Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108263 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sugeng Priyanto
"ABSTRAK
Pertumbuhan dan arus Perpindahan penduduk dan desa
ke kota yang cukup tinggi, telah menimbulkan berbagai
masalah di perkotaan. Salah satu masalah perkotaan
yang serius adalah tumbuh dan meluasnya pemukiman
kumuh. Keadaan lingkungan yang demikian tentu akan
sangat tidak menguntungkan baik dari segi keamanan,
kesehatan penduduk, kenyamanan dan keindahan, maupun
dari segi kebijakan pemerintah dalain usaha
meningkatkan Icualitas sumberdaya manusia.
Salah satu upaya yang dilakukan dan dikembangkan oleh
pemerintah dalam pembangunan lingkungan penmukiman
kumuh adalah melalui Program Perbaikan Kampung atau
Program KIP (Kampung Improvement Program), yang
bertumpu pada ide Tri Bina dengan pembangunan yang
sifatnya fisik. Kotamadya Surakarta sebagai salah
satu kota budaya di Propinsi Jawa Tengah juga tidak
terlepas dari masalah pemukiman kumuh. Salah satu
kawasan pemukiman kumuh di Daerah Kotamadya
surakta terletak di Kelurahan Semanggi, Kecamatan
Pasar Kliwon. Program KIP di Surakarta dilakukan
mulai tahun 1994/1995 hingga 1999/2000.
penelitian tesis membahas: 1) Bagaimana dampak
program perbaikan kampung tersebut terhadap perbaikan
lingkungan fisik?; 2) Apakah program perbaikan
kampung telah menyentuh terhadap perbaikan kondisi
kesehatan dan sosial masyarakat lingkungan
pemukiman kumuh?
Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana
persepsi masyarakat tersebut terhadap manfaat
program perbaikan lingkungan fisik, mengetahui
berapa besar pengaruh program KIP terhadap perbaikan
kualitas hidup terutarna derajat kesehatan dan sosial
masyarakat di wilayah perumahan kumuh dan
mengevaluasi keberhasilan Program KIP.
Lokasi penelitian ini di Kelurahan Semanggi,
Kecamatan Pasar Kliwon, Kotamadya Surakarta,
khususnya di wilayah pemukiman kumuh yang memperoleh
bantuan Program KIP. penelitian dilaksanakan selama
dua bulan dan bulan Maret hingga Mei 1997.
Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk di
Kelurahan Semanggi yang berjumlah 22.316 Jiwa
tercakup ke dalam 20 RW. Sampel penelitian ini adalah
130 orang responden yang berasal dan RW 010, RW 04,
RW 018, dan RW 02 yaitu wilayah yang mendapat Program
Periode tahun 1994/1995. Pengambilan sampel
dilakukan dengan dua cara yaitu purposive random
sampling dan simple random sampling.
Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan
desain ex post facto. Jenis dan instrumen yang
digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah pengumpulan data primor berupa hasil wawancara
dan kuesioner, serta data sekunder yang diperoleh
daro beberapa instansi pemerintah.
pengukuran variabel dalam penelitian ini dilakukan
dengan pengarnatan dan studi komparasi kondisi
vaniabel lingkungan fisik dan kondisi variabel
lingkungan sosial antara sebelum mendapatkan program
KIP dan setelah mendapatkan Program RIP. Komparasi
atau perbandingan tersebut dilakukan dengan
menggunakan data kuesioner yang diberikan kepada
responden untuk selanjutnya diuji secara statistik
inferensial chi-kuadrat.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa masyarakat
Kelurahan Sernanggi Kotarnadya Surakarta menganggap
Program NIP bermanfaat bagi mereka. Dalam hal
perbaikan kualitas hidup, terutama derajat. Kesehatan
dan sosial masyarakat, Program KIP menunjukkan adanya
Pengaruh yang cukup besar.
