Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197601 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manurung, Jessihana Morgan
"Latar Belakang : Rumah sakit sebagai suatu organisasi yang bergerak di bidanglayanan kesehatan publik makin dituntut untuk memberikan layanan kesehatan yanglebih baik Muchtar, 2011. Pelayanan prima dan berkualitas akan berdampak padakepuasan pasien dan berdampak pada peningkatan loyalitas pelanggan terhadappelayanan yang ditawarkan. Salah satu ukuran pencapaian kualitas dari sebuahpelayanan ialah loyalitas dari konsumen. Di Rumah Sakit Charitas, terjadi penurunanloyalitas pelanggan dari tahun 2013 hingga tahun 2015 sebesar 80. Hal ini terbuktipula dengan penurunan indikator mutu di Rumah Sakit Charitas yaitu BOR, LOS,TOI, GDR, NDR yang turun tiga tahun terakhir ini Data RS. Charitas, 2016 .Diketahui bahwa manajemen mutu TQM dan Six Sigma masing-masing telah terbuktisecara konsep dan empiris sebagai metode perbaikan mutu berkelanjutan yang dapatmembantu meningkatkan kinerja organisasi termasuk rumah sakit.Bagaimana mutupelayanan di Rumah Sakit Charitas dilihat dari Kriteria Malcolm Baldrige dalambidang pelayanan kesehatan dengan integrasi pendekatan TQM dan Six Sigma?
Metode : Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dan kualitatif,dengan tipe penelitian kombinasi Sequential Explenatory Desain Sugiyono, 2012 ,dimana pengumpulan dan analisis data terdiri dari 2 tahap yaitu: 1. pengumpulan dananalisis data kuantitatif pada tahap pertama Pengumpulan data melalui kuisionerdilakukan untuk mengetahui mutu pelayanan Rumah Sakit RK Charitas, melaluipenggunaan Kriteria Baldrige 2. pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahapke dua melakukan wawancara untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuhterhadap hasil pengumpulan data melalui kuisioner.
Hasil : Dari hasil penelitan, didapatkan seluruh variabel Kepemimpinan,Perencanaan Strategi, Fokus Pelanggan, Fokus Sumber daya manusia, Fokus Proses,Pengukuran-analisa dan manajemen pengetahuan memiliki hubungan yangsignifikan dalam mempengaruhi kinerja rumah sakit. Didapatkan dari tujuh kriteriaMalcolm Baldridge, terdapat 3 variabel yang memiliki nilai diatas total rerata, dan 4kriteria memiliki nilai dibawah total rerata. Dari hasil penelitian didapatkan variabelkepemimpinan merupakan variabel yang memiliki nilai rata-rata terendahiiidibandingkan variabel lainnya. Pada variabel kepemimpinan, dinilai perankepemimpinan dalam transparasi, supevisi, kaderisasi di masa yang akan datang, sertaproses perencanaan dan pengelolaan perencanaan strategi dinilai kurang optimal.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian yang dibuat oleh peneliti, maka dapatdisimpulkan bahwa mutu pelayanan Rumah Sakit Charitas dikaji berdasarkanintegrasi TQM dan Six Sigma melalui pendekatan Malcolm Baldridge, perluditingkatkan. Dimana terdapat 4 empat variabel yang memiliki nilai rata-rata lebihrendah dari total nilai rata-rata 7 tujuh variabel dalam Kriteria Malcolm Baldridge. Empat kriteria tersebut ialah kepemimpinan, perencanaan strategi, manajemensumber daya manusia, serta pengukuran, analisis dan manajemen. Variabel yang perlumendapatkan perhatian besar karena memiliki nilai yang paling rendah ialah variabelkepemimpinan dan perencanaan strategi. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara mendalam, peran yang paling besar dalam peningkatan kinerja ialah peran kepemimpinan. Dilihat dari hasil pencapaian indikator kinerja RS. Charitas yang mengalami penurunan tiga tahun terakhir, tidak sejalan dengan hasil kuantitatif yang dicapai pada kriteria variabel kinerja rumah sakit, dimana menghasilkan nilai yang baik. Salah satu penyebabnya ialah ketidakselarasan antara program kerja dan target unit dengan rencana strategi yang telah ditetapkan. Hal ini dipertegas melalui wawancara mendalam, rencana strategi yang telah ditetapkan tidak secara menyeluruh disosialisasikan ke unit-unit. Sehingga tujuan dari program kerja seringkali ditemukan tidak sejalan dengan rencana strategi yang telah ditetapkan, yang berpengaruh pada perbedaan persepsi pencapaian kinerja unit dengan kinerja rumah sakit secara keseluruhan. Selain itu ditemukan tidak adanya pedoman penilaian kinerja unit. Maka melalui penelitian ini diharapkan penerapan Integrasi TQM dan SixSigma untuk mencapai kinerja rumah sakit melalui: meningkatkan peran kepemimpinan di rumah sakit; mengembangkan dan melaksanakan rencana strategis yang optimal; meningkatkan kemampuan untuk fokus terhadap pasien/pelanggan; memberikan perhatian tinggi terhadap pengelolaan dan pemberdayaan karyawan; mengembangkan; meningkatkan sistem dan proses dalam pelaksanaan pelayanan; serta melaksanakan upaya mutu berkelanjutan dengan menekankan pada pengukuranmelalui indikator-indikator individu, unit maupun rumah sakit serta mengembangkansistem informasi yang akurat.

Background : Hospital as an organization working in the field of public health services increasingly demanded to provide better health services Muchtar, 2011. Excellent service and quality will have an impact on patient satisfaction and impacton customer loyalty to the improvement of services offered. One measure of the achievement of the quality of a service is the loyalty of consumers. Charitas Hospital,there is a decline in customer loyalty from the year 2013 to 2015 by 80. It was determined by a decrease in the quality indicators that BOR, LOS, TOI, GDR, NDR which dropped on the last three years Data RS Caritas, 2016. It is known that the quality management TQM and Six Sigma have each proven concepts and empirical as continuous quality improvement methods that can help improve the performance of organizations including hospitals. How is the quality of service at the Charitas Hospital observed from the criteria Malcolm Baldrige Criteria with the integration of TQM and Six Sigma approach.
Method: The method used is quantitative and qualitative research methods, combination of the research type Explenatory Sequential Design Sugiyono, 2012, where the data collection and analysis consists of two phases 1. The collection and analysis of quantitative data on the first stage The data was collected through aquestionnaire conducted to determine the quality of RK Charitas Hospital services, through the use of Baldrige Criteria 2. the collection and analysis of qualitative datain the second phase conducting interviews to get a fuller picture of the data collectedthrough questionnaires.
Results: From the research results, obtained all the variables Leadership, Strategic Planning, Customer Focus, Focus Human Resources, Process Focus, Measurement analysis and knowledge management had a significant association in influencing the performance of the hospital. Obtained from seven Malcolm Baldridge criteria, there are three variables that have a total value above the average, and four criterias havea value below the total average. From the results, the leadership variable is avariable that have the lowest average value compared to other variables. In theleadership variable, assessed a leadership role in transparency, supervision, regeneration in the future, as well as the planning and management processes were considered less optimal than strategy planning.
