Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuli Widiyastuti
Jakarta: Balai Besar LITBANG Tanaman Obat dan Obat Tradisional, 2016
615.321 YUL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Widiyastuti
Karanganyar: B2P2TO-OT Balitbangkes Depkes RI, 2016
615.321 YUL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Maria
"

Tanaman pegagan (Centella asiatica) mengandung senyawa asiatikosida. Asiatikosida merupakan senyawa glikosida triterpen yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri baik gram positif maupun bakteri gram negatif. Herba pegagan diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Penetapan kadar asiatikosida dalam ekstrak dilakukan dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi dengan fase gerak metanol-air (65:35), diperoleh hasil kadar asiatikosida sebesar 0,22%. Pada penelitian ini, ekstrak pegagan dimodifikasi dalam bentuk nanovesikel fitosom dan diformulasikan dalam bentuk krim. Terdapat empat formulasi krim, dua formulasi krim ekstrak pegagan 0,5% (KE1) dan 1% (KE2), serta dua formulasi krim fitosom pegagan yang mengandung ekstrak 0,5% (KF1) dan 1% (KF2). Pembuatan fitosom ekstrak pegagan dilakukan dengan metode lapis tipis dengan penambahan fosfolipon 90 G. Selain itu, dilakukan pengujian aktivitas ekstrak terhadap bakteri penyebab jerawat yaitu, Propionibacterium acnes. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak pegagan menggunakan metode dilusi cair dengan media Brain Heart Infused Broth, diperoleh bahwa ekstrak pegagan dengan kandungan asiatikosida sebesar 0,0275 mg/mL mampu menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes, sedangkan pengujian aktivitas suspensi fitosom tidak dapat memberikan hasil yang dapat diamati dengan metode dilusi cair.


Centella asiatica contains asiaticoside compound. Asiaticoside is a glicoside triterpen compound that has antibacterial activity against several gram positive bacteria and gram negative bacteria. The herb of centella was extracted using maseration method with  ethanol 70% solvent. Determination of asiaticoside was done by high performance liquid chromatography method with methanol-water motion phase (65:35), resulting the extract contain asiaticoside equal to 0,22%. In this study, centella extract was modified in the form of phytosome nanovesicles and formulated into cream. There are four cream formulations, cream with extract 0.5% (KE1) and 1% (KE2), and phythosome cream containing 0,5% (KF1) and 1% (KF2) of centella extract. The making of centella phythosome is done by thin layer method with the addition of phospholipon 90 G. In addition, the antibacterial activity of Centella extract was tested to the acne bacteria, Propionibacterium acnes. Tests of antibacterial activity of centella extract using broth dilution method with Brain Heart Infused Broth media. It was found that the extract of centella with asiaticoside content of 0,0275 mg/mL able to inhibit the growth of Propionibacterium acnes bacteria, while the phythosomal suspension did not show any antibacterial activity with broth dilution method.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Oktaviani
"Pegagan (Centella asiatica L.) merupakan tanaman obat yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Pegagan mengandung asiatikosid yang berkhasiat terhadap gangguan kulit seperti selulit, bekas luka, bahkan dapat mengobati luka terbuka. Tujuan penelitian ini adalah mengamati pengaruh penambahan propilenglikol terhadap penetrasi in vitro menggunakan sel difusi Franz. Pada penelitian ini dibuat gel yang mengandung ekstrak etanol pegagan sebanyak tiga formula. Dua formula dengan penambahan propilenglikol 5% (formula 1) dan 10% (formula 2), sedangkan formula 3 sebagai kontrol tidak mengandung propilenglikol.
Evaluasi fisik dilakukan terhadap ketiga formula gel yang meliputi uji organoleptis, sineresis, viskositas, konsistensi, dan stabilitas fisik, selain itu dilakukan penentuan kadar zat aktif, dan uji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi Franz.
Hasil penelitian ini menunjukkan ketiga gel bersifat homogen, berwarna coklat dan tidak terjadi sineresis dan. Kadar zat aktif dalam ketiga formula gel yang diukur dengan metode kromatografi lapis tipis menunjukkan 88,06 - 89,92%. Secara keseluruhan ketiga formula gel memenuhi persyaratan secara fisik, akan tetapi untuk penetrasi secara in vitro tidak dapat dideteksi, karena asiatikosid tidak larut di dalam buffer fosfat pH 7,4 dan pH 5,6. Dapat disimpulkan secara fisik gel yang dihasilkan memenuhi persyaratan akan tetapi sukar berpenetrasi pada kulit.