Keberhasilan Program Perbaikan Kampung (RIP) dapat
dilihat pada hampir seluruh aspek kondisi tempat
tinggal, seluruh aspek kesehatan, dan hampir seluruh
aspek sosial ekonomi masyarakt. Program KIP
menunjukkan adanya kebehasilan dalam aspek perubahan
jenis rumah, lantai rumah, sumber air bersih, saluran
pembuangan air limbah, keadaan jalan, kondisi air
bersih, kondisi tanah, dan kondisi udara. Berkaitan
dengan kondisi tempat tinggal, Program KIP tidak
berhasil memberikan perubahan jenis penerangan dan
tempat pembuangan sampah
Dalam aspek kesehatan Program KIP terbukti
Menunjukkan perubahan dalam hal penyakit yang
diderita, sumber air bersih, sarana kesehatan,
manfaat sarana kesehatan, dan sarana wc umum.
Berkaitan dengan kondisi Sosial ekonomi masyarakat,
program KIP menunjukkan keberhasilan dalam perubahan
kegiatan belajar anak, penngkatan usaha dan jumlah
pendapatan. Program KIP tidak berhasil memberikan
manfaat bagi kegiatan-usaha dan penataan lingkungan.
Sebagian besar dan mereka menunjukkan partisipasi
atau peran sertanya pada waktu pelaksanaan KIP maupun
pemeliharan hasil KIP. Perilaku responden di dalam
pelaksanaan KIP maupun pemeliharaan hasil KIP adalah
perilaku yang bermotivasi. Perilaku responden menjadi
berarti karena dimiliki beberapa peranan atau
tanggung jawab yang mengarahkan perilakunya. Peranan
tadi diperoleh dan lingkungannya (terutama
masyarakat) dalam bentuk interaksi sosial. Perilaku
dalam pemeliharaan sarana hasil KTP
adalah suatu keluaran dan kepribadian responden.

ABSTRACT
The growth and the flow of citizens removal from
village to town is extremely high and has inflicted
to a various problems of urban affairs. One of them
seriously grown and extended considerably were
slummed settlement. Such environmental condition is
certainly very unfavorable, either in terms of
security, public health, beauty and comfort as well
as government?s policy in the effort to improve the
quality of human resources.
One of the efforts which is carried out and
developed by the government in slum settlement
environtmental rehabilitation is through the Kampong
Improvement Program of KIP which rest on Tri
Bina idea by development saving physical
characteristic. The municipality of Surakarta as One
of cultural town in the Central Java Province is
also not independent of slammed settlement problems
one of them is located in Kelurahan Semanggi,
subdistrict of Pasar Kliwon. KIP Program in
Surakarta Was Carried Since 1994/1995 to
1999/2000.
This thesis discusses: 1) What is the impact to
Kampong Improvement Program towards physical
environment?; 2) whether or not the Kampong
Improvement Program has touched the improvement of
social health Condition and the slummed settlement
facilities?
This research is designed to find out how people?s
perception to the benefit of physical surroundings
improvement program, to find out the magnitude of
the impact of environmental improvement program
towards the quality of life, especially the degree
of health and social conditions in the area of slumm
settlement, and to evaluate the achievement of KIP
Program.
The location of this research is Kelurahan Semanggì,
Subdistrict of Pasar Kliwon, Municipality of
Surakarta, which obtained Kip Program support.
Whereas the time of research took place about two
months from March to May 1997.
The populatĂ­on of this research were the inhabitants
of Kelurahan Semanggi totaled 22.316 people
djstributed in some 20 RW. The sample of this
search included 130 respondents cominq from RW 10,
04, RW 18, and RW 02, all of which obtain during
the. 1994/1995 period. Sampling was carried out by
way of proportional random sampling and simple
random sampling.
This research represents a survey using ex post
facto design. The instrument of this research was
primary data collection in the form of interview and
questionairs, along with secondary data obtained
front several goverment agencies.
variable measurement in this research was carried
out by observation and comparative study of physical
environmenta). condition and social condition between
before and after obtaining KIP Program. Said
comparation was obtained by using a questionair data
given to respondents for further test on a
inferential manner using Chi-square.
The results of this research concluded that people
of Kelurahan Semanggi, Municipality of Surakarta
considered that the KIP Program is of great benefit.
In case of life quality improvements especially
people?s health quality the KIP Program showed a
fairly large influence.
The success of Kampung Improvement program (KIP) can
be seen at the condition of silence, health, and
People T5 social economy. Most of them showed
Participative role in the implementation of KIP as
Well as safeguarding the results The Respondent? s
behavior in the implementation as well as
safegurding the results of KIP are motivated and
purpose directed behavior. It will become
significant because it has several roles and
responsibility directing its behaviour. Such- role is
obtained from their environment (especially the
people) in the form of social interaction.
participative behavior safeguarding. the results of
KIP is an output of respondent?s personality.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
cover
Mahpud Sujai
"Konversi lahan gambut telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang cukup parah sehingga perlu dilakukan restorasi yang membutuhkan biaya besar. Dana desa adalah salah satu sumber pendanaan yang dapat dialokasikan untuk program ini. Permasalahan riset ini adalah perlunya pendanaan restorasi gambut dan dana desa dapat digunakan sebagai sumber pendanaan yang berkelanjutan. Tujuan riset ini adalah untuk menilai persepsi masyarakat, menilai biaya dan manfaat serta merumuskan model kebijakan pemanfaatan dana desa untuk restorasi gambut. Metode riset yang digunakan adalah metode campuran kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan kualitatif. Hasil riset menyatakan bahwa persepsi sebagian besar masyarakat setuju penggunaan dana desa untuk restorasi gambut, manfaat program restorasi gambut dinilai lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan serta model yang disusun melibatkan dua tingkatan pemerintah yaitu di tingkat kabupaten dan di tingkat desa. Riset ini menyimpulkan bahwa dana desa sangat memungkinkan jika digunakan untuk program restorasi gambut.

Peatland conversion has caused severe environmental damage which is necessary to carry out restoration that requires large costs. Village funds are one source of funding that can be allocated for this program. The research problem is peatland restoration needs source of funding and village funds can be used as a sustainable source of funding. This research aims to exercise community perceptions, to value costs and benefits and to formulate a policy model for the use of village funds for peatland restoration. The methodology used is a mixed method of qualitative and quantitative with a qualitative approach. The result shows that the perception of the majority of the community agrees with the use of village funds for peatland restoration, the benefits of the peat restoration program are considered to be greater than the costs incurred and the model developed involves two levels of government, at the district and village level. This research concludes that village funds are very possible to be used for peatland restoration programs."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Jauhara
"Telah dilakukan penelitian mengenai tingkat serapan karbon dan kandungan klorofil serta analisis sampah, sedimen, dan volume di lima situ Kampus UI Depok. Penelitian bertujuan untuk menganalisis tingkat serapan karbon dan kandungan klorofil, serta materi organik dalam sampah, sedimen dan volume di lima situ Kampus UI Depok. Penelitian dilakukan di lima situ Kampus UI Depok, yaitu Situ Agathis, Situ Mahoni, Situ Puspa, Situ Ulin, dan Situ Salam. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Maret--April 2014. Pengukuran produktivitas primer perairan menggunakan metode botol gelap-terang. Botol gelap dan botol terang diletakkan pada kedalaman 0 cm, 10 cm, 30 cm, 50 cm, 70 cm, dan 80 cm.
Pengambilan sampel fitoplankton dilakukan menggunakan plankton net. Pengukuran kandungan klorofil-a dan klorofil-b menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 750, 664, 647 dan 630 nm. Perangkap sampah organik berupa kain nylon dengan ukuran pori 1 mm2 diletakkan pada inlet dan outlet secara bersamaan di lima situ Kampus UI Depok.
Pengambilan sampel sedimen dilakukan menggunakan Peterson Grab. Sampel sedimen dianalisis kadar karbon organik dengan metode Walkley-Black. Metode 3D Analyst ArcView 10.1 digunakan untuk menghitung volume situ. Tingkat serapan karbon di lima situ Kampus UI Depok memiliki potensi menyerap karbon rata-rata sebesar 48,61 mgC/m3/jam. Kandungan klorofil-a dan klorofil-b di lima situ Kampus UI Depok rata-rata sebesar 2,59 mg/l dan 0,35 mg/l.
Hasil identifikasi sampel fitoplankton diperoleh empat kelas, yaitu Chlorophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae, dan Bacillariophyceae. Kepadatan tertinggi dan nilai dominansi tertinggi pada sampel fitoplankton di lima situ Kampus UI Depok terdapat pada kelas Chlorophyceae. Terjadi penumpukan sampah organik sebesar 0,55 gr/m3/jam. Tipe sedimen pasir mendominasi di perairan lima situ Kampus UI Depok. Kandungn karbon pada sampel sedimen kerikil sebesar 19,75--26,58 ppm, pasir sebesar 28,47--38,55 ppm, dan lumpur sebesar 36,79--42,05 ppm. Perairan lima situ di Kampus UI Depok memiliki potensi dalam menampung volume air sebesar 654.830 m3.

Research has conducted about the level of carbon uptake and chlorophyll content as well as the analysis of trash, sediment, and volume in five lakes at Campus UI Depok. The study aimed to analyze the level of carbon uptake and chlorophyll content, and organic matter in the litter, sediment and volume in five lakes at Campus UI Depok. The study was conducted in five lakes at Campus UI Depok, namely Agathis, Mahoni, Puspa, Ulin, and Salam. Sampling was conducted in March-April 2014. Measurements of primary productivity in the water using light-dark bottle method. Dark bottle and light bottle placed at a depth of 0 cm, 10 cm, 30 cm, 50 cm, 70 cm, and 80 cm.
Sampling of phytoplankton was conducted using a plankton net. Measurement of chlorophyll-a and chlorophyll-b using a spectrophotometer with a wavelength of 750, 664, 647 and 630 nm. Pitfalls of organic waste in the form of nylon fabric with a pore size of 1 mm2 placed at the inlet and outlet simultaneously in five lakes at Campus UI Depok.
Sampling of sediment was conducted using a Peterson Grab. Sediment samples were analyzed with the organic carbon content of the Walkley-Black method. 3D Analyst ArcView 10.1 method used to calculate the volume of the lakes. The rate of carbon uptake in five UI Depok it has the potential to absorb carbon by an average of 48.61 mgC/m3/hour. The content of chlorophyll-a and chlorophyll-b in five lakes at Campus UI Depok was average of 2.59 mg/l and 0.35 mg/l.
The results of the identification of phytoplankton samples obtained four classes, namely Chlorophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae, and Bacillariophyceae. The highest density and highest dominance values in samples of phytoplankton in five lakes at Campus UI Depok contained in the class Chlorophyceae. Build up of organic waste by 0.55 gr/m3/hour. Sand sediment types dominate in five lakes at Campus UI Depok. Carbon content in sediment samples gravel at 19.75 to 26.58 ppm, the sand at 28.47 to 38.55 ppm, and the mud of 36.79 to 42.05 ppm. The five lakes at Campus UI Depok has the potential to accommodate the volume of waters at 654.830 m3.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2014
T42829
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Budi Utami
"ABSTRAK
Keberhasilan pelaksanaan program pembangunan dipengaruhi oleh manusia. Hardjasoemantri dalam "Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (1986)" berpendapat bahwa kunci berhasilnya program pembangunan di bidang lingkungan hidup ada di tangan manusia dan masyarakat. Karena itu sangatlah penting untuk menumbuhkan pengertian, motivasi dan penghayatan di kalangan masyarakat untuk berperanserta dalam mengembangkan lingkungan hidup. Kesadaran masyarakat merupakan landasan motivasi untuk berperanserta dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Salim (1987:12) berpendapat bahwa keberhasilan pembangunan akan dapat dicapai apabila penduduk telah memiliki sikap yang mantap terhadap keselarasan lingkungan.
Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di daerah, Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Surakarta telah menetapkan program pembangunan yang diberi nama Program Solo Berseri yaitu suatu upaya untuk mewujudkan kota Solo yang bersih, sehat, rapi dan indah. Untuk dapat mencapai keberhasilan program tersebut diperlukan adanya suatu usaha agar perilaku dan kesadaran masyarakat terhadap Program Berseri membudaya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya kesadaran masyarakat akan Program Berseri diharapkan masyarakat dapat berperanserta dalam keberhasilan Program Berseri.
