Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78427 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Al Asyary
"Dalam banyak penerapannya, penggunaan sistem peresepan elektronik (computerized physician order entry, CPOE) dalam penulisan resep terbukti mampu menurunkan angka kesalahan peresepan obat (adverse drug event, ADE). Kesalahan pengobatan seperti kekeliruan penulisan nama obat, penentuan dosis, dan penggunaan jenis obat yang tepat untuk pasien dengan kondisi kesehatan tertentu di pelayanan kesehatan dapat ditekan. Namun, CPOE masih memiliki kelemahan seperti tambahan waktu untuk mengentri data pasien oleh para dokter ke dalam sistem. Untuk mengevaluasi dampak persepsi pengguna tentang penerapan CPOE terhadap keselamatan pengobatan pasien, suatu penelitian kualitatif telah dilakukan di Gadjah Mada Medical Health Center yang telah mengadopsi sistem ini selama sepuluh tahun. Data dan informasi dikumpukan dengan wawancara mendalam terhadap sembilan dokter (tujuh dokter umum dan dua dokter spesialis) sebagai informen pengguna CPOE menggunakan pedoman wawancara, alat perekam suara, buku catat, dan daftar centang observasi. Hasil studi menunjukkan bahwa sepuluh tahun CPOE telah mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan, tetapi potensi ADE masih terjadi akibat gangguan komunikasi pasien-dokter karena perlunya waktu tambahan untuk entri data. Disimpulkan bahwa sistem CPOE belum mampu mendukung pengambilan keputusan untuk mencegah ADE dalam pengobatan pasien.

In most of its applications, Computerized Physician Order Entry (CPOE) has been improved patient safety by reducing medication errors and subsequent adverse drug events (ADEs). Medication error such as elixir in writing, determination of dose, and correct drug type used for patient with certain health condition in health services can be reduced. But, the CPOE still has some weknesses such as additional time to entry the patient information by physician to the sistem. To evaluate the impact of end-user perception using CPOE sistem on patient safety medication, a qualitative research has been conducted at Gadjah Mada Medical Health Center which has adopted this sistem for ten years. Data and informations were collected by in-depth interviewing nine physicians (seven general docters and two specialists) as end-user informen using interview guide, tape recorder, notebook, and checklist observation tools. The results show that ten year CPOE implemention has improved the effectiveness and efficiency of medical health care, but potential adverse drug event (ADE) such as drug precription errors still occur as a result of patient-physician communication distraction due to additional time for data entry. It is concluded that CPOE sistem has not been able to support decision to prevent the ADEs in patient medication."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
"Pekerja seks perempuan (PSP) merupakan kelompok yang termarjinalkan secara sosial dan memiliki kerentanan yang tinggi terhadap masalah kesehatan. Upaya perluasan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada PSP masih terbatas sehingga penting dilakukan untuk mendukung pencapaian universal health coverage. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai akses JKN pada PSP di Denpasar. Penelitian ini merupakan studi kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap 15 orang PSP dan empat orang mucikari di Denpasar pada Agustus hingga Oktober 2014. Hasil wawancara diolah dengan analisis tematik. Kerangka analisis yang digunakan adalah The Health Access Livelihood Framework. Kepemilikan JKN pada PSP di Denpasar masih rendah, meskipun sebagian PSP memiliki kemauan untuk menjadi peserta JKN dan memiliki kemampuan membayar iuran JKN. Faktor penghambat akses JKN pada PSP adalah rendahnya pengetahuan mengenai prosedur pendaftaran dan portabilitas JKN, kekhawatiran keberlanjutan pembayaran iuran, persepsi buruk mengenai kualitas layanan yang akan diterima jika menggunakan JKN, ketidaklengkapan administrasi kependudukan serta kebijakan yang mengharuskan peserta bukan penerima bantuan iuran (Non-PBI) Mandiri untuk mendaftarkan seluruh anggota keluarga. Akses JKN pada PSP terhambat oleh faktor-faktor individual, layanan dan kebijakan yang perlu diatasi untuk meningkatkan cakupan JKN pada PSP.

