Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147757 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Antono
"Latar Belakang: PPOK adalah penyakit yang penting di seluruh dunia baik di negara maju maupun berkembang. Penyapu jalan raya terpajan oleh partikel debu, bioaerosol dan berbagai gas berbahaya. Penelitian ini mengevaluasi prevalens PPOK pada penyapu jalan raya di Jakarta.
Metode : Penelitian potong lintang pada 153 subjek penyapu jalan raya di Jakarta, berusia lebih dari 40 tahun dengan masa kerja lebih dari 2 tahun. Pengumpulan subjek menggunakan metode cluster sampling berdasarkan lokasi kerja daerah kotamadya di Jakarta. Diagnosis PPOK berdasarkan kuesioner COPD Assessment Test CAT, The Modified British Medical Research Council mMRC, pemeriksaan spirometri berdasarkan Pneumobile Project Indonesia dan dilakukan uji bronkodilator bila didapatkan hasil obstruktif.
Hasil : Prevalens PPOK pada penyapu jalan raya di Jakarta adalah 10 dari 153 subjek 6,5 . Enam subjek laki-laki 60 , tidak menggunakan masker 80 , bekerja lebih dari 10 tahun 70 , perokok 60 dan indeks massa tubuh le;25 kg/m2 80. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara usia dan PPOK.

Background: Chronic obstructive pulmonary disease COPD is an important disease worldwide in both high income and low income countries. Dust has been known to increase COPD risk. During sweeping activity, sweepers are exposed to dust. The street sweepers are exposed to dust particles, bioaerosols, and various harmful gases. In this study we evaluates the prevalence of COPD among street sweepers in Jakarta.
Method: This is a cross sectional study among 153 street sweepers in Jakarta, Indonesia with age more than 40 years old with working period more than 2 years. Subjects were collected by cluster sampling method based on working location correlated with Jakarta regional district area. COPD was diagnosed by using questionnaires of COPD Assessment Test CAT, The Modified British Medical Research Council mMRC, spirometry examination based on Pneumobile Project Indonesia, and bronchodilator test if there was obstructive results.
Results A total of 153 subjects was selected for spirometry examination. The prevalence of COPD among street sweepers in Jakarta, Indonesia was 10 of 153 subject 6.5. Six of them were males 60, do not use face mask 80 , working years 10 years 70, smokers 60, and BMI le 25 kg m2 80 .There was a statistically significant relationship between age and COPD p 0,05.
Conclusion Prevalence of COPD among street sweepers in Jakarta is 6.5 . Factor related to the occurrence of COPD is age.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T55593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evelsha Azzahra
"Latar belakang dan tujuan: Sindrom metabolik merupakan penyakit komorbid yang sering ditemui pada pasien PPOK. Keadaan inflamasi sistemik diperkirakan mempengaruhi keadaan PPOK dan sindrom metabolik. Keterbatasan aktivitas, disfungsi otot rangka, dan penggunaan steroid juga merupakan penyebab penting sindrom metabolik pada PPOK. Sindrom metabolik pada PPOK dapat meningkatkan angka kematian dan kesakitan yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalens sindrom metabolik pada PPOK stabil.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di poliklinik asma ndash; PPOK Rumah sakit umum pusat Persahabatan pada bulan Mei - November 2017 untuk melihat kejadian sindrom metabolik pada pasien PPOK. Enam puluh empat pasien PPOK di ambil untuk ikut dalam penelitian ini secara consecutive sampling. Pada semua pasien dilakukan wawancara, pemeriksaan antopometri, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan laboratorium.
Hasil : Sebanyak 64 pasien ikut serta dalam penelitian ini dengan subjek terbanyak laki-laki 95,3 . Usia rerata subjek adalah 65,81 9,38. Prevalens sindrom metabolik pada pasien PPOK sebesar 15,6 dengan GOLD 1 sebesar 20 , GOLD 2 sebesar 30 , GOLD 3 sebesar 40 dan GOLD 4 sebesar 10 . Ditemukan hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian sindrom metabolik pada PPOK stabil. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara jenis kelamin, usia, status merokok, hambatan aliran udara dan penggunaan kortikosteroid inhalasi dengan kejadian sindrom metabolik pada pasien PPOK stabil.
