Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104989 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dimas Radityo Yohakim
"ABSTRAK
Latar Belakang: Endometriosis merupakan isu utama yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi dengan keluhan infertilitas. Endometriosis Fertility Index EFI merupakan suatu sistem staging yang sederhana, bermakna, dan bermanfaat secara klinis untuk memprediksi prognosis fertilitas pada pasien endometriosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kehamilan dan hubungannya dengan skor EFI pada pasien endometriosis yang menjalani terapi pembedahan laparoskopi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Carolus. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode kohort prospektif yang dilakukan di RSCM dan RS Carolus pada subjek pasien endometriosis dengan keluhan infertilitas yang dilakukan terapi pembedahan laparoskopi pada tahun 2012-2014. Skor EFI ditentukan dengan mengambil data catatan rekam medis dan video operasi berdasarkan klasifikasi menurut Adamson. Data kehamilan diambil dalam periode 2 tahun follow up. Hubungan antara skor EFI dengan kehamilan dianalisis secara bivariat. Hasil: Terkumpul 51 pasien yang dianalisis. Sebanyak 18 pasien 35,3 diketahui hamil selama durasi pemantauan 2 tahun. Insidensi kehamilan sampai dengan tahun kedua pada kelompok skor EFI 0-3, 4, 5, 6, 7-8, 9-10 beturut turut adalah 0 , 0 , 50 , 25 , 92,9 , 100 . Median skor EFI pasien yang hamil vs tidak hamil yakni: 7 5-9 vs 4 1-8 dengan nilai p

ABSTRACT
Background Endometriosis is among the main issue related to infertility among reproductive age women. Endometriosis Fertility Index EFI is a simple staging system, significant, and has clinical benefit to predict fertility prognosis among endometriosis patients. This study aimed to know incidence of pregnancy and the relationship between Endometriosis Fertility Index EFI score and pregnancy among endometriosis patients underwent laparoscopy in Cipto Mangunkusumo and Carolus Hospitals. Method This was a cohort prospective study conducted in Cipto Mangunkusumo and Carolus Hospitals. Subjects were endometriosis patinets with infertility who underwent laparoscopic surgery at 2012 2014. EFI score was noted by medical records and procedure video, using Adamson criteria. Pregnancy data was collected with two years of follow up duration. The relationship betweem EFI score and pregnancy was analyzed. Results Fifty one patients was recruited in this study with 18 of them 35,3 konw to be pregnant in follow up. Incidence of pregnancy in two years based on EFI score 0 3, 4, 5, 6, 7 8, 9 10 were respectively 0 , 0 , 50 , 25 , 92,9 , 100 . The median EFI score of pregnant patients vs non pregnant was 7 5 9 vs 4 1 8 , p"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Essy Octavia
"Latar Belakang: Kejadian infertilitas di Indonesia 10-15 dari 39,8 juta wanita usia subur. Infertilitas dapat memberi masalah fisik, mental, sosial hingga perceraian. Sekitar 25 -50 perempuan infertil disertai endometriosis dan laparoskopi telah menjadi salah satu pilihan tatalaksananya. Dalam menjalani suatu metode, ahli bedah dan pasangan selalu ingin mengetahui peluang keberhasilan mereka baik dari data praoperasi ataupun intraoperasi. Lee dkk menyatakan keberhasilan kehamilan alamiah pasca laparoskopi secara keseluruhan adalah 41,9 dan tidak berhubungan dengan derajat endometriosis atau temuan laparoskopi atau jenis operasi. Di Indonesia, belum ada studi yang membahas faktor yang paling mempengaruhi keberhasilan kehamilan alamiah pada perempuan yang menjalani metode laparoskopi operatif.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan kehamilan alamiah pasca laparoskopi operatif.Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif. Dengan total sampling, data diambil dari catatan pasien yang menjalani operasi laparoskopi karena infertilitas dengan endometriosis di RS Cipto Mangunkusumo dan RS Yayasan Pemeliharaan Kesehatan YPK di Jakarta, Indonesia. Analisis data dilakukan dengan perangkat lunak SPSS 20 untuk mengetahui hubungan antara usia, durasi infertilitas, jenis infertilitas, kadar CA-125, ukuran dan bilateralitas endometrioma, perlekatan organ genitalia interna, nodul endometriosis dan patologi tuba dengan keberhasilan kehamilan alamiah dalam 1 tahun pasca laparoskopi operatif.Hasil: Terdapat 70 subjek yang dianalisis. Sebanyak 32 subjek 45,7 hamil dalam satu tahun pasca laparoskopi. Lama infertilitas menggunakan titik potong
