Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108563 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asep Kuswandi
"Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi kronis diabetes melitus dan menjadi penyebab amputasi kaki. Infeksi pada ulkus tersebut umumnya disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Salah satu teknik pencegahan amputasi kaki diabetes adalah perawatan ulkus. Berbagai jenis bahan kompres ulkus diabetikum yang telah dikenal selama ini adalah:kompres madu, gula, Iodine, dan NaCl 0,9%. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas bahan kompres ulkus terhadap daya hambat Staphylococcus aureus. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen in vitro menggunakan satu faktor perlakuan yaitu zona hambat bahan kompres terhadap Staphylococcus aureus pada ulkus diabetikum. Enam jenis bahan yang diuji adalah aquadest, gula, Iodine 10%, campuran gula dan Iodine 10 %, madu, dan NaCl 0,9 %. Eksperimen dilakukan sebanyak 10 kali untuk mengetahui rerata luas daya hambatnya selama 24 jam. Sampel diambil dari ulkus diabetikum. Staphylococcus aureus diisolasi dari ulkus tersebut untuk eksperimen dengan berbagai bahan kompres ulkus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona hambat madu rata-rata sebesar 0,4 mm, gula 3,0 mm, aquadest 0,0 mm, NaCl 0,9% 0,0 mm, Iodine 10% 8,3 mm dan campuran gula-Iodine 6,0 mm. Zona hambat terluas dihasilkan dari uji menggunakkan Iodine 10% (8,3 mm). Sementara campuran gula Iodine 10% menghasilkan zona hambat seluas 6 mm dan gula menghasilkan 3 mm. Penelitian ini merekomendasikan jika ditemukan Staphylococcus aureus maka dilakukan kompres Iodine 10% dengan kasa steril. Penelitian selanjutnya dengan metode in vivo perlu dilakukan untuk mengetahui efektifitas cairan Iodine pada ulkus diabetikum.
Effectivity of Iodine Compress to Blocking Zone of Staphylococcus aureus in Diabetes Ulcers. Diabetic foot ulcers is one of diabetes chronic complications that might lead to leg amputations. Staphylococcus aureus is known as the cause of infection in diabetic foot ulcers. One of techniques to prevent diabetic foot amputations is wound care. Various materials are known to be used to compress diabetic foot ulcers. These include of using honey, sugar, 10% of Iodine and 0.9% of NaCl. This study aimed ttify to identify the effectiveness of various wound care materials to block Staphylococcus aureus. This is an in vitro experiment study to investigate the effetiveness of six wound care materials used to wounds compress: distilled water, sugar, 10% of Iodine, a mixture of sugar and Iodine, honey and 0.9% of NaCl. Experiments were carried out in 10 times to determine the average size of block area in 24 hours. Staphylococcus aureus were isolated and soiled with various wound compressss materialls. The results showed that honey produced 0.4 mm of a blocking zone, 3.0 mm for glucose, 0.0 mm for distilled water, 0.0 mm for 0.9% of NaCl, 8.3 mm for 10% of Iodine, and 6.0 mm for mixed-Iodine Sugar. Ten percents of Iodine produced the widest zone to block Staphylicoccus aureus. This study recommends of apllying a 10% of Iodine compress if there is a positive culture of Staphylococcus aureus. A further in vivo study is a necessity to investigate the effectiveness of Iodine to diabetes foot ulcers."
Lengkap +
Kementerian Kesehatan Tasikmalaya, 2013
610 JKI 16:3 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marshal
"Penelitian ini membahas viabilitas bakteri Staphylococcus aureus terhadap pajanan gelombang audiosonik sebesar 7kHz selama 10 dan 30 detik. Proses penelitian ini dimulai dengan pembuatan kultur bakteri Staphylococcus aureus pada media agar nutrisi kemudian dipindahkan dalam media Brain Heart Infusion (BHI) untuk diberikan pajanan gelombang audiosonik. Setelah selesai diberi pajanan bakteri di inkubasi dan dipindahkan ke media Plate Count Agar (PCA) untuk dinilai viabilitasnya dengan metode Total plate Count. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan viabilitas Staphylococcus aureus sebesar 97,8% pada pajanan 10 detik bila dibandingkan dengan kontrol dan 288% pada pajanan 30 detik. Hasil ini menunjukkan bahwa pajanan gelombang audiosonik memberikan pengaruh positif terhadap viabilitas Staphylococcus aureus.