Kesimpulan : Prevalens sindrom metabolik pada pasien PPOK dalam penelitian ini adalah sebesar 15,6 terutama ditemukan pada GOLD 3.

Background: Metabolic syndrome is a common comorbid disease in COPD patients. Systemic inflammatory conditions can affect the condition of COPD and metabolic syndrome. Activity limitations, skeletal muscle dysfunction, and steroid use are also important causes of metabolic syndrome in COPD. The metabolic syndrome in COPD can increase mortality and morbidity caused by cardiovascular disease. The aim of this study is to reveal the prevalence of metabolic syndrome in stable COPD patients.
Methods: This study is a cross sectional study among stable COPD who visit asthma - PPOK clinic in Persahabatan Hospital from May to November 2017 to get the incidence rate of metabolic syndrome in stable COPD patients. Sixty-four COPD patients were taken to participate in the study on a consecutive sampling basis. All patients were interviewed, antropometric, physical and laboratory examination were done.
Results: A total of 64 patients participated in this study Males = 61, Female = 3 with mean age of the subjects was 65.81 9.38. Prevalence of metabolic syndrome in COPD patients was 15.6 with GOLD 1 by 20 , GOLD 2 by 30 , GOLD 3 by 40 and GOLD 4 by 10 . There was a significant association between nutritional status and the incidence of metabolic syndrome in stable COPD. There was no significant association between sex, age, smoking status, airflow resistance and the use of inhaled corticosteroid with the incidence of metabolic syndrome in stable COPD patients.
Conclusion: The prevalence of metabolic syndrome in COPD patients in this study is 15.6 especially in GOLD 3."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
Sp-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Purwitasari
"Latar Belakang: Asma merupakan penyakit respirasi kronik yang terjadi sebesar 1-18 pada seluruh populasi di berbagai negara. Pada beberapa dekade terakhir ini prevalens asma meningkat di dunia. Penyebab peningkatan prevalens asma tidak terlepas dari faktor pencetus yang mendasari. Risiko asma pada petugas kebersihan telah banyak dilaporkan pada beberapa penelitian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalens asma pada penyapu jalan raya di Jakarta. Metode: Desain penelitian ini yaitu potong lintang pada penyapu jalan raya di 5 wilayah kota Jakarta. Pengambilan sampel menggunakan cluster sampling dengan melakukan pemeriksaan spirometri berdasarkan Pneumobile Project Indonesia, uji bronkodilator, uji variabilitas, wawancara menggunakan kuesioner Asthma Screening Questionnaire ASQ dan Asthma Control Test ACT . Kriteria inklusi adalah laki-laki dan perempuan berumur 15-60 tahun, mengisi inform consent dan masa kerja ge; 2 tahun.Hasil: Hasil dari penelitian ini terdapat 5 orang yang terdiagnosis asma. Prevalens asma pada penyapu jalan raya di Jakarta yaitu 3,2 .Kelompok terbanyak dengan status asma yaitu perempuan 4 orang 80 , umur > 40 tahun 80 , masa kerja le; 10 tahun sebanyak 4 orang 80 , status gizi lebih banyak dengan IMT ge; 25 gizi lebih sampai obesitas 4 orang 80 , bukan perokok sebanyak 4 orang 80 , tidak memakai APD 80 , mempunyai riwayat asma pada keluarga 3 orang 60 dan tidak mempunyai riwayat atopi 3 orang 60 . Riwayat asma pada keluarga merupakan faktor yang bermakna secara statistik terhadap status asma pada penyapu jalan di Jakarta p=0,00 .Kesimpulan: Riwayat asma pada keluarga merupakan faktor yang bermakna secara statistik terhadap status asma pada penyapu jalan di Jakarta p=0,00 . Prevalens asma pada penyapu jalan raya di Jakarta yaitu 3,2 .Kata Kunci: Penyapu jalan, prevalens, asma

