Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 564 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stroud, Jonathan
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016
823.914 STR h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Yani Qorry
"Balok pracetak berongga atau hollow core beam (HCB) merupakan pengembangan atau inovasi dari Hollow-Core Slab (HCS). Balok pracetak berongga bukanlah produk baru dalam dunia konstruksi, karena sudah digunakan untuk girder pada jembatan dan balok pada bangunan-bangunan tinggi. Rongga pada balok ditujukan untuk mengurangi berat balok untuk kemudahan mobilisasi pelaksanaan konstruksi di lapangan, namun pada akhirnya rongga tersebut dicor setelah ditempatkan, hanya karena pertimbangan kemudahan pelaksanaan. Perlu dilakukan penelitian untuk mencari metode pelaksanaan yang mudah agar rongga tersebut tetap dipertahankan sehingga menghemat volume beton yang digunakan di proyek konstruksi.
Studi eksperimental untuk mencari metode pelaksanaan yang mudah serta mempelajari pengaruh rongga pada balok pracetak terhadap kekuatan lentur telah dilakukan dengan enam (6) benda uji berukuran 200 x 400 x 3850 mm, serta menggunakan dua mutu beton yang berbeda, yaitu K-300 dan K-400. Four point loading test dipilih untuk melihat perilaku balok. Tiga (3) spesimen balok beton bertulang K-400 solid dengan ukuran yang sama juga dites sebagai balok pembanding. Hasil pengujian dianalisa berdasarkan grafik hubungan antara beban – lendutan, grafik hubungan antara momen - putaran sudut di tengah bentang, serta pola retak yang terjadi pada masing-masing spesimen.
Hasil pengujian menunjukkan balok berongga K-400 memiliki kekuatan lentur 0.98 kali kekuatan lentur balok solid dengan mutu beton yang sama. Balok berongga K-300, memiliki kekuatan lentur 0.965 kali kekuatan lentur balok berongga dengan mutu beton K-400. Penelitian ini juga memberikan gambaran proses pembuatan balok berongga cast in site (cor setempat) yang dapat diterapkan dilapangan.

Precast Hollow-Core Beam (HCB) is an innovation of Hollow-Core Slab, and not a new product in the construction. It has been used as girders of bridge and beams in high-rise buildings. The hollow is intended to reduce beam weight for ease of mobilization. Unfortunately, due to easiness of construction method, that hollow is casted after being placed. Research has been done to find an easy method of construction to maintain that hollow so that concrete volume can be reduced.
Experimental studies have been conducted. There are six (6) reinforced concrete beams of 200 x 400 x 3850 mm with two different concrete quality of K-300 and K-400 have been tested. Three (3) of those specimens are solid reinforced concrete beams with concrete quality of K-400 is used as benchmark beam. Four point loading test was chosen to investigate flexural behavior of the beams. The test results were analyzed based on graphical relationship between load – displacement, moment - rotation at beam midspan, and the crack pattern of each specimen.
The results showed that flexural strength of HCB K-400 is 0.98 times of solid beam with similar concrete quality. HCB K-300 has flexural strength of 0.965 compared to HCB K-400. The research gives an overview of the making process of cast in site HCB that can be applied in construction site.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadyanto
"Balok pracetak berongga atau hollow core beam (HCB) merupakan pengembangan dari Hollow-Core Slab (HCS). Balok pracetak berongga bukanlah produk baru dalam dunia konstruksi, karena sudah digunakan untuk girder pada jembatan dan balok pada bangunan-bangunan tinggi. Rongga pada balok ditujukan untuk mengurangi berat balok untuk kemudahan mobilisasi pelaksanaan konstruksi di lapangan, namun pada akhirnya rongga tersebut dicor setelah ditempatkan hanya karena pertimbangan kemudahan pelaksanaan. Perlu dilakukan penelitian untuk mencari metode pelaksanaan yang mudah agar rongga tersebut tetap dipertahankan sehingga menghemat volume beton yang digunakan di proyek konstruksi. Penggunaan botol air mineral sebagai pembentuk rongga diharapkan dapat mempermudah pembuatan balok. Disamping mengurangi volume beton, inovasi ini juga bisa dijadikan alternative sebagai tempat pembuangan limbah botol plastik. Penelitian terdahulu pada Hollow Core Slab (HCS) menemukan kendala dalam proses pengecoran karena adanya gaya apung dari rangkaian botol yang menyulitkan proses pelaksanaan.
