkan Pulau Pari, aksi komunitas di sejumlah instansi pemerintah, dialog dengan para elit dan kampanye di media sosial. Berikutnya, reaksi sosial non-formal juga diwujudkan dalam memobilisasi sumber daya manusia, dana, hingga publikasi. Bagian ketiga dari analisis reaksi sosial non-formal masyarakat Pulau Pari membahas mengenai pengorganisasian komunitas. Dalam studi ini, Peneliti menyimpulkan jika pengorganisasian masyarakat yang diinisiasi oleh organisasi non profit masih dalam tahap awal pengorganisasian yakni identifikasi masalah dan meningkatkan kesadaran komunitas akan pentingnya melakukan reaksi sosial non-formal secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.
This thesis discusses the non formal social reaction of the community of Pari Island against state facilitated corporate crime. The state facilitated corporate crime which discussed in this research is the claim of ownership of Pari Island and the issuance of the certificate which legalize the ownership status and management rights of Pari Island by National Land Agency gradually from 2014 until 2017. In analyzing the study of the non formal social reaction, this case uses a frame of mind in the context of advocating, mobilizing, and community organizing. By using primary data collection techniques primary interviews and observations and secondary data collection, this research is expected to provide a comprehensive view of state facilitated corporate crime and forms of the non formal social reaction conducted by the community of Pari Island. This study describes three forms of the non formal social reaction of crime through advocating by means of social or political advocacy through the issuance of a petition, collaborative networking conducted by non profit organizations in Koalisi Selamatkan Pulau Pari Coalition to Save Pari Island, community actions to some government agencies, dialog with the elites and social media campaigns. Next, the non formal social reaction is also manifested in mobilizing human resources, funds, and publications. The third part of the analysis of the non formal social reaction of the community of Pari Island discussed above is community organizing. In this study, the researcher concluded that community organizing which initiated by non profit organizations is still in the early stages of community organizing that is problems identification and raising community awareness of the importance of undertaking non formal social reactions together to achieve common goals. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Bimo Bagus Prakoso
"
ABSTRAKPenulisan ini secara deskriptif menarasikan pelajar yang menggunakan tempat tinggal (rumah orang tua dan rumah kost) untuk melakukan tindak pidana berupa penyalahgunaan narkoba, dimana idealnya tempat tinggal bagi pelajar haruslah dapat menjadi lokasi untuk beristirahat dan beraktifitas yang sesuai dengan keberadaan seseorang sebagai pelajar. Namun pada kenyataannya terdapat banyak kasus pelajar yang menggunakan tempat tinggal digunakan sebagai tempat untuk menyalahgunakan narkoba.
Dalam penulisan ini menjelaskan beberapa konsep place dan Place moral aspect dan persepsi masyarakat (reaksi sosial) terhadap pelaku dan tempat yang dapat menimbulkan pembacaan moral dari warga masyarakat sekitar, sehingga memunculkan redefinisi makna private dan publik.
ABSTRACTThese script in description narrated students that using living places (parents house and boarding house) to doing criminal attitude as using drugs, where the ideal living house for students must can be location to resting and activiting that suitable with someone status as a student. However in reality occur many case that students using living house for place to using drugs.
In these script describe some concept of place and Place moral aspect and community perception (social reaction) towards subject and place that can inflict moral reading from community around, that inflict redefinition private and public mean."
2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Theofani Febriyanti Charista
"Media sosial berpeluang menjadi medium terjadinya Kekerasan Siber Berbasis Gender (KSBG), seperti revenge porn yang tidak terlepas dari objektifikasi dan komodifikasi seksual serta dominasi dan kontrol laki-laki atas perempuan dan tubuhnya sesuai dengan perspektif feminis radikal. Tulisan ini menggunakan metode analisis konten kualitatif untuk menilai reaksi yang ditimbulkan para pengguna Twitter terhadap uraian kasus revenge porn yang dialami oleh korban melalui bot Anonymous Chat di Telegram. Sebanyak 41.6% warganet memberikan dukungan pada korban, sementara 58.4% warganet memberikan opini yang mengarah pada viktimisasi sekunder dan akan dikategorikan ke dalam lima skala viktimisasi sekunder, yakni minimization of the victim’s suffering, avoidance of the victim, blaming the victim, attractiveness of the victim, dan derogation of the victim.
