Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20206 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mattulada, H. Andi
"Orang Kaili mengidentifikasi diri sebagai To-Kaili karena adanya persamaan dalam bahasa dan adat istiadat leluhur yang satu dipandang menjadi sumber asal mereka, bahasa Kaili dalam arti lingua-franca dalam kalangan semua To-Kaili, digunakan secara umum. Di samping itu terdapat banyak dialek bahasa Kaili yang juga menjadi identifikasi (seringkali tajam) dari subkultur atau subetnik To-Kaili yang berdiam pada wilayah-wilayah yang seringkali masih sangat terisolasi."
1991
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mattulada, H. Andi
"Modal personality (perasaan kepribadian) To-Kaili sangat kuat terbentuk oleh ajaran Islam, yang memberikan warna kepada sektor-sektor kehidupan lainnya, yang berkembang dalam masyarakat, sampai pada zaman mutakhir. Perasaan kepribadian yang demikian itu dirasakan merusak kedalam lembaga-lembaga kemasyarakatan; ekspresi kesenian dan kebudayaan pada umumnya. Wawasan kebangsaan yang bertemu ke nusantara pun mendapatkan kekuatan dari perasaan kepribadian yang demikian itu adanya."
1991
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mattulada, H. Andi
"Peletak dasar kebudayaan Kaili melalui tempat-tempat pemukiman, dasar-dasar kebudayaan Kaili dibangun oleh para pemukim yang disebut To-Kaili itu, dikitari oleh pegunungan dan berada di Lembah Palu. Di sebelah Timur, Sungai Palu bermuara di Teluk Palu berlepas ke Selat Makassar. Sesuai kodrat alam tropis yang hangat, dengan lahan yang umumnya berpasir, di dataran lembah, dibatasi oleh bebukitan dengan ciri lahan liat berbatu-batu, membuat penduduk memilih tempat-tempat pemukimannya yang terpisah-pisah antara satu wilayah pemukiman dengan pemukiman lainnya. Lagipula, menurut cerita rakyat, antara satu kaum dengan kaum lainnya, sering terjadi serang-menyerang, berpangkal pada adat kepercayaan "pengayauan", untuk menambah mana atau kesaktian suatu kaum."
1991
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mattulada, H. Andi
"Sebagai bab penyimpulan, maka ia pun berupaya memberikan penajaman atas masalah-masalah masa kini To-Kaili, yang akan mengantarkannya ke masa depan, atau hari esok."
1991
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mattulada, H. Andi
"In this article, the author describes the ethnography of the To-Kaili, the largest ethnics group in Central Sulawesi. To-Kaili had an important historical role in the period of Dutch colonization. At least four kingdoms tried to rebel against Dutch rule namely Moutong, Banawa, Sigi, and Kulawi. The author goes on to discuss the "modal personality" of Kaili people which covers social and religious life, ethos, language, art and literature. In the last section, he tries to predict how those people will face changes in the near future."
1991
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mattulada, H. Andi
"In this article, the author describes the ethnography of the Bugis-Makassar, the largest inhabitants in South Sulawesi. His description includes: the historical background, their social stratification, kinship system, traditional political structure, and folklore. How the Bugis-Makassar elite groups are developed and how their social structure influenced by such development is also discussed by the author. Based on the historical evidences it is revealed that identification of the elite groups which is underlined by nobility, emerged in 15th century. In the period of Dutch colonization, composition of the elite groups changed into: pangreh-praja (government administration official) which subsequently emerged as a new elite group. In the era of independence, the position of elites were mostly occupied by the rulling class and well-educated persons. In the last section, the author explains the sirik an institution which refers to human dignity and self-respect - in relation to the conditioning of Indonesian national culture."
1991
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Indrizal
"In this article, the author argues for the inappropriateness of the government's policy and approach in its efforts to 'develop' the indigenous people who have been categorized as 'masyarakat terasing'. Through his analysis on the program of Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKMT), the author assumes that the program has failed. He examines the failure by looking closely at the livelihood of Orang Laut in Indragiri Hilir, the fishermen, who used to live collectively along the seashore and spend most of their time in boats. They refused to stay in the resettlement village which was provided by the government who did not base its program on the social-cultural-economic reality."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2000
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andaya, Leonard Y.
"Tulisan ini berupaya untuk mendokumentasikan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial di antara suku bangsa Melayu di Semenanjung Malaysia dengan komuniti-komuniti Orang Asli. Dalam merekonstruksi kisah hubungan sosial itu, tulisan ini diawali dengan kajian tentang gerakan-gerakan pada masa prasejarah dan protosejarah dari nenek moyang Orang Asli dan Melayu. Orang Asli berasal dari wilayah tengah dan selatan Thailand. Orang Melayu berasal dari Taiwan dan berpindah menuju Semenanjung Malaysia melalui Philippina. Dikisahkan pula berlangsungnya 'gelombang' pertama, kedua, dan ketiga dari orang Melayu hingga akhirnya mereka memiliki dampak yang permanen di wilayah Semenanjung. Tulisan ini menyajikan peralihan hubungan di antara komuniti Orang Asli dan imigran Melayu dari Sumatera sejalan dengan perubahan nilai yang dimiliki orang Melayu terhadap Orang Asli dalam hal perdagangan internasional. Semula, Orang Asli sangat dibutuhkan dalam memungkinkan orang Melayu membangun pelabuhan yang berhasil di Melaka. Selama hasil-hasil hutan seperti damar, kayu cendana, dan rotan tetap diperlukan secara internasional, Orang Asli dihargai dan diterima oleh orang Melayu. Tetapi, dengan adanya perubahan dalam permintaan dari hasil-hasil hutan ke timah dan lada sejak abad keenambelas, dan beralih ke timah, karet, dan minyak kelapa sawit pada akhir abad kesembilanbelas dan abad keduapuluh, posisi Orang Asli menjadi semakin terpinggirkan. Perubahan itu juga tertuang dalam tradisi-tradisi lisan dan tertulis Orang Asli dan Melayu. Pada masa kini, Orang Asli mulai mengupayakan diperolehnya kembali penghargaan dan kerjasama yang sebelumnya telah menjadi karakteristik dalam hubungan sosialnya dengan orang Melayu. Walaupun prospek keberhasilan itu tidak cerah, kemajuan telah diperoleh dalam mempertahankan ide-ide tentang wilayah hunian dan keaslian mereka di Semenanjung Malaysia."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Parsudi Suparlan, 1938-2007
"In this article, the author describes the history of changes among the Kamoro in Mimika. Some of the changes-due to changes in their physical, social, and cultural environment-were unexpected and surprising, so that they were not ready to cope with. Consequently, there were two prominent implications in their life: the increase of consumerism behavior, and the occurrence of more frequent conflicts among themselves. In the final part, the author examines the Kamoro relationship with outsiders, of how they categorize the latter, and with whom they used to generate conflicts. Recently, conflicts mainly occur on the problems of land dispute with outsiders, and in the competition to get the 'one million-dollars' funds from PT Freeport."
2001
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jacob Ajawaila
"The Ambonese is a community that underwent changes from time to time as a result of the influence of religion, government's policies and global culture. The changes have further implications. A considerable 'in group' solidarity of village as totality (supported by villagers and their special rights, excluding the newcomers) became segregated because of religion. Religion has taken over the traditional rites. The village as an entity of traditional laws based upon genealogy has undergone changes into a public village. The village has become multi profiled with its activities based on needs, e.g. the ceremonial needs for the benefits of traditions. Traditional institutions that strengthened social relations between villages have weakened as a result of the government's policies, and so is the traditional institutions that fulfill the needs of the traditional community."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2000
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>