Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101031 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifelly Dewi Astuti
"ABSTRAK
Teknologi telepon selular merupakan salah satu teknologi yang berkembang dengan sangat pesat, dimulai dari teknologi analog sampai digital yang dikenal saat ini sebagai teknologi GSM, dan yang terakhir adalah teknologi CDMA. Peluncuran teknologi CDMA yang dimulai dengan diluncurkannya Telkom Flexi oleh PT Telkom, membawa akibat perubahan dalam persaingan industri telepon selular. Bukan hanya persaingan provider namun mengarah pada persaingan handset, karena handset untuk GSM berbeda dengan CDMA. Oleh karena itu menjadi hal yang signifikan bagi produsen handset untuk mengetahui peluang pasar dari handset CDMA di Indonesia.
Karya akhir ini mempunyai tiga tujuan utama yaitu mengetahui perilaku konsumen dalam pemilihan dan penggunaan telekomunikasi selular, mengukur potential market dari handset CDMA, serta mengetahui segmen atau kelompok-kelompok dari konsumen yang menjadi peluang bagi handset CDMA. Seluruh tujuan di atas dirangkum dalam sebuah analisis pasar mengenai handset CDMA.
Penelitian dalam karya akhir ini bersifat konklusif, menggunakan data-data primer yang diambil melalui survey langsung kepada konsumen, dengan mengambil sampel sebanyak 200 responden berdasarkan convenience sampling, pada konsumen yang berusia 17 tahun sampai 60 tahun, berada dalam kelompok sosial ekonomi B -A, di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi).
Alat analisis yang digunakan dalam karya akhir ini merupakan perpaduan dari analisis deskriptif, analisis diskriminan, analisis cross tabulation, analisis semantic differential, serta analisis dalam Technology Readiness Index. Seluruh alat analisis di atas menghasilkan data-data analisis yang akurat dalam penelitian ini.
Hasil penelitian pada karya akhir ini menunjukkan bahwa dari total responden penelitian
ini sebagian besar telah menggunakan handphone, Nokia dan Simpati masih menjadi pilihan
sebagian besar responden. Jenis SIM-card yang digunakan oleh sebagian besar responden adalah Pra Bayar, terkait dengan sebagian besar pekerjaan responden yaitu sebagai pelajar/mahasiswa, yang merupakan kelompok yang sensitif terhadap harga. Sedangkan perilaku responden terhadap beberapa atribut handset dapat disimpulkan hampir sama, yaitu mereka menganggap penting bahkan sangat penting dari ke-10 atribut handset yang ditampilkan dalam kuisoner.
Besaran pasar potensial yang diperoleh untuk teknologi telekomunikasi CDMA adalah sebesar 1,3 jutajiwa, namun yang merupakan pasar potensial untuk handset CDMA berkisar 900 ribu jiwa atau senilai dengan Rp 1,8 trilyun, yang dihitung berdasarkan rata-rata dana yang disediakan responden untuk membeli handset CDMA.
Berdasarkan analisis dari TRI diperoleh bahwa ada 5 segmen dalam penelitian karya akhir ini, yaitu Segmen Explorer, kelompok yang pertama menerima sebuah inovasi teknologi, menganggap bahwa faktor masa bicara dan siaga baterai handset sangat penting, memiliki keinginan untuk membeli handset dalam waktu 6 bulan mendatang, dengan anggaran dana yang disediakan berkisar antara Rp 1 - 2 juta. Jumlah anggota 5% dari populasi dan memiliki tingkat pendidikan yang terakhir ditamatkan adalah S 1.
Segmen Pioneer mengadopsi teknologi baru setelah segmen explorer, menganggap bahwa faktor masa bicara dan siaga baterai handset sangat penting, populasi dari segmen ini 18,3%, dan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan S1.
