Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2009 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Linda Darmajanti
"Buku ini merupakan kajian sosiologi tentang masalah tawuran pada kalangan pemuda di Kec. Johar Baru. Perang antara warga dari pemukiman kumuh yang serat dengan konflik. Tawuran yang terjadi melibatkan kaum muda sampai kelompok usia dewasa dan ibu rumah tangga."
Jakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Universitas Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017
306.1 LIN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus Wirutomo
Yayasan Pustaka Obor, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kurnain Lutfih
"ABSTRAK
Propaganda, merupakan salah satu alat penting dalam perang atau yang di sebut dengan propaganda perang (militer). Perang propaganda ini juga digunakann sebagai. salah satu strategi perang tentara Belanda dengan Indonesia dalam perang kemerdekaan.
Perang tersebut menggunakan sarana propaganda sebagai psikologis dengan harapan untuk rnenurunkan mental lawan dalam bertempur. Aksi propaganda dalam perang kernerdekaan menggunakan juga sarana-sarana baik yang berasal dari media cetak maupun media elektronik dalam hal ini yang sering digunakan adalah radio, penggunaan ini agar propaganda efektif dalam mempengaruhi lawan. Belanda lebih terorganisasi dalam penyelenggaraan perang propaganda dibandingkan dengan pihak. Indonesia. Hal ini dapat di1ihat dengan banyaknya badan-badan propaganda baik yang dilaksanakan oleh rniliter .itu sendiri atau pihak si p i 1 , sedangkan Indonesia lebih banyak dilakukkan oleh perseorangan atau kelompok.
Belanda dan Indonesia sebagai pihak yang bertempur menggunakan propaganda sebagai salah satu a1at perang mempunyai beberapa alasan terutarna dengan melihat kondisi dari. Kedua belah pihak Belanda mel i hat bahwa kurangnya personil militer untuk dapat menguasai seluruh wilayah. Indonesia. Dan juga kurangnya sarana militer lain yang dibutuhkan untuk menjaga daerah-daerah yang telah berhasil dikuasai. Sedangkan Indonesia menggunakan sarana propaganda terutama dengan melihat bahwa kwalitas militer Belanda jauh lehih baik dari yang dimi1ikinya dalam hal ini masalah pesenjataan yang sangat kurang. Perang propaganda ini menjadi menarik karena masing-masing pihak berupaya untuk memperoleh simpati rakyat untuk menutupi kekurangan-kekurangannya.

"
1995
S12256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manullang, A. C.
Jakarta: Manna Zaitun, 2006
303.625 MAN t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yusy Widarahesty
"Penelitian ini berfokus pada upaya-upaya yang dilakukan Jepang untuk menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan disain deskriptif analisis. Penelitian ini menggunakan teori politik luar negeri dan diplomasi multilateral melalui PBB. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menunjukan upaya-upaya diplomasi yang digunakan dan apa faktor-faktor yang mendasari keinginan Jepang untuk menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Bagi Jepang menjadi anggota tetap DK-PBB merupakan sebuah tiket untuk memperluas dan memperkuat peranan Jepang di mata dunia, oleh karena itu Jepang termasuk dari banyak negara yang ikut menyuarakan reformasi dalam struktur keanggotaan tetap DK-PBB. bagi Jepang reformasi dalam tubuh DK-PBB sangat diperlukan untuk memperkuat peranan dan fungsi PBB yang disesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini.
Dari hasil analisis melalui kepustakaan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) upaya-upaya yang dilakukan Jepang untuk menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB dilakukan Jepang melalui diplomasi ekonomi termasuk melalui salah satu instrumen ekonomi yaitu program bantuan luar negeri ODA, dan juga pasukan perdamaian SDF melalui PKO 2) kontribusi-kontribusi yang dilakukan Jepang melalui ODA dan PKO merupakan bentuk upaya Jepang dalam menjalankan diplomasi damainya di lingkungan internasional khususnya di PBB. 3) faktor-faktor yang mendasari keinginan Jepang menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB adalah; adanya faktor politik dimana yang pertama, dalam sudut pandang Jepang, keanggotaan permanen dari Dewan Keamanan PBB akan memungkinkan Jepang untuk secara terus-menerus dilibatkan dalam upaya menciptakan keamanan dan perdamaian internasional, dan yang kedua untuk menambah suara untuk mewakili Asia yang selama ini hanya diwakili oleh Cina dan yang ketiga karena adanya faktor sejarah yang mewarnai hubungan Jepang dengan negara tetangganya yaitu Cina dan Korea. Dari faktor budaya, keinginan Jepang terhubung dengan adanya budaya yang ikut berperan dalam membentuk karakter politik Jepang, yaitu; adanya budaya survive yang dipengaruhi oleh faktor geografi Jepang, adanya budaya gimu yaitu kewajiban yang harus dilakukan negara sesuai dengan tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat dunia, dan adanya budaya Jepang dengan konsep keseimbangan wa bahwa setiap negara berhak "menempati tempat yang sesuai".

This research specifically conducted by Japan's efforts to become a permanent member of United Nations Security Council as Japan's multilateral diplomacy efforts. This Research includes qualitative research with descriptive analysis. It also used political theory abroad and international diplomacy through the United Nations. The Targets of this research are to show diplomacy efforts by Japan and what factors constituting Japan's desire to become a regular Security Council member of the United Nations For Japan, to become a permanent member of Security Council represent a ticket to extend and strengthen Japan's role in the International world, therefore Japan is one of the many countries voicing reforms in membership structure of Security Council. Reformation in body of Security Council is essential for Japan to strengthen the function and role of United Nations which must be adapted by situation of epoch in this time.
The conclusion of this analysis, 1). Japan's efforts to become a permanent member Security Council of United Nations conducted by Japan through economic diplomacy includes : passing one of the economic instrument; which is overseas aid program of ODA, as well as team peace of SDF through PKO 2). With Japan's ODA and SDF contributions, Japan tries to show the peace consolidation diplomacy in international relationship especially in the United Nation 3) The factors which constituting Japan's desire to become a regular member of Security Council are; firstly, existence of political factors in Japan viewpoint, that the permanent membership of Security Council of United Nations will enable Japan to continuously involve in efforts to create international peace and security, second to add voice to represent Asian countries which during the time was only deputized by China and third caused by historical factor that has colored Japan's relation with its neighboring state; China and Korea. From the cultural point, Japan's desire in circuit with cultural existence which follows to play a part to form it's own political character, that is; existence of culture "survive" culture influenced by factor of Japan's geography, there's the existence of obligation (gimu) concept Which means an obligation that must be conducted by a state as according to its responsibility as world society members, and the existence of Japan's culture with balance concept of wa that each; every state is entitled to "occupy appropriate place"."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Wijaya, 1944-
Jakarta: Pustaka Utama, 1990
899.232 PUT p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sindhunata
"Pada awal tahun 2012 sebuah gerakan masyarakat sipil bernama #IndonesiaTanpaFPI menuntut negara untuk membubarkan sebuah ormas Islam fundamentalis bernama FPI (Front Pembela Islam) karena tindak kekerasan yang dilakukan oleh ormas tersebut kepada kaum Islam minoritas. #IndonesiaTanpaFPI sangat mengandalkan penggunaan situs sosial media untuk mengorganisir gerakannya, sehingga sebuah gerakan balasan yang muncul dari kalangan Islam pro-FPI pun dimulai dari Twitter; gerakan tersebut bernama #IndonesiaTanpaJIL. Gerakan balasan ini percaya bahwa #IndonesiaTanpaFPI sebenarnya adalah gerakan yang diorganisir oleh kaum Jaringan Islam Liberal (JIL), sentimen ideologi yang sebelumnya sudah terakumulasi bertahun-tahun karena pemikiran JIL yang dianggap kontroversial akhirnya terjewantah dalam #IndonesiaTanpaJIL. Sejak saat itu, #IndonesiaTanpaJIL dan JIL terus bertikai secara diskursif di dalam Twitter. Skripsi ini berkonsentrasi kepada pembentukan dua publik religius yang semata-mata dikonstitusi oleh tiap diskursusnya lewat topik diskursif yang terkait dengan kaum minoritas Islam tertindas, yaitu: Ahmadiyah, Syiah, dan Rohingya. Lewat interpretasi teks dan penelusuran lapangan skripsi ini telah mengidentifikasi berbagai titik temu diskursif antara ITJ dan JIL. Kedua publik religius menggunakan berbagai topik diskursif yang mereka anggap menarik semata-mata untuk menarik perhatian audiens, karena dalam konteks perang pemikiran banyaknya dukungan audiens adalah hal yang paling penting untuk melambungkan diskursusnya ke domain hegemoni. Skripsi ini menunjukkan bagaimana logika modernitas yang terobsesi pada tatanan ideal adalah faktor yang dapat menjelaskan budaya eksklusif pada arena sosial yang sejatinya inklusif.;Pada awal tahun 2012 sebuah gerakan masyarakat sipil bernama #IndonesiaTanpaFPI menuntut negara untuk membubarkan sebuah ormas Islam fundamentalis bernama FPI (Front Pembela Islam) karena tindak kekerasan yang dilakukan oleh ormas tersebut kepada kaum Islam minoritas. #IndonesiaTanpaFPI sangat mengandalkan penggunaan situs sosial media untuk mengorganisir gerakannya, sehingga sebuah gerakan balasan yang muncul dari kalangan Islam pro-FPI pun dimulai dari Twitter; gerakan tersebut bernama #IndonesiaTanpaJIL. Gerakan balasan ini percaya bahwa #IndonesiaTanpaFPI sebenarnya adalah gerakan yang diorganisir oleh kaum Jaringan Islam Liberal (JIL), sentimen ideologi yang sebelumnya sudah terakumulasi bertahun-tahun karena pemikiran JIL yang dianggap kontroversial akhirnya terjewantah dalam #IndonesiaTanpaJIL. Sejak saat itu, #IndonesiaTanpaJIL dan JIL terus bertikai secara diskursif di dalam Twitter. Skripsi ini berkonsentrasi kepada pembentukan dua publik religius yang semata-mata dikonstitusi oleh tiap diskursusnya lewat topik diskursif yang terkait dengan kaum minoritas Islam tertindas, yaitu: Ahmadiyah, Syiah, dan Rohingya. Lewat interpretasi teks dan penelusuran lapangan skripsi ini telah mengidentifikasi berbagai titik temu diskursif antara ITJ dan JIL. Kedua publik religius menggunakan berbagai topik diskursif yang mereka anggap menarik semata-mata untuk menarik perhatian audiens, karena dalam konteks perang pemikiran banyaknya dukungan audiens adalah hal yang paling penting untuk melambungkan diskursusnya ke domain hegemoni. Skripsi ini menunjukkan bagaimana logika modernitas yang terobsesi pada tatanan ideal adalah faktor yang dapat menjelaskan budaya eksklusif pada arena sosial yang sejatinya inklusif.

In early 2012, a civil-initiated movement called #IndonesiaTanpaFPI urged the government to disband an Islamic fundamentalist group called FPI (Front Pembela Islam) because of the violence to Islamic minority group that FPI had done earlier. #IndonesiaTanpaFPI heavily relied upon Twitter in organizing their movement, so when a counter-movement from the pro-FPI emerged, it was on Twitter as well; the counter-movement called themselves #IndonesiaTanpaJIL. This counter-movement believes that #IndonesiaTanpaFPI was actually initiated and organized by Jaringan Islam Liberal (JIL), the long accumulated negative ideological sentiment towards JIL then finally manifested in #IndonesiaTanpaJIL. Since then, #IndonesiaTanpaJIL and JIL have been fighting discursively on Twitter. This undergraduate thesis concentrates on the formation of two religious publics constituted solely by their discourses articulation, particularly topic related to suppressed Islamic minority groups; those are: Ahmadiyah, Syiah, and Rohingya. Through tweets interpretation and fieldwork, this undergraduate thesis has identified various discourse nexuses between ITJ and JIL. Both of the religious publics articulate interesting or controversial discourses on Twitter just to grasp the audience’s attention, because in the context of ideological war the number of support is the only important thing to toss their discourses to hegemonic domain. Furthermore, this undergraduate thesis shows how the logic of modernity with its obsession to ideal order is a factor that can explain the culture of exclusivity inside a social arena that was designed for inclusivity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewie Sekar
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2019
899.221 DEW p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
355.02 Ojo p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>