Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145313 dokumen yang sesuai dengan query
cover
L. Meily Kurniawidjaja
"Pendirian grup senam masyarakat perkotaan sering dipicu oleh ancaman penyakit jantung koroner dan stroke (penyakit kardiovaskular). Banyak di antara mereka masih berisiko tinggi penyakit kardiovaskular antara lain berat badan lebih dan kadar kolesterol tinggi serta faktor umur dan genetik, tetapi faktor risiko penyakit kardiovaskular dapat diturunkan dengan pola hidup sehat. Tujuan penelitian ini adalah menilai pengaruh metode promosi kesehatan dengan pendekatan siklus rekognisi, analisis, perencanaan, komunikasi, persiapan, implementasi, evaluasi, dan kelanjutan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik ibu-ibu pesenam tentang pola hidup sehat. Penelitian ini menggunakan pretest and posttest design untuk menilai hasil intervensi pada 60 orang berusia rata-rata 58,26 tahun dan hampir semua (93,33%) adalah perempuan pada dua kelompok senam di Kelurahan Pulogadung selama 10 bulan. Hasil penelitian memperlihatkan peningkatan nilai posttest (58%) pengetahuan peserta, peningkatan sikap dengan mau berbagi menu sehat dan mengisi alat pantau diri, serta peningkatan keterampilan berpola hidup sehat berupa menyusun menu sehat, bersenam minimal empat kali seminggu, tidur 7 _ 8 jam perhari dan cukup istirahat. Selain itu, kelompok ini berhasil menyusun buku Masak Makanan Sehat. Disarankan kegiatan ini dapat diterusan dengan penyajian dan diskusi makanan bijak secara berkala sekali dalam dua bulan dengan menggunakan dana yang terkumpul dari iuran sukarela.

Urban exercise groups are often triggered by the perception of the severity and threat of coronary heart diseases and stroke (cardiovascular disease). But many of them are still high in cardiovascular disease risk i.e. overweight and high cholesterol. Cardiovascular disease risk factors can be reduced by healthy lifestyle. This study aimed to assess the effectiveness of recognition, analysis, planning, communication, preparation, implementation, evaluation and continuity health promotion strategy in enhancing the knowledge, attitude and practice of healthy lifestyle among the exercise group members. Pretest and posttest design was used to assess the effectiveness of 10 months intervention among 60 participants aged 58,26 (27-93) year-old, most of them (93,33%) were ladies from two exercise groups in Kelurahan Pulogadung. The intervention improved the score of pre-posttest (58%), the willingness to share the healthy menu and to fill the healthy lifestyle self-monitoring form, and to practice healthy lifestyle e.g. cooking the prudent food, minimum 4 times a week exercise, 7 _ 8 hours sleeping and enough leisure time. Additionally, this groups had successfully produced The Multiethnic Healthy Food Cooking book. It was concluded these health promotion model could enhance the healthy lifestyle of the exercise group members."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wanti
"Kasus frambusia yang tercatat di Puskesmas Bondo Kodi Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT) terus meningkat dari 174 kasus tahun 2009 menjadi 327 kasus pada tahun 2010 dan 369 kasus pada tahun 2011. Pada tahun 2012, frambusia tertinggi terjadi di Desa Mali Iha di Kecamatan Bondo Kodi dengan 43 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan, perilaku, dan pengetahuan masyarakat yang berhubungan dengan kejadian penyakit frambusia pada anak-anak.
Penelitian observasional ini menggunakan rancangan studi kasus-kontrol, dengan kondisi sarana air bersih (SAB), perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan pengetahuan masyarakat tentang frambusia sebagai variabel bebas. Sampel penelitian adalah 30 orang anak yang menderita frambusia (kasus) dan 30 orang anak sehat (kontrol) yang diambil dengan metode purposive sampling. Data dan informasi mengenai SAB, praktik PHBS, dan pengetahuan masyarakat tentang frambusia didapatkan dengan observasi dan wawancara, kemudian dianalisis dengan uji kai kuadrat.
Ditemukan, secara statistik kejadian frambusia berhubungan bermakna dengan kondisi SAB (OR = 15,16 dan nilai p = 0,035) dan PHBS (OR = 7 dan nilai p = 0,048), tetapi tidak berhubungan dengan pengetahuan masyarakat tentang frambusia (nilai p = 0,283). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kondisi SAB dan PHBS merupakan faktor risiko frambusia.