Segmen Skeptic, memiliki beberapa hambatan dalam mengadopsi sebuah teknologi baru. faktor masa bicara dan siaga baterai handset dianggap sebagai hal penting. Populasi segmen ini merupakan terbesar dari segmen yang lain yaitu 63,3%, dengat tingkat pendidikan ada yang menamatkan S1 dan ada yang SMU.
Segmen Paranoid, percaya terhadap teknologi, namun terlambat dalam mengadopsi teknologi menganggap bahwa faktor masa bicara dan siaga baterai handset sebagai suatu hal yang penting, dengan 10,8% dari populasi, sebagian besar anggotanya merupakan lulusan SMU.
Segmen Laggard, kelompok terakhir yang mengadopsi sebuah teknologi baru, menganggap faktor masa bicara dan siaga baterai handset sebagai suatu hal yang cukup penting. Merupakan segmen dengan populasi yang terkecil yaitu hanya 2,5%, dan seluruh anggota kelompoknya menamatkan tingkat pendidikan SMU.
Dikarenakan produk handset CDMA merupakan produk berteknologi baru, menurut Parasuraman (2001) ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperoleh konsumen baru yang berdasarkan kesediaannya terhadap teknologi baru tersebut, yaitu : Technology Evangelism yaitu dengan menggunakan orang-orang yang dipercaya menjadi panutan kelompoknya (Explorer) dalam hal teknologi untuk menyebarkan manfaat-manfaat handset CDMA kepada kelompoknya. Future Design, produsen handset CDMA hendaknya memproduksi handset dengan desain yang berorientasi pada masa depan, misalnya dengan memperoduksi handset CDMA dengan menggunakan tempat SIM-card untuk mengantisipasi kemunculan SIM-card dalam teknologi CDMA.
Proving Benefits, dengan memberikan bukti-bukti manfaat teknologi CDMA dan handsetnya khususnya kepada Paranoid dan Skeptic. Serta Market Stage Pricing, yaitu strategi menetapkan harga handset CDMA yang tetap stabil pada tahapan perkembangan pasar.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Kartika Sari
"Selama ini tolak ukur segmentasi pasar yang umum digunakan adalah berdasarkan demografi, geografi, behavioristik, dan psikografi. Tetapi dengan semakin kompleksnya teknologi yang ada telah membuat perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan ini mendorong pakar-pakar riset pemasaran dan ahli tingkah laku manusia untuk memformulasikan pola kategorisasi segmentasi pasar yang baru berbasiskan nilai-nilai teknologi, dikenal sehagai teknografi. Teknografi membuat segmen terkategorisasi atas dasar nilai nilai keinginan, dan kemampuan untuk menginvestasikan dalam hal teknologi. Teknografi diperkenalkan oleh Forester berdasarkan penelitiannya yang dilakukan di Cambridge, Massachusetts yang menyimpulkan bahwa teknografi mempengaruhi molivasi konsumen dalam rnembeli dan menggunakan teknologi. Dengan teknogrnfi, pasar dapat terhagi-bagi alas segmen neoheartminders, traditionalist, fast forward. techno strivers, hanshakers, mouse potatoes, gadged grahers, media junkies, cyber-snobbs, x-tech, country clubbers, dan srdeline­ zitizens. CDMA (Code Division Multiple Access) yang merupakan altematif layanan jaringan telepon selular selain GSM (Global System for Mobile...