Female sex workers (FSW) is marginalized social group having a high vulnerability of health problems. Effort to expand national health insurance on FSW is still limited, so it is necessarily performed in order to support the achievement of universal health coverage. This study aimed to obtain the depiction of the insurance access among FSW in Denpasar. This study was qualitative. Data was collected through in-depth interview of 15 FSW and four pimps in Denpasar on August - October 2014. The interview result was analyzed using thematic analysis. The analysis framework used was The Health Access Livelihood Framework. The insurance ownership among FSW in Denpasar was low, even though some FSW were willing to be participants and afford to pay the premium. Factors inhibiting the insurance access were the lack of knowledge regarding registration procedures and portability, fear of premium payment sustainability, negative perceptions regarding quality of services that would be received if using the insurance, incomplete population administration and policy requiring participants of independent non-premium support receiver to register all of their family members. The insurance access among FSW was hindered by individual, service and policy factors that need to be conquered to increase the insurance coverage among FSW."
Bali: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Immobilization of humic acid on chitin has been conducted and applied for the adsorption of Ag(1). ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Schizophernia disorder is a servere mental disorder that is expected having a great relapsing risk. ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Andarini Indreswari
"Tuberkulosis paru masih merupakan masalah dunia. Indonesia menempati
peringkat ke tiga di dunia pada tahun 2012. Target nasional Case Detection
Rate tahun 2012 adalah 70%, sedangkan pencapaian Jawa Tengah sebe-
sar 58,48%. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh batas kadar inter-
feron (IFN) γ pada orang kontak serumah dengan penderita tuberkulosis
paru sebagai dasar diagnosis dini penyakit tuberkulosis. Penelitian di-
lakukan secara kohort selama dua tahun (2011 - 2013) di Balai Kesehatan
Masyarakat Paru Semarang. Pada akhir penelitian, terdapat 12 responden
kontak dan 13 tidak kontak serumah. Uji Wilcoxon menunjukkan perbe-
daan bermakna rerata kadar IFN-γ antara kelompok kontak dengan kelom-
pok tidak kontak serumah ( nilai p= 0,004). Rerata kadar IFN-γ pada kon-
tak serumah mengalami penurunan pada sebagian besar kasus (75%).
Pada kelompok kontak serumah, 25% menunjukkan gejala klinis suspek tu-
berkulosis paru. Pemeriksaan mikrobiologis menunjukkan 100% negatif pa-
da kedua kelompok. Hasil reciever operating characteristic kadar IFN-γ ter-
hadap status klinis, diperoleh nilai area under the curve sebesar 70,4%
(95% CI= 40,8% - 99,9%). Nilai cut off point IFN-γ yang optimal secara sta-
tistik yaitu pada nilai ≥3,277. Diperoleh hasil sensitivitas dan spesifisitas
sebesar 67,7%. Pemeriksaan kadar IFN-γ dapat digunakan dalam kegiatan
skrining untuk mendeteksi secara dini penularan pada kontak serumah de-
ngan penderita tuberkulosis paru, sebagai pilot project pada daerah dengan
prevalensi tuberkulosis paru yang tinggi.
Tuberculosis remains a global problem. In 2012, Indonesia has the third
biggest tuberculosis cases in the world. The national target in Case
Detection Rate for tuberculosis in 2012 was 70%, whereas Jawa Tengah
reached only 58.48%. This research aimed to find interferon (IFN) γ level
among households contact with tuberculosis patient that used a new
screening method of finding tuberculosis cases. The research design was
Diagnosis Dini Tuberkulosis pada Kontak Serumah
dengan Penderita Tuberkulosis Paru melalui Deteksi
Kadar IFN-γ
Early Diagnosis of Tuberculosis Infection for Household Contact with
Patients of Pulmonary Tuberculosis Use Interferon (IFN-γ) Level Detection
Sri Andarini Indreswari, Suharyo
a two-year cohort study (2011 - 2013) took place in pulmonary community
health centers Semarang. In the end of research, found 12 participants
household contact and 13 participants nonhousehold contact. Wilcoxon test
result showed significant differences IFN-γ level between contact group and
noncontact group (p value= 0.004). IFN-γ among household contact group
decreased in most cases (75%). Among household contact group showed
25% had a clinical symptom of tuberculosis. Microbiology diagnostic
showed 100% had negative result in both group. Result of receiver opera-
ting characteristic IFN-γ level toward clinical status, had value area under
curve 70.4% (95% CI= 40.8%-99.9%). Cut off point of IFN-γ value have op-
timal result in ≥3.277, with sensitivity and specificity value 67.7%. IFN-γ le-
vel test can be used in screening program to early detection of infected
among household contact with new tuberculosis cases, as a pilot project in
high prevalence of new tuberculosis cases."
Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Fakultas Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Retno Wulandari
"Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa ibu melahirkan secara sectio cae-
sarea cenderung lebih lambat melakukan inisiasi menyusu dini dan mem-
punyai prevalensi lebih rendah dalam praktik ASI ekslusif dibanding Ibu
melahirkan pervaginam. Ibu post sectio caesarea juga tidak memulai
menyusui bayinya pada hari pertama melahirkan. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui faktor yang menyebabkan rendahnya praktik inisiasi
ASI pada Ibu post sectio caesarea termasuk peran tenaga kesehatan di se-
buah rumah sakit di Surabaya. Sebanyak 72 ibu yang melahirkan secara
sectio caesarea selama bulan Juni 2012 telah menandatangani informed
consent, diobservasi sejak masuk rumah sakit sampai akhir hari ke-2 post
sectio caesarea, dan diwawancara dengan menggunakan kuesioner. Hasil
penelitian menunjukkan semua ibu sudah mempunyai pengetahuan yang
baik tentang ASI, 26,4% di antaranya sudah mempunyai pengalaman se-
belumnya dalam memberikan ASI, tetapi hanya 6,9% dan total 29,2% yang
mulai memberikan ASI pada hari pertama dan kedua pasca sectio cae-
sarea. Dukungan tenaga kesehatan dalam hal membantu proses pember-
ian ASI dilaporkan masih rendah. Uji korelasi mendapatkan bahwa dukun-
gan tenaga kesehatan dan kondisi rawat gabung adalah faktor yang
berhubungan dengan praktik pemberian ASI (p value 0,39; p = 0,001; phi
value = 0,47; p = 0,001). Rendahnya pemberian ASI ibu pasca sectio cae-
sarea berkorelasi dengan rendahnya dukungan tenaga kesehatan dan pe-
nundaan rawat gabung.
Previous studies showed that breastfeeding initiation was late in babies
born with sectio caesarea compared to those with vaginal delivery and
prevalence of exclusive breastfeeding practice was low in the former group.
There was no breastfeeding initiation in the first day of post sectio caesarea.
The objective of this study was to define factors correlated to low breast-
Rendahnya Praktik Menyusui pada Ibu Post Sectio
Caesarea dan Dukungan Tenaga Kesehatan di Rumah
Sakit
The Low Practices of Breastfeeding for Sectio Caesarea Women and Health
Workers Support in Hospital
Dwi Retno Wulandari, Linda Dewanti
feeding practice initiation on post sectio caesarea mother, including the role
of health workers in a hospital in Surabaya. 72 post sectio caesarea moth-
ers were observed and interviewed on 1-30 June 2012 to find the factors
correlated with breastfeeding practice. The results showed that although all
the mothers already had a good knowledge about breastfeeding, and 26.4%
of them had previous experience in breastfeeding, only 6.9% and 29.2% of
total breastfeeding is started on the first and second post sectio caesarea
respectively. Support for breastfeeding practice from health workers was
low, and there were significant correlation between the support and room-
ing conditions with breastfeeding practices (p = 0.001). We concluded that
low level of breastfeeding practice on mother with sectio caesarea correlat-
ed with low support of health professional and with the delay of room-in
practice."
Universitas Airlangga, Fakultas Kedokteran, Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Kedokteran, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wanti
"Kasus frambusia yang tercatat di Puskesmas Bondo Kodi Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT) terus meningkat dari 174 kasus tahun 2009 menjadi 327 kasus pada tahun 2010 dan 369 kasus pada tahun 2011. Pada tahun 2012, frambusia tertinggi terjadi di Desa Mali Iha di Kecamatan Bondo Kodi dengan 43 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan, perilaku, dan pengetahuan masyarakat yang berhubungan dengan kejadian penyakit frambusia pada anak-anak.