Social media has the opportunity to become a medium for Gender-Based Cyber Violence (GBCV), such as revenge porn which cannot be separated from sexual objectification and commodification, as well as men’s domination and control over women and their bodies by a radical feminist perspective. This article uses a qualitative content analysis method to assess the reactions caused by Twitter users to the description of the revenge porn case experienced by the victim via the Anonymous Chat bot on Telegram. As many as 41.6% of netizens provide support for victims. In comparison, 58.4% of netizens who provide opinions that lead to secondary victimization will be categorized into five scales of secondary victimization, namely minimization of the victim’s suffering, avoidance of the victim, blaming the victim, the attractiveness of the victim, and derogation of the victim."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Raras Nareswari
"Berbagai budaya telah menyebar dan dikenal masyarakat dengan bantuan perkembangan teknologi seperti internet dan media sosial. Salah satu bentuk dari budaya tersebut adalah gaya rambut, dengan salah satu contoh merupakan gaya rambut dikepang yang merupakan ciri khas budaya kulit hitam. Penggunaan sebuah budaya yang bukan berasal dari kulturnya sendiri dapat disebut sebagai apropriasi budaya. Di Indonesia, Agnez Mo dan Awkarin adalah beberapa nama yang dituduh melakukan apropriasi budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan reaksi dari audiens terhadap foto yang diposting oleh Agnez Mo dan Awkarin dalam sosial media mereka, terutama dalam aspek apropriasi budaya.Penelitian ini menemukan bahwa reaksi di Instagram cenderung lebih positif di mana Agnez Mo dan Awkarin dipuji oleh audiens mereka, sedangkan reaksi di Twitter cenderung negatif, di mana Agnez Mo dan Awkarin dikritik atas perlakuan mereka.
Various cultures have spread and are known to the public with the help of technological developments such as the internet and social media. One form of this culture is hairstyles, with one example being the braided hairstyle that is characteristic of black culture. The use of a culture that is not derived from one's own culture can be referred to as cultural appropriation. In Indonesia, Agnez Mo and Awkarin are some of the names accused of cultural appropriation. This study aims to describe the reactions of the audience to the photos posted by Agnez Mo and Awkarin in their social media, especially in the aspect of cultural appropriation. This study found that reactions on Instagram tend to be more positive where Agnez Mo and Awkarin are praised by their audience, while reaction on Twitter has tended to be negative, with Agnez Mo and Awkarin being criticized for what they did."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Aqiilah Zalfa Uula
"Lambatnya proses hukum dan ketidaksesuaian sanksi mengakibatkan masyarakat di dunia siber berupaya untuk mencapai keadilan melalui vigilantisme digital, khususnya doxing yang menargetkan pelaku kejahatan. Tulisan ini melakukan analisis sentimen reaksi atas serangan doxing terhadap pelaku dalam kasus MD. Kasus yang dipilih dalam tulisan ini adalah penganiayaan oleh tiga pelaku yaitu MD, AG, dan SL terhadap DO. Data dikumpulkan sejak 20 Februari 2023 hingga 20 Maret 2023 dari Twitter dan dianalisis sentimennya dengan algoritma Naive Bayes. Hasilnya, 57,4% warganet mendukung doxing dan 42,% sisanya menolak doxing. Terdapat dua pembahasan utama dalam sentimen positif yaitu pendalihan dalam dukungan terhadap perilaku doxing dan doxing sebagai bentuk keadilan informal. Di sisi lain, pembahasan dalam sentimen negatif berkisar pada dampak doxing bagi pelaku kejahatan serta penolakan terhadap doxing sebagai upaya melindungi anak.
The slow pace of the legal process and the inappropriateness of sanctions have resulted in cyber communities seeking to achieve justice through digital vigilantism, particularly doxing that targets perpetrators. This paper analyzes the sentiment of reactions to doxing attacks against perpetrators in the MD case. The case chosen in this paper is the mistreatment of DO by three perpetrators, MD, AG, and SL. Data was collected from February 20, 2023 to March 20, 2023 from Twitter and analyzed for sentiment with the Naive Bayes algorithm. As a result, 57.4% of netizens supported doxing and the remaining 42.% rejected doxing. There are two main discussions in the positive sentiment, namely the diversion in support of doxing behavior and doxing as a form of informal justice. On the other hand, the discussion in the negative sentiment revolves around the impact of doxing for criminals and the rejection of doxing as an effort to protect children."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library