The market segmentation comonly used are based on demographics, geographies, behavioristics, and psychographies. But, technology advancements shift the society's lifestyle. These changes drives market research expert and behaviorist to formulating new market segmentation category based on technology values, named technographics. Technographics segmentize society based on motivation, want. and ability to Invest in technology values. Technographics was introduced by Forester based on his research done in Cambridge, Massachusetts which conclude technographics influences consumer motivation in buying and using of technology. Technographics divided the market into neoheartminders, traditionalist, fast forward, techno strivers, hanshakers, mouse potatoes, gadged grabers, media junkies, cyber-snobbs, x-tech, country clubbers, dan sideline-citizens. CDMA (Code Division Multiple Access) is an alternative to GSM (Global System for Mobile communication) CDMA is relatively new in Indonesia and recent time has been deployed in several areas within Indonesia teri1ory. CDMA, with has better technology than GSM, it predicted having large market opportunity. This research is focused on figuring out the size of market..."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S50144
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delvi Fitryana Anisa
"Jumlah penumpang KRL Jabodetabek diprediksi akan meningkat hingga 1,2 juta penumpang per hari pada tahun 2019. Peningkatan tersebut perlu dilayani hingga tingkat kenyamanan dan akses menuju ke stasiun dapat dicapai secara optimal. Salah satu strategi untuk mencapai target tersebut adalah menyediakan akses kepada penumpang dengan melalui fasilitas. Park and Ride (P&R).
Penelitian ini menganalisis tentang potensi penumpang KRL Jabodetabek kelompok non pengguna P&R yang mau menggunakan fasilitas P&R. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan model logit. Komponen analisis dijabarkan dalam biaya, waktu dan fasilitas. Ketersediaan selisih biaya, selisih waktu dan fasilitas menghasilkan potensi permintaan P&R motor adalah meningkat dari sebesar 300 sampai dengan 2.248 kendaraan di tahun 2014, menjadi sebesar 717 sampai dengan 5.368 kendaraan di tahun 2019.
Hasil analisis menunjukan peningkatan pengguna KRL juga meningkatkan potensi pengguna P&R mobil adalah sebesar 72 sampai dengan 171 kendaraan di tahun 2014, menjadi sebesar 535 sampai dengan 1.277 kendaraan di tahun 2019. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dinyatakan bahwa peningkatan jumlah penumpang KRL mempengaruhi kapasitas P&R yang tersedia dengan adanya potensi pengguna P&R.

The ridership population of the Jabodetabek Commuter Line is predicted to rise to 1.2 million daily riderships in 2019. With this increase, the comfortability and the accesibility of the station needs to be optimized. One of the strategies in achieving this target is by providing a Park and Ride (P&R) facility.
This study analyzes the potential of the Jabodetabek commuter line ridership from the P&R non-user which may use the P&R facility in the future. Analysis is conducted by using a logit model approach. The component of analysis is elaborated into sections, which are cost, time, and amenities. The existence of cost difference, time difference and amenities is expected to increase the demand of the motorcycle P&R from a range of 300 to 2.248 in 2014 to a range of 717 to 5.368 in 2019.
Results from the analysis shows an increase in commuter line ridership will in turn increase the potential of the car P&R user from a range of 72 to 171 in 2014, up to a range between 535 and 1.277 cars in 2019. Based on this results, it can be stated that an increase in the commuter line ridership will affect the availability of the P&R capacity which are caused by potential P&R users.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darys Imandar
"