Conclusions: Based on the results of the research, it can be concluded that the quality of service of Charitas Hospital assessed based on the integration of TQM and Six Sigma approach Malcolm Baldridge, needs to be improved. Where there are 4 four variables that have an average value is lower than the total average value of 7 seven variables in the Malcolm Baldridge Criteria. Four of these criteria areleadership, strategic planning, human resources management, as well asmeasurement, analysis and mangement. Variable that needs great attention because it has the lowest value are leadership and strategic planning. In addition, based on the results of in depth interviews, the greatest role in performance enhancement is therole of leadership. Judging from the results of the achievement of performance indicators Charitas Hospital which has decreased for the last three years, is not inline with the quantitative results achieved on hospital performance variable criteria, which produces a good value. One reason is the misalignment between the work program and the target unit with a strategic plan that has been set. This is confirmed through in depth interviews, plan strategies that have been set are not thoroughly socialized into units. So the purpose of this work program are often found to be not inline with the strategic plan that has been set, which affects the perception of differences in the achievement of the unit's performance with the performance of thehospital as a whole. Also found no performance appraisal guidelines unit. So through this research are expected application of TQM and Six Sigma integration to achievevi performance of hospitals through increasing the role of leadership in the hospital developing and implementing a strategic plan that is optimal improving the ability tofocus on patient customer giving high attention to the management and employee empowerment developing, improving the systems and processes in service delivery and implementing continuous quality efforts with emphasis on measuring through indicators of individual, unit or hospital and developing accurate information system.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guspianto
"Implementasi manajemen mutu menjadi sangat penting khususnya bagi organisasi rumah sakit guna meningkatkan proses, memecahkan masalah, mengurangi variasi dan kesalahan dalam pelayanan. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model manajemen mutu rumah sakit yang terintegrasi dari TQM dan Six Sigma sebagai ?Model Aliansi Manajemen Mutu (QMA)? meliputi enam konstruk: Praktek Manajemen (MP); Praktek Infrastruktur TQM (IPTQM); Praktek Inti TQM (CPTQM); Praktek Infrastruktur Six Sigma (IPSS); Praktek Inti Six Sigma (CPSS); dan Kinerja Rumah Sakit (KRS).
Desain studi adalah cross sectional dengan sampel sebanyak 863 responden yaitu karyawan dari delapan rumah sakit di provinsi Jambi yang diambil secara acak proporsional. Pengumpulan data melalui survei menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden dan dianalisis menggunakan Structural Equation Model (SEM).
Penelitian ini membuktikan bahwa model QMA layak dan dapat diterapkan untuk mengukur implementasi manajemen mutu rumah sakit di Provinsi Jambi, dengan model pengukuran fit, dan variabel serta indikator yang valid dan reliabel. Hasil analisis model struktural, diperoleh sebelas kerangka hubungan yang signifikan yaitu MP terhadap IPTQM (t=11,17); IPTQM terhadap CPTQM (t=2,10); IPTQM terhadap KRS (t=4,23); CPTQM terhadap KRS (t=3,36); MP terhadap IPSS (t=20,94); IPSS terhadap CPSS (t=11,77); CPSS terhadap KRS (t=7,27); IPTQM terhadap CPSS (t=15,90); IPSS terhadap IPTQM (t=10,03); IPSS terhadap CPTQM (t=2,41); CPSS terhadap CPTQM (t=3,77), sedangkan kerangka hubungan yang tidak signifikan adalah CPSS terhadap KRS (t=0,29).
Studi ini merekomendasikan kepada manajemen rumah sakit untuk dapat menerapkan Model QMA secara optimal guna meningkatkan kinerja, dan memanfaatkannya sebagai instrumen evaluasi (self assessment) pelaksanaan manajemen mutu untuk membangun budaya mutu dan membantu memenuhi standar akreditasi rumah sakit.

Implementation of quality management is particularly important for hospital organizations to improve processes, solve problems, reduce variations and errors in service. This research aims to develop a hospital quality management model is an integrated of TQM and Six Sigma as "Model Alliance Quality Management (QMA)" includes six constructs: Practice Management (MP); Infrastructure Practice TQM (IPTQM); Core Practice TQM (CPTQM); Infrastructure Practice Six Sigma (IPSS); Core Practice Six Sigma (CPSS); Hospital Performance (KRS).
The study design was cross-sectional with a sample of 863 respondents are employees of eight hospitals in Jambi Province are taken random proportionally. Data collection through survey using questionnaires filled out by the respondents and analyzed using Structural Equation Model (SEM).