This study discuss about the effect of sonification using 7 kHz audiosonic wave within two different duration 10 and 30 seconds to viability of Staphylococcus aureus. This bacteria first cultured in nutrition agar and then transferred to another media, Brain Heart Infusion (BHI) before exposed to the audiosonic waves. After exposure to the wave the bacteria transferred again to Plate Count Agar (PCA) media, for the counting purpose using the Total Plate Count. This study shows that Staphylococcus aureus viability is increased by 97,8% in the 10 seconds exposure and 288% in 30 seconds exposure. This results show that exposure to audisonic waves will give positive effect to Staphylococcus aureus viability."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"The rhizome of white galangal (Alpinia galanga) is one of the cultivated remedies traditionally administered for skin disease, asthma and anabolism troubles such as colic, food poisoning, and convulsions. A part of the chemical composition of white galangal rhizome is essential oil. The aim of this study was to determine the antibacterial effect of the essential oil of white galangal rhizome against the growth of Staphylococcus aureus 302 resistant to ampicillin, amoxicillin, penicillin G, kanamycin, mecillinam, and ceftazidime. Fifty ul essential oil of white galangal rhizome in concentrations of 5, 7.5, 10, 12.5 or 15 % were dropped into 6 mm of diameter well in MHA media given to S. aureus 302. Propylene glycol (5% vol) was used as negative control and solvent. The treatment to each concentration group was repeated fifteen times. The diameter of radical zone of the growth of S. aureus 302 was measured using sliding calipers. The results of ANOVA (p<0.05) showed that the essential oil of white galangal rhizome had a significant antibacterial effect against S. aureus 302. The result of LSD test (p<0.05) showed a significant difference between the concentration groups, except for the 10 and 12.5% concentrations which had the same effect."
Lengkap +
Journal of Dentistry Indonesia, 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diza Tazkiya
"Penggunaan methicillin yang tidak terkendali dapat menyebabkan munculnya strain resistan S. aureus, yaitu Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dengan gen utama pengode resistansi mecA dan femA. Terdapat tiga strain MRSA: Healthcare-associated (HA-MRSA), Livetock-associated (LA-MRSA) dan Community-associated (CA-MRSA). Salah satu media yang berpotensi untuk mentransmisikan mikroorganisme patogen MRSA di masyarakat adalah aliran udara mesin pengering tangan di pusat perbelanjaan. Bakteri dari aliran udara tersebut diisolasi dengan medium Mannitol Salt Agar (MSA) menggunakan metode settle plate. Isolat yang tumbuh terpisah dan mengubah warna medium dari merah menjadi kuning kemudian dikonfirmasi dengan multiplex PCR menggunakan primer gen mecA dan femA serta 16S rRNA (STPY). Hasil penelitian mendapatkan sembilan isolat MRSA karena positif terhadap gen 16S rRNA (STPY) dengan gen resistan mecA atau mecA dan femA. Tiga isolat lainnya dianalisis dengan metode singleplex PCR menggunakan gen 16S rRNA universal (27F dan 1492R) dan kemudian dilakukan sekuensing DNA sehingga terdeteksi sebagai S. cohnii dan S. saprophyticus. Keberadaan kedua bakteri tersebut menandakan bahwa aliran udara mesin pengering tangan di pusat perbelanjaan berpotensi memaparkan mikroorganisme patogen resistan antibiotik karena intensitas pemakaian dan pemaparan langsung melalui udara ke tangan pengguna (komunitas).

The uncontrolled use of methicillin can lead to the emergence of resistant strains of S. aureus, specifically Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), characterized by the presence of the primary resistance-coding genes mecA and femA. There are three MRSA strains: Healthcare-associated (HA-MRSA), Livestock-associated (LA-MRSA), and Community-associated (CA-MRSA). One potential medium for transmitting MRSA pathogenic microorganisms in the community is the airflow from hand dryers in shopping centers. Bacteria from this airflow were isolated using Mannitol Salt Agar (MSA) through the settle plate method. Isolates that grew separately and changed the color of the medium from red to yellow were then confirmed using multiplex PCR with mecA, femA, and 16S rRNA (STPY) genes as primers. The research results revealed nine MRSA isolates that tested positive for the 16S rRNA (STPY) gene, with either mecA or both mecA and femA resistance genes. Three other isolates were analyzed using the singleplex PCR method with universal 16S rRNA genes (27F and 1492R) and then underwent DNA sequencing, identifying them as S. cohnii and S. saprophyticus. The presence of these two bacteria indicates that the airflow from hand dryers in shopping centers has the potential to expose antibiotic-resistant pathogenic microorganisms to users' hands in the community due to the intensity of usage and direct exposure through the air."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Hana Azzahra
"Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk kokus yang tersusun seperti anggur dan dapat menyebabkan penyakit. Penggunaan antibiotik methicillin yang berlebihan menyebabkan bakteri menjadi resistan atau dikenal dengan Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Resistensi pada MRSA ditandai dengan keberadaan gen mecA dan femA. Salah satu penyebaran MRSA dapat melalui hewan ternak. Penyebaran patogen zoonosis MRSA diduga terjadi melalui ayam atau cross contamination dari talenan. Tujuan penelitian adalah mendeteksi gen mecA dan femA pada Staphylococcus aureus dari talenan dan ampela ayam mentah di penjual ayam pasar tradisional. Penelitian dilakukan dengan pengambilan 6 sampel talenan dan ampela ayam mentah di 3 pasar tradisional Kota Depok dengan metode swab dan menggunakan medium Mannitol Salt Agar (MSA). Isolat-isolat yang mengubah warna medium menjadi kuning akan dilakukan pendeteksian gen penanda MRSA, yaitu 16S rRNA (STPY), mecA, dan femA dengan metode multiplex PCR. Hasil penelitian mendapatkan 19 isolat MRSA dan 2 isolat Methicillin resistant Staphylococcus (MRS) dengan menggunakan primer 16S rRNA universal, yaitu Staphylococcus cohnii dan Staphylococcus gallinarum. Keberadaan gen resistan dari isolat yang diperoleh menunjukkan bahwa talenan dan ampela ayam mentah dapat berpotensi menjadi sumber transmisi MRSA.

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk kokus yang tersusun seperti anggur dan dapat menyebabkan penyakit. Penggunaan antibiotik methicillin yang berlebihan menyebabkan bakteri menjadi resistan atau dikenal dengan Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Resistensi pada MRSA ditandai dengan keberadaan gen mecA dan femA. Salah satu penyebaran MRSA dapat melalui hewan ternak. Penyebaran patogen zoonosis MRSA diduga terjadi melalui ayam atau cross contamination dari talenan. Tujuan penelitian adalah mendeteksi gen mecA dan femA pada Staphylococcus aureus dari talenan dan ampela ayam mentah di penjual ayam pasar tradisional. Penelitian dilakukan dengan pengambilan 6 sampel talenan dan ampela ayam mentah di 3 pasar tradisional Kota Depok dengan metode swab dan menggunakan medium Mannitol Salt Agar (MSA). Isolat-isolat yang mengubah warna medium menjadi kuning akan dilakukan pendeteksian gen penanda MRSA, yaitu 16S rRNA (STPY), mecA, dan femA dengan metode multiplex PCR. Hasil penelitian mendapatkan 19 isolat MRSA dan 2 isolat Methicillin resistant Staphylococcus (MRS) dengan menggunakan primer 16S rRNA universal, yaitu Staphylococcus cohnii dan Staphylococcus gallinarum. Keberadaan gen resistan dari isolat yang diperoleh menunjukkan bahwa talenan dan ampela ayam mentah dapat berpotensi menjadi sumber transmisi MRSA."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesian Journal of Dentistry 2006; Edisi Khusus KPPIKG XIV: 279-283
Zeolite is a pore mineral occupied by ions and water molecules. Heat activation of zeolite causes the release water molecules, from the pores and increases zeolite adsorbance capacity. Zeolite can he used as an antimicrobial agent by shifting its cation with other cation that has antimicrobial effect. The aim of this research is to determine the influence of heat activation and Cu addition on zeolite towards its antimicrobial effect on Staphytococcus aureus. There were 5 groups for heat activation of zeolite experiment: room temperature (100°C, 200°C, 300°C, and 400°C). Using effective heat activation temperature, the research was continued to determine the effect of Cu addition on Staphylococcus aureus growth. There were 4 goups of Cu concentration addition on zeolite: 0.025 M, 0.05 M, 0.1 M, and 0.2 M. Antimicrobial test of Cu-zeolite was determined by diffusion method. The data were analyzed by using Anova and LSD. The result showed that there was a significant difference among various zeolite heat activation toward Staphylococcus aureus growth (p<0.05). The temperature of 200°C became the effective heat activation of zeolite against Staphyloccus aureus growth.It also showed a significant effect of various Cu concentration additions on zeolite towards Staphylococcus aureus growth (p<0.05). In conclusion, zeolite heat activation up to 400°C and the addition of Cu on zeolite up to 0.2 M influence the antimicrobial effect on Staphylococcus aureus."
Lengkap +
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, 2006
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Graciana
"Prevalensi infeksi Methicilline-Resistant Staphylococcus aureus di Asia termasuk Indonesia semakin meningkat dan patut diwaspadai. Resistensi MRSA terhadap berbagai antibiotik meningkatkan kebutuhan untuk mencari tata laksana alternatif dari infeksi MRSA selain antibiotik vankomisin. Ekstrak daun Mesua ferrea yang dipercaya memiliki efek antimikrobial diuji menggunakan metode makro dilusi untuk mencari konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM secara duplo Dari penelitian, tidak ditemukan aktivitas antimikrobial dari ekstrak daun Mesua ferrea terhadap MRSA pada konsentrasi 1280 g/ml hingga 0,625 g/ml. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan metode lainnya untuk mencari efektivitas antimikroba dari ekstrak daun Nagasari.

The prevalence of infection Methicilline Resistant Staphylococcus aureus in Asia including Indonesia is increasing. MRSA resistance to various antibiotics increases the need to look for alternative therapy of MRSA infection in addition to the antibiotic vancomycin. Mesua ferrea extracts is believed to have the effect of antimicrobials, tested using macro dilution method to find the minimum inhibitory concentration MIC and the Minimum Bacteriacidal Consentration MBC . On this experiment, No antimicrobial activity is found of the Mesua ferrea extract against MRSA at a concentration of 1280 pg ml to 0.625 ug ml. Further experiment is needed to know the antimicrobial activity in Mesua ferrea leaves extract. "
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masayu Siti Gumala Sari
"Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang berperan sebagai flora normal sekaligus patogen penting pada manusia. Asam galat atau 3,4,5-asam trihidroksibenzoat merupakan senyawa polifenol yang memiliki banyak kegunaan seperti pada industri, makanan antioksidan, serta industri farmasi. Asam galat juga memiliki potensi untuk menjadi agen antimikroba berspektrum luas. Modifikasi gugus karboksil maupun hidroksil pada asam galat akan menghasilkan senyawa turunan asam galat yang diharapkan lebih aktif sebagai antimikroba dibandingkan asam galat.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas antimikroba senyawa turunan asam galat terhadap Staphylococcus aureus. Pengujian dilakukan secara duplo pada asam galat dan 10 turunan asam galat dengan antibiotik amoksisilin sebagai kontrol positif menggunakan metode makrodilusi dan uji konfirmasi pada agar darah.
Hasil penelitian diambil dari nilai KHM Konsentrasi Hambat Minimum pada uji plat agar darah yang menunjukkan bahwa lima senyawa turunan asam galat yaitu senyawa 2-fenil-etil galat 4, benzil galat 6, amil galat 8, isoamil galat 9, dan sekunder amil galat 10 memiliki aktivitas antimikroba yang lebih baik dibandingkan asam galat dengan KHM masing-masing 989 g/mL, 983,5 g/mL, 455,5 g/mL, 972 g/mL, dan 1089 g/mL. Aktivitas antimikroba kelima senyawa turunan ini dipengaruhi oleh panjang rantai alkil ester yang optimal, struktur gugus alkil lurus, dan adanya gugus aromatik benzena.

Staphylococcus aureus is a gram positive bacteria that acts both as a normal flora and as an important human pathogens. Gallic acid or 3,4,5 trihydroxybenzoic acid is a polyphenol compounds that have many uses such as in industry, for antioxidant foods, and pharmaceutical industries. In addition, gallic acid has the potential to be a broad spectrum antimicrobial agents. Modification of carboxyl and hydroxyl groups on the gallic acid will generate gallic acid derivative compounds which are expected to be more active as an antimicrobial agent than gallic acid.