Studi eksperimental untuk mencari metode pelaksanaan yang mudah serta mempelajari kekuatan lentur balok hollow dengan botol PET telah dilakukan dengan benda uji berukuran 200 x 400 x 3850 mm. Total enam (6) balok hollow dengan mutu beton yang berbeda, yaitu K-300 dan K-400 dan tiga (3) spesimen balok beton bertulang K-400 solid dengan ukuran yang sama juga dites sebagai balok pembanding. Four point loading test dipilih untuk melihat perilaku lentur balok. Hasil pengujian dianalisa berdasarkan grafik hubungan antara beban - lendutan dan grafik hubungan antara momen dengan putaran sudut di tengah bentang, pola retak yang terjadi pada masing-masing spesimen dan jenis keruntuhan (failure mode) yang terjadi. Juga dilakukan perbandingan kapasitas ultimit secara teoritis dan eksperimental.
Hasil loading test menkonfirmasikan teori yang menyatakan bahwa rongga yang dibentuk oleh botol PET tidak mengurangi kekuatan lentur dari balok. Hasil test menunjukkan bahwa balok PET K400 memiliki momen ultimate 0,98 kali dibandingkan balok solid dengan mutu beton yang sama. Penelitian juga menunjukkan bahwa balok PET 300 memiliki kekuatan 1,017 kali dibandingkan balok PET 400. Metode pelaksanaan dengan melakukan dua tahap pengecoran beton mampu mengatasi gaya apung dari rangkaian botol PET sehingga memberikan solusi metode pembuatan balok berongga PET yang mudah diaplikasikan di lapangan.

Precast Hollow-Core Beam (HCB) is an innovation of Hollow-Core Slab and not a new product in the construction. It has been used as girders of bridge and beams in high-rise buildings. The hollow is intended to reduce beam weight for ease of mobilization. Unfortunately, to simplify construction method, that hollow is casted after being placed. Research should be done to find an easy construction method to maintain it and hence concrete volume can be reduced. Bear in mind to put waste PET bottled inside the beam where it can be act as hollows. Previous research conducted on concrete slab found difficulty during casting when placing PET bottles inside.
Experimental studies to look for an applicable construction methods and to study flexural strength of hollow concrete beam with PET bottles inside have been conducted. There are 6 (six) PET beam of 200 x 400 x 3850 mm with two different concrete quality of K-300 and K-400 have been tested. Three (3) addition specimens are solid reinforced concrete beams with concrete quality of K-400 is used as benchmark. Four point loading test was chosen to investigate flexural behavior of the beams.
The test results were analyzed based on graphical relationship between load - displacement, moment - rotation at beam midspan, the crack pattern and the failure mode of each specimen. The test results confirm the beam theory that the hollow do not reduce its flexural strength. The maximum bending capacity (Mu) of PET-400 is about 0.98 than solid beam with the same concrete quality. Test result also showed that the PET-300 has ultimate capacity of 1.017 than PET-400. Construction methods by performing two stages of concrete casting solve uplift force from PET bottles. Hence the HCB by utilizing PET bottles as hollow is easily applied in the construction period.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imanuel Bagas Sugiarto
"ABSTRAK
Gas Nitrogen Oksida (NOx) yang tergolong sebagai pencemar udara primer seperti Nitrogen Monoksida (NO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Kadar NOx yang sangat tinggi di lingkungan akibat dari kendaraan bermotor dan industri menyebabkan peristiwa hujan asam dan eutrofikasi terjadi. Oleh karena itu, proses absorpsi yang dikombinasikan dengan membran serat berongga dapat menjadi alternatif untuk menjadi metode untuk mengurangi gas NOx sehingga mengurangi emisi gas yang dibuang ke lingkungan sesuai dengan regulasi yang ada. Proses absorpsi menggunakan pelarut sodium klorit (NaClO2) dan sodium hidroksida (NaOH). Penelitian dilakukan dengan sumber gas NOx dengan komposisi NO sebesar 34,51 ppm dan NO2 sebesar 525,68 ppm. Pada penelitian ini divariasikan laju alir gas NOx dengan laju 100-200 mL/menit, konsentrasi NaClO2 0,02-0,1 M dan serat membran 50, 100, 150. Nilai tertinggi untuk efisiensi penyerapan NOx, koefisien perpindahan massa, dan fluks perpindahan yang diperoleh pada penelitian secara beturut-turut adalah 94,88%, 0,01534 cm/s, 9,4 x 10-8 mmol/cm2.s."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Immanuel Kharisma
"ABSTRAK
Upaya menurunkan kadar DO adalah hal yang penting dalam industri seperti diketahui oksigen punya efek oksidatif dan korosif terhadap bahan-bahan lain. Penggunaan : packing tower, mixer settler, chemical additive, & membran merupakan upaya-upaya yang sudah dilakukan selama ini dan yang menjadi unggulan ialah membran karena biaya investasi dan operasional yang lebih rendah, mudah dikombinasikan, mudah di scale-up, operasi kontinu, ramah lingkungan dan save-spacing. Luas permukaan kontak per volume dan pada prosesnya kemungkinan terjadinya foaming dan flooding kecil sebab kontak antar fasa yang minimum menjadi kelebihan performa dibanding metode konvensional. Dari berbagai jenis modul membran, modul membran serat berongga (hollow fiber membrane contactor) adalah modul yang paling banyak digunakan dalam desorpsi oksigen terlarut dari air. Membran yang digunakan adalah membran polipropilen hidrofobik dengan diameter : 0,2 cm. Transfer oksigen terlarut terjadi tiga tahap yaitu: transfer oksigen terlarut dalam air, difusi oksigen terlarut melalui membran, dan difusi oksigen terlarut ke dalam aliran udara gas penyapu. Penelitian ini akan berfokus pada performa pengurangan kadar oksigen dari air pada modul yang sudah dibuat pada 30-40-50 jumlah serat. Performa modul kontaktor diindikasikan dengan parameter nilai bilangan Sherwood dan properti hidrodinamika yang terjadi. Korelasi nilai bilangan Sherwood terhadap faktor geometri dan sifat aliran terlihat pada persamaan perpindahan massa yang mana juga menjadi model persamaan.
Dari hasil eksperimen, dihasilkan koefisien perpindahan massa sebesar 0,0022- 0,0066 cm/s dan nilai ini berbanding lurus dengan kenaikan fraksi kepadatan membran pada laju alir linier yang sama. Korelasi perpindahan massa yang terbentuk: Sh ? (0.0106 ? ?1.4169 )(Re0.99 ) dan properti hidrodinamika (penurunan tekanan) yang terjadi menunjukkan perpindahan massa terjadi di daerah laminer. Studi hidrodinamika juga menunjukkan faktor friksi aliran lebih besar 9,5 - 10,7 kali dibanding faktor friksi literatur.

ABSTRACT
As dissolved oxygen has oxidizing and corroding character if placed next to other material, effort to decrease the dissolved oxygen concentration is a crucial role especially in industry. Until now utilization of packing tower, mixer settler, chemical additive, & membrane are the common way to reach decreased dissolved oxygen number. But membrane has some strong point compared to others, such as: lower cost, easy to scale-up, continuous operation, environmental friendly, & save spacing. Technical advantages of using membrane are its surface area per volume much higher than conventional method and lower opportunity to have flooding and foaming problems because minimum interface contact during process. Holow fiber membrane contactor is the most popular membrane module used in dissolved oxygen problem area. The membrane which is used have diameter of 0,2 cm. Three steps of mass oxygen transfer are : oxygen transfer in the water, dissolved oxygen diffusion into membrane pore, and diffusion of the oxygen to introduced sweeping gas. This research wills focused on dissolved oxygen removal performance using membrane module that have 30, 40, & 50 fibers inside. The performance of the module indicated by Sherwood number and hydrodynamic properties that occur during experiment. And equation model of the module will be developed as it affected by geometry factor of the module and type of the water flow.