Background and aims The incidence of infertility in Indonesia is 10 15 of the 39.8 million women of childbearing age. It can give physical, mental, social and divorce problems. Approximately 25 50 of infertile women cause by endometriosis. Laparoscopy operative LO has become one of its treatments. In choosing a method, surgeon and couples always want to know the chances of their success either from preoperative or intraoperative data. In Indonesia, there are no studies that address the factors influence the success of natural pregnancy in women undergoing LO methods. This study aims to determine what factors affect the success of natural pregnancy postoperative laparoscopy.Methods This study used a retrospective cohort design. With total sampling, the data were taken from the patient records who underwent laparoscopic operative due to infertility with endometriosis at RS Cipto Mangunkusumo and the Health Care Foundation Foundation YPK in Jakarta, Indonesia. Data analysis was performed with SPSS 20 software to determine the relationship between age, duration of infertility, type of infertility, ca 125 levels, size and bilaterality of endometrioma, internal genital adhesion, endometriosis nodules and tubal pathology with successful natural pregnancy in 1 year after laparoscopic operative.Result There were 70 subjects analyzed. A total of 32 subjects 45.7 were pregnant within one year after laparoscopy. The length of infertility using a "
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Duta Atur Tritama
"ABSTRAK
Latar Belakang: Saat ini WHO memperkirakan 60 ndash;80 juta pasangan menderita infertilitas atau diperkirakan 8 ndash;12 persen dari pasangan di seluruh dunia. Salah satu penyebab infertilitas pada wanita adalah endometriois.1,2 Sekitar 20 ndash; 40 wanita infertilitas menderita endometriosis, dengan prevalensi endometriosis pada wanita usia reproduksi adalah 3 ndash;10 .5 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase pasien endometriosis dengan infertilitas yang hamil dalam waktu satu tahun pasca prosedur laparoskopi dan factor-faktor yang mempengaruhinya.Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif, sumber data berasal dari rekam medis dengan pendekatan penelitian deskriptif-analitik kategorikal dengan menggunakan rekam medik pasien yang dilakukan laparoskopi di Rumah Sakit Fatmawati, kemudian di follow up untuk mengetahui kejadian kehamilannya. Data kemudian dianalisis untuk mengetahui hubungan antara usia, lama infertilitas, bilateralitas kista, patensi tuba, dan derajat r-AFS dengan kehamilan.Hasil: Terdapat 64 subjek yang dianalisis. Sebanyak 23 subjek 35,9 hamil dalam satu tahun pasca laparoskopi. Kelompok usia le; 35 tahun memiliki peluang untuk hamil lebih besar dengan OR 6,75 dan nilai p=0,01, lama infertilitas le; 3 tahun memiliki peluang untuk hamil lebih besar dengan OR 3,2 dan nilai p=0,032, derajat r-AFS II dan III juga memiliki peluang hamil yang besar dengan OR 3,25 dan 4,25 dengan nilai p=0,04.Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan angka kehamilan dalam satu tahun pasca laparoskopi sebesar 35,9 . Terdapat hubungan antara usia, lama infertilitas dan derajat r-AFS dengan kehamilan.Kata Kunci: Endometriosis, infertilitas, laparoskopi, kehamilan

ABSTRACT