This study proves that the model QMA feasible and can be applied to measure hospital quality management implementation in Jambi Province with the measurement model fit, and the variables and indicators are valid and reliable. The results of the structural model analysis, found eleven significant relationship framework that MP to IPTQM (t=11.17); IPTQM to CPTQM (t=2.10); IPTQM to KRS (t=4.23); CPTQM to KRS (t=3.36); MP to the IPSS (t=20.94); IPSS to CPSS (t=11.77); CPSS to KRS (t=7.27); IPTQM to CPSS (t=15.90); IPSS to IPTQM (t=10.03); IPSS to CPTQM (t=2.41); CPSS to CPTQM (t=3.77), whereas no significant relationship framework is CPSS to KRS (t=0.29).
The study recommends to the hospital management to implement the model QMA optimally to improve performance, and using it as an instrument of self-assessment for implementation of quality management to build a quality culture and to meet accreditation standard hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
D2127
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elina Waiman
"Rumah sakit perlu menjaga mutu layanan yang diberikan kepada pasien. Waktu tunggu rawat jalan merupakan salah satu indikator mutu yang diukur oleh rumah sakit. Rerata waktu tunggu di Klinik Penyakit Dalam Charitas Hospital Palembang yang mencapai target hanya sebesar 54%. Penelitian ini merupakan penelitian operasional eksperimental untuk melihat bagaimana upaya perbaikan dengan penerapan Metode Lean Six Sigma (LSS) dapat mereduksi waktu tunggu pasien rawat jalan. Upaya perbaikan berupa penerapan sistem perjanjian dan simplifikasi alur pasien rawat jalan sesuai future state map dilakukan rumah sakit pada April 2021 sampai dengan Januari 2022. Data waktu tunggu pasien rawat jalan sebelum upaya perbaikan diambil dari sistem informasi dan manajemen rumah sakit (SIMRS) pada Maret 2021, sedangkan data sesudah upaya perbaikan diambil dari Februari sampai Maret 2022, dengan 222 subjek pada masing-masing kelompok. Terdapat reduksi waktu tunggu pasien rawat jalan sesudah upaya perbaikan, yaitu secara keseluruhan subjek sebesar 11% dari 79 menit menjadi 69 menit meskipun tidak bermakna secara statistik (p=0,110). Pada subjek tanpa pemeriksaan penunjang terdapat reduksi waktu tunggu pasien rawat jalan sebesar 16% dari 77 menit menjadi 65 menit (p=0,016), pada subjek dengan pemeriksaan laboratorium dari 151 menit menjadi 124 menit (p=0,176), dan pada subjek dengan pemeriksaan radiologi dari 120 menit menit menjadi 90 menit. Terdapat reduksi waktu tunggu rawat jalan berdasarkan definisi SPM sebesar 29%, yaitu dari 58 menit menjadi 41 menit (p=0,002). Terdapat 26% subjek dengan sistem perjanjian yang datang terlambat. Subjek yang datang terlambat dilakukan relokasi slot, yaitu mengisi slot kosong sesuai antrian pasien yang sudah datang. Apabila dilakukan analisis terhadap subjek yang datang tepat waktu saja, didapatkan adanya reduksi median waktu tunggu pasien rawat jalan sebesar 13%, yaitu dari 79 menit menjadi 69 menit (p=0,014) dan reduksi waktu tunggu rawat jalan berdasarkan SPM sebesar 36%, yaitu dari 58 menit menjadi 37 menit (p=0,000). Khusus pada kelompok pasien dengan pemeriksaan laboratorium, terjadi pengurangan variasi alur cabang dan proporsi pasien yang menjalani alur cabang (p=0,000), serta pengurangan frekuensi kunjungan ke kasir lebih dari satu kali. Rancangan upaya perbaikan yang disusun berdasarkan metode LSS bermanfaat dalam mereduksi waktu tunggu pasien rawat jalan, mengurangi variasi alur cabang di rawat jalan, dan menurunkan defek, dengan komitmen dