Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26366 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Horstmann, Alexander
"Walau merupakan kajian yang relatif baru, para ahli antropologi semakin menyadari bahwa perbatasan merupakan laboratorium perubahan sosial dan kebudayaan yang penting. Tidak ada kawasan lain tempat berlangsungnya kontradiksi yang tajam dalam hal representasi komuniti lokal. Seperti di kawasan perbatasanlah ditemukan kelompok-kelompok minoritas. Para ahli antropologi yang mempelajari perbatasan, termasuk di Borneo dan Laut Sulu, sangat menaruh perhatian pada proses inkorporasi komuniti-komuniti perbatasan itu kedalam negara-bangsa, dan masyarakat-global. Tulisan ini bermaksud mendiskusikan sebuah konsep yang koheren tentang batas dan daerah perbatasan, serta mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan penelitian dan agenda studi perbatasan di masa depan. Penulis mengemukakan sebuah argumentasi bahwa masa depan dari studi perbatasan bertumpu pada kajian tentang sejarah komuniti-komuniti yang terpinggirkan, misalnya masyarakat Iban, Bugis, dan Orang Laut. Diulas pula cara komuniti-komuniti perbatasan itu memberikan makna dan bentuk pada transformasi ruang di kawasan perbatasan. Dimensi kesejarahan dan sejarah lisan perlu pula memperoleh perhatian dalam studi komuniti-komuniti perbatasan."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andaya, Barbara Watson
"Kajian-kajian tentang pelacuran di Indonesia,seperti halnya penelitian gender dan perempuan pada umumnya, lebih terfokus pada masa abad ke-20. Kajian-kajian tersebut memfokus pada konteks lokal yang spesifik dan kurang melakukan perbandingan secara lebih luas. Tulisan ini mencoba memberikan dasar historis dan komparatif yang lebih mendalam untuk mendiskusikan pelacuran di Indonesia dengan menempatkannya dalam kerangka perdagangan global di Asia Tenggara antara abad ke-17 dan 18...[...] Penelitian akhir-akhir ini tentang gender dan seksualitas hampir selalu melihat 'perubahan' sebagai sebuah fenomena modern. Tulisan ini berpendapat bahwa asal mula pelacuran di Indonesia dapat dilacak ke masa sebelum abad ke-19, pada masa ketika urbanisasi, perbudakan, kehadiran orang-orang asing, dan pertumbuhan komersialisasi mentransformasikan masyarakat-masyarakat lokal. Sampai sekarang, perempuan miskin dan tidak terdidik masih sering melihat partisipasi dalam perdagangan seks sebagai satu-satunya cara untuk mempertahankan kelangsungan ekonomi mereka."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2001
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Goh, Beng Lan
"Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan yang melakukan kajian ulang tentang hubungan-hubungan antara pusat dan periferi, memunculkan pandangan baru yang melihat hubungan keduanya sebagai hubungan yang saling terkait dan tergantung. Pandangan yang mematahkan pemikiran tentang hubungan keduanya sebagai hubungan bersifat hirarkis dan satu arah itu memungkinkan berkembangnya konseptualisasi global dan lokal sebagai proses yang berkelanjutan, tanpa mengutamakan yang satu di atas yang lain. Perkembangan ini memiliki implikasi yang signifikan pada studi tentang masyarakat-masyarakat nonbarat, karena pemikiran-pemikiran itu membuka ruang teoretis yang mengakui nonbarat sebagai pencipta teori dan pengetahuan, daripada hanya sebagai perangkat-perangkat respons terhadap bentuk-bentuk universal. Dalam usaha untuk bertumpu pada orientasi itu, berbagai penelitian masa kini pada masyarakat dan kebudayaan di Asia Tenggara telah mengemukakan perlunya meninggalkan perspektif berorientasi barat dan kapitalisme. Sebaliknya, fokus perhatian ditujukan pada hal-hal khusus tentang ekonomi, kebudayaan, dan kebutuhan-kebutuhan nasional yang menjadi prioritas masyarakat dan kebudayaan itu sendiri. Berkembang minat perhatian yang semakin besar pada sejarah lokal, kebudayaan, dan struktur-struktur sosial, serta kaitannya dengan kekuatan-kekuatan nasional dan global. Kajian ini bertujuan untuk memahami pandangan yang berbeda tentang rasionalitas dan kapitalisme dalam upaya mereproduksi, menerjemahkan, dan mengubah bentuk-bentuk barat/eksternal. Tulisan ini mendiskusikan debat yang muncul dari pendekatan-pendekatan baru tersebut untuk mengkaji ulang lokal dan global sebagai kategori-kategori yang simultan dan saling terkait, yang menjadikan apa yang lokal dan spesifik itu juga sebagai yang global dan komparatif."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Parsudi Suparlan, 1938-2007
"Dalam tulisan ini, penulis menunjukkan bahwa transformasi anggota-anggota suatu kelompok yang terisolasi ke dalam masyarakat majemuk yang lebih besar, dikondisikan oleh hubungan saling mempengaruhi antara sifat majemuk masyarakat tersebut dan posisi dari kelompok yang terisolasi itu dalam struktur kekuasaan masyarakat majemuk itu. Kesukubangsaan dari Orang Sakai yang dilukiskan dalam tulisan ini, diwujudkan sebagai tanggapan terhadap struktur kekuasaan yang berlaku dalam setting lokal. Ekspresi kesukubangsaan itu beragam. Keragaman itu menunjukkan potensi dan kemampuan Orang Sakai dalam memanipulasi simbol-simbol kebudayaan serta atribut-atribut etnis untuk identifikasi diri, perolehan posisi dan kompetisi dalam perolehan sumberdaya alam dalam hubungan-hubungan sosial dan antaretnis. Melalui kesukubangsaan inilah mereka tertransformasikan ke dalam masyarakat Indonesia.Dua kasus program pemukiman kembali bagi Orang Sakai, yakni di Muara Basung danSialang Rimbun menunjukkan dua lingkungan struktur kekuasaan yang berbeda bagi OrangSakai. Kedua program pemukiman itu mengalami kegagalan. Tetapi, melalui pengalaman dikedua pemukiman tersebut, Orang Sakai mendefinisi ulang kesukubangsaan dan kebangsaannya."