Background Asthma is a common, chronic respiratory disease affecting 1 18 of the population in different country. In the last decades, a continuous increase in the prevalence of asthma has been observed worldwide. An increase prevalence of asthma depends on the underlying factors. Excess risk of asthma among cleaning workers has been reported in a number of general population studies. The aim of this study was to determine the prevalence of asthma among street sweepers in Jakarta.Method This research design is cross sectional with the subject are street sweepers in Jakarta Indonesia. Sample collection using a cluster sampling through spirometry examination based on Pneumobile Project Indonesia, bronchodilator test, variability test, questionnaire of Asthma Screening Questionnaire ASQ and Asthma Control Test ACT . The inclusion criteria are male and female, signed an inform consent, 15 60 years old and work period ge 2 years.Results The result of this study that there are 5 subjecs being diagnosed of asthma. The prevalence of asthma among street sweepers in Jakarta is 3,2 . The largest group with status asthma are female 80 , age 40 years old 80 , working time le 10 years 80 , BMI ge 25 80 , non smoker 80 , work without mask 80 , family history of asthma 60 and without history of atopy 60 . There was a statistically significant relationship between family history of asthma and asthma status in this study p 0,00 .Conclusion There was a statistically significant relationship between family history of asthma and asthma status in this study p 0,00 . The prevalence of asthma among street sweepers in Jakarta is 3,2 .Keyword asthma, prevalence, street sweeper"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T57634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Musafir Kolewora
"ABSTRAK
Latar belakang: Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalens PPOK di Indonesia sebanyak 3,7% dan menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab kematian di Indonesia. Penelitian ini merupakan studi awal untuk mengetahui prevalens PPOK di RSUP Persahabatan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dengan metode consecutive sampling pada pasien PPOK yang berkunjung di RSUP Persahabatan Jakarta pada bulan April-September 2018. Diagnosis PPOK dilakukan dengan menggunakan COPD Diagnostic Questionnaire (CDQ) dan pemeriksaan spirometri.
Hasil: Subjek penelitian sebanyak 875 subjek. Sampel akan dilakukan penapisan awal menggunakan CDQ dengan skor nilai ≥19,5 sebanyak 332 subjek. Hasil pemeriksaan spirometri pada 332 subjek sebelum pemberian bronkodilator inhalasi menunjukkan bahwa sebanyak 83 subjek (25%) memiliki hasil VEP1/KVP <70% dan 249 subjek (75%) memiliki hasil VEP1/KVP ≥70%. Hasil pemeriksaan spirometri setelah pemberian bronkodilator inhalasi menunjukkan bahwa sebanyak 78 subjek (94%) memiliki hasil VEP1/KVP <70% yang berarti menderita PPOK dan 5 subjek (6%) memiliki hasil VEP1/KVP ≥70% yang berarti tidak menderita PPOK sehingga prevalens PPOK adalah 8,9% dari keseluruhan sampel. Gejala klinis pada pasien PPOK antara lain batuk (43,6%), terdapat dahak (50%), dan sesak (39,7%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan PPOK dalam penelitian ini adalah umur (nilai-p = 0,040), lama merokok (nilai-p = 0,012), jumlah rokok yang dihisap per hari (nilai-p = 0,000) dan derajat berat merokok (nilai-p = 0,000) sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah jenis kelamin (nilai-p = 0,585) dan indeks massa tubuh (nilai- p = 0,953).
Kesimpulan: Prevalens PPOK di rumah sakit Persahabatan Jakarta adalah 8,9%. Gejala klinis pada pasien PPOK antara lain batuk, terdapat dahak dan sesak. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan PPOK dalam penelitian ini adalah umur, lama merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari dan derajat berat merokok sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah jenis kelamin dan indeks massa tubuh.

