Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172437 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Krisnawati Bantas
"Sindrom metabolik (SM) adalah suatu kombinasi gangguan medis
yang meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler.
Salah satu kriteria sindrom metabolik adalah obesitas sentralis. Beberapa
sumber mendefinisikan sindrom metabolik menggunakan ukuran lingkar
pinggang yang berbeda yang belum tentu sesuai apabila diterapkan untuk
populasi Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapat nilai titik po-
tong lingkar pinggang yang optimal sebagai salah satu kriteria SM yang
sesuai dengan antropometri populasi Indonesia. Penelitian ini bersifat
deskriptif menggunakan data sekunder yang berasal Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Indonesia 2007. Sampel terdiri dari 13.262 orang beru-
sia diatas 15 tahun pria dan wanita tidak hamil. Sebagai variabel dependen
adalah S, dan variabel independen adalah ukuran lingkar pinggang.
Analisis statistik yang digunakan adalah Receiver operating characteristic
(ROC) curve dengan software analisis data. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai titik potong optimal dari ukuran lingkar pinggang untuk mengi-
dentifikasi subjek-subjek dengan faktor risiko multiple (ganda) dari SM di
Indonesia adalah 85 cm untuk pria dan 83,5 cm untuk wanita. Disimpulkan
bahwa penentuan kriteria ukuran lingkar pinggang sebagai salah satu kom-
ponen penentu SM harus disesuaikan untuk setiap komunitas.
Metabolic syndrome (MS) is a combination of several medical condi-
tions which increase the risk of type 2 diabetes and cardiovascular disease.
One of the criteria of MS is central obesity. There are some resources which
provide the definition of MS that used difference waist circumference, which
was not always necessarelly in accordance with the Indonesian population.
The aimed of this study was to determine the optimal cut-off point of waist
circumference as a component of MS which appropiate to the anthopo-
metric of Indonesia population. This was a descriptive study, and used a
secondary data from Riskesdas 2007. Sample was consisted of 13.262
men and non pregnant women, age over 15 years-old. MS was as depend-
ent variable, and waist circumference was as independent variable.
Statitical analysis was done by using software data analyzes with ROC
curve methode. The result of study showed that optimal cut-off point of waist
circumference to identify subjects with multiple risk of MS was 85 cm for
Indonesian men and 83,5 for Indonesian women. It was concluded that the
determination of the criteria of waist circumference as one of the criteria of
SM should be adjusted for every community."
Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Krisnawati Bantas
"Sindrom Metabolik (SM) merupakan faktor risiko penting penyakit kardio-
vaskuler yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Perbedaan
gender pada SM berkontribusi terhadap perbedaan gender pada penyakit kar-
diovaskuler. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi dan risiko SM
berdasarkan gender di perkotaan Indonesia menggunakan data Riset
Kesehatan Dasar 2007 dan menggunakan rancangan penelitian potong lintang.
Populasi penelitian terdiri dari 13.262 orang pria dan wanita yang tidak hamil
berusia lebih dari 15 tahun yang bermukim di daerah perkotaan. Variabel
penelitian meliputi variabel dependen sindrom metabolik. Variabel independen
utama adalah gender dan variabel kovariat yang lain adalah level 1 (umur, sta-
tus perkawinan, pendidikan, stres, merokok, dan aktivitas fisik), level 2 (penda-
patan keluarga, konsumsi energi rumah tangga, konsumsi protein rumah tang-
ga, konsumsi serat rumah tangga, anggota rumah tangga, dan balita dalam
rumah tangga), dan level 3 (provinsi, status urban, dan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM)). Analisis dilakukan dengan multilevel regresi logistik. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa prevalensi SM adalah 17,5 %, prevalensi pada
wanita (21,3%) lebih tinggi daripada pria (12,9%). Risiko sindrom metabolik
berdasarkan gender bergantung pada status umur, pendidikan, dan perkawinan
dari individu. Variasi kejadian SM berdasarkan pendapatan keluarga kecil (nilai
MOR 1,21) dan variasi kejadian SM berdasarkan provinsi juga kecil (nilai MOR
1,18).
Metabolic Syndrome (MS) is an important factor for Cardiovascular
Disease (CVD). One of the main causes of death in Indonesia is CVD. Gender
differences in MS may contribute the gender differences in CVD. This study
aimed to examine the prevalence and MS risk by gender in the urban popula-
tion of Indonesia using Riskesdas 2007 data and cross-sectional design study.
Population of study consisted of 13,262 men and non pregnant women over 15
years old lived in urban area. Variables included in this study are MS as the de-
pendent variable and gender as the main independent variable. The covariate
variables consisted of: level 1 variables (age, marital status, education, stress,
smoking, and physical activity), level 2 (family outcome, household energy con-
sumption, protein consumption, fiber consumption, members, and toddler un-
der 5 years), level 3 (province, urban status, and human development index).
Multilevel logistic regression used in data analysis. Result showed that preva-
lence of MS was 17,5%, on women (21.3%) was higher than men (12.9%). The
risk of MS by gender was depent on age, educational level, and marital status
of individual. The variation of MS occurrence among the family incomes was
small (MOR 1.21), and the variation of MS occurrence among the provinces was
also small (MOR 1.18)."
Universitas Indonesia, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Listyandini
"ABSTRAK
Akhir-akhir ini, berbagai studi berfokus pada indeks antropometri untuk obesitas seperti lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul (RLPP), dan rasio lingkar pinggang-tinggi badan (LP-TB) sebagai faktor prediksi sindrom
metabolik. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi cut-off points dengan sensitivitas
dan spesifistas optimal dari indeks antropometri untuk obesitas dalam mendefinisikan
sindrom metabolik menurut kriteria NCEP-ATP III pada pegawai di area Tanjung
Priok di Jakarta. Desain penelitian adalah cross sectional. Analisis data menggunakan
kurva Receiver Operating Characteristic (ROC) untuk mengindentifikasi cut-off
points optimal dari LP, RLPP, dan LP-TB dalam memprediksi sindrom metabolik.
Total sampel diperoleh sebanyak 256 responden (174 pria dan 82 wanita) berusia 20-
58 tahun, yang bekerja di instansi pemerintah di area pelabuhan Tanjung Priok.
Berdasarkan area under curve (AUC), didapatkan indeks antropomteri dengan angka
terbesar hingga terkcecil secara berurutan yaitu LP-TB, LP, dan RLPP. Didapati cutoff
point LP ≥88 cm pada pria dan ≥85 cm pada wanita. Cut-off points RLPP pada
pria ≥0,9 dengan sensitifitas 63% dan spesifisitas 60%, sedangkan RLPP pada wanita
≥0,83 dengan sensitifitas 73% dan spesifitas 62%. Didapatkan LP-TB dengan cut-off
points 0,5, dengan sensitivitas 66% (pria) dan 67% (wanita) serta spesifisitas 65%
(pria) dan 62% (wanita). Sebagai faktor prediksi sindrom metabolik, indeks
antropometri dapat dipilih dengan pertimbangan kemudahan pengukuran. LP dinilai
lebih mudah dipraktikkan karena pengukuran tidak berbentuk rasio dan hanya
melibatkan satu pengukuran antropometri saja, sehingga bias pengukuran dapat
diminimalisir. Dibutuhkan studi longitudinal untuk memperkuat hasil penelitian ini.

ABSTRACT
Recently, many studies have focused on anthropometric indices for abdominal obesity
as waist circumference (WC), waist to hip ratio (WHR), and waist to height ratio
(WHtR) to define metabolic syndrome (MetS). This study aimed to compare WC,
WHR, and WHtR and define an optimal cut-off values, which is most closely
predictive of the components of the NCEP-ATP III MetS definition among employees
in Port of Tanjung Priok, Jakarta. This study was cross-sectional study. Receiver
Operating Characteristic (ROC) analysis was used to examine discrimination and
find optimal cut-off values of WC, WHR, and WHtR to predict components of MetS. It
included 256 subjects (174 men and 82 women) aged 20-58 years, who worked in
Port of Tanjung Priok. According to area under curve, we found WHtR with the
highest score, followed by WC, and followed by WHR with the lowest score. WC cutoff
points were ≥88 cm in men dan ≥85 cm in women. WHR cut-off points were ≥0,9
in men (sensitivity 63%; specificity 60%), ≥0,83 in women (sensitivity 73%;
specificity 62%). WHtR cut-off points was 0,5, in men and women (sensitivity 66%
and specificity 65% in men; sensitivity 67% and specificity 62% in women).
Anthropometric indices for metabolic syndrome prediction could be determined by
considering measurement complexity. WC was considered as an easy measurement
because it`s not in ratio and involved one measurement. Bias of measurement could
be minimized. Longitudinal studies is needed to evaluate the consistency of the
findings."
2016
T47064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julia Remi Chandra
"Obesitas merupakan kondisi penumpukan lemak secara berlebihan pada tubuh. Salah satu area penumpukan lemak pada tubuh adalah abdomen, yang dapat diukur dengan lingkar pinggang. Konsumsi minuman tinggi kalori semakin meningkat, salah satunya adalah soft drink. Soft drink yang berbentuk cair dan memiliki kadar gula yang tinggi dapat meningkatkan risiko penumpukan lemak bila dikonsumsi secara berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi soft drink dengan ukuran lingkar pinggang.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional untuk mencari hubungan konsumsi soft drink dengan ukuran lingkar pinggang. Penelitian ini dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui konsumsi soft drink dan data antoprometri mahasiswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Oktober 2015 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Depok. Konsumsi soft drink dinilai dengan melihat frekuensi dan jumlah konsumsi soft drink. Analisis data menggunakan program SPSS versi 20.0 for windows dengan uji Mann-Whitney. Dari pengambilan data, didapatkan 113 responden mahasiswa laki-laki FKUI angkatan 2012-2014.
Hasil analisis data menunjukkan terdapat hubungan konsumsi soft drink dengan lingkar pinggang pada mahasiswa laki-laki FKUI. Sebanyak 46% responden mengonsumsi soft drink sebanyak >1 liter/minggu. Konsumsi soft drink dapat menambah asupan kalori yang dapat mempengaruhi ukuran lingkar pinggang.

Obesity is condition of excessive fat accumulation in the body. One area of fat accumulation in the body is the abdomen, which can be measured by waist circumference. The consumption of high-calorie drinks is increasing, one of which is soft drinks. Soft drinks have liquid form and high sugar levels that can increase the risk of fat accumulation when consumed in excess.
This study aims to find association of soft drinks consumption with waist circumference. This study used cross-sectional design to find association of soft drink with waist circumference. Data were collected using questionnaires to determine soft drinks consumption and anthropometric measurement on male students. This study was conducted in May-October 2015 in Faculty of Medicine, University of Indonesia, Depok. Soft drinks consumption were assessed by information about frequency and amount of soft drink consumption. Data were analyze using SPSS version 20.0 for windows by using Mann-Whitney test. This study obtained 113 male students of Faculty of Medicine class of 2012-2014.
Results of the data analysis found association of soft drinks consumption with waist circumferences in male students. About 46% respondents consumed soft drinks >1 liters/ week. Consumption of soft drinks can increase calories intake that can affect waist circumference.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S641378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Livy Bonita Pratisthita
"Latar Belakang. Prevalensi sindrom metabolik (SM) semakin meningkat di daerah rural
Indonesia. Kunci patogenesis SM adalah resistensi insulin yang dapat didiagnosis dengan
Homeostasis Model Assessment of Insulin Resistance (HOMA-IR) dan Indeks
Triglyceride/Glucose (TyG). Hingga saat ini, belum ada nilai titik potong optimal untuk
indeks tersebut di Indonesia.
Metode. Sebanyak 1300 subjek orang dewasa berusia 18-60 tahun dari studi Sugarspin di
Nangapanda, Flores, Indonesia dibagi menjadi dua grup berdasarkan jenis kelamin.
Penentuan nilai titik potong HOMA-IR dan Indeks TyG pada setiap grup dilakukan dengan
kalkulasi persentil 75 (p75) dan 90 (p90) pada populasi sehat dan dengan metode receiver
operating characteristics (ROC) pada populasi SM dan non-SM. Korelasi antara HOMAIR
dan Indeks TyG dinilai dengan korelasi Spearman pada subjek laki-laki dan perempuan.