Frambusia cases recorded at Bondo Kodi Primary Health Care in Sumba Barat Daya District, East Nusa Tenggara (NTT) were continously increasing from 174 in 2009 to 327 in 2010 and 369 in 2011. In 2012, the highest frambusia occurred in Mali Iha Village with 43 cases. The present research was to define environmental, behavioural, and knowledge factors associated with the frambusia in children.
This observational study employed case-control design with condition of clean water source, practices of personal hygiene and health behavior, and community knowledge about frambusia as independent variables. Samples were 30 children with frambusia (cases) and 30 healthy children (control) who were selected using purposive sampling. Data and information on environmental condition, behavioral practices, and community knowledge were collected by interview and direct observation and were analyzed using chi-square test.
It was found that statistically the frambusia cases were associated significantly with the condition of clean water source (OR = 15.16, p value = 0.035) and personal hygiene and healthy behavior (OR = 7, p value = 0.048), but were not associated with community knowledge (p value = 0.283). It concludes that condition of clean water sources and personal hygiene and healthy behavior are risk factors of frambusia in children.
"
[place of publication not identified]: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yayi Suryo Prabandari
"Di Indonesia, sejak lebih dari dua dekade, terjadi transisi epidemiologi.
Prevalensi penyakit tidak menular (PTM) meningkat menggeser penyakit
menular. Sejak tahun 2004, tiga perilaku hidup bersih sehat (PHBS) terkait
PTM, yang meliputi tidak merokok, aktivitas fisik, konsumsi tinggi serat
belum memenuhi target. Penelitian ini bertujuan mengetahui penggalian
riwayat dan nasihat gaya hidup sehat yang dilaporkan oleh pasien dan dok-
ter. Penelitian dilakukan dengan rancangan potong lintang pada 57 dokter
dan 251 pasien puskesmas. Data dikumpulkan dengan kuesioner terstruk-
tur dan wawancara di empat puskesmas di Kota Yogyakarta dan delapan
puskesmas di Kabupaten Sleman mulai September 2011 sampai dengan
Januari 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak dokter
yang memberikan nasihat tentang gaya hidup sehat daripada menanyakan-
nya. Dokter lebih sering melakukan penggalian riwayat dan nasihat tentang
kebiasaan merokok daripada tentang olah raga dan pola makan.
Penggalian riwayat dan nasihat yang dilaporkan oleh dokter dan pasien
berbeda. Menurut pasien, dokter seharusnya bertanya dan memberi nasi-
hat gaya hidup sehat. Karakteristik dokter tidak berhubungan dengan peng-
galian riwayat dan nasihat gaya hidup sehat yang dilakukan. Penggalian
riwayat tentang hidup sehat menjadi prediktor kuat dalam memberikan nasi-
hat untuk melakukan gaya hidup sehat.
Epidemiological transition has been occurred in Indonesia in the last two
decades. The increasing prevalence of non communicable disease (NCD)
has shifted the communicable disease. This pattern has been predicted
since the 2004. National health survey reported that the Indonesian? clean
and healthy behavior (PHBS) related to NCD, namely, not smoking, exer-
cise and high fiber diet were still far from the target. The role of physician,
particularly primary health care is crucial to overcome those health prob-
lems. This cross sectional study aimed to assess history taking and advice
on healthy life style reported by patient and physician. Participants were 57
physicians and 251 patients of primary health care (Puskesmas). Data were
collected by structured questionnaires and interviews at 4 Puskesmas in
Yogyakarta City and at 8 Puskesmas in Sleman District, started between
September 2011 and January 2012. The results showed that physicians
more carried out health advice on healthy life style than ask about them.
Patients and physicians reported differently in the history taking and advice
on healthy life style. Physician was more asking and advice about smoking
habits than exercise and high fiber diet. Characteristics of physicians did not
correlate with history taking and advice of healthy lifestyle. History taking of
healthy life style was a strong predictor to conduct advice on healthy life
style."
Universitas Gadjah Mada, Fakultas Kedokteran, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sudijanto Kamso
"Data tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada kelompok eksekutif di Indonesia yang diperlukan untuk upaya pencegahan penyakit kardiovaskular sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan sindrom metabolik pada kelompok eksekutif. Penelitian dilakukan di Jakarta dan sekitarnya dengan menggunakan rancangan cross sectional. Jumlah responden yaitu 220 orang eksekutif laki-laki dan 68 orang eksekutif wanita. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri, analisis biokimia darah, analisis asupan makanan, pengukuran angka stres, dan pengukuran indeks aktivitas. Analisis regresi logistik ganda dilakukan untuk mengetahui hubungan beberapa independen variabel dengan dependen variabel. Analisis ini menghasilkan indeks massa tubuh (overweight, odds ratio (OR) = 5,54; obesitas, OR = 7,44) dan rasio total kolesterol/high density lipoprotein (HDL)-kolesterol (OR = 8,83) sebagai determinan sindrom metabolik pada kelompok eksekutif. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan profil lipid dan pengukuran antropometri sederhana yang teratur pada kelompok eksekutif penting dilakukan untuk mendeteksi risiko sindrom metabolik.

Available datas on metabolic syndrome among Indonesian executives are limited, despite the fact of the importance of these data for cardiovaskular prevention. The objective of this study was to assess prevalence of metabolic syndrome and its associations between anthropometric measures, lipid profiles, blood pressure, nutrient intakes, and life style in executive group. A cross sectional study was undertaken in some factories in Jakarta, using multistage random sampling. The respondents were 287 executives, 219 male and 68 female. Data were collected through anthropometric measurements, biochemical blood analysis, nutrient intake, stress score, and activity index assessment. Multiple logistic regression analysis used to assess associations between independent variables and metabolic syndrome. This study showed that body mass index (overweight, odds ratio (OR) = 5,54; obesity, OR = 7,44) and ratio serum total cholesterol to high density lipoprotein (HDL)-cholesterol (OR = 8,83) were potential determinants of metabolic syndrome. This study shows the importance of routine check of lipid profile, blood pressure, and simple anthropometric assessment to detect the risk of metabolic syndrome in the elderly."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Destriatania
"Partisipasi ayah pada pola pemberian makan bayi harus dipersiapkan
dengan baik sehingga mendukung ibu untuk menyusui. Penelitian ini bertu-
juan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ayah ter-
hadap praktik pemberian ASI eksklusif. Sampel dalam penelitian ini adalah
536 pasangan suami istri yang mempunyai bayi usia 0 _ 6 bulan. Data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Desain yang
digunakan adalah potong lintang dan analisis data menggunakan kai
kuadrat dan regresi logistik. Rata-rata pemberian ASI eksklusif pada saat
wawancara adalah 29,1%. Sekitar 83,6% dan 59,1% ayah mempunyai
pengetahuan rendah tentang manajemen laktasi prenatal dan postnatal,
tetapi 89,6% dan 61,9% ayah menunjukkan sikap positif terhadap praktik
menyusui ketika masa kehamilan dan menyusui. Dukungan ayah terhadap
praktik menyusui justru rendah pada saat persalinan (37,3%). Sikap ayah
selama masa menyusui (nilai p < 0,05; OR = 1,623; 95%CI = 1,086 _ 2,425)
merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi praktik pemberian
ASI eksklusif setelah dikontrol faktor lainnya dalam analisis regresi logistik.
Pengetahuan yang baik dan sikap yang positif diketahui sebagai faktor
penting dalam keberhasilan praktik pemberian ASI eksklusif. Hal ini
menunjukkan kebutuhan keterlibatan ayah dalam berbagai program
promosi praktik menyusui.
Fathers participation in the decision making of infant feeding method have
to be well prepared so that they can support mothers to breastfeed. The ob-
jective of the paper is to analyze the relationship between knowledge and
attitude of the fathers on exclusive breastfeeding practice. Couples whose
baby aged 0 _ 6 months were recruited in this study. Structured question-
naire was used to collect the data. The study design was cross sectional in
which chi square and logistic regression analyses were used for the statis-
tical tests. The prevalence of exclusive breastfeeding at time of interview
was 29.1%. Around 83.6% and 59.1% of fathers had low level of knowledge
on prenatal and postnatal lactation management but 89.6% and 61.9% had
positive attitude toward breastfeeding. Only 37.3% fathers showed positive
attitude about breastfeeding during labor. Attitude of fathers during nursing
period was a dominant factor associated with exclusive breastfeeding (p
value < 0.05; OR = 1.623; 95% CI = 1.086 _ 2.425) after controlling for
other factors in the logistic regression analysis. Good knowledge and posi-
tive attitude were known as important factors for successful exclusive
breastfeeding practice. This indicates a need of breastfeeding education for
fathers."