Dari hasil penelaahan pustaka dan pengamatan disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat dalam mengelola lingkungan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri masyarakat tersebut, di mana penulis batasi meliputi lama tinggal, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kelembagaan sosial. Adapun faktor eksternal adalah faktor dari luar diri masyarakat, yaitu peranan pemerintah dalam penyuluhan program dan penyediaan sarana kebersihan. Interaksi dari faktor-faktor tersebut akan melahirkan kesadaran masyarakat untuk melakukan penghijauan/tamanisasi, membayar retribusi kebersihan, mengelola sampah rumah tangga, menjaga kebersihan lingkungan dan berpartisipasi dalam penyuluhan program Solo Berseri, sehingga program Solo Berseri dapat berhasil.
Atas dasar hal tersebut disusun hipotesis yaitu:
1. Semakin lama masyarakat tinggal akan semakin tinggi tingkat kesadarannya dalam melaksanakan program Solo Berseri;
2. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan semakin tinggi tingkat kesadarannya;
3. Semakin tinggi pendapatan masyarakat akan semakin tinggi tingkat kesadarannya;
4. Semakin besar keterlibatan masyarakat dalam kelembagaan sosial akan semakin tinggi tingkat kesadarannya;
5. Semakin intensif penyuluhan program Berseri yang diberikan oleh Pemerintah -Daerah akan semakin tinggi tingkat kesadarannya;
6. Semakin memadai penyediaan sarana kebersihan akan semakin tinggi tingkat kesadarannya.
Untuk membuktikan hipotesis di atas, dilakukan pengumpulan data primer dengan menggunakan daftar pertanyaan tentang keenam faktor yang penulis anggap mempengaruhi tingkat kesadaran masyarakat dan tentang pelaksanaan program Solo Berseri. Lokasi pengambilan sampel ditetapkan secara multi-stage dari tingkat kecamatan hingga tingkat RW, kemudian dari masing-masing RW yang terpilih mewakili populasi ditentukan respondennya secara proporsional, dan terpilih 130 responden dari empat RW yang terpilih.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independen dengan vaxiabel dependen digunakan rumus koefisien korelasi Spearman yang dihitung melalui program SPSS for MS Windows Release 6.0, serta untuk mengetahui besarnya pengaruh digunakan uji koefisien determinasi. Berdasarkan uji dimaksud, maka disimpulkan sebagai berikut:
(1) Terdapat tiga variabel penelitian yang mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam keberhasilanprogram Berseri, yaitu:
a. Variabel lama tinggal, di mana besarnya koefisien korelasi Spearman 0,4539 pada taraf signifikan 0,000 dengan kontribusi 20,60%;
b. Variabel penyuluhan program Berseri, dengan koefisien korelasi Spearman 0,2567 padataraf signifikan 0,003 dan kontribusi variabel ini terhadap kesadaran masyarakatsebesar 5,28%;
c. Variabel penyediaan sarana kebersihan, koefisien korelasi Spearmannya 0,2295 pada taraf signifikan 0,009 serta kontribusinya sebesar 6,59%;
(2) Jika dilihat dari besarnya persentase tiap-tiap kategori untuk ketiga faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat tersebut di atas, maka terbukti bahwa:
a. Semakin lama masyarakat tinggal, semakin tinggi tingkat kesadarannya dalam melaksanakan program Berseri;
b. Semakin intensif penyuluhan program Berseri yang diberikan oleh Pemerintah Daerah, semakin tinggi tingkat kesadarannya;
c. Semakin memadai penyediaan sarana kebersihan, semakin tinggi tingkat kesadarannya.
(3) Upaya-upaya yang telah dilakukan Pemda Kodya Surakarta diantaranya adalah:
a. Penyediaan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) seluas 17 Ha di Putri Campo;
b. Penyediaan angkutan sampah yang memadai;
c. Penyediaan tenaga kebersihan sampah dan penyuluh kebersihan yang mencukupi;
d. Pemasangan tanda-tanda peringatan tentang kebersihan kota;
e. Adanya petugas pengawas kebersihan kota;
f. Melakukan pendekatan kepada masyarakat secara terus-menerus;
g. Memberi subsidi dana kebersihan, dan
h. Mengaktifkan peranserta masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 130 responden yang kesadaran masyarakatnya tinggi sebesar 39,20%, yang cukup tinggi sebesar 43,10% dan yang rendah sebesar 17,70%.