2000
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Benda-Beckman, Franz von
"Keamanan sosial merupakan satu bidang yang kini banyak menjadi perhatian ahli antropologi hukum. Dalam artikel ini, penulis menyajikan hasil penelitiannya tentang studi perbandingan pada sistem-sistem keamanan nasional dari penduduk Maluku Tengah yang memiliki latar belakang kebudayaan dan agama yang sama, tetapi yang bermukim di dua Negara yang berbeda: Indonesia dan Belanda. Keamanan sosial mengacu pada mekanisme yang menjamin diperolehnya kesempatan untuk hidup yang layak, baik bagi orang-orang dewasa yang sehat dalam satu komuniti maupun bagi mereka yang tidak dapat menyajikan hal itu untuk dirinya sendiri. Dalam artikel ini penulis menunjukkan bagaimana bentuk-bentuk keamanan sosial dalam komuniti yang berbeda terwujud karena pengaruh kondisi sosial dan ekonomi yang berbeda pula."
1989
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Thompson, Eric
"
Biasanya teknologi Internet dianggap sebagai alat teknologi informasi namun artikel ini mengemukakan isu-isu sosial dan budaya yang diadopsi oleh para akademisi di Indonesia. Selain isu-isu biaya, bandwidth, dan infrastruktur, perangkat Internet dibentuk, diperlambat, atau dipercepat oleh kebudayaan institusional serta persepsi teknologi itu. Institusi-institusi akademi di Indonesia, adopsi teknologi Internet bertahan dengan isu-isu pembangunan dan distribusi sosial sumber daya yang terbatas sebagai obyek-obyek status, serta hirarki dalam pengambilan keputusan. Lebih jauh, tulisan ini berpendapat bahwa perhatian terhadap isu-isu adopsi dan penggunaan teknologi internet dalam dunia akademik di Indonesia dapat menyadarkan kita akan isu-isu yang lebih luas tentang interaksi antara teknologi internet dan konteks sosial budayanya di masa depan, seperti halnya terjadi di Asia Tenggara dan wilayah lain."
2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Philipus Tule
"Tulisan ini membahas masalah organisasi sosial masyarakat adat desa 'Udu Worowatu,suku bangsa Keo di Kabupaten Ngada, Flores Tengah. Keunikan masyarakat ini terlihat dari sistem penataan stratifikasi sosialnya yang merujuk pada tiang rumah adat (deke) dan jenis keranjang adat (wati, gata, mboda) yang lazim digunakan untuk menghitung berat sumbangan wajib berupa nasi atau jagung pada saat penyelenggaraan suatu upacara adat. Setiap individuatau kelomppok telah memahami status masing-masing, baik sebagai pemangku tiang depan atau belakang, tiang timur atau barat, keranjang kecil (wati), keranjang menengah (gata) atau pun keranjang besar (mboda). Rujukan pada tiang (deke) dan keranjang (wati, gata)itu menyiratkan pula tatanan sosial setiap individu atau kelompok, baik sebagai pemimpin adat atau anggota biasa. Sistem pemerintahan desa yang secara seragam diterapkan di seluruh Indonesia berdasarkan UU no. 5 1979 dengan segala perangkatnya, merupakan suatu bentuk pelecehan terhadap khasanah adat dan budaya lokal. Pemilihan dan pengangkatan perangkat pemerintahan desa yang tidak mempertimbangkan tatanan sosial adat itu telah memarjinalisasikan para pemimpin adat. Hal itu merupakan penerapan sistem sibernetik yang akhirnya bermuara pada kepemimpinan tanpa wibawa, tetapi yang memerintah secara otoriter, dan yang dapat menyebabkan kegagalan pelbagai proyek pembangunan."
1998
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Seda, Francisia Saveria Sika Ery
"Artikel ini membahas hubungan-hubungan sosial antar berbagai kelompok ras di Medan pada zaman penjajahan Belanda di awal abad ini. Pembahasan ini berdasarkan pandangan seorang wanita Cina dari golongan elit yang bernama Queeny Chang melalui bukunya "Memories of a Nyonya". Untuk golongan elit, hubungan antar ras di medan pada waktu itu cukup banyak frekuensi interaksinya (Belanda, Cina, Melayu). Golongan Belanda yang paling berkuasa adalah kelompok acuan (reference group) bagi golongan-golongan ras lainnya, dan mereka berusaha keras untuk meniru gaya hidup golongan tersebut. Akan tetapi interaksi sosial antarberbagai kelompok ras di kalangan elit ini sangat berbeda dengan kelas-kelas sosial lainnya, yang justru hidup dalam keadaan segregasi."
1992
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bubandt, Nils
"
Dengan menggunakan konsep Pierre Bourdieu mengenai 'modal simbolis' (symbolic capital), tulisan ini mengkaji perubahan pertanian di salah satu pemukiman transmigrasi di Pulau Halmahera, Maluku Utara. Pada musim kemarau panjang tahun 1997 para transmigran dari Desa Bicoli di Halmahera Tengah mulai menanam padi untuk pertama kali. Merekalah kelompok transmigran satu-satunya di antara kelompok-kelompok transmigran lokal di daerah transmigrasi yang dibuka tahun 1992 itu yang bercocok tanam padi. Latar belakang sejarah dan sosial orang Bicoli sebelum memasuki daerah transmigran diacu oleh penulis untuk memperlihatkan faktor-faktor yang mendorong orang Bicoli mengadopsi pengetahuan pertanian dari transmigran asal yang lebih awal bermukim di wilayah ini. Orang Bicoli yang bertransmigrasi ke Halmahera merupakan keturunan kelompok sosial dengan kedudukan terendah dalam masyarakat Halmahera Tengah. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji adopsi pengetahuan bercocok tanam padi itu sebagai strategi untuk memperoleh modal simbolis (symbolic capital) dan pengakuan sosial (social recognition) sebagaimana dikemukakan oleh Pierre Bourdieu. Dalam uraian ini, penulis mengemukakan argumentasinya bahwa pengetahuan (knowledge) tidak dapat dipisahkan dari isu-isu kekuasaansosial (social power), praktek (practice) serta perebutan yang konstan untuk memperoleh modal simbolis (the struggle for symbolic capital)"
1998
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Todd T. Ames
"Tulisan ini mengulas cara-cara perubahan sosial dan pembangunan ekonomi mempengaruhi kehidupan orang Toraja di Sulawesi. Perubahan-perubahan yang diawali pada masa penjajahan Belanda telah menjadi semakin intens semenjak tahun 1970-an. Beberapa perubahan yang menonjol ialah peralihan dari kegiatan subsistensi menjadi buruh upahan, berlangsungnya migrasi dan pemindahan dana secara besar-besaran, serta perkembangan industri pariwisata. Semua bentuk perubahan ini disebabkan oleh berbagai kekuatan ekonomi-politik yang saling terkait. Yang terpenting dari kekuatan tersebut ialah pembentukan kaum proletar, perekonomian uang, serta program pemerintah nasional dalam memodernisasi ekonomi dan mengomersialkan kebudayaan Toraja. Penelitian sebelumnya yang dilaksanakan pada tahun 1994 menunjukkan bahwa orang-orang Toraja telah berhasil dengan sukses melibatkan diri dalam berbagai kegiatan ekonomi di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Hal yang juga menonjol ialah munculnya suatu status baru dalam jenjang hirarkhi berdasarkan keberhasilan ekonomi yang telah mengubah sistem kasta tradisional dan cara memanfaatkan upah atau penghasilan untuk mendanai kegiatan usaha, membayar biaya pendidikan, dan meningkatkan taraf hidup. Pada bulan November dan Desember 2000 dilaksanakan penelitian lebih lanjut. Tulisan ini mengkaji beberapa dampak krisis ekonomi dan politik tahun 1997/1998, pengaruhnya pada proses perubahan yang terjadi, dan cara-cara orang-orang Toraja menanggapi kekuatan ekonomi dan politik yang dihadapi. Secara khusus akan diulas dampak dari krisis itu pada aktivitas ketenagakerjaan orang-orang Toraja, usaha kecil dan menengah, tingkat penghasilan dan pengeluaran, produksi tanaman pangan/palawija, pariwisata, serta migrasi tenaga kerja dan dana."
2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>