As the result, mass transfer coefficient calculated output are 0,0022-0,0066 cm/s and this value are proportional to increase in geometry factor number in equal linear flow rate. Mass transfer corelation that developed is Sh ? (0.0106 ? ?1.4169 )(Re0.99 ) , and the result of dropped pressure during experiment show that mass transfer occur in laminar flow. Further, the hydrodynamic study result show that friction factor of the experiment flow 9,5-10,7 times higher than literature friction factor.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49706
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwira Satria Arby
"Nitrogen oksida NOx merupakan salah satu gas pencemar udara yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Gas nitrogen oksida yang paling banyak ditemukan di udara yaitu nitrogen monoksida NO dan nitrogen dioksida NO2. Gas NOx di udara yang sebagian besar berasal dari gas buang perlu dikurangi kadarnya untuk mengurangi bahaya yang dapat ditimbulkan bagi manusia dan lingkungan serta memenuhi regulasi regulasi yang berlaku terkait bahayanya. Proses absorpsi dengan kontaktor membran merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi kadar NOx yang ada di udara. Penelitian ini akan mempelajari proses absorpsi pada kontaktor membran serat berongga (polysulfone) menggunakan pelarut sodium klorat (NaClO3) dan sodium hidroksida NaOH. Gas umpan NOx akan dialirkan menuju bagian dalam serat membran tube, sedangkan bagian shell diisi oleh larutan campuran NaClO3 dan NaOH yang bersifat statis. Variabel bebas yang diuji yaitu laju alir gas umpan NOx antara 100 200 mL/menit, konsentrasi NaClO3 antara 0,02 0,1 M, serta jumlah serat membran 50, 100, 150. Nilai tertinggi untuk efisiensi penyerapan NOx, koefisien perpindahan massa, dan fluks perpindahan yang diperoleh pada penelitian ini yaitu 99,69%, 0,01743 cm/s, 9,510 x 10-8 mmol/cm2.s, secara berurutan.

Nitrogen oxide NOx is one of the air polluting gases that is harmful to human and environment. Nitrogen oxide gases which is commonly found in the atmosphere air are nitrogen monoxide (NO) and nitrogen dioxide (NO2). NOx needs to be reduced from flue gas in order reduce the effect which could harm human and the environment and also to fulfill regulations related to NOx amount standard due to its hazardous nature. Absorption process by utilizing membrane contactor can become one of the alternative to reduce the NOx amount from the flue gas. This research will study the absorption process by utilizing a hollow fibre membrane contactor using sodium chlorate NaClO) and sodium hydroxide (NaOH) as the absorbent. NOx feed gas is flowed into the inner side of the fiber membrane tube, and the outer side of the fiber shell will be filled with NaClO3 and NaOH. The independent variables tested were gas flow rate between 100 200 mL/min, concentration of NaClO3 between 0,02 0,1 M and amount of membrane fibres of 50, 100, and150. The highest values of NOx absorption efficiency, mass transfer coefficient and mass transfer flux achieved in the study were 99,69%, 0,01743 cm/s, 9,510 x 10-8 mmol/cm2.s, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Canggih Resthureditya Reza
"CO2 di atmosfer sejak tahun 2000 meningkat empat kali lebih cepat ketimbang sepuluh tahun sebelumnya, dan pada tahun 2007 tercatat emisi CO2 di dunia mencapai sebesar 10 milyar ton dimana laju pertumbuhan ekonomi, penggunaan sumber-sumber energi yang tidak efisien, dan degradasi hutan-hutan dan lautan untuk sistem penyerapan CO2 terlibat dalam peningkatan CO2 tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan sebagai langkah untuk mendukung kebijakan mengurangi gas rumah kaca di antaranya adalah dengan mengembangkan penelitian-penelitian di bidang bioteknologi dimana salah satunya adalah pemanfaatan mikroalga untuk memfiksasi CO2 melalui proses fotosintesis. CO2 dalam hal ini merupakan salah satu komponen utama selain H2O dalam pembentukan karbohidrat sumber energi mikroalga untuk tumbuh dan berkembang biak.