Pegagan (Centella asiatica L.) is a medicinal plant which familiar to Indonesian people. Pegagan contains asiaticoside which efficacious against skin disorders such as cellulite, scars, and even to treat open wounds. The purpose of this study was to observe the effect of propylene glycol addition against in vitro penetration using Franz diffusion cells. In this research, ​​gel containing ethanolic extract of Pegagan was made into three formulas. Two formula contained propyilene glycol, 5% (formula 1) and 10% (formula 2), while the third as a control formula which was not containing propylene glycol.
Physical evaluation performed on all gel formula that included organoleptic test, syneresis, viscosity, consistency, and physical stability, besides that also performed determination of the levels of the active substance and in vitro penetration test using Franz diffusion cells.
The results of this study suggest that all gel formula is homogeneous, brown, and no syneresis. Levels of the active substance in the three gel formula that measured by thin layer chromatography method showed 88.06 to 89.92%. Overall, gel formula meets the physical requirements, but for the in vitro penetration can not be detected, because asiaticoside was insoluble in phosphate buffer pH 7.4 and pH 5.6. It could be concluded that all gel physically qualified but difficult to penetrating the skin.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S44125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhlas Rahmadi
"Pegagan (Centella asiatica) dan akar kucing (Acalypha indica) adalah beberapa tanaman herbal yang sering digunakan di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Kedua tanaman ini diketahui memiliki antioksidan yang mampu melawan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah molekul penyebab stress oksidatif dan menimbulkan berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, aterosklerosis, dan penyakit Alzheimer, sehingga penggunaan tanaman herbal dapat menjadi salah satu alternatif. Penelitian ini membandingkan aktivitas antioksidan dari ekstrak air Centella asiatica tunggal dengan ekstrak air campuran simplisia Centella asiatica dan Acalypha indica dengan metode pengukuran spektrofotometri menggunakan DPPH sebagai indikator. Kombinasi dari ekstrak air simplisia kedua tanaman diharapkan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibanding ekstrak Centella asiatica tunggal. Selain itu juga dilakukan penilaian kandungan fitokimia dari kedua ekstrak.
Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak air campuran simplisia kedua tanaman memiliki kandungan fitokimia berupa flavonoid, saponin, dan tannin sedangkan ekstrak air Centella asiatica mengandung tannin, saponin, triterpenoid, serta kemungkinan terdapat flavonoid. Pengukuran nilai EC50 dari ekstrak air Centella asiatica tunggal dan ekstrak air campuran simplisia kedua tanaman masing-masing memberi nilai 20,3 mg/mL dan 17,83 mg/mL. Pengukuran nilai EC50 juga dilakukan pada vitamin C sebagai kontrol positif dan menghasilkan nilai sebesar 0,022 mg/mL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air campuran simplisia Centella asiatica dan Acalypha indica memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak air Centella asiatica tunggal.

Centella asiatica and Acalypha indica are herbal plants which are often used in many regions of Asia, including Indonesia. These plants are known to contain antioxidants which act against free radicals. Free radicals are melocules which can cause oxidative stress and triggers degenerative diseases such as cancer, atherosclerosis, and Alzheimer’s disease, therefore the usage of herbs can be an alternative. This research compares the antioxidant activities of water extract of Centella asiatica and the water extract of the combination of Centella asiatica and Acalypha indica simplisia by spectrophotometric measurement method using DPPH as indicator. The water extract of simplisia combination of both plants is expected to have better antioxidant activity compared to only Centella asiatica water extract. The evaluation of phytochemical contents of both extracts is also carried out.
The results showed that the water extract of simplisia combination of both plants has phytochemical content such as flavonoids, saponins, and tannins while water extract of Centella asiatica contains saponins, triterpenoids, and possibly flavonoids. EC50 measurement of water extract of Centella asiatica and water extract of simplisia combination of both plants results in value of 20,3 mg/mL and 17,83 mg/mL respectively. EC50 measurement is also performed on vitamin C as positive control and generates the value of 0,022 mg/mL. Those results showed that the water extract of the combination of Centella asiatica and Acalypha indica simplisia has better antioxidant activity compared to only Centella asiatica water extract.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Purnama
"Radikal bebas merupakan molekul tidak stabil yang sangat reaktif dan dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif. Peningkatan kadar radikal bebas dalam tubuh akan menyebabkan penurunan kemampuan antioksidan endogen. Acalypha indica dan Centella asiatica secara tunggal diketahui memiliki efek antioksidan. Penelitian ini dikombinasi untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol campuran simplisia Acalypha indica dan Centella asiatica dibandingkan dengan ekstrak-etanol Acalypha indica secara tunggal. Komponen yang diteliti adalah akar Acalypya indica dan daun Centella asiatica. Aktivitas antioksidan ekstrak ditentukan dengan metode DPPH. Kandungan fitokimia pada ekstrak diuji secara kualitatif.