Background WHO estimate about 60 ndash 80 million infertile couple in the world or about 8 12 from the whole couple. Endometriosis is one of the condition that cause infertility. About 20 40 infertile women are having endometriosis, and endometriosis prevalence in reproductive women is 3 10 . This study purpose is to know about percentage of pregnancy rate in women post laparoskopi.Methods This study is retrospektif cohort, data is taken from medical record of patient in RSUP Fatmawati with categorical descriptive analitic approachment. Data then analyze to know is there any association between age, infertility duration, bilaterality of the cyst, tubal patensy, r AFS stage with pregnancy rate.Results From 64 subject, there are 23 subject 35,9 that pregnant within one year after laparoscopic procedure. Age le 35 years old have a greater chance to get pregnant with OR 6,75 and p value 0,01, duration of infertility le 3 years have a greater chance to get pregnant with OR 3,2 and p value 0,032, r AFS stage II and III are have a greater chance to get pregnant to with OR 3,25 and 4,25 and p value 0,04. Conclusion The pregnancy rate after laparoscopic cystectomy is 35,9 in this study. There are correlation between age, duration of infertility, and r AFS staging with pregnancy rate.Key Words Endometriosis, infertility, laparoscopy, pregnancy "
Lengkap +
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johnny Judio
"Latar belakang: Endometriosis merupakan pertumbuhan jaringan mirip endometrium yang abnormal diluar uterus Studi menunjukkan peran infeksi yang memicu proses inflamasi berhubungan dengan awal mula terjadinya endometriosis. Berbagai macam mikroorganisme penyebab infeksi dari vagina dapat migrasi keatas kemudian menginfeksi dan mengkontaminasi dinding uterus. Akibatnya terjadi akumulasi endotoksin pada cairan mentruasi maupun cairan peritoneal menyebabkan inflamasi dan memicu pertumbuhan endometriosis.
Tujuan: Membuktikan adanya korelasi antara mikroorganisme yang ditemukan pada hasil kultur bilasan vagina dengan mikroorganisme yang ditemukan pada cairan peritoneum hasil laparoskopi perempuan usia reproduksi yang terdiagnosis endometriosis.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik poltong lintang yang bertujuan untuk melihat adanya hubungan korelasi serta mengetahui tingkat korelasi antara mikroorganisme kultur bilasan vagina dengan mikroorganisme pada cairan peritoneum pasien endometriosis.
Hasil: Hasil kultur bilasan vagina dari 31 subjek penelitian yang diteliti, mikroorganisme terbanyak adalah Enterococcus faecalis (32.3%), Eschericia coli (29.1%), dengan 16.1% dengan hasil kultur negatif. Sedangkan dari hasil kultur bilasan peritoneum terdapat 3 subjek (9.6%) dengan hasil positif yaitu dengan jenis bakteri Eschericia coli, Enterococcus faecalis, dan Pseudomonas. Terdapat korelasi lemah antara hasil kultur bilasan vagina dengan kultur bilasan peritoneum (r 0.13). Terdapat korelasi sedang antara kultur positif bilasan vagina dengan nyeri pelvik kronis, korelasi lemah antara kultur positif bilasan vagina dengan nilai Ca 125, dan korelasi lemah antara kultur positif cairan peritoneum dengan tuba kiri yang non paten.
Kesimpulan: Sebagian besar bakteri dari bilasan vagina dan bilasan peritoneum pada pasien endometriosis memiliki hasil bakteri dari organ pencernaan. Terdapat korelasi lemah antara hasil kultur bilasan vagina dengan kultur bilasan peritoneum pada pasien endometriosis.

Background: Endometriosis is an abnormal endometrial like-tissue growth outside the uterus. Studies show the role of infection that triggers the inflammatory process associated with the onset of endometriosis. Various kinds of microorganisms even normal flora causing infection of the vagina can migrate upwards then infect and contaminate the uterine wall. Due to retrogade mestruation, mestrual fluid can entered the peritoneal cavity. As a result, accumulation of endotoxin in menstrual fluid and with retrograde menstruation endotoxins in peritoneal fluid causes inflammation and triggers the growth of endometriosis.
Objective: To prove correlation between microorganisms in vaginal rinse cultures with microorganisms in peritoneal fluid culture in reproductive age women with endometriosis.
Methods: This research use consecutive sampling with 31 subjects reproductive age women with endometriosis who performed surgery procedure. Vaginal bilasan and peritoneal fluid culture were performed. Research was approved by our institutional ethics commitee for health research in 2016.
Results: Results of vaginal rinse culture of 31 subjects studied. Most of vaginal bilasan culture result in gastrointestinal bacteria. Most microorganisms were Enterococcus faecalis (32.3%), Eschericia coli (29.1%), with 16.1% with negative culture results. While the result of peritoneum rinse culture there are 3 subject (9.6%) with positive result that was with Eschericia coli bacteria type, Enterococcus faecalis, and Pseudomonas. There was weak correlation between vaginal rinse culture results and peritoneal rinse culture (r 0.13). There is a correlation between the positive culture of the vaginal rinse with chronic pelvic pain, between the positive culture of the vaginal rinse and Ca 125, and between the positive culture of the peritoneal rinse with the non-patent left tube.
Conclusion: Most of vaginal and peritoneal rinse culture in endometriosis patients result in gastrointestinal bacteria. There was weak correlation between vaginal swab and peritoneal rinse culture.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renny Lestari Avriyani
"ABSTRAK
Latar Belakang : Hubungan antara endometriosis dan nyeri pelvik telah banyak diketahui, namun penjelasan tentang mengapa hal ini bisa terjadi masih belum jelas diketahui. Dapat ditemukan keluhan nyeri hebat pada penderita endometriosis ringan, namun sebaliknya, dijumpai pula penderita endometriosis derajat berat tanpa keluhan nyeri berarti.Tujuan : Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara tampilan susukan endometriosis dan karakteristik nyeri pelvik.Metode : Rancangan penelitian ini menggunakan desain studi retrospektif dengan metode analisis korelasi antara dua variabel numerik. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data retrospektif rekam medis dari 131 pasien yang dilakukan laparoskopi atas indikasi endometriosis dari tahun 2012-2016.Hasil: Endometriosis minimal terdapat pada 2 pasien, endometriosis ringan pada 3 pasien, endometriosis sedang di 26 pasien, dan endometriosis berat pada 104 pasien. Berdasarkan tampilan makroskopik, endometriosis ovarium terdapat pada 92,4 , endometriosis peritoneal 82,4 , ESD 40,5 , dan adenomiosis pada 19,1 . Terdapat korelasi positif bermakna antara skor ASRM total, subskor kista endometriosis, endometriosis superfisial, obliterasi kavum douglas, dan adhesi adneksa dengan VAS dismenorea r=0,303; 0,187; 0,203; 0,278; 0,266, p

ABSTRACT
Background Controversies on relationship between endometriosis stage, adhesion, lesion type, and severity of pelvic pain remains for years, eventhough clinical experience have connected those with severity of pelvic pain.Objective To evaluate the association between ASRM score in endometriosis and pelvic pain in a group of women with endometriosis.Methods A total of 131 patients with pelvic pain who conduct laparoscopy for diagnosis and therapy of endometriosis, have pain symptoms 3 months, and absense of pelvic anomalies. Dysmenorrhea, deep dyspareunia, dyschezia, dysuria, and chronic pelvic pain were evaluated using 10 point visual analogue scale. The data was collected by assessing the medical record and retrospective analysis was performed. Disease stage according to American Society of Reproductive Medicine, presence of adhesion, lesion type Deep Infiltrating Endometriosis DIE or without DIE , and severity of pain symptoms were analyzed by Spearman analysis. Different VAS between DIE vs non DIE group was analyzed by Mann Whitney analysis.Results Minimal endometriosis was present in 2 patients, mild in 3, moderate in 26, and severe in 104. Based on the macroscopic appearance, ovarian endometriosis accounts for 92,4 , peritoneal endometriosis 82,4 , DIE was 40,5 , and adenomyosis was 19,1 . Stage IV endometriosis accounts for 79.4 . Based on the macroscopic appearance, ovarian endometriosis accounts for 92.4 , peritoneal endometriosis 82.4 , DIE was 40.5 , and adenomyosis was 19.1 . There was significant correlation between total ASRM, ovarian endometriosis, peritoneal lesion, Douglas pouch obliteration, adnexal adhesion score and VAS dysmenorrhea r 0.303 0,187 0,203 0,278 0,266, p"
Lengkap +
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valencia Astri Yuwono
"Latar Belakang: Endometriosis dan infertilitas memiliki keterkaitan yang sangat erat. Namun etiopatogenesis terjadinya infertilitas pada kasus endometriosis sangat beragam. Teori yang berkembang akhir-akhir ini adalah buruknya reseptivitas endometrium. Gen HOXA 11 adalah salah satu gen yang berperan dalam reseptivitas endometrium karena berkorelasi dengan penanda lain seperti Leukemia Inhibitory Factor LIF, B3integrin, dan EMX2. Teori epigenetik yang berkembang adalah terjadi hipermetilasi pada gen HOXA 11 sehingga terjadi penurunan ekspresi gen tersebut.
Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo pada Juli 2015 - Juni 2016. Subjek penelitian adalah pasien endometriosis yang terbukti secara histopatologi dengan infertilitas dan kelompok kontrol merupakan pasien non-endometriosis yang fertil. Status metilasi gen HOXA 11 dari sampel endometrium eutopik pada kedua kelompok ini diperiksa dan dibandingkan.
Hasil: Enam pasien endometriosis dan enam pasien kontrol diambil sebagai subjek. Perbedaan tingkat metilasi gen HOXA 11 pada kedua kelompok ini berbeda secara signifikan dengan nilai p 0.03 dengan perbedaan rerata peningkatan kadar metilasi pada kelompok pasien endometriosis sebesar 33.
Kesimpulan: Gen HOXA 11 yang berperan dalam reseptivitas endometrium mengalami hipermetilasi pada pasien dengan endometriosis dan infertilitas.

Introduction: Endometriosis compromises infertility in some patients. They have close relationship and many etiologies have been proposed. HOXA11 has important role in window implantation because it is related to other endometrial receptivity markers such as Leukemia Inhibitory Factor LIF , B3integrin, and EMX2. Recently, many researchers found poor endometrial receptivity in endometriosis due to hyper methylation of HOXA11 gene. Therefore, this study aims to find out the HOXA11 gene profile on endometriosis patients with infertility in Indonesia.
Methods: This cross sectional study was conducted in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital from July 2015 June 2016. The subjects were endometriosis patients with infertility who have been confirmed histopathological. The control group was taken from non endometriosis and fertile patients. Eutopic endometrium samples were taken and examined for the methylation of HOXA11 gene.
Results: Both groups consist of six patients. The difference of methylation of HOXA 11 gene between those two groups is statistically significant p 0.03 . There was hyper methylation in endometriosis group.
Conclusion: There is a hyper methylation of HOXA 11 gene in eutopic endometrium of endometriosis patients with infertility. Thus, possibly can explain the poor endometrial receptivity in endometriosis patient and give a broad research area in epigenetic therapy of endometriosis.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurulhuda Annisa
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara dimensi trait kepribadian dan state of anxiety pada wanita dengan endometriosis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 26 orang wanita yang sudah diberikan diagnosis oleh dokter ahli kebidanan dan ginekologi terkena endometriosis dengan rentang usia 20-45 tahun. Penelitian menggunakan alat ukur NEO-PI yang dikembangkan oleh McCrae dan Costa dan telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh Sholiha (2010) untuk mengukur trait kepribadian. Lalu, penelitian ini juga menggunakan STAI form Y-1 untuk mengukur state of anxiety dengan melakukan adaptasi terlebih dahulu kepada penderita penyakit kronis di Indonesia oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara trait kepribadian dan state of anxiety pada wanita penderita endometriosis. Meskipun demikian, penelitian ini menunjukkan arah hubungan yang positif antara neuroticism dan state of anxiety sedangkan extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness menunjukkan arah hubungan yang negatif dengan state of anxiety. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan endometriosis memiliki state of anxiety yang tinggi.