Angka perjalanan di Jakarta mencapai 47,5 juta perjalanan per hari di tahun 2015 dan berasal dari kota satelit Jakarta (Jabodetabek), namun hanya 29,9% menggunakan jasa transportasi umum. Terdapat dua proyek pembangunan angkutan umum rel di Jabodetabek, yaitu:  Light Rail Transit (LRT) Jabodebek, Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta. Sedangkan, Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line Jabodetabek sudah beroperasi sejak 2008 sampai sekarang. Diperlukan sistem terintegrasi untuk menunjang pengguna yang perlu menggunakan multimoda dalam pemenuhan transportasi sehari-hari, salah satunya dengan tarif integrasi. Penelitian ini menghitung potensi perpindahan moda yang terjadi dengan rute jaringan angkutan umum rel di Jabodetabek yang telah selesai. Metode survei yang digunakan adalah metode Revealed Preference (RP) dan Stated Preference (SP). Metode RP digunakan untuk mengetahui latar belakang sosio-ekonomi dan informasi perjalanan dari responden. Metode SP digunakan untuk mengetahui willingness to pay (WTP) untuk tarif integrasi dalam angkutan umum rel di Jabodetabek. Survei RP digunakan untuk menguji variabel bebas yang berhubungan dengan pilihan moda responden. Jawaban pada survei SP akan digunakan untuk merancang model logit biner pilihan moda menggunakan analisa regresi logistik, sehingga menghasilkan fungsi utilitas atau model. Data yang didapat akan dilakukan uji korelasi & uji signifikansi Spearman, selain itu dilakukan uji kelayakan model Hosmer & Lemmeshow dan uji Omnibus. Selanjutnya,  model yang dihasilkan akan divalidasi dengan metode Root Mean Square Error (RMSE) dan  mendapatkan hasil di bawah 10%. Hasil dari penelitian ini adalah tarif integrasi yang diinginkan responden dengan mempertimbangkan kelas pendapatan, pengeluaran untuk transportasi, dan lama perjalanan transportasi sehari-hari adalah pada rentang Rp 12.000,00- Rp 18.000,00 dengan persentase perpindahan 51,32% - 29,65% pada pengguna motor pribadi, 40,43% - 27,58% pada pengguna mobil pribadi, dan 57,16% - 44,67% pada pengguna angkutan umum. Variabel yang paling berpengaruh untuk meningkatkan persentase penggunaan adalah tarif angkutan umum rel.


Trip generated in Jakarta reached 47.5 million trips per day in 2015 and came from the satellite city of Jakarta (Jabodetabek), but only 29.9% used public transportation services. There are two construction projects for rail public transportation in Jabodetabek, namely: Light Rail Transit (LRT) Jabodebek, Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta. Meanwhile, Jabodetabek Commuter Line Electric Rail (KRL) has been operating since 2008 until now. An integrated system is needed to support users who need to use multimodal in fulfilling daily transportation, one of them is the integration tariff. This study calculates the potential for modal displacement that occurs with the route of the railroad public transport network in Jabodetabek that has been completed. The survey method used is the Revealed Preference (RP) and Stated Preference (SP) methods. The RP method is used to determine the socio-economic background and travel information of the respondents. The SP method is used to determine willingness to pay (WTP) for integration rates in rail public transport in Jabodetabek. The RP survey is used to test the independent variables related to the choice of respondents modes. The answers to the SP survey will be used to design a binary choice logit model using logistic regression analysis, resulting in a utility or model function. The data obtained will be carried out correlation test & Spearman significance test, in addition to the feasibility test of the Hosmer & Lemmeshow model and Omnibus test. Furthermore, the resulting model will be validated with the Root Mean Square Error (RMSE) method and get results below 10%. The results of this study are the integration rates desired by respondents considering the income class, expenditure for transportation, and the duration of daily transportation trips are in the range of Rp. 12,000-Rp. 18,000.00 with a percentage of displacement of 51.32% - 29.65% in private motorbike users, 40.43% - 27.58% in private car users, and 57.16%-44.67% in public transport users. The most influential variable to increase the percentage of use is rail public transport rates.

 

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Dewinta,a uthor
"Industri telekomunikasi seluler berbasis GSM yang terlebih dahulu telah berkembang pesat di Indonesia, semakin diramaikan dengan masuknya telekomunikasi berbasis CDMA (Code Division Multiple Access). Perkembangan CDMA dimulai ketika Telkom memperkenalkan Flexi pada Desember 2002 dan secara komersial diluncurkan Mei 2003. Flexi merupakan layanan telepon tetap nirkabel alias FWA (Fixed Wireless Access). Dua pesaing utama Flexi yang juga memiliki izin FWA adalah Esia dari Bakrie Telecom dan StarOne dari Indosat. CDMA semakin disukai oleh masyarakat disebabkan karena beberapa keunggulannya dibandingkan dengan GSM, yaitu selain karena tarif yang lebih murah, CDMA juga memiliki kelebihan dalam kejernihan suara, peningkatan call security, dan kecepatan transfer data.
Semakin disadari, bahwa industri ini sangat menjanjikan dan menarik banyak operator baru untuk terjun didalamnya. Selain itu pula terjadi persaingan yang ketat antara operator CDMA yang telah ada sebelumnya dalam memperebutkan pangsa pasar. Untuk itulah Telkom Flexi harus lebih memperhatikan strategi perusahaan dalam pengelolaan aset, menangkap peluang yang ada, dan meminimalkan dampak ancaman, sehingga dapat mempertahankan keunggulan bersaing di tengah-tengah iklim persaingan yang semakin ketat.
Demi mencapai tujuan tersebut, dilakukan analisis eksternal dan analisis kompetitif industri telekomunikasi CDMA di Indonesia. Analisis sumber daya dan kemampuan internal perusahaan yang dimiliki Telkom Flexi juga dilakukan, sehingga didapat kapabilitas dan kompetensi yang dimiliki Flexi sebagai keunggulan kompetitifnya di tengah-tengah kompetisi antar operator CDMA.
Dengan informasi yang di dapat, Telkom Flexi dapat menyusun strategi yang dapat memanfaatkan peluang, mengantisipasi ancaman dari industri, dan sesuai dengan keunggulan kompetitif dalam industri dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan Flexi yang ada. Sehingga, Flexi dapat lebih mengoptimalkan potensi yang ada untuk mempertahankan posisinya sebagai markel leader di antara para operator CDMA di Indonesia.
Kekuatan Fiexi yang di dapat dari hasil analisis internal terutama adalah kemudahan untuk mendapatkan pinjaman modal, memiliki ragam fitur layanan yang lebih banyak, memiliki pangsa pasar terbesar di industri CDMA, serta memiliki cakupan jaringan CDMA terluas di Indonesia. Sedangkan kelemahan Flexi adalah ketergantungan terhadap basis pelanggan pra bayar, tren penurunan average revenue per user (ARPU), dan pangsa pasar yang rendah di Divre II dan Divre III.
Hasil analisis industri telekomunikasi CDMA di Indonesia di antaranya memperlihatkan beberapa peluang bagi Flexi, yaitu adanya potensi pangsa pasar yang potensial di kawasan timur Indonesia, tren pengguna layanan telekomunikasi CDMA yang masih meningkat, dan pertumbuhan bisnis konten. Ancaman yang ada bagi Flexi diantaranya adalah ancaman krisis ekonomi dan pertumbuhan jumlah pelanggan yang lebih renah dibanding operator CDMA lain.
Berdasarkan informasi dari temuan yang ada, tampaknya strategi yang perlu dilakukan oleh Telkom Flexi adalah memaksimalkan potensi pasar di kawasan timur Indonesia, memberikan fitur layanan yang disukai dan murah bagi pelanggan, memaksimalkan jumlah pemakaian akses internet, meningkatkan kualitas layanan, dan melakukan strategi promosi khusus untuk menarik pelanggan pasca bayar.

The GSM based telecommunication industry which has been developing quite greatly in Indonesia, is generally being growing with the introduction of the CDMA based telecommunication. The growth of CDMA based telecommunication was started by Telkom, by the introduction of Telkom Flexi on the December of 2002 which then commercially launched on May of 2003. Telkom Flexi is one of Telkom’s subsidiaries, which works on developing an FWA (Fixed Wireless Access) cellular based telecommunication for Telkom. There are two main competitors for Telkom Flexi’s Service, Esia from Bakrie Telecom and StarOne from Indosat, which also have the license to develop FWA telecommunication. Right now, CDMA is getting known to the public due to several of its advantages compared to GSM based telecommunication, which included low tariffs, clear reception of voice, heightened call security, and also increase in data transfer speed.