Hasil pengukuran nilai EC50 pada ekstrak-etanol Acalypha indica dengan ekstrak etanol campuran simplisia Acalypha indica dan Centella asiatica masing-masing didapatkan 13,68 mg/mL dan 18,44 mg/mL. Sedangkan nilai EC50 vitamin C sebagai kontrol positif sebesar 0,022 mg/mL. Hasil uji kualitatif pada ekstrak-etanol Acalypha indica maupun ekstrak-etanol campuran simplisia Acalypha indica dan Centella asiatica menunjukkan hasil positif pada steroid dan flavonoid. Nilai EC50 menunjukkan aktivitas antioksidan, semakin kecil nilainya semakin tinggi aktivitas antioksidannya. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa aktivitas antioksidan pada ekstrak-etanol Acalypha indica lebih tinggi dibandingkan ekstrak-etanol campuran simplisia Acalypha indica dan Centella asiatica.

Free radicals are reactive moleculs which can cause oxidative stress and trigger degenerative disease. Increased level of free radicals in the body will decrease endogenous antioxidant ability. Acalypha indica and Centella asiatica are known have antioxindant effects. This study aims to determine the antioxidant activity of ethanolic-extract Acalypha indica combined with Centella asiatica and compared with ethanolic extract of Acalypha indica. The antioxidant activity was determined by using spectrophotometer. The evaluation of phytochemical content in the extract can be tested qualitatively.
The results showed that EC50 from ethanolic-extract of Acalypha indica and ethanolic-extracts mixture of raw materials Acalypha indica with Centella asiatica are 13,68 mg/mL and 18,44 mg/mL. While EC50 of vitamin C as positive control is 0,022 mg/mL. The result of the qualitative test on ethanolic- extract of Acalypha indica and ethanolic extracts mixture of raw materials Acalypha indica and Centella asiatica have showed positive result on steroids and flavonoids. The value of EC50 show the antioxidant activity. Therefore, the antioxidant activity of the ethanol extract of Acalypha indica is higher than ethanolic- extracts mixture of raw materials Acalypha indica and Centella asiatica.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patardo Lammindo
"Studi pada pengujian ini dilakukan untuk menginvestigasi pengaruh konsentrasi dari inhibitor ekstrak daun pegagan (Centella asiatica) pada baja 3% krom di lingkungan air formasi. Ketahanan korosi dan kemampuan inhibisi korosi diuji dengan metode polarisasi elektrokimia, electrochemical impedance spectroscopy, dan uji rendam di dalam larutan air formasi. Senyawa-senyawa yang menghambat korosi dari ektrak inhibitor ini diidentifikasi melalui pengujian FTIR dan karakteristik produk korosi yang terbentuk diinvestigasi dengan Scanning Electron Microscopy (SEM). Konsentrasi inhibitor yang digunakan dalam pengujian ini adalah 0 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm. Hasil yang didapatkan mengindikasikan ekstrak daun Centella asiatica dapat digunakan untuk menghambat korosi pada baja 3% krom di lingkungan air formasi.

The present study was carried out to investigate the effect of concentration of Centella asiatica leaves extract inhibitor for 3% Cr steel in produce water environment. The corrosion resistance and corrosion inhibition ability was tested by electrochemical polarization measurements, electrochemical impedance spectroscopy, and immersion tests in a produced water solution. The compounds that inhibit corrosion in this inhibitor extract is identified by FTIR test and the characteristic of corrosion scales are investigated by Scanning Electron Microscopy (SEM). The concentration of inhibitor extract which was used in this study is 0 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 500 ppm, and 1000 ppm. The results indicate that Centella asiatica extract can be used to inhibit corrosion for 3% Cr steel in produced water environment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62694
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ray Wijaya
