Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 346 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Sophar
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia , 2015
398.207 SIM f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Puspita Grace
"Salah satu Folklor yang cukup dikenal di Indonesia, Folklor Sigale Gale dari Samosir merupakan suatu folklor yang sangat melekat dengan kehidupan masyarakatnya. Sigale Gale menjadi bagian yang penting karena selain kegunaannya menjadi atraksi wisata, Sigale Gale juga merupakan warisan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi. Folklor bisa menjadi bagian dari identitas bagi mayarakat yang hidupnya memiliki keterikatan terhadap folklor tersebut. Identitas tempat dapat dibangun dari persepsi masyarakat tentang suatu hal yang terlekat pada tempat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi Masyarakat Batak Toba terhadap Sigale Gale dan apa makna Sigale Gale bagi Masyarakat Toba di Samosir sebagai bagian dari identitas tempat mereka. Sigale Gale yang terdapat di Samosir berada di kecamatan Simanindo, Pulau Samosir, terdapat empat lokasi Sigale Gale yang tersebar dalam empat desa, lokasi ini didapatkan dari hasil wawancara dengan informan kunci dan pengambilan sampel dilakukan dengan snowball sampling. Pada masing- masing lokasi dilakukan observasi, dokumentasi, dan wawancara yang hasilnya dianalisis untuk menggunakan metode analisis deskriptif dan juga triangulasi sehingga terlihat bagaimana persepsi masyarakat terhadap Sigale Gale dan Identitas Tempat masyarakat yang dipengaruhi oleh Sigale Gale pada di setiap lokasi. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini, tiga lokasi diantara kempat lokasi menggunakan Sigale Gale sebagai objek wisata yaitu Desa Ambarita, Desa Tomok, dan Desa Simanindo, sedangkan, satu desa yaitu Desa Garoga tidak menggunakan Sigale Gale sebagai objek wisata. Selain itu, dari keempat desa, dua diantaranya melestarikan Sigale Gale dengan alasan untuk menjaga warisan keluarga karena Sigale Gale yang dimiliki desa mereka merupakan harta benda yang penting bagi keluarga mereka, Desa ini adalah Desa Garoga dan Desa Simanindo. Hasil dari penelitian ini nantinya akan dihubungkan dengan prinsip hidup Batak yang merupakan bagian dari identitas Masyarakat Batak Toba yaitu Hamoraon (kekayaan), Hagabeon (Keturunan), dan Hasangapon(Kehormatan). Berdasarkan analisis, dapat disimpulkan bahwa identitas Sigale Gale Desa Ambarita dan Tomok memiliki arti hamoraon, Desa Simanindo memiliki arti hamoraon dan hagabeon, sedangkan Desa Garoga memiliki arti hagabeon dan hasangapon.

One of the well-known folklore in Indonesia, Sigale Gale Folklore from Samosir is a folklore that is very attached to the lives of its people. Sigale Gale is an important part because apart from its use as a tourist attraction, Sigale Gale is also a cultural heritage that has been passed down from generation to generation. Folklore can become part of the identity of people whose lives are connected to that folklore. Place identity can be built from people's perceptions about something attached to that place. This research aims to determine the Toba Batak Community's perception of Sigale Gale and what Sigale Gale means to the Toba Community in Samosir as part of their place identity. Sigale Gale in Samosir is in Simanindo sub-district, Samosir Island. There are four Sigale Gale locations spread across four villages. These locations were obtained from interviews with key informants and sampling was carried out using snowball sampling. At each location, observations, documentation and interviews were carried out, the results of which were analyzed using descriptive analysis methods and also triangulation so that it could be seen how people's perceptions of Sigale Gale and the community's place identity were influenced by Sigale Gale at each location. Based on the results of the analysis from this research, three locations among the four locations use Sigale Gale as a tourist attraction, namely Ambarita Village, Tomok Village, and Simanindo Village, meanwhile, one village, namely Garoga Village, does not use Sigale Gale as a tourist attraction. Apart from that, of the four villages, two of them preserve Sigale Gale for the reason of preserving family heritage because the Sigale Gale owned by their village is an important asset for their family. These villages are Garoga Village and Simanindo Village. The results of this research will later be connected to the Batak principles of life which are part of the identity of the Toba Batak Community, namely Hamoraon (wealth), Hagabeon (Descent), and Hasangapon (Honor). Based on the analysis, it can be concluded that the identity of Sigale Gale in Ambarita and Tomok Villages has the meaning of hamoraon, Simanindo Village has the meaning of hamoraon and hagabeon, while Garoga Village has the meaning of hagabeon and hasangapon."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Robert
Jakarta: Pusat Bahasa, 2004
499.224 62 ROB s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tuuk, H.N. van der
The Hague: Martinus Nijhoff, 1971
499.25 TUU a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Nalom
Jakarta: Fakultas sastra Universitas Indonesia, 1975
499.224 62 SIA m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Marbun, M.A.
Jakarta: Balai Pustaka, 1987
R 305.895981 MAR k (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Warneck, Joh.
Den Haag: Martinus Nijhoff, 1977
R JER 499.23 WAR t
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984
499.27 GEO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Anggur P.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977
R 499.224 62 TAM k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Jakasmin
"Sampai awal abad ke-19, tanah Batak yang terletak di_antara Aceh dan Minangkabau belum mendapat gangguan dari Rheinische Missions. Penduduknya masih hidup tenteram di_antara suku-suku di sekitarnya yaitu suku Melayu di Sumatra Timur dan suku Minangkabau di Sumatra Barat. Penduduk Batak secara mayoritas hidup dengan bercocok tanam di ladang dan di sawah. Kepercayaan asli yaitu Parbegu dan adatnya masilt mempengaruhi pola pemikiran masyarakat Batak. Terbukanya tanah Batak pada pertengahan abad ke-19 terhadap dunia luar tidaklah terlepas dari masuknya unsur-unsur agama Kristen yang dibawa oleh Zending Inggris, Amerika, Be_landa dan Jarman. Tanah Batak mendapat sentuhan pertama dari unsur asing adalah dengan datangnya tending Inggris Nathaniel Ward dan Richard Burton pada tahun 1824. Mereka di kirim oleh Baptist Mission Society of England (BMSE) ke tanah Batak dengan tujuan menyebarkan Injil Kristen. Kedua pendeta lnggris ini tidak berhasil mengKristenkan masyarakat Batak. Sebagai sentuhan kedua datang dengan system kekerasan (perang) dari pasukan Padri Minangkabau yang di pimpin oleh Tuanku Rao (1825-1829). Tuanku Rao dengan pasukannya menyerbu tanah Batak sampai ke pedalaman dengan tujuan untuk _"
1986
S12651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>