The research was conducted to see the relationship between dimension of personality trait and state of anxiety among women with endometriosis. This research is using quantitave approach. The participants in this research were 26 women who had been diagnosed with endometriosis by a doctor of obstetric and gynecology, aged 20-45 years old. The NEO-PI instrument that has been adapted by Sholiha (2010) was used to measure the personality trait. Also, the STAI form Y-1 was used to measure the state anxiety that has been adapted first by the researcher on patient with chronic illnesses. The result showed that there are no significant correlation between personality trait and state of anxiety among women with endometriosis. Another result showed that there is a positive relationship between neuroticism and state of anxiety. Meanwhile, extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness showed a negative relationship with state of anxiety. The result also showed that women with endometriosis have a high state of anxiety."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44509
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zeissa Rectifa Wismayanti
"Latar Belakang: Salah satu hipotesis yang menjelaskan hubungan endometriosis dengan infertilitas adalah endometriosis diyakini menyebabkan gangguan fisiologi ovarium, salah satunya dengan mempengaruhi folikulogenesis yang menyebabkan penurunan kualitas oosit. Oosit memainkan peran penting dalam mengatur dan mendukung pertumbuhan folikel, melalui produksi faktor pertumbuhan oosit. Beberapa faktor pertumbuhan telah diidentifikasi pada oosit manusia, termasuk growth differentiation factor-9 GDF-9 . Namun, sampai saat ini penelitian mengenai ekspresi GDF-9 pada sel granulosa pada wanita infertil dengan endometriosis masih belum banyak dilakukan.
Tujuan: Untuk mengetahui ekspresi mRNA GDF-9 pada sel granulosa pasien endometriosis yang menjalani FIV dan untuk mencari adanya korelasi antara ekspresi GDF-9 dengan kualitas oosit.
Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di Klinik IVF Yasmin RSCM dan Klinik Sander B di Jakarta pada bulan Juli 2014 - Juli 2017. Sebanyak 50 sampel terdiri atas 25 wanita dengan endometriosis dan 25 kontrol. Sampel sel granulosa dikumpulkan pada saat petik oosit. Ekspresi mRNA GDF-9 dinilai menggunakan real time PCR.
Hasil: Terdapat penurunan jumlah ambilan oosit, jumlah oosit matur dan skor morfologi oosit pada kelompok pasien dengan endometriosis dan bermakna secara statistik. Ekspresi GDF-9 secara kuantitatif lebih rendah pada kelompok endometriosis dibandingkan dengan kontrol 5.05 0.00002 ndash; 3523 ng/ l vs 81.93 1,47 ndash; 32450 ng/ l; p=0,01 . Pada penelitian ini tidak didapatkan korelasi antara ekspresi GDF-9 dan kualitas oosit dari skor morfologi oosit dan laju fertilisasi.
Kesimpulan: Ekspresi GDF9 lebih rendah pada kelompok endometriosis dibandingkan kelompok kontrol. Namun, kami tidak menemukan korelasi antara ekspresi GDF-9 dengan kualitas oosit. Dibutuhkan studi dengan besar sampel yang lebih besar untuk mengkonfirmasi apakah perubahan ekspresi GDF-9 memiliki korelasi dengan kualitas oosit serta untuk membuktikan apakah GDF-9 dapat digunakan sebagai penanda molekuler baru untuk memprediksi kompetensi perkembangan oosit.

Background: One of the hypothesis that explains the association between endometriosis and infertility is that endometriosis is believed to cause ovarian physiology disturbances, one of them by affecting folliculogenesis that cause decreased oocyte quality. The oocyte plays an important role in regulating and promoting follicle growth, by the production of oocyte growth factors. Several growth factors have been identified in human oocytes, including growth differentiation factor-9 GDF-9. However the studies on GDF-9 expression in granulosa cells of infertile women with endometriosis are sparse.