Nowadays, many companies realized the opportunities in investing on telecommunication industry, because of that many new companies enters this promising new industry. But nevertheless, there’s already a tight competition to get the biggest share of the pie among the CDMA operator Services which already has entered the market That is why Telkom Flexi should pay more attention to the corporate strategy they already set in maintaining their assets, in capturing the opportunities that exists, and also in minimizing the upcoming threat from the new competitors, so that Telkom Flexi could maintain their competitive advantage amidst the growing competition of telecommunication industry.
In order to achieve it, Telkom Flexi should do an analysis of external and internal factors that builds up the CDMA based telecommunication and also an industry-wide competitive analysis of CDMA telecommunication. The point of this analysis is for Telkom Flexi to realize their capabilities and competency they had amongst the competition with other CDMA service providers.
With the attained information, Telkom Flexi could develop a strategy that will provide a better solution to help achieve better opportunities, anticipate the new Corning threat from the industry, and also to realize the strength and weakness of their company. This will help Telkom Flexi to have an increased competitive advantage in the industry while optimizing the potential that it had, to retain the position as the market leader in the CDMA based telecommunication industry in Indonesia.
From the internal analysis that had been done, the strengths that Telkom Flexi had mainly are the easiness to attain Capital loan, have a large option of features in their service, currently had the biggest market share in the industry, and have the biggest network of CDMA in Indonesia. On the contrary, their weaknesses are their dependency on the prepaid-based customers, a down-trend of average revenue per user (ARPU), and a low market share in Divre II and Divre m in Indonesia.
The result of the industry-wide analysis of CDMA based telecommunication indicated several opportunities that could be captured by FIexi, which are large potential of market in the eastern region of Indonesia, the country-wide increase in the usage of CDMA based telecommunication, and also the growth of CDMA based content provider business. Besides the opportunity, there are also threats that should be looked out for by Telkom Flexi, which are the oncoming threat of economy crisis and the low growth of customer compared to other CDMA Service provider.
Based on all above information, it looks like the strategy that Telkom Flexi should do is to maximize the potential market in the eastern region of Indonesia, give more features which is cheap and could attract customers, maximize usage of internet access, increase their service quality, and prepare a promotion plan to attract more postpaid customers.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26365
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sumantoro
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
332.602 598 SUM a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sumantoro
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986
332.602.598 Sum a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Frizalda
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola waktu tempuh mobilitas ulangalik di Jabodetabek menurut karakteristik demografi, ekonomi dan lainnya. Hasil analisis regresi logistik biner dari data Survei Komuter Jabodetabek 2014 menunjukkan bahwa pekerja yang berpeluang lebih tinggi untuk melakukan waktu tempuh yang lama adalah pekerja laki-laki, berumur lebih dari 60 tahun, berpendidikan SMA, menggunakan moda transportasi kendaraan umum beroda empat atau lebih dan menempuh jarak lebih dari 20 km.

The purpose of this study is to analyze the pattern of commuting time by demographic, economic and other characteristics in Jabodetabek Area. The result of binary logit regression shows that workers with high probability in longer commuting time is male, aged more than 60 years old, high school educated, use four-wheels and more wheels public transportation and has more than 20 km in length."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T46174
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eric Darmawan
"Akhir-akhir ini, krisis minyak dunia dan persaingan globalisasi menjadi masalah besar bagi dunia industri. Kenaikan harga minyak dunia di pasar global memaksa Pertamina sebagai produsen minyak Indonesia untuk menaikkan harga bahan bakar untuk transportasi. Sebaliknya, kenaikan harga bahan bakar secara psikologis akan menyebabkan konsumen meminta kualitas pelayanan SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) yang lebih atraktif dan efektif. Karena menjual langsung bahan bakar ke pelanggan, maka SPBU Pertamina harus memberikan produk dan pelayanan yang memuaskan pengendara kendaraan bermotor. Apabila Pertamina tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen di bidang pelayanan, maka konsumen akan menjadi kecewa dan mencari produk lain. Untuk meningkatkan pelayanan, kebutuhan pelanggan dan kepuasan pelanggan menjadi penting untuk diidentifikasi dengan cara melakukan survey.