Penelitian observasional ini menggunakan rancangan studi kasus-kontrol, dengan kondisi sarana air bersih (SAB), perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan pengetahuan masyarakat tentang frambusia sebagai variabel bebas. Sampel penelitian adalah 30 orang anak yang menderita frambusia (kasus) dan 30 orang anak sehat (kontrol) yang diambil dengan metode purposive sampling. Data dan informasi mengenai SAB, praktik PHBS, dan pengetahuan masyarakat tentang frambusia didapatkan dengan observasi dan wawancara, kemudian dianalisis dengan uji kai kuadrat.
Ditemukan, secara statistik kejadian frambusia berhubungan bermakna dengan kondisi SAB (OR = 15,16 dan nilai p = 0,035) dan PHBS (OR = 7 dan nilai p = 0,048), tetapi tidak berhubungan dengan pengetahuan masyarakat tentang frambusia (nilai p = 0,283). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kondisi SAB dan PHBS merupakan faktor risiko frambusia.

Frambusia cases recorded at Bondo Kodi Primary Health Care in Sumba Barat Daya District, East Nusa Tenggara (NTT) were continously increasing from 174 in 2009 to 327 in 2010 and 369 in 2011. In 2012, the highest frambusia occurred in Mali Iha Village with 43 cases. The present research was to define environmental, behavioural, and knowledge factors associated with the frambusia in children.
This observational study employed case-control design with condition of clean water source, practices of personal hygiene and health behavior, and community knowledge about frambusia as independent variables. Samples were 30 children with frambusia (cases) and 30 healthy children (control) who were selected using purposive sampling. Data and information on environmental condition, behavioral practices, and community knowledge were collected by interview and direct observation and were analyzed using chi-square test.
It was found that statistically the frambusia cases were associated significantly with the condition of clean water source (OR = 15.16, p value = 0.035) and personal hygiene and healthy behavior (OR = 7, p value = 0.048), but were not associated with community knowledge (p value = 0.283). It concludes that condition of clean water sources and personal hygiene and healthy behavior are risk factors of frambusia in children.
"
[place of publication not identified]: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Fitriani
"Upaya pengobatan sendiri merupakan perilaku individu dalam mengenali
jenis penyakit yang diderita dan memilih sendiri jenis pengobatan. Kriteria
yang menentukan pemilihan sumber pengobatan adalah persepsi sakit/
pengetahuan akan penyakit, keyakinan akan sumber pengobatan, dan
efisiensi waktu yang dipengaruhi oleh keterjangkauan biaya dan jarak.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan upaya pengobatan sendiri pada
balita di Aceh dalam era cakupan semesta jaminan kesehatan dan menge-
tahui faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini merupakan analisis
data sekunder hasil KOR-MODUL Susenas 2011 dengan pendekatan
potong lintang sebanyak 43.866 responden atau 455.750 rumah tangga di
23 Kabupaten/Kota Provinsi Aceh. Terdapat 5.147 responden balita yang
mewakili populasi balita Aceh, sebanyak 2.052 balita (39,87%) dilaporkan
menderita sakit selama sebulan sebelum survei, 62,52% ternyata dirawat
dengan upaya pengobatan sendiri. Meskipun telah berlaku cakupan
semesta jaminan kesehatan di Aceh, masih banyak balita yang diobati
sendiri oleh keluarganya. Hasil analisis uji kai kuadrat dan regresi logistik
menunjukkan bahwa faktor domisili, usia balita, dan diare memengaruhi
upaya pengobatan sendiri pada balita.
Self medication is the choice of medications by individuals to cure self-
recognized symptoms or indications. Self medication are determined by the
perception/knowledge of the illness, beliefs, and efficiency as it is affected
by affordability and distance to health care facility. This study aimed to
describe the use of self-medication among toddler in Aceh during the era of
universal health coverage, and to determine the factors that control its. This
was a secondary data analysis of the results of KOR-MODUL Susenas 2011
with a cross-sectional approach as many as 43,866 respondents or 455,750
households in 23 districts/cities in Aceh province. There are 514 respon-
dents representing toddler population of Aceh, and 2,052 toddler or 39.87%
are sick during the last month prior to the survey and 62.52% were self-
medication. Nevertheless, some families still practice self-medication in the
era of universal health coverage; in short, chi-square and logistic regression
imply that living area, age of toddler, and diarrhea are determining the use
of self-medication."
Loka Penelitian dan Pengembangan Biomedis Aceh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>