ABSTRACT
Background: Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is the main cause of morbidity and mortality rates in the world including in Indonesia. The result of Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) in 2013 showed the prevalence of COPD in Indonesia was 3.7% and was ranked 6th from 10 causes of death in Indonesia. This study is the preliminary study to determine of prevalence of COPD in Persahabatan Hospital.
Method: This is a cross sectional study design with consecutive sampling method in COPD patient who visited to the Persahabatan Hospital Jakarta in April- September 2018. COPD diagnosed by using COPD Diagnostic Questionnare (CDQ) and spirometry examination.
Result: Study subject were 875 subject. The sample will be screened preliminary by using CDQ whom get score ≥ 19.5 only 332 subject. The results of spirometry tests on 332 subject before inhaled bronchodilators showed that 83 subject (25%) had results VEP1/KVP <70% which meant diagnose COPD and 249 subject (75%) had results VEP1/KVP ≥70% which means not diagnose COPD. The results of spirometry after inhaled bronchodilators showed that as many as 78 subject (94%) had results VEP1/KVP <70% which meant diagnose COPD and 5 subject (6%) had results VEP1/KVP ≥70%, which means not diagnose COPD so that the prevalence of COPD is 8.9% from all the sample. There were some of symptoms of COPD patients reported such as daily coughing (43,6%), coughing with phlegm (50%), and wheezing (39,7%). Statistical test results indicate that factors associated with COPD in this study are age, duration of smoking, number of cigarettes smoked per day and the degree of smoking-free while the unrelated factors are gender and Body Mass Index."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alyanisa Ulfathinah
"Penyakit paru obstruktif kronik dapat menyebabkan seseorang mengalami keluhan pernapasan seperti sesak napas, batuk, sputum berlebih. Keluhan pernapasan dan berbagai faktor dapat mempengaruhi kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas tidur pada pasien PPOK. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan purposive sampling. Sebanyak 200 sampel diambil di tiga rumah sakit daerah jakarta pada Mei-Juni 2018. Kuesioner menggunakan COPD Assesment Test dan Pittsburgh Sleep Quality Index.
Hasil penelitan menunjukkan 66 pasien PPOK memiliki kualitas tidur buruk dengan masalah tertinggi yaitu durasi tidur. Kualitas tidur buruk ditemukan rata-rata pada usia 62 tahun, berjenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan SD/SMP, pendapatan kurang lebih Rp.2.000.000, menikah, IMT normal, memiliki >1 penyakit penyerta, terdiagnosis PPOK 12 bulan. Pasien PPOK yang mengalami kualitas tidur buruk mayoritas memiliki keluhan pernapasan sedang-berat. Tingkat keluhan pernapasan memiliki hubungan dengan kualitas tidur p = 0,016;OR:2,28. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan dapat memperbaiki atau meningkatkan kualitas tidur pasien PPOK.

Chronic obstructive pulmonary disease can cause someone experience respiratory complaints such as shortness breath, coughing, excessive sputum. Respiratory complaints and many factors can influence sleep quality. This study purpose to describe sleep quality in COPD. Design used cross sectional purposive sampling in May June 2018. Respondents was 200 at three hospitals in Jakarta. Questionnaire used COPD Assesment Test and the PSQI.
Results showed that 66 COPD had poor sleep quality, the highest problems was sleep duration. Poor sleep quality was found average at 62 years old, male, education level in elementary junior high school, income Rp.2.000.000, married, had normal BMI and 1 comorbidities, diagnosed COPD for 12 months. Most of COPD who experience poor sleep had moderate severe respiratory complaints. There was relationship between respiratory complaints and poor sleep quality in COPD p 0.016 OR 2,28 . Nurses as caregivers is expected to correct or improve sleep quality in COPD.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Fatimah
"PPOK merupakan penyakit yang bersifat kronis, irreversible, dan progresif lambat semakin lama semakin memburuk. Hal tersebut membuat pasien PPOK mengalami ketergantungan terhadap obat dan orang lain, sehingga rentan mengalami gangguan status emosional. Maka, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan status emosional pada pasien PPOK. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik consecutive sampling. Data diolah menggunakan perangkat lunak dengan menggunakan uji statistik Chi Square.