Universitas Sriwijaya Palembang, Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Setyowati
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Najib Najib
"Tingkat pemakaian kontrasepsi hormonal oleh akseptor Keluarga
Berencana di kelurahan Muktiharjo Kidul kota Semarang yang tinggi diduga
merupakan dampak tidak diberikannya informasi yang luas tentang kelebihan
dan kekurangan alat kontrasepsi dan pelayanan kontrasepsi yang
berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
dan kualitas pelayanan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal
pada pasangan usia subur di kelurahan Muktiharjo Kidul. Jenis penelitian
adalah explanatory study dengan pendekatan cross sectional yang dianalisis
secara deskriptif. Penarikan sampel dilakukan secara acak dari populasi
pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi di kelurahan
Muktiharjo Kidul kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
prevalensi pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi hormonal
dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik dan pelayanan yang berkualitas.
Statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan kualitas
pelayanan dengan pemilihan alat kontrasepsi
The high level of hormonal contraceptive using by Family Planning acceptor
in Muktiharjo, Kidul, Semarang, suspectedly caused by lackness of information
given about advantages and disadvantages of contraceptives and
high quality of service. This research conducted to identify relationship of
knowledge and service quality in selecting hormonal contraceptives on reproductive
age couple in Muktiharjo, Kidul. The type of the research is explanatory
study uses cross sectional approach and descriptive analysis.
Sample are collected randomly from reproductive age couple which use
hormonal contraceptives in Muktiharjo, Kidul, Semarang. This study result
that productive age couple using hormonal contraceptives prevalence
affected by good knowledge and high quality service. Statistics show that
there is a relationship between knowledge and service quality in the matter
of selecting contraceptives."
Balai Pelatihan dan Pengembangan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Tengah, 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Toha Muhaimin
"Kata kualitas hidup sering dihubungkan dengan pembangunan, khususnya pembangunan manusia, yang sering dikaitkan dengan kondisi seseorang baik dalam keadaan sehat maupun sakit, untuk menunjukkan aktivitas fisik, atau kondisi seseorang dalam hidup sehari-harinya. Sebagian orang mengkaitkan istilah kualitas hidup dengan kondisi sejauh mana terpenuhinya kubutuhan dasar untuk hidup seperti sandang, pangan, papan dan pendidikan pada seseorang. Oleh karena itu, banyak penelitian mengukur kualitas hidup dengan instrumen yang berbeda-beda, termasuk mengukur kualitas hidup anak dan banyak instrumen yang telah dikembangkan. Tulisan ini mencoba membahas pengertian kualitas hidup dan cara mengukurnya, terutama pada anak. Belum ada konsensus mengukur atau menggambarkan definisi konseptual kualitas hidup, tetapi para peneliti setuju bahwa kualitas hidup adalah konsep multidimensional yang dapat diukur dengan berbagai pendekatan. Kualitas hidup didefinisikan sebagai perasaan utuh (overall sense) kesejahteraan seseorang dan meliputi aspek kebahagiaan (happiness) dan kepuasan hidup secara keseluruhan. Kualitas hidup disebut juga dengan istilah status kesehatan subjektif (subjective health status). Untuk mengukur kualitas hidup, termasuk kualitas hidup anak, bisa dilakukan baik pada orang atau anak sehat maupun menderita penyakit tertentu dengan menentukan dimensi (domain) yang berbeda-beda dan masing-masing dimensi bisa digali dengan sejumlah item pertanyaan atau pernyataan dalam jumlah yang berbeda juga, yang harus dijawab atau diisi oleh responden, anak, orangtua atau keduanya.

Quality of life (QoL) is very often to be associated with development, especially, human development, which is linked to condition of someone, either healthy or sick, to show daily physical activities. Some people are thinking that QoL is associated with basic needs of someone?s life such as clothe, Mengukur Kualitas Hidup Anak Measuring Children?s Quality of Life Toha Muhaimin food, house, and education. For these reasons, there are a lot of quality of life studies using different instruments, including child quality of life. There are also some instruments already developed to measure it. This paper is trying to discuss the meaning of QoL and how to measure it, especially for children. There is no consensus how to measure QoL as conceptual definition. However, researchers agree that it is multidimensional construct and that there are a variety of approaches by which it may be measured. Quality of life is defined as one?s overall sense of well-being and includes aspects of happiness and satisfaction with life as a whole, and it is called as subjective health status. To measure QoL, included children, either for healthy or specific illness, it can be done by different domains and for each domain consists of different number of items of questions or statements, which will be answered or filled up by either respondent, children, or both of them."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Oedojo Soedirham
"Kota Sehat merupakan proyek World Health Organization (WHO) yang
diluncurkan pada pertengahan tahun 1980-an dengan mengambil tempat
untuk yang pertama kali adalah kota-kota di Eropa. Konsep Kota Sehat
adalah konsep lama sekaligus baru. ?Lama? berarti telah lama manusia
berusaha untuk membuat kota lebih sehat sejak awal peradaban perkotaan
(urban civilization). ?Baru? dalam manifestasinya sebagai satu sarana uta-
ma promosi kesehatan ? kesehatan masyarakat baru (new public health) ?
dalam pencarian Sehat untuk Semua (Health for All). Hal tersebut dipan-
dang sebagai ?a means of legitimizing, nurturing, and supporting the
process of community empowerment?. Artikel ini mengulas Kota Sehat
dalam konteks sustainable communities.
Healthy City is a World Health Organization (WHO) project that launched in
mid 1980s with cities at Europe as first attempts. The Healthy City concept
is old and new. ?Old? means that since the early urban civilization, human-
being striving for better and healthier places to live. ?New? means that it?s
one primary manifestation for health promotion ? new public health ? in
seeking ?Health for All?. This is seen as ?a means of legitimizing, nurturing,
and supporting the process of community empowerment?. The paper re-
viewed Healthy City in sustainable communities context."
Universitas Airlangga Surabaya, Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ananta Rina
"Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan jasa boga yang tinggi (31%) menjadi semakin penting dan perlu mendapat perhatian serius. Masyarakat yang
semakin sadar menuntut jaminan mutu dan keamanan pangan yang semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan menilai penerapan Sistem Manajemen Mutu pa-
da perusahaan jasa boga perusahaan yang diteliti. Metoda yang digunakan mengacu pada sistem manajemen PDCA ( Plan ? Do ? Check ? Action ), pe-
nerapan Sistem Manajemen Mutu ( ISO 9001) dan Sistem Keamanan Pangan ( HACCP dan ISO 22000). Sistem tersebut mencakup unsur-unsur pengen-
dalian bahaya potensial dan parameter kritis aktifitas penyediaan rantai makanan (food chain), kesesuaian produk dan jasa yang terintegrasi ke dalam
kegiatan operasional suatu perusahan jasa boga. Prinsip-prinsip tersebut disusun dalam suatu model Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan ter-
padu kegiatan penyediaan makanan perusahaan Jasa Boga. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa Sistem Manajemen Mutu perusahaan jasa boga pe-
rusahaan yang diteliti telah diterapkan dalam proses penerimaan bahan baku, penyimpanan, produksi dan pelayanan. Penetapan dan pelaksanaan Hazard
Analysis Critical Control Point pada proses penerimaan bahan baku, penyimpanan, produksi dan pelayanan belum diterapkan sesuai standar HACCP dan
ISO 22000. Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan ( SM2KP) dapat diterapkan dengan efektif dan terpadu karena proses pengendalian yang di-
lakukan sesuai standar yang dapat diterima, diterapkan dan sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan bisnis.
The high frequency of food poisoning outbreak in catering service (31%) become more important and need more attention. People become more aware to
the food safety and demand for serious attention to the problem. The study objective is to evaluate the application of Quality Management System (QMS) in
food catering service. The method used in this study referred to PDCA(Plan?Do?Check?Action), application of QMS (ISO 9001) and food safety system (HAC-
CP and ISO 22000). The system includes components of potential hazard control and critical parameter of food chain supply, and the apropriateness of pro-
duct and services integrated to operational activity of catering service. The study reveals that QMS has been implemented in materials procurement, storage,
production, and service. However, HACCP and ISO 22000 had not been fully standardized in implementation. Control process is important to implement Food
Safety and Quality Management Syatem (SM2KP) in an effective and integrated way."
2008
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>