This study aimed to examine the antimicrobial activity of gallic acid derivatives against Staphylococcus aureus. The test was done in duplicate on gallic acid and 10 gallic acid derivative compounds with antibiotic amoxicillin as a positive control with macrodilution tube method and confirmation test by blood agar.
The results were taken from MIC Minimum Inhibitory Concentration on blood agar plate test which showed that five gallic acid derivative compounds, 2 phenyl ethyl gallate 4, benzyl gallate 6, amyl gallate 8, isoamyl gallate 9, and the secondary amyl gallate 10 has antimicrobial activity better than gallic acid with MIC of each is 989 g mL, 983.5 g mL, 455.5 g mL, 972 g mL and 1089 g mL. The antimicrobial activity of the fifth derivatives is influenced by optimum long chain alkyl ester, the straight structure of alkyl groups, and the presence of benzene aromatic group.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Nur Handayani
"Depresi pasien ulkus diabetikum dapat menurunkan respon imun dan inflamasi yang dibutuhkan pada proses penyembuhan luja. Penelitian kuasi eksperimen ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pengelolaan depresi dengan pranayama terhadap perkembangan proses penyembuhan ulkus diabetikum di RS pemerintah Aceh. Hasil penelitian menunjukkan latihan pranayama dapat mempengaruhi perkembangan proses penyembuhan ulkus dan penurunan skor depresi, namun tidak ditemukan pengaruh pengelolaan depresi dengan pranayama terhadap perkembangan proses penyembuhan ulkus diabetikum.

Depression on patient with diabetic ulcer impair immune and inflammation response that are needed in wound healing process. The urpose of this quasi experiment research was to identified the effect of pranayama on patient diabetic ulcer in Aceh government hospital. The result showed that pranayama has positive effect to wound healing progress and to decrease the depression score. But there was no effect of controlling depression by pranayama to wound healing progress."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28391
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Alya Putri
"Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang bersifat anaerob fakultatif, membentuk pigmen kuning, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok. Bakteri ini seringkali ditemukan pada saluran pernapasan atas dan kulit. Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya seperti bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits. S. aureus merupakan salah satu bakteri Gram positif yang banyak ditemukan di lingkungan medis yang berpotensi menimbulkan infeksi tak berbahaya maupun gejala lebih serius terhadap pasien rawat inap di rumah sakit. Sebagai upaya pencegahan terjadinya infeksi ringan maupun serius akibat bakteri S. aureus, maka dilakukan metode sterilisasi bakteri. Dalam studi kali ini dilakukan perbandingan efikasi menggunakan metode sterilisasi UV-C dan ozon terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro. Bakteri dipaparkan ozon dan sinar UV-C dengan durasi 15, 30 dan 45 menit. Dilakukan pula uji lanjutan sterilisasi stetoskop. Selanjutnya dilakukan analisa Total Plate Count (TPC) untuk mengetahui tingkat kematian bakteri dan dilakukan uji statistik berupa ANOVA, Mann-Whitney, dan Kruskal-Wallis sehingga dapat ditentukan metode sterilisasi yang paling efektif terhadap S. aureus. Penelitian menunjukkan bahwa sterilisasi menggunakan sinar UV-C dan ozon paling efektif pada durasi paparan 30 menit.

Staphylococcus aureus is a facultatively anaerobic bacteria, producing yellow pigments, generally grown in pairs or groups. These bacteria are often found in the upper respiratory tract and skin. S. aureus infection is associated with several pathological conditions, including ulcers, acne, pneumonia, meningitis, and arthritis. S. aureus is one of the Gram-positive bacteria found in many medical environments that have the potential to cause harmless infections or more serious symptoms to hospitalization patients. As an effort to prevent the occurrence of mild and serious infections due to S. aureus bacteria, the method of sterilization of bacteria is carried out. In this study, efficacy comparisons were conducted using UV-C and ozone sterilization methods against Staphylococcus aureus bacteria. Bacteria are exposed to ozone and UV-C light with durations of 15, 30 and 45 minutes. Further tests of stethoscope sterilization are also carried out. Furthermore, Total Plate Count (TPC) analysis is performed to determine bacterial mortality rates and statistical tests in the form of ANOVA, Mann-Whitney, and Kruskal-Wallis can be determined so that the most effective sterilization methods against S. aureus can be determined. Research shows that sterilization using UV-C light and ozone is most effective at an exposure duration of 30 minutes."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>