Hasil analisis hubungan antara dukungan sosial dengan status emosional pada pasien PPOK menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan status emosional depresi p=0.921, status emosional kecemasan p=0.184, dan status emosional stress p=0.795. Namun, peneliti menyarankan pada rumah sakit agar melakukan skrinning status emosional pada setiap pasien, khususnya pasien PPOK agar dapat mencegah terjadinya perburukan.

COPD is a chronic disease, irreversible, slow progressive disease progressively worsens. This makes the COPD patient dependent on drugs and others, so vulnerable to emotional status disorders. So, researchers interested to know the relationship between social support with emotional status in patients with COPD. The sampling technique used in this research is consecutive sampling technique. Data is processed using software using Chi Square statistical test.
The analysis of the relationship between social support and emotional status in COPD patients showed no association between social support with emotional status depression p 0.921, emotional status anxiety p 0.184, and emotional status stress p 0.795 . Horever, investigators suggest that the hospital should screen for the emotional status of each patient, especially in the case of COPD to prevent worsening.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Handoko
"ABSTRAK
Latar belakang: Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Penyakit komorbid pada PPOK berkontribusi terhadap rendahnya status kesehatan, mempengaruhi lama perawatan bahkan kematian. Osteoporosis merupakan komorbid yang cukup sering ditemukan pada PPOK. Di Indonesia khususnya di RSUP Persahabatan belum ada data prevalens osteoporosis pasien PPOK stabil.
Objektif: Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan angka prevalens osteoporosis pada pasien PPOK stabil di RSUP Persahabatan Jakarta.
Metode: Disain penelitian ini adalah potong lintang. Pasien PPOK stabil yang berkunjung di poliklinik Asma/PPOK RSUP Persahabatan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek diperiksa densitas mineral tulang menggunakan dual energy x-ray absorptiometry (DXA) dan diperiksa kadar vitamin D darah. Saat pasien berkunjung, dilakukan anamnesis gejala, eksaserbasi, riwayat merokok, penggunaan kortikosteroid (oral atau inhalasi), komorbid, penilaian status gizi. Selanjutnya dilakukan analisis dengan uji statistik.
Hasil: Subjek terbanyak adalah laki-laki (90,6%) dengan kelompok usia 65-75 tahun (53,1%), riwayat merokok terbanyak (84,4%). Berdasarkan derajat PPOK terbanyak adalah GOLD II (46,9%) dan grup B (50%) dengan menggunakan kortikosteroid sebanyak (65,7%). Pada penelitian ini didapatkan prevalens osteoporosis sebesar 37,5%, artinya lebih dari sepertiga pasien mengalami osteoporosis. Dalam Penelitian ini tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara grup PPOK, derajat PPOK, jenis kelamin, riwayat merokok, riwayat kortikosteroid, usia, kadar 25-OHD, faal paru dengan terjadinya osteoporosis pada pasien PPOK stabil (p>0,05). Pada penelitian ini didapatkan hubungan bermakna pada IMT yang rendah sebagai faktor risiko osteoporosis pada PPOK stabil (p<0,001).
Kesimpulan: Prevalens osteoporosis pada pasien PPOK stabil di RSUP Persahabatan Jakarta adalah 37,5%. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara IMT dengan osteoporosis pada pasien PPOK stabil (p<0,001).

ABSTRACT
Background: Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a major cause of morbidity and mortality in the world. Comorbid diseases in COPD contributing to low health status, affecting the duration of treatment and even death. Osteoporosis is a quite often comorbid that found in COPD. In Indonesia, particularly in Persahabatan Hospital there are no data of prevalence on osteoporosis in patient with stable COPD.