Objective: To investigate the expression of GDF-9 mRNA in granulosa cells of endometriosis patients undergoing IVF and to find the correlation between GDF-9 expression and oocyte quality.
Method: This cross sectional study was done at Yasmin IVF Clinic and dr. Sander B Clinic Jakarta in July 2014 - July 2017. A total fifty samples of 25 womens with endometriosis and 25 controls were included. We collect the granulosa cells sample at the time of oocyte retrieval. GDF-9 mRNA expression were investigated by Real-Time PCR.
Result: The number of oocytes retrieved, mature oocytes and the oocyte morphology score were lower in the group of patients with endometriosis and this was statistically significant. GDF-9 mRNA expression levels was quantitatively lower in endometriosis groups compared to control 5.05 0.00002 ndash; 3523 ng/ l vs 81.93 1,47 ndash; 32450 ng/ l; p=0,01. However, we did not find any correlation between GDF-9 expression levels and oocyte quality from oocyte morphology score and fertilization rate.
Conclusion: GDF9 mRNA level was lower in endometriosis group compared to control group. However, we did not find correlation between individual GDF-9 level and oocyte quality. Large-sample studies were needed to confirm whether the expression of GDF-9 had a correlation with oocyte quality as well as to prove whether GDF-9 could be used as a new molecular marker to predict the oocyte developmental competence.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arifah Shabrina
"Endometriosis merupakan penyakit ginekologi kronis yang dapat dipicu oleh stres oksidatif akibat peningkatan spesies oksigen reaktif (ROS), yang mengakibatkan ketidakseimbangan glutation sebagai antioksidan endogen dan kerusakan sel, dengan 8-Hidroksi-2-Deoksi guanosin (8-OHdG) sebagai biomarker. Levonorgestrel sebagai terapi hormonal untuk endometriosis dapat mengganggu dan mempengaruhi stres oksidatif juga. Flavonoid adalah bahan bioaktif alami seperti produk lebah, sebagai antioksidan yang dapat menekan proliferasi sel-sel patologis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek Flavonoid terhadap kadar glutation dan kondisi 8-OHdG. Penelitian ini menggunakan desain uji klinis dengan alokasi acak dan double-blinded. 24 wanita dengan terapi Levonorgestrel (LNG) karena endometriosis secara acak ditugaskan untuk menerima propolis yang mengandung 17,5 mg flavonoid per tetes atau plasebo. Intervensi diberikan dua kali sehari, pada pagi dan malam hari, dengan dosis 1 tetes/10 kg berat badan (kgBB) per kali. Sampel darah dan penilaian gizi diambil pada kunjungan pertama dan 4 minggu setelahnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa glutation dan 8-OHdG tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok (p>0,05), namun glutation mengalami penurunan sebesar 0,01 (-0,01-0,037) μg/mL setelah 4 minggu intervensi. Kadar 8-OHdG menunjukkan penurunan yang lebih besar pada kelompok propolis sebesar 17,30 ng/mL (-13,58 – 37,19) ng/mL dibandingkan dengan kelompok plasebo. Pemberian flavonoid dalam propolis tidak menghasilkan perubahan yang signifikan dalam kadar glutation dan 8-OHdG selama periode intervensi 4 minggu.

Background: Endometriosis represents a chronic gynecological disease that  can be triggered by oxidative stress due to increased reactive oxygen species (ROS) resulting in an imbalance of glutathione as an endogen antioxidants and cell damage, with 8-Hidroksi-2-Deoxy guanosine (8-OHdG) as biomarker. levonorgestrel as a hormonal therapy for endometriosis can interfere and may affect the oxidative stress either. Flavonoids are natural bioactive ingredients such as bee product, as antioxidants that may suppress proliferation of pathological cells.
Objectives: This study aimed to determine the effect of Flavonoid on glutathione level and 8-OHdG condition.