Hasil. Berdasarkan kedua metode, titik potong HOMA-IR dan Indeks TyG berbeda-beda
antara laki-laki dan perempuan. Nilai titik potong HOMA-IR berdasarkan persentil pada
laki-laki sehat adalah 0,9 (p75) dan 1,242 (p90); sedangkan pada perempuan adalah 1,208
(p75) dan 1,656 (p90). Berdasarkan ROC, titik potong HOMA-IR antara populasi SM dan
non-SM pada laki-laki adalah 1,185 dan pada perempuan adalah 1,505. Nilai titik potong
Indeks TyG pada laki-laki sehat adalah 8,590 (p75) dan 8,702 (p90); sedangkan pada
perempuan adalah 8,448 (p75) dan 8,617 (p90). Berdasarkan ROC, titik potong Indeks TyG
adalah 8,905 untuk laki-laki dan 8,695 untuk perempuan. Koefisien korelasi HOMA-IR
dan Indeks TyG ialah 0,39 pada laki-laki dan 0,36 pada perempuan.
Kesimpulan. Nilai titik potong HOMA-IR untuk resistensi insulin pada laki-laki adalah
0,9 (p75), 1,242 (p90), dan 1,185 (ROC); pada perempuan adalah 1,208 (p75), 1,656 (p90),
dan 1,505 (ROC). Nilai titik potong Indeks TyG pada laki-laki adalah 8,59 (p75), 8,702
(p90), dan 8,905 (ROC); pada perempuan adalah 8,448 (p75), 8,617 (p90), dan 8,695
(ROC). Didapatkan hasil korelasi yang lemah antara HOMA-IR dan Indeks TyG.

Background. Metabolic Syndrome (MS) prevalence is increasing in Indonesia's rural area.
The key pathogenetic mechanism of MS is insulin resistance which can be diagnosed by
Homeostasis Model Assessment of Insulin Resistance (HOMA-IR) and
Triglyceride/Glucose (TyG) Index. There are no predefined cut-offs for these indexes in
Indonesia.
Methods. As many as 1300 adults aged 18-60 years from Sugarspin study in Nangapanda,
Flores, Indonesia were divided into different groups based on sex. We determined the cutoff
points of HOMA-IR and TyG Index in each group by calculation of the 75th (p75) and
90th percentiles (p90) in healthy subjects and by receiver operating characteristics (ROC)
analysis of MS and non-MS subjects. Correlation between HOMA-IR and TyG Index was
performed in both sexes by Spearman's correlation.
Results. Using both methods, HOMA-IR and TyG Index cut-offs were different between
males and females. The HOMA-IR cut-offs for healthy males were 0.9 (p75) and 1.242
(p90); for healthy females were 1.208 (p75) and 1.656 (p90). By ROC, the HOMA-IR cutoff
for males was 1.185 and for females was 1.505. The TyG Index cut-offs for healthy
males were 8.590 (p75) and 8.702 (p90); for healthy females were 8.448 (p75) and 8.617
(p90). The TyG Index ROC cut-offs were 8.905 for males and 8.695 for females. The
correlation coefficients between HOMA-IR and TyG Index were 0.39 for males and 0.36
for females.
Conclusion. The HOMA-IR cut-offs for males were 0.9 (p75), 1.242 (p90), and 1.185
(ROC); for females were 1.208 (p75), 1.656 (p90), and 1.505 (ROC). The TyG Index cutoffs
for males were 8.590 (p75), 8.702 (p90), and 8.905 (ROC); for females were 8.448
(p75), 8.617 (p90), and 8.695 (ROC). The correlation between HOMA-IR and TyG Index
was weak.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resthie Rachmanta Putri
"Pendahuluan. Pencegahan dan pengendalian hiperlipoproteinemia tipe LDLsangat penting untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler. Pemeriksaan laboratorium dari serum darah menjadi baku emas penegakan diagnosis hiperlipoproteinemia tipe LDL, namun harganya yang mahal dan tidak tersedia di semua layanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan indikator rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan (LP/TB) sebagai alat untuk deteksi dini hiperlipoproteinemia tipe LDL di Indonesia.
Metode. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2013 dengan desain potong lintang. Subyek penelitian adalah seluruh penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas. Subyek dengan riwayat penyakit jantung koroner, stroke, hipertiroid, sedang hamil, atau menggunakan kontrasepsi oral diekslusi. Total subyek penelitian sebanyak 29.536 orang. Variabel independen adalah rasio LP/TB, usia, jenis kelamin, adanya hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, aktivitas fisik, pola diet, kebiasaan merokok, dan stress. Variabel dependen adalah ada tidaknya hiperlipoproteinemia tipe LDL (LDL ≥100 mg/dl).
Hasil. Prevalensi hiperlipoproteinemia tipe LDLdi Indonesia sebesar 73,48%. Dari analisis ROC didapatkan area under curve (AUC) rasio LP/TB untuk mengidentifikasi hiperlipoproteinemia tipe LDLsebesar 0,6355. Titik potong rasio LP/TB sebesar 0,45 pada laki-laki dan 0,49 pada perempuan menghasilkan sensitivitas sebesar 70,15%. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara AUC rasio LP/TB dengan AUC indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang. Namun dengan menggunakan titik potong standar di Indonesia, sensitivitas IMT dan lingkar pinggang lebih rendah untuk mendiagnosis hiperlipoproteinemia tipe LDL (sensitivitas IMT: 31,27%, sensitivitas lingkar pinggang 30,16%). Variabel yang menjadi faktor risiko hiperlipoproteinemia tipe LDL adalah usia (POR: 1,03; 95% CI 1,030-1,034), wanita (POR: 1,12; 95% CI 1,05-1,19), hipertensi (OR: 1,34% 95% CI 1,12-1,59), dan diabetes mellitus tipe 2 (POR:1,75; 95% CI 1,37-2,23).Faktor protektif hiperlipoproteinemia tipe LDL menurut indikator rasio LP/TB adalah stress psikis (POR: 0,88, 95%CI: 0,08-0,98).
Kesimpulan. Rasio LP/TB ≥0,45 pada laki-laki dan ≥0,49 pada perempuan dapat digunakan untuk menjadi alat deteksi dini hiperlipoproteinemia tipe LDLdengan sensitivitas yang baik. Usia, wanita, diabetes mellitus tipe 2, dan hipertensi merupakan faktor risiko hiperlipoproteinemia tipe LDL.

Introduction. Detection of LDL type hyperlipoproteinemia is important for the prevention of cardiovascular diseases. Serum lipid testing as gold standard for LDL type hyperlipoproteinemia remains expensive and not available in every districts in Indonesia. We aimed to develop waist to height ratio (WTHR) as simple test to identify LDL type hyperlipoproteinemia among Indonesians.
Methods. This was a cross sectional study using data from Indonesia?s Basic Health Research (Riset Kesehatan Dasar) in 2013. A total of 19.536 participants aged 15 and above were included. Subject with history of stroke, ischaemic heart disease, hyperthyroid, in pregnancy, or using oral contraceptive were excluded. Dyslipidemia was defined as LDL≥100 mg/dl. Body weight, height, and waist circumference were measured following standard procedure. We compare validity of WTHR with body mass index (BMI) and waist circumference (WC) for identifying dyslipidemia, with serum lipid testing as gold standard. We also analyze whether age, sex, hypertension, type 2 diabetes, diet, physical activity, smoking habit, and physicological stress were associated with LDL type hyperlipoproteinemia. Data were analysed using logistic regression and areas under the receiving operating characteristic curves.
Results. Prevalence of LDL type hyperlipoproteinemia in Indonesia is 73,48%. AUC of WTHR is 0,6355. Wthr at cut off 0,45 in male and0,49 in female gives 70,15% sensitivity. There were no significant difference in AUCs of WTHR, BMI, and WC. But with standard cut-off point of BMI and WC, their sensitivity is lower than WTHR (sensitivity of BMI is 31,27%, sensitivity of WC is 30,16%). Risk factors of of LDL type hyperlipoproteinemia were age (POR: 1,03; 95% CI 1,030-1,034), female (POR: 1,12; 95% CI 1,05-1,19), hypertension (POR: 1,34% 95% CI 1,12-1,59), and type 2 diabetes (POR:1,75; 95% CI 1,37-2,23).Protective factor was physiological stress (POR: 0,86, 95%CI: 0,78-0,96).
Conclusions. WTHR≥0,45 in male and ≥0,49 in female may be used as tool for of LDL type hyperlipoproteinemia screening. Age, female, hypertension, type 2 diabetes were risk factors of of LDL type hyperlipoproteinemia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tran Thi Hai
"ABSTRAK
Malnutrisi akut merupakan risiko tinggi kematian pada anak usia dibawah lima
tahun. Vietnam memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan ambang
batas optimal ukuran Lingkar-Lengan-Atas (LILA) guna meningkatkan akurasi
indikator LILA pada screening anak kurus usia 6-59 bulan. Survei telah dilakukan
di 16 kecamatan pada empat provinsi Midlands Utara dan daerah pegunungan.
Data dari 4764 subjek anak menunjukkan bahwa ambang batas LILA optimal
adalah 13,5 cm. Hal ini memungkinkan masuknya 65% anak-anak dengan skor-Z
berat-untuk-tinggi (WHZ) kurang dari -3SD. LILA kurang dari 13,5 cm perlu
dipertimbangkan untuk menentukan anak kurus selain ukuran berat-untuk-tinggi
(WHZ) kurang dari -3SD.

ABSTRACT
Acute malnutrition remains extreme risk of mortality among children under five. Vietnam
needs further study to establish the optimal Mid-Upper-Arm Circumference (MUAC) cutoff
to improve the accuracy of MUAC indicator in screening wasting children aged 6-59
months. A survey was conducted at all 16 sub-districts across four provinces in Northern
midlands and mountainous area. The data of 4764 children showed that the optimal
MUAC cut-off 13.5 cm would allow inclusion of 65% of children with a Weight-for-
Height z-score (WHZ) less than -3SD. MUAC less than 13.5 cm should be considered to
measure in parallel an in addition to WHZ less than -3SD"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahtamal
"Sindrom metabolik adalah masalah kesehatan yang prevalensinya cenderung meningkat pada pekerja. Penelitian ini bertujuan memaparkan prevalensi kasus sindrom metabolik yang terjadi pada pekerja perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 pada dua perusahaan di Provinsi Riau dengan rancangan potong lintang. Sumber data adalah rekam medis pekerja yang melakukan medical check up periode Oktober 2013 hingga Februari 2014. Populasi adalah pekerja yang menderita sindrom metabolik sebanyak 131 orang. Sampel penelitian dipilih dengan cara total sampling yakni 131 orang. Instrumen adalah kuesioner, international physical activity questionnaire, tabel 24 hours food recall, dan tabel bantu pencatatan komponen sindrom metabolik. Pengelolaan data dilakukan secara kuantitatif menggunakan analisis univariat dan bivariat, dengan uji korelasi Spearman?s Rho dan kai kuadrat.
Hasil penelitian mendapatkan prevalensi sindrom metabolik sebanyak 21,58%, dengan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki, kelompok usia terbanyak adalah > 50 tahun. Sebagian besar kasus sindrom metabolik memiliki tiga komponen, dengan komponen terbanyak adalah lingkar perut dan tekanan darah. Sebanyak 23,50% kasus memiliki riwayat keluarga obesitas dan diabetes melitus. Sebagian besar kategori aktivitas adalah sedang. Jenis asupan makanan dengan kategori tidak sesuai dengan diet adalah serat pangan dan lemak jenuh. Variabel lingkar perut berhubungan bermakna secara statistik dengan tekanan darah sistolik dan diastolik serta kadar kolesterol high density lipoprotein (p < 0,05).

Metabolic syndrome is a health problem that often occurs among workers. The objective of this research was to reveal prevalence of metabolic syndrome in company workers. This research was conducted in 2014 at two Prevalensi Sindrom Metabolik pada Pekerja Perusahaan The Prevalence of Metabolic Syndrome among Company Workers Zahtamal*, Wasilah Rochmah**, Yayi Suryo Prabandari***, Lientje K. Setyawati**** companies in Riau Province with cross sectional design. Data source is the medical records of workers who have been doing medical check up between October 2013 through February 2014. The population is 131 workers who suffer from metabolic syndrome. The study sample is 131 workers, counted by total sampling. The instruments are self-reported questionnaire, international physical activity questionnaire, 24 hours food recall form and recording auxiliary table for components of of metabolic syndrome. Quantitative data management conducted with descriptive analysis and bivariate analysis, by Spearman?s Rho correlation test and chi square.
Prevalence of metabolic syndrome is 21.58%, with the highest gender is male, and the largest age group is > 50 years. Most cases of metabolic syndrome has three components, with the largest component is the abdominal circumference and blood pressure. A total of 23.50% of cases have a family history of obesity and diabetes mellitus. Most categories of activity is moderate. Most types of food intake in the category ?out of dietary guidelines? are dietary fiber and saturated fat. Abdominal circumference variable has a statistically significant relationship with systolic and diastolic blood pressure and high density lipoprotein (p <0.05)."
Riau: Universitas Riau, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat-Kedokteran, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Puspa Handini
"ABSTRAK
Sindrom metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik yang terdiri dari obesitas, resistensi insulin, dislipidemia dan hipertensi. Setiap komponen dari sindrom metabolik sebagai faktor risiko mayor kardiovaskular. Dislipidemia sebagai faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Penanganan sindrom metabolik memerlukan tatalaksana yang menyeluruh baik farmakologik maupun non farmakologik. Penelitian menunjukkan bahwa akupunktur dapat memperbaiki dislipidemia seperti menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL serta meningkatkan HDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi kombinasi elektroakupunktur dan medikamentosa terhadap profil lipid dan lingkar perut penderita sindrom metabolik. Uji klinis acak tersamar tunggal dengan kontrol sham dilakukan pada 50 penderita sindrom metabolik yang dialokasikan secara acak menjadi kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan medikamentosa kelompok elektroakupunktur atau kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur sham dan medikamentosa kelompok kontrol . Kadar kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida dan lingkar perut digunakan untuk mengukur keluaran penelitian. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna lingkar perut kelompok elektroakupunktur sebesar -4,00 -5,00 ndash; -2 cm dibandingkan kelompok kontrol 0,00 -2 ndash; 3,00 cm

ABSTRACT
Metabolic syndrome is a group of metabolic abnormalities including obesity, insulin resistance, dyslipidemia and hypertension. Each component of the metabolic syndrome is a major cardiovascular risk factor. Dyslipidemia is a major risk factor for cardiovascular disease. Treatment of metabolic syndromes requires a comprehensive management of both pharmacologic and nonpharmacologic. Study showed that acupuncture can improve dyslipidemia such as lowering total cholesterol, triglycerde, LDL and increasing HDL. This study aims to determine the effectiveness of combination therapy of electroacupuncture and medicatian on lipid profile and waist circumference of metabolic syndrome patients. Single blinded randomized clinical trials with sham control were performed on 50 patients with metabolic syndrome that randomized into a combination group of electroacupuncture and medication electroacupuncture group or a combination group of sham electroacpuncture and medication control group . Total cholesterol levels, HDL, LDL, triglycerides and waist circumference used to measure the study outcomes. The results showed that waist circumference in electroacupuncture group decreased significantly 0f 4,00 5,00 ndash 2 cm compared to the control group of 0,00 2 ndash 3,00 cm, p"
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nangoy, Honnie
"Telah dilakukan penelitian dari berat dan ukuran berbagai organ tubuh pada suatu populasi orang Indonesia, yaitu sebanyak 122 kasus yang terdiri dari 94 pria dan 26 wanita, berumur sekitar 20 sampai 49 tahun, pada tahun 1989.
Pada penelitian ini ditemukan berat otak pria 1346,22 x 130,05 gr, wanita 1197,02 ± 143,71 gr, berat otak besar pria 1175,2O ± 118,03 gr, wanita 1042,10 ± 135,42 gr, ukuran otak besar pria 17,29 x 14,60 x 6,97 cm, wanita 16,89 x 12,96 x 6,62 cm, berat otak kecil pria 137,00 ± 16,52 gr, wanita 127,63 ± 11,66 gr, ukuran otak kecil pria 5,89 x 10,01 x3,13 cm, wanita 6,05 x 9,87 x x 3,02 cm, berat batang otak pria 33,91 ± 11,55 gr, wanita 28,13 ± 9,67 gr, berat kelenjar gondok dan paratiroid pria 17,28 x 4,80 gr, wanita 18,22 x 5,14 gr, ukuran baga kanan gondok pria 4 ,80 x 2 40 x 1 57 wanita 4,44 x 2,32 x 1,63 cm, baga kiri gondok pria 4,60 x 2,23 x 1,46 cm, wanita 4,43 x 2,03 x 1,50 cm isthmus pria 1,70 x 1,12 x 0,31 cm, wanita 1,62 x 1,04 x 0,29 cm, berat jantung pria 257,45 x 38,78 gr, wanita 218,50 ± 34,16 gr, ukuran jantung pria 11,90 x 9,95 x 4,43 cm, wanita 11,80 x 9,83 x 4,22 cm, berat paru kanan pria 420,80 ± 205,00 gr,wanita 394,40 ± 133,60gr, paru kiri pria 381,90 ± 175,00 gr, wanita 336,80 ± 107,30 gr, ukuran paru kanan pria 21,60 x 15,50 x 6,62 cm, wanita 20,10 x 15,00 x 7,36 cm, paru kiri pria 22,70 x 14,80 x 6,02 cm, wanita 21,50 x 14,30 x 6,34 cm, berat hati pria 1162,80 ± 292,53 gr, wanita 1081,00 ± 228,38 gr, ukuran hati pria 27,60 x 16,70 x 5,88 cm, wanita 27,60 x 16,40 x5,04 cm, berat limpa pria 112,50 ± 37,77 gr, wanita 104,20± 27,77gr, ukuran limpa pria 11,50 x 7,18 x 2,15 cm, wanita 11,80 x 6,94 x 2,22 cm, berat kelenjar liur perut pria 80,57 ± 19,95 gr, wanita 67,83 ± 16,90 gr , ukuran kelenjar liur perut pria 20,40 x 4,54 x 1,58 cm, wanita 19,40 x 4,64 x 1,36 cm, berat anak ginjal kanan pria 5,99± 1,70 gr, wanita 4,81 ± 1,48 gr, ukuran anak ginjal kanan pria 5,16 x 5,60 x 0,41 cm, wanita 4,78 x 2,90 X 0,55 cm, berat anak ginjal kiri pria 5,77 ± 1,70 gr, wanita 4,82 ± 1,66 gr, ukuran anak ginjal kiri pria 5,13 x 2,73 x 0,41 cm, wanita 4,85 x 2,70 x 0,46 cm, berat ginjal kanan pria 102,70 ± 20,06 gr, wanita 96,48 ± 23,71 gr, ukuran ginjal kanan pria 10,00 x 5,41 x 2,51 cm, wanita 9,94 x 5,13 x 2,45 cm, berat ginjal kiri pria 104,80 ± 21,11 gr, wanita 95,74 ± 21,38 gr, ukuran ginjal kiri pria 10,00 x 5,22 x 2,53 cm, wanita 9,77 x 5,13 x 2,47 cm, berat kelenjar prostat 16,86 ± 2,99 gr, ukuran prostat 3,35 x 4,46 x 1,95 cm, berat buah zakar kanan 13,89 ± 3,38 gr, kiri 13,45 ± 3,13 gr, ukuran buah zakar kanan 4,08 x 2,71 x 1,55 cm, kiri 3,95 x 2,64 x 1,54 cm. Berat rahim 69,53 ± 22,52 gr, ukuran rahim 7,97 x 5,53 x 2,75 cm, berat indung telur kanan 7,29 ± 2,33 gr, kiri 7,07 ± 2,02 gr, ukuran indung telur kanan 3,36 x 2,31 x 0,94 cm, kiri 3,45 x 2,04 x 0,98 cm.
Dari penelitian pada suatu populasi orang Indonesia terlihat bahwa secara umum berat dan ukuran rata-rata berbagai organ tuhuh orang Indonesia adalah lebih kecil dibandingkan dengan data-data dari peneliti Barat, serta ratio berat organ-organ terhadap berat badan, terutama ratio berat limpa terhadap berat badan (rumus Spencer dan Chaudhuri) dapat digunakan untuk identifiikasi berat badan jenazah, khususnya pada kasus mutilasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>