Survey dapat menjelaskan kebutuhan konsumen di SPBU yang dapat dianalisa dengan analisis multivariat dan Importance Performance Analysis. Importance Performance Diagram sebagai hasil dari Importance Performance Analysis menunjukkan atribut pelayanan dan performansi pelayanan yang diperlukan untuk ditingkatkan kualitasnya agar dapat memnuhi kebutuhan pelanggan. Setelah itu, House of Quality sebagai dasar Quality Function Deployment akan didesain untuk memastikan bahwa kebutuhan konsumen yang utama telah diprioritaskan dan diatur secara akurat. Pembuatan House of Quality berdasarkan strategi dan kemampuan perusahaan. Dan, studi ini diharapkan akan dapat membantu Pertamina untuk meningkatkan performansi pelayanan dan kepuasan pelanggan.

In recent years, crisis of oil and global competition have become big problems for industries. Rising of oil prices in global market effected Pertamina as an Indonesian oil industry to escalate gasoline price for transportation. However, psychologically increment of gasoline price causes customer requesting more attractive and effective service quality at gas station. Selling gasoline directly to the customer, Pertamina gas station has to deliver products and services that satisfy vehicle user as its customer. And, if Pertamina does not meet the customer demand in service, the customer will be dissatisfied and look for another product. For improving service performance, customer needs and customer satisfaction is necessary to be identified by conducting a survey.
The survey which will describe customer needs in gas station will be analyzed by using multivariate analysis and Importance Performance Analysis. Importance Performance Diagram as a result of Importance Performance Analysis displays the service attributes and service performance that required to be improved to fulfill customer needs. Afterwards, House of Quality as the basis of Quality Function Deployment will be designed to verify that prominence customer needs have been prioritized and managed accurately. The making of the ?House of Quality? based on company strategy and ability. Finally, this study will be able to help Pertamina to enhance its service performance and achieve its customer satisfaction.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhika Aburizal Pratomo
"Semakin ketatnya persaingan di dalam dunia bisnis, perusahaan harus menerapkan strategi yang tepat dalam upaya menarik konsumen untuk memilih produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut. Persaingan bisnis pada industri perbankan terutama kartu kredit sangat tinggi, perusahaan perlu membangun suatu citra positif sebuah merek dari produk tersebut. BRI sebagai salah satu perusahaan bank terbesar dalam dunia keuangan dan perbankan di Indonesia, berupaya semaksimal mungkin dalam membangun citra positif untuk merek produk kartu kreditnya demi dapat bersaing di dalam bisnis kartu kredit di Indonesia dan demi mencapai visi dan misi yang mereka tetapkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana citra merek Kartu kredit BRI di wilayah Jabodetabek. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang yang pernah memiliki dan menggunakan Kartu kredit BRI dan berdomisili di Jabodetabek dengan menggunakan metode non-probability sampling serta teknik purposive. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan nilai mean. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa citra merek Kartu kredit BRI di wilayah Jabodetabek adalah tinggi.

Increasing competition in the business world, companies have to apply the right strategy to attract consumers to choose products or services produced by the company. Business competition in the banking industry especially credit card is very high, companies need to build a positive image of a brand of the product. BRI as one of the largest banks in the world of finance and banking in Indonesia, do everything possible to build a positive image for the brand credit card products in order to compete in the credit card business in Indonesia and to achieve the vision and mission that they charge. The objective of this research is to analyze brand image of BRI Credit Card in Jabodetabek. This research applied quantitative approach. The sample of this research is 100 person who ever had and used BRI Credit Card and domiciled in Jabodetabek, collected using non-probability sampling and purposive technique. This research used questionnaire as research instrument and analyzed with mean value. The result of this research indicate that brand image of BRI Credit Card in Jabodetabek is high."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>