Objective: The purpose of this research is to get the prevalence?s data of osteoporosis in patients with stable COPD at Persahabatan Hospital-Jakarta.
Method: The studie?s design was cross-sectional. Patients with stable COPD who came to the Asthma/COPD policlinic at Persahabatan Hospital-Jakarta who meet the criteria of inclusion and exclusion. Subjects had an examined of bone mineral density using dual energy x-ray absorptiometry (DXA) and had an examined of vitamin D blood level. At the time of visit, conducted anamnesis of symptoms, exacerbations, history of smoking, used of corticosteroid (oral or inhaled), comorbid, assessment of nutritional status. Then we did statistical test for analysis.
Results: Subjects were dominated with male (90.6%) in the age group 65-75 years old (53.1%), and smoking history (84.4%). The most degree of COPD of the subject were GOLD II (46.9%) and group B (50%) that using corticosteroid (65.7%). In this study we found prevalence of osteoporosis was 37.5%, meaning that approximately more than one third of the patients have had osteoporosis. There were no statistically significant relationship between COPD group, the degree of COPD, sex, smoking history, history of corticosteroid, age, levels of 25-OHD, pulmonary function with the occurrence of osteoporosis in patients with stable COPD (p>0.05). We found a significant relationship on low BMI as a risk factor for osteoporosis in stable COPD (p<0.001).
Conclusion: The prevalence of osteoporosis in patients with stable COPD in Persahabatan Hospital-Jakarta is 37.5%. There are a statistically significant relationship between BMI with osteoporosis in patients with stable COPD (p <0.001).
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Amelia
"Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK merupakan masalah kesehatan yang mendunia. PPOK memiliki kecenderungan untuk terjadi eksaserbasi. Eksaserbasi adalah pemburukan gejala pernapasan akut yang mengakibatkan terapi tambahan. Eksaserbasi pada PPOK meningkatkan risiko terjadinya kematian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan model prediksi eksaserbasi pada pasien PPOK berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi eksaserbasi pada pasien PPOK di RSCM. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari rekam medis pasien PPOK di RSCM. Sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Sampel pada penelitian ini adalah pasien PPOK sebanyak 107 pasien. Metode yang digunakan adalah analisis regresi logistik biner.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh signifikan terhadap eksaserbasi PPOK adalah sesak napas, riwayat pemakaian ICS, dan riwayat pemakaian antibiotik. Model regresi logistik yang sesuai telah diperoleh. Hasilnya menunjukkan bahwa pasien PPOK yang memiliki keluhan sesak napas, memiliki riwayat pemakaian ICS, dan memiliki riwayat pemakaian antibiotik lebih berisiko mengalami eksaserbasi dibandingkan dengan yang tidak. Uji akurasi telah dilakukan dengan tabel klasifikasi pada cut point 0,5. Model prediksi yang dihasilkan memiliki tingkat akurasi sebesar 74,77.

Chronic Obstructive Pulmonary Disease COPD is a worldwide health problem. COPD has a tendency for exacerbations. Exacerbations are worsening of acute respiratory symptoms resulting in additional therapy. Exacerbations in COPD increase the risk of death. The objective of this study is to determine the prediction model of exacerbations in patients with COPD based on factors affecting exacerbations in patients with COPD at RSCM. The data used in this study is secondary data obtained from the medical records of patients with COPD in RSCM. The sample was chosen using purposive sampling technique. The samples in this study are 107 patients with COPD. The method used is binary logistic regression analysis.