"Latar Belakang: Sejauh ini, penelitian terhadap pengaruh efektivitas pemberian herbal yang berpatokan pada umur masih minim, walaupun beberapa kajian telah menyatakan bahwa umur merupakan faktor determinan dalam intervensi penyakit. Riset ini ditujukan untuk mengetahui ?periode emas? pemberian herbal Centella asiatica (CA) terhadap fungsi dan aktivitas glutation peroksidase (GPx) di striatum untuk memperoleh potensi tertinggi pemberian CA pada berbagai tahap perkembangan seperti pre-pubertas, post-pubertas, masa remaja dan dewasa muda. Metode: Mencit umur 5, 8, 12, dan 15 minggu dimasukan pada kelompok kontrol. Ekstrak Centella asiatica diberikan pada kelompok Centella asiatica dengan umur 5-12, 5-15, dan 8-15 minggu dengan dosis 100mg/kgBB/day. Pada akhir pemberian intervensi, otak mencit didekapitasi dan bagian striatum yang diisolasi dihomogenasikan sebelum disentrifugasi pada kecepatan 3500 rpm. Aktivitas GPx diukur menggunakan kit Randox dan alat spektrofotometri dengan panjang gelombang 340nm. Waktu inisiasi perilaku diukur dengan metode PACT dan stopwatch selama mencit mencoba menyelesaikan labirin dengan makanan sebagai pemicu. Hasil: Konsentrasi GPx ditemukan meningkat pada semua kelompok yang diberikan C. asiatica dengan ditemukan peningkatan signifikan pada kelompok CA 5-12 (p = 0.032). Mencit yang mengkonsumsi CA juga memerlukan waktu yang lebih sedikit untuk menyelesaikan labirin, terutama pada kelompok CA 5-12 (p = 0.029). Kesimpulan: Mencit yang diberikan C. asiatica pada usia pertumbuhan yang lebih muda mendapat manfaat lebih tinggi dibandingkan mencit yang menerima intervensi pada usia pertumbuhan akhir, terlihat dari konsentrasi GPx di striatum yang lebih meningkat dan rekor waktu yang lebih cepat dalam menyelesaikan labirin.
Background: There are lack of studies directed towards age dependent herbal administration efficacy, although several research declared it as a major determining factor in disease intervention. This study is directed to figure the ?golden period? of herbal Centella asiatica (CA) administration towards striatum?s function and glutathione peroxidase (GPx) concentration to achieve its maximum efficacy during various developmental stages of prepubertal, postpubertal, adolescent and young mature period. Methods: Mices of age 5, 8 ,12, and 15 weeks old were put into control group. Centella asiatica aqueous extract with dose of 100mg/kgBW/day was administered to CA groups of age 5-12, 5-15 and 8-15 weeks old mices. At the end of intervention, brain decapitation was conducted and striatums collected were homogenized before centrifuged at 3500 rpm. Glutathione peroxidase activity was observed using Randox kit with spectrophotometry at wavelength 340nm. Behaviour initiation time was recorded using PACT and stopwatch while mice tried to solve a maze with food as reward stimuli. Result: GPx concentrations were increased in all C. asiatica consuming groups with CA 5-12 having significant elevation (p = 0.032). Mice given CA supplementation also spent lesser time in solving the maze with statistical significance found in group CA 5-12 (p = 0.029). Conclusion: Mice given C. asiatica supplementation at earlier developmental stage (prepubertal) have greater benefits compared to those who obtain the intervention in later developing period (postpubertal), reflected by greater GPx concentration in striatum and faster record in solving the maze."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Hanifah
"ABSTRAK
Pegagan Centella asiatica mengandung senyawa asiatikosida yang dapat dimanfaatkan dalam penggunaan pada penderita striae dengan meningkatkan sintesis kolagen. Asiatikosida memiliki berat molekul yang besar dan bersifat hidrofilik sehingga menyebabkan sulit berpenetrasi melalui kulit. Teknologi nanopartikel seperti nanoemulsi memiliki ukuran droplet yang kecil sehingga zat aktif dapat dihantarkan berpenetrasi ke dalam lapisan kulit. Penelitian ini bertujuan memformulasikan dan menguji stabilitas losio nanoemulsi yang mengandung ekstrak pegagan. Nanoemulsi mengandung ekstrak pegagan diformulasikan ke dalam bentuk losio menggunakan High Pressure Homogenizer. Sediaan tersebut kemudian dievaluasi dan diuji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi Franz. Ukuran partikel nanoemulsi yang didapat adalah 19,88 2,3 nm dan losio nanoemulsi memiliki ukuran partikel 198,4 11,52 nm, nilai indeks polidispersitas 0,329 0,065, dan zeta potensial -30,9 mV. Sediaan losio nanoemulsi stabil terhadap penyimpanan selama 8 minggu pada suhu dingin, suhu ruang, dan suhu tinggi 4 2 C, 30 2 C, 40 2 C . Jumlah kumulatif asiatikosida yang terpenetrasi adalah 1558,645 66,93 ?g/cm2 untuk losio nanoemulsi dan 1260,364 71,42 ?g/cm2 untuk losio non nanoemulsi. Persentase jumlah asiatikosida terpenetrasi dari losio nanoemulsi dan losio non nanoemulsi secara berturut-turut adalah 65,38 2,11 dan 58,77 2,93 . Fluks dari losio nanoemulsi dan losio non nanoemulsi berturut-turut 2,1255 0,31 ?g/cm2/jam dan 1,4506 0,49 ?g/cm2/jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan losio nanoemulsi berpenetrasi lebih banyak dibandingkan dengan losio non nanoemulsi.