Chlorella vulgaris salah satu spesies mikroalga yang dikembangkan untuk biomassa dibiakkan dengan menggunakan media aerasi membran serat berongga yang bertujuan untuk meningkatkan koefisien perpindahan massa CO2 dari gelembung gas yang dialirkan melewati media kultur. Semakin banyak CO2 yang terlarut dalam media kultur akan memberikan kesempatan yang lebih merata bagi mikroalga untuk menyerap CO2 sehingga diharapkan terjadinya peningkatan produksi biomassa yang lebih tinggi dan fiksasi CO2 yang lebih efisien.

Since the year of 2000, CO2 on the atmosfer had increased four times faster than on the previous decade, and on the year of 2007, CO2 had reached about 10 bilion ton which the economic growth rate, the inefficent use of energy, and the degradation of woods and oceans for CO2 absorbtion system were involved on the increasing CO2. There were so many efforts that have been done as measures to support the policy to lower the green house gases which one of them was to develope some researches on biotechnology field by using microalgae to fixate CO2 through photosynthesis process. CO2 on this case is one of the main components beside H2O to form carbohydrate, the energy source for microalgae to grow and reproduce.
Chlorella vulgaris-one of the microalgae species that are developed for biomass is being cultivated using hollow fiber mebrane as the aeration media to increase the mass transfer coefficient of CO2 from gas bubbles that were flown through the culture media. The more CO2 dissolved on culture media, the more chance for the microalgae to absorb the CO2 so it will be expected that there will be a higher increase of biomass production and an efficient fixation of CO2.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S920
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Anggraeni Katili
"Kontaktor membran serat berongga dapat menutupi kerugian yang terjadi pada metode konvensional. Terdapat dua jenis konfigurasi aliran dari membran kontaktor serat berongga ini. Konfigurasi 1 ketika pelarut dialirkan ke bagian tube and gas di bagian shell, sedangkan konfigurasi 2 sebaliknya. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis efektivitas antara dua konfigurasi tersebut dengan menggunakan larutan Triethanolamine 10% berat sebagai pelarut dan membran PVC. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa konfigurasi 1 menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam menyerap CO2 dibandingkan dengan konfigurasi 2. Penggunaan Triethanolamine sebagai pelarut menunjukkan kinerja yang kurang optimal, ditunjukkan dengan persentase CO2 yang terserap sekitar 1.98%.

The hollow fiber membrane contactor overcomes the disadvantages of the conventional method. There are two flow patterns: Case 1 operation where the liquid flows in tube and gas in shell. The case 2 operation where the liquid flows at shell side and gas at tube side. This study is conducted to analyze the effectiveness between both patterns using 10% weight of Triethanolamine as the solvent and PVC membrane. The result of this study: the case 1 provides more effective CO2 absorption performance rather than case 2. The use of triethanolamine shows suboptimal performance, because the maximum CO2 absorbed was 1.98%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherlyn Esther Ramaida
"Dalam studi ini, efektivitas penyerapan CO2 menggunakan kontaktor membran serat berongga dievaluasi berdasarkan variasi laju alir gas, variasi laju alir pelarut, dan alokasi cairan. Pada studi ini digunakan kontaktor membrane yang terdiri dari 50 serat PVC dan pelarut Triethanolamine. Laju alir gas yang digunakan adalah 0.1, 0.15 dan 0.2 L/min, sedangkan laju pelarut yang digunakan adalah 200, 250, 300, 350, dan 400 mL/min. Kemampuan penyerapan paling baik adalah ketika laju alir pelarut sebesar 400 mL/min, laju alir gas sebesar 0.2 L/min dan mengalirkan pelarut di dalam fiber.

In this study, the effectiveness of CO2 absorption through hollow fiber membrane contactor is evaluated based on the gas flow rate variation, solvent flow rate variation, and fluid allocations. The present stud involves a membrane contactor with 50 PVC fibers and Triethanolamine as solvent. Gas flow rate used was 0.1, 0.15 L and 0.2 L / min, while the rate of solvent used is 200, 250, 300, 350, and 400 mL / min. The absorption is at its best when the solvent flow rate is 400 mL/min, when gas flow rate is 0.2 L/min and by flowing the solvent inside the fiber."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Popphy Prawati
"NO2 merupakan salah satu polutan yang berbahaya yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang menyebabkan masalah kesehatan dan pencemaran lingkungan seperti global warming, penipisan lapisan ozon, dan hujan asam. Di daerah dimana kendaraan yang berlalu lintas sangat padat, seperti di kota-kota besar, jumlah nitrogen dioksida yang dipancarkan ke atmosfer sebagai polusi udara bisa menjadi signifikan. Riset ini bertujuan untuk mengetahui kinerja kontaktor membran super hidrofobik dalam proses penyerapan NO2 dari campurannya dengan udara menggunakan larutan asam nitrat HNO3 dan hidrogen peroksida H2O2. Dalam penelitian ini, diamati pengaruh laju alir gas, pelarut, dan jumlah serat membran terhadap daya absorbsi NO2 dengan teknologi kontaktor membran serat berongga super hidrofobik. Variasi laju alir gas yang digunakan adalah 100, 150 dan 200 SCCM dengan laju pelarut 35, 70, 105, 140, 175 dan 210 CCM dan jumlah serat membran 200,4000, dan 6000. Adapun konsentrasi pelarut yang digunakan adalah 0,5 %wt untuk H2O2 dan 0,5 M untuk HNO3. Hasil variasi kenaikan laju alir gas dan laju alir pelarut menunjukan kenaikan fluks, koefisien perpindahan massa, dan jumlah mol terserap. Untuk setiap kenaikan jumlah fiber, terjadi kenaikan fluks, koefisien perpindahan massa dan jumlah mol terserap. Namun masih belum signifikan. Persentase pemisahan NO2 tertinggi terjadi pada laju alir gas 200 SCCM dan pelarut 210 CCM pada jumlah serat membran 6000, yaitu sebesar 57,14 %.

Nitrogen oxides (NO2) are the main pollutant in flue gas emitted from fossil fuel combustion process, which are very hazard pollutants and can cause negative effects to human health and global environment such as global warming, ozone depletion, photochemical smog and acid rain. This study aims to remove NO2 from air through absorption using a mixture of H2O2 and HNO3 solutions as absorbent in super hydrophobic hollow fiber membrane contactors. In the experiment, the feed gas containing NO2 flowed through the shell side of the contactor, while the absorbent solution flowed through the lumen fibers As solvent, H2O2 is used with HNO3 in liquid scrubbing. In this research, we will find the effect of gas and solvent flow rate on absorption effectivity of NO2 with super hydrophobic hollow fiber membrane contactor technology. Variations of gas flow rate used are 100, 150 and 200 SCCM. with solvent rate variations: 35, 70, 105, 140, 175 dan 210 CCM. The solvent concentration used is 0,5 % wt for H2O2 and 0,5 M for HNO3. The result of gas flow rate and absorbent flow rate increases are equal to flux, mass transfer coefficient, and absorbed mole increases. For every solvent rate increases, the flux, mass transfer coefficient and absorbed mole are also increases. However, the trend of NO2 Loading is decreasing in this variation. The highest percentage of NO2 separation occurred at 200 SCCM gas flow rate and 210 CCM solvent variation with 57,14 %.removal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53172
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>