The results of this study indicate that the factors that significantly influence the exacerbation of COPD are breathless, history of ICS use, and history of antibiotic use. Appropriate logistic regression model has been obtained. The result indicates that patients with COPD who have shortness of breath, have history of ICS use, and have history of antibiotic use are more at risk of exacerbations than those who don rsquo t. Accuracy test has been conducted with classification table at cut point 0,5. The prediction model has an accuracy rate of 74,77.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Affifah Tata Tanjung
"Penelitian ini memperluas konsep therapeutic landscape dalam geografi kesehatan dengan menguraikan pola ruang sehat pasien PPOK. Karakteristik pasien seperti usia dan diagnosa klinis, serta tiga aspek therapeutic landscape dalam perilaku keruangan pasien membentuk pola ruang. Dengan melibatkan 30 responden, pasien menjelaskan aktivitas dan tempat-tempat terkait pemeliharaan kesehatan dari aspek fisik, aspek mental, aspek spiritual kemudian diperkaya dengan deskripsi site dan situation pada tempat tersebut. Sehingga dapat menjelaskan bagaimana ruang tersebut dan pola spasialnya. Penelitian ini menemukan bahwa pola ruang sehat tidak hanya terbentuk dari kedua variabel, melainkan kedekatan antar tempat, situasi lingkungan di sekitar tempat yang memiliki keseragaman, dan karakteristik tempat itu sendiri.

This research expands the therapeutic landscape concept in health geography by describing the healthy space patterns of COPD patients. Patient characteristics such as age and clinical diagnosis, as well as three aspects of the therapeutic landscape in the patient's spatial behavior form the spatial pattern. By involving 30 respondents, patients explain the activities and places related to health care from physical aspects, mentality aspects, spirituality aspects and then enriched with a description of the site and situation at the place involved. Therefore that can explain how the space and spatial patterns. This study found that the pattern of healthy space is not only formed from the two variables, but the proximity between places, situations around places that have uniformity, and the characteristics of the place itself.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aziz Hakim Ramadhan
"Latar belakang. Pengendara ojek online berisiko terhadap gangguan fungsi pernapasan akibat pajanan polutan, khususnya PM2,5, di jalan raya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kejadian PPOK pada pengendara ojek online di Kota Bogor dan Kota Depok dan hubungannya dengan penggunaan APD, lama kerja, status gizi dan juga derajat berat merokok.
Metode. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 100 pengendara ojek online. Desain studi dalam penelitian ini yaitu cross sectional. Data dianalisis secara bivariat dengan uji chisquare dan multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa hanya derajat berat merokok yang berhubungan signifikan dengan kejadian PPOK OR= 3,482 95 ; CI: 1,231 ndash; 9,846 . Sementara itu, penggunaan APD, lama kerja, dan status gizi tidak memiliki hubungan signifikan dengan kejadian PPOK. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor dominan terhadap kejadian PPOK pada pengendara ojek online di Kota Bogor dan Kota Depok.
Simpulan. Untuk mencegah terjadinya PPOK pada pengendara ojek online, upaya harus difokuskan terhadap pencegahan dan pengehentian pajanan terhadap rokok dan polutan lainnya, serta menjaga status gizi.

Background. Taxibike online drivers are the population at risk of lung function impairment caused by exposure of traffic air pollutions, particularly PM2,5. This study aims to know the incidences of COPD, and its relationship with working hours behaviour, the use of PPE, nutritional status and the degree of smoking among taxibike online drivers in Bogor and Depok City.
Methods. This study used primary and secondary data with the number of research subjects as many as 100 taxibike online drivers. The design study in this research was cross sectional. Data were analyzed bivariately with chi square test and multivariately with logistic regression test.
Results. The bivariate analysis shows that only degree of smoking is significantly related to the incidence of COPD OR 3,482 95 CI 1,231 9,846 . Meanwhile, the use of PPE, length of work, and nutritional status have no significant association with COPD incidences. The multivariate analysis shows that the degree of smoking is the major cause of COPD among taxibike online drivers in Bogor and Depok City.
Conclusions. To prevent COPD among taxibike online drivers, the efforts must focus on prevention and cessation of smoking and exposure to the traffic air pollution, and also maintaining nutritional status.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>