ABSTRACT
Pegagan Centella asiatica contains asiaticoside compounds that can be utilized in the treatment of striae patients by increasing the synthesis of collagen. Asiaticoside has a large molecular weight and are hydrophilic, causing difficult penetration through the skin. Nanoparticle technology such as nanoemulsion has a small droplet size so that the active substance can be delivered into the skin layer. This study aims to formulate and test the stability of nanoemulsion lotion containing pegagan extract. Nanoemulsion contains pegagan extract formulated into the form of lotion using High Pressure Homogenizer. Nanoemulsion lotion were then evaluated and tested for penetration in vitro using the Franz diffusion cell. The result of particle size of nanoemulsion was 19.88 2.3 nm and nanoemulsi lotion had particle size 198.4 11.52 nm, polydispersity index value 0.329 0.065, and zeta potensial 30.9 mV. Nanoemulsion lotion was stable against storage for 8 weeks at cold, room, and high temperature 4 2 C, 30 2 C, 40 2 C . The cumulative amount of the penetrated asiaticoside was 1558.645 66.93 g cm2 for nanoemulsion lotion and 1260.364 71.42 g cm2 for non nanoemulsion lotion. The percentage of asiaticocide penetrated of nanoemulsion lotion and non nanoemulsion lotion were 65.38 2.11 and 58.77 2.93 , respectively. Flux of nanoemulsion lotions and non nanoemulsion lotion were 2.1255 0.31 g cm2 hr and 1.4506 0.49 g cm2 hr, respectively. Based on these results it can be concluded that nanoemulsion lotion can penetrate more than the non nanoemulsion lotion."
2017
S70057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Reka Ananda Putra
"Proses penuaan adalah proses yang tidak dapat dihindari, dan populasi usia lanjut di negara berkembang termasuk Indonesia akan meningkat. Salah satu efek dari penuaan adalah menurunnya fungsi kognisi otak, sehingga menjadi mudah lupa dan buruk dalam mengambil keputusan. Centella asiatica atau pegagan adalah sebuah tumbuhan liar yang dijadikan makanan, selain itu ekstraknya juga digunakan dalam pengobatan termasuk memperbaiki memori dan memiliki efek antioksidan. Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu meningkatkan level antioksidan pada otak, area medial prefrontal cortex mPFC , dengan menilai enzim antioksidan yaitu glutation peroksidase GPx dan kualitatif dengan paired associative cognitive test PACT .Metode: Mencit yang telah dikelompokkan menjadi 3 kelompok diberikan ekstrak herbal berdasarkan umurnya, yaitu CA 5-12, CA 5-15, dan CA8-15. Juga diberikan 4 grup kontrol. Kemudian otak diisolasi dan dijalankan menggunakan spektrofotometri untuk mengecek jumlah GPx. Selain itu, PACT juga dilakukan untuk melihat kemampuan eksekusi mencit.Hasil: Nilai GPx meningkat secara signifikan pada grup CA8-15, dan menurun di grup lain walaupun tidak signifikan. Nilai persentasi PACT lebih baik di Grup CA 5-12 dan 5-15, sedangkan sedikit lebih buruk di CA8-15.Kesimpulan: GPx di mPFC dan nilai PACT dapat ditingkatkan menggunakan ekstrak Centella asiatica dengan potensi yang berbeda tergantung umur.

Background Aging process is inevitable and the elderly population is increasing in developing countries, such as Indonesia. One of the effect is decreased cognitive function, which includes senility and poor executive function. Centella asiatica or pegagan is an edible wild bush in Indonesia that has been used as ayurvedic medicine to improve memory and as antioxidant. This research purpose is to increase the antioxidant level in the brain, specifically medial prefrontal cortex mPFC , which is assessed by glutathione peroxidase GPx and by qualitative paired associative cognitive test PACT .Method Mice was grouped into 3 groups based on ages, which are CA5 12, CA5 15, and CA8 15 compared to 4 control groups. The brain was then isolated and checked using spectrophotometry to evaluate the GPx level, and the executive function of mice was evaluated using PACTResults The GPx level increased significantly in CA8 15 group but decreased in others insignificantly. The percentage of correct choice in PACT is better in group CA 5 12 and CA 5 15, but lower in CA8 15.Conclusions GPx level in mPFC and PACT score can be improved using oral Centella asiatica extract with different potency depending on the age. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>