Methods: This study used clinical trial design with random allocation and double-blinded. 24 women with Levonorgestrel (LNG) therapy due to endometriosis were randomly assigned to receive propolis-contained 17.5 mg of flavonoids per drop or placebo. The intervention given two times a day,in the morning and at night, with a dose of 1 drop /10 kg body weight (kgBW) per time. Blood samples and nutritional assessment were taken at the first time of visit and 30 days thereafter.
Results: The results showed that glutathione and 8-OHdG did not have a significant difference between the two groups (p>0,05), but glutathione decreased 0,01(-0,01-0,037) μg/mL after 4 weeks of intervention. The 8-OHdG levels showed a greater decrease in the propolis group by 17,30 ng/mL (-13.58 – 37.19) ng/mL compared to the placebo group.
Conclusion: The administration of flavonoids in propolis did not result in significant changes in glutathione and 8-OHdG levels during the 4-week intervention period.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mifta Nurindah
"Pendahuluan: Endometriosis merupakan penyakit yang secara klinis berhubungan dengan fertilitas dan memiliki beban ekonomi yang signifikan. Patogenesis endometriosis dan hubungannya dengan subfertilitas masih belum dipahami dengan jelas. Fertilisasi in Vitro (FIV) adalah terapi yang efektif untuk pasien dengan subfertilitas terkait endometriosis. Tingkat keberhasilan FIV di RSCM tidak dapat diperkirakan karena belum ada studi epidemiologi. Tujuan: Mengetahui angka kehamilan FIV pada pasien endometriosis di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Metode: Penelitian ini menggunakan metode desain cross sectional. Sebanyak 225 pasien endometriosis dan blok tuba sebagai kontrol yang menjalani FIV di Klinik Yasmin Rumah Sakit Umum Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada periode Januari 2013 – Agustus 2021 disertakan dalam penelitian ini. Infertilitas karena faktor laki-laki diekslusi. Data demografi, dosis hormon rekombinan, durasi stimulasi, tingkat pembuahan, dan tingkat kehamilan yang diperoleh dari penelitian ini. Hasil: Angka kehamilan dibagi menjadi 3 jenis: biokimia, klinis, dan kehamilan berkelanjutan. Angka kehamilan pada pasien endometriosis lebih rendah dari faktor tuba, kehamilan biokimia (47,3% vs 52,7%, nilai p 0,375), kehamilan klinis (43,1% vs 56,9%, nilai p 0,215), dan kehamilan berkelanjutan (45,5% vs 54,5%) , nilai p 0,511). Kesimpulan: Penelitian kami menunjukkan bahwa angka kehamilan IVF pada pasien endometriosis lebih rendah daripada pasien dengan blok tuba, tetapi secara statistik tidak signifikan.

Introduction: Endometriosis is a disease that is clinically related to fertility and has a significant economic burden. The pathogenesis of endometriosis and its relationship to subfertility is still not clearly understood. IVF is an effective therapy for patients with endometriosis-associated subfertility. The success rate of IVF in RSCM can’t be estimated because there is no epidemiological study. Objective: Knowing the pregnancy rate of IVF in endometriosis patients at the Yasmin Clinic, RSCM and the factors that influence it. Methods: This study was using cross sectional design. A total of 225 patients with endometriosis and tubal block as control who undergoing IVF at the Yasmin Clinic Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta, in the period January 2013 – August 2021 were enrolled in this study.Infertility due to male factor were excluded. Demographic data, doses of recombinant hormone, duration of stimulation, fertilization rate, and pregnancy rate were obtained. Results: Pregnancy rate was divided into 3 types: biochemical, clinical, and ongoing pregnancy. Pregnancy rate in endometriosis patients were lower than tubal factor, biochemical pregnancy (47.3% vs 52.7%, p value 0.375), clinical pregnancy (43,1% vs 56.9%, p value 0.215), and ongoing pregnancy (45.5% vs 54.5%, p value 0.511). Conclusions: Our study demonstrated that pregnancy rate of IVF in endometriosis patient was lower than patient with tubal block, but statistically not significant. "
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>