ABSTRACT
The key of successful development programmed on environment is in the hands of the people and the community So it is very important to develop understanding, motivation and comprehension of the community to participate in environmental development (Hardjasoemantri, 1986:19). Community awareness is the foundation of motivation for participation in environmental management. Salim (1987:12) stated that the success of development can be achieved if the community have a consistent attitude toward the harmony of environment.
To implement environmental management in the area, the Municipal Government of Surakarta has launched the development programmed called "Berseri Programmed", an effort toward the realization of Solo to become a clean, healthy, tidy and beautiful city. In order to render this development programmed successful, efforts are needed to make the behavior and community awareness for Berseri Programmed into a way of life. And with this community awareness for Berseri Programmed, the community can participate in the success of Berseri Programmed.
The results of the literature study and observation conclude that community awareness in environmental management is influenced by two factors, namely, internal and external factors. Internal factors are factors in the community itself. Those factors are: duration of stay, level of education, level of income and social institutions. External factors are factors outside of the community. Those factors are: the role of the government, the role in dissemination of the programmed and availability of cleanliness utilities. Interactions of two factors will reveal community awareness to provide green landscapes, pay the cleanliness retribution, manage the domestic waste properly, keep the environmental cleanliness and participate in the education program of Berseri Programmed. In so doing the Berseri Programmed will definitely be successful.
Based on the above facts, the hypotheses are formulated as follows:
1) The longer the duration of stay in Solo, the higher the level of community awareness will be achieved to implement the Berseri Programmed;
2) The higher the level of education, the higher the level of community awareness will be;
3) The higher the level of income, the higher the level of community awareness will be;
4) The more intensive to take part in social institution, the higher the level of community awareness;
5) The more intensive the information dissemination of Berseri Programmed carried out by the Regional Government, the higher the level of community awareness;
6) The more adequate the availability of cleanliness utilities, the higher the level of community awareness.
To prove the above hypotheses, primary data collection was conducted, by way of interviews using structured questionnaires on Six factors that was assumed to have influence on the level of community awareness and on the implementation of Berseri Programmed. Sample locations were taken by multi-stage method commencing at the Kecamatan/sub district level down to the RW level.
Thence, from the proportionally selected four RW, some 130 respondents were selected.
To test the presence of influence of dependent and independent variables, statistical tests were applied using Spearman correlation coefficient with SPSS Programmed for MS Windows Release 6.0; while determination coefficient test was also conducted to measure the degree of influence between the two variables. The test results disclosed that:
(1) There are three study variables which influenced community awareness in the success of Berseri Programme, namely:
a. The duration of stay variable where the magnitude of Spearman correlation coefficient is 0.4539 at the significant level of 0.000, with 20.60% contribution;
b. The information dissemination of Berseri Program variable, with Spearman correlation coefficient 0.2567 at the significan Of 0.003 and this variable contribution to community awareness 5.28%;
c. The availabality of cleanliness utilities variable, Spearman correlation coefficient is 0.2295 at the significan level of 0.009 and its contribution 6.59%
(2) If the percentage of each category of the three factors which influenced community awareness as indicated above is observed, hence, it is proven that:
a. The longer the duration of stay, the higher the level of community awareness will be achieved to implement the Berseri Programme;
b. The more intensive dissemination of Berseri Programme carried out by the Regional Government, the higher the level of community awareness will be;
c. The more adequate availability of cleanliness utilities, the higher the level of community awareness will be.
(3) Efforts already carried out by The Regional Government of Surakarta include:
a. Provision of final waste disposal site of 17 Ha in Putri Cempo;
b. Provision of adequate waste transportation;
c. Provision of waste cleanliness personil and sufficient cleanliness health educaters;
d. Placement of warning signs on city clean liness;
e. The present of city cleanliness supervisor;
f. Implementation of continuous approaches toward the community;
g. Provision of subsidy of cleanliness fund;
h. Activition of community partisipation.
The study disclosed that out of 130 respondents 39.20% are of good level community awareness, 43.10% are of moderate level and 17.70% are of poor level community awareness.
References : 30 (1977-1997)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Williams, Linda D.
New York: McGraw-Hill, 2005
613.1 WIL e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London : Simon & Schuster, 1997,
R 333.7 Mac I
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>