Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59582 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulung Siti Hanum
"ABSTRAK
Tesis ini membahas rekonstruksi identitas Minangkabau dalam narasi Persiden karya Wisran Hadi. Tujuannya adalah memaparkan gejala-gejala identitas melalui cara narator membingkai narasinya dan menyajikannya kepada penerima cerita. Dari gejala-gejala tersebut, dapat dijabarkan penanda Rumah Bagonjong yang didesak oleh ruang kota. Dari penelitian ini dapat diperoleh gejala tegangan antara ruang kota yang ditandai dengan Simpang Persiden dan ruang tradisional yang ditandai dengan keberadaan Rumah Bagonjong. Tegangan tersebut memunculkan negosiasi yang tidak diberi penyelesaian oleh Narator. Pada akhirnya, negosiasi direspons oleh Wisran Hadi dengan menghadirkan outer space yang dilihat dari pergerakan tokoh menjauh dari ruang Persiden. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rekonstruksi identitas Minangkabau belum terjadi karena perubahan identitas itu masih dinegosiasikan.

ABSTRACT
This thesis is discussing Minangkabau's identities reconstruction in Wisran Hadi's work, Persiden. The aim of this thesis is to explain the identity phenomenon seen from the way the author wrapping the narration and presenting it to the readers. From these phenomenon, we can see that Bagonjong's house existence is being pushed by the city. The thesis found there is a clash between the urban space represented by Simpang Persiden and traditional space represented with the existence of Bagonjong house. Moreover, the clash between spaces raises endless negotiation voiced by the Narrator. Thus, the author respond to the endless negotiation by presenting outer space which represented by the character moving away from Persiden. In conclusion, Minangkabau?s identity reconstruction is never take place due to the endless and unfinished negotiation."
2015
T47186
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulung Siti Hanum
"[ABSTRAK
Tesis ini membahas rekonstruksi identitas Minangkabau dalam narasi Persiden karya Wisran Hadi. Tujuannya adalah memaparkan gejala-gejala identitas melalui cara narator membingkai narasinya dan menyajikannya kepada penerima cerita. Dari gejala-gejala tersebut, dapat dijabarkan penanda Rumah Bagonjong yang didesak oleh ruang kota. Dari penelitian ini dapat diperoleh gejala tegangan antara ruang kota yang ditandai dengan Simpang Persiden dan ruang tradisional yang ditandai dengan keberadaan Rumah Bagonjong. Tegangan tersebut memunculkan negosiasi yang tidak diberi penyelesaian oleh Narator. Pada akhirnya, negosiasi direspons oleh Wisran Hadi dengan menghadirkan outer space yang dilihat dari pergerakan tokoh menjauh dari ruang Persiden. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rekonstruksi identitas Minangkabau belum terjadi karena perubahan identitas itu masih dinegosiasikan.

ABSTRACT
This thesis is discussing Minangkabau's identities reconstruction in Wisran Hadi's work, Persiden. The aim of this thesis is to explain the identity phenomenon seen from the way the author wrapping the narration and presenting it to the readers. From these phenomenon, we can see that Bagonjong's house existence is being pushed by the city. The thesis found there is a clash between the urban space represented by Simpang Persiden and traditional space represented with the existence of Bagonjong house. Moreover, the clash between spaces raises endless negotiation voiced by the Narrator. Thus, the author respond to the endless negotiation by presenting outer space which represented by the character moving away from Persiden. In conclusion, Minangkabau?s identity reconstruction is never take place due to the endless and unfinished negotiation, This thesis is discussing Minangkabau's identities reconstruction in Wisran Hadi's work, Persiden. The aim of this thesis is to explain the identity phenomenon seen from the way the author wrapping the narration and presenting it to the readers. From these phenomenon, we can see that Bagonjong's house existence is being pushed by the city. The thesis found there is a clash between the urban space represented by Simpang Persiden and traditional space represented with the existence of Bagonjong house. Moreover, the clash between spaces raises endless negotiation voiced by the Narrator. Thus, the author respond to the endless negotiation by presenting outer space which represented by the character moving away from Persiden. In conclusion, Minangkabau’s identity reconstruction is never take place due to the endless and unfinished negotiation]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Yenita Syam
"Tulisan ini membahas makna budaya Minangkabau dalam novel Tamu karya Wisran Hadi dengan pendekatan semiotik yang dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce tentang tanda dan petanda. Novel ini membahas unsur-unsur penting dalam masyarakat Minangkabau yang mengalami perubahan, seperti perubahan peran mamak sebagai pemimpin adat, pewarisan harta pusaka, ikatan persaudaraan, fungsi surau, dan rantau. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna budaya Minangkabau dalam novel Tamu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis yakni data dipaparkan mengacu pada teks yang terdapat dalam novel dengan temuan; 1) kedudukan mamak tidak lagi dihormati oleh kemenakan seperti mamangan adatnya kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka pangulu, pangulu barajo ka nan bana. 2) harta pusaka yang digadaikan oleh mamak tidak sesuai dengan syarat yang boleh digadaikan, 3) hubungan persaudaraan yang mengalami ketegangan, 4) surau yang tidak digunakan sesuai fungsinya, 5) rantau yang tidak lagi memberi kehidupan lebih baik."
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
810 JEN 6:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mursal Esten
"Dalam perkembangan sastra Indonesia, terlihat dua kecenderungan yang menarik. Pada periode awal semenjak angkatan dua puluhan sampai dengan angkatan 45, terasa sekali orientasi penciptaan ke sastra barat. Hal itu terlihat tidak saja dalam ragam sastra yang ditulis seperti roman atau novel yang berbentuk soneta, ragam sastra yang sebelumnya tidak dikenal dalam tradisi nusantara, akan tetapi juga pada tema-tema yang dipilih. Di dalam roman-roman angkatan Balai Pustaka, tema-tema yang mendapat tempat adalah masalah feodalisme, di dalam novel-novel pujangga baru masalah timur dan barat. Sedang puisi-puisi angkatan 45 tentang kemerdekaan atau kebebasan. Sesudah tahun lima puluhan dan terutama sekali semenjak tahun tujuh-puluhan, di dalam sejumlah karya sastra Indonesia yang penting, akar budaya tradisi dijadikan dasar tolak penciptaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
D126
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Amrizal
"PENDAHULUAN
Dekade 1970-an merupakan dekade yang sangat penting bagi sejarah perkembangan teater modern Indonesia. Ada fenomena menarik yang pada tradisi teater Indonesia sebelumnya tidak tampak. Akhmad (1993) mengatakan bahwa pertumbuhan teater modern dilanjutkan dengan pembaruan yang melepaskan diri dari konvensi-konvensi dan bentuk teater yang sudah ada, dan kemudian dilanjutkan dengan bentuk teater "eksperimental? dengan idiom-idiom teatrikal artistik yang "baru".
Fenomena yang terjadi pada teater, juga kita temukan pada karya drama. Drama yang ditulis oleh Arilin atau Putu Wijaya bukan lagi sebuah karya sastra yang enak dibaca dan sudah cukup dipahami hanya dengan membacanya. Beda dengan membaca karya drama lama, seperti Bebasari Roestam Effendi (1921), Sayang Ada Orang Lain Utuy T. Sontani (1954), atau Barabah Motinggo Boesje (1961). Drama tersebut masih bisa dikaji, sebelum, bahkan tanpa dicoba di atas pentas. Karya-karya drama mereka sudah merupakan karya seni yang jadi yaitu satu genre sastra yang sama kedudukannya dengan genre sastra yang lain. Sementara drama yang ditulis pada dekade 1970-an belum merupakan karya sastra yang jadi, dia hanya satu unsur dari sebuah pementasan teater, maka pemahaman baru akan lengkap apabila sudah menonton pementasan dari drama tersebut. Kalaupun belum menonton pementasannya, seseorang untuk bisa memahaminya hanya punya kernampuan untuk mengimajinasikan bagaimana kemungkinan-kemungkinan pementasannya. Drama mereka tidak memiliki teks samping yang cukup untuk menjelaskan karakter dan latar drama mereka.
Wisran Hadi (selanjutnya disingkat WH) yang karyanya menjadi objek penelitian ini, telah menunjukkan bahwa dia juga layak dianggap sebagai salah seorang pelopor pembaruan teater dan drama Indonesia yang perlu diperhitungkan. WH adalah seorang seniman teaterldrama Indonesia yang berasal dari Sumatera Barat. Dia dengan grup teatemya Bumi Teater Padang sering mementaskan teater di dalam maupun di luar negeri. Sebagai penulis drama dia juga seorang yang produktif. Puluhan drama sudah lahir dari tangannya, baik bersifat nasional maupun yang bersifat kedaerahan atau berwama lokal. Beberapa dramanya dinyatakan sebagai pemenang sayembara penulisan naskah drama yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKI)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T825
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research describes that readers can produce new works. There are differences between ‘Legenda Malin Kundang’ with “Drama Malin Kundang’. Those differences shows the intertextuality. The differences indicate that there is a readers reactions, respons, and interpretations which have different backgrounds and horizon expectations"
899 WE 1:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wisran Hadi, compiler
Padang : [publisher not identified], 1976
899.224 4 WIS m
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997
899.221 2 RAS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nidia Rahma
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas peran kepala kaum dalam novel Tamu karya Wisran Hadi dan Warisan karya Chairul Harun, serta cerminan masyarakat Minangkabau dalam kedua novel tersebut berdasarkan pendekatan sosiologi sastra menurut Ian Watt 1964:300 mdash;313. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan peran kepala kaum dan cerminan masyarakat Minangkabau yang terdapat dalam novel Tamu karya Wisran Hadi dan Warisan karya Chairul Harun. Hasil analisis menunjukkan bahwa kedua pengarang menggambarkan masyarakat Minangkabau dengan latar dan budaya yang sama yaitu kaum Piliang, namun gambaran masyarakat minangkabau dengan sudut pandang yang berbeda. Kemudian, meskipun peran kepala kaum dalam adat Minangkabau diperlukan untuk memimpin dan membantu kehidupan anak kemenakannya, kepala kaum juga dapat berbuat sesuatu yang bertentangan dengan adat dan melakukan suatu hal untuk kepentingan dirinya sendiri.

ABSTRACT
This thesis discussed the role of kepala kaum or head of clan in Tamu novel written by Wisran Hadi and Warisan novel written by Chairul Harun, along the reflection of Minangkabau society in both novels based on literature sociology approach by Ian Watt 1964 300 313. This research will use qualitative method, which as a whole takes advantage of the means of interpretation by presenting it in descriptive form. This analysis is meant to explain the role of kepala kaum and the reflection of Minangkabau society in Tamu and Warisan novels written by Wisran Hadi and Chairul Harun. The analysis result shows that both authors illustrated Minangkabau society with same background and culture from Piliang clan. However, they captured the Minangkabau society by different perspective. Then, even though the role of kepala kaum in Minangkabau tradition is prominent to lead and to help the life of his relative, kepala kaum could act contradicted with the culture and do something that only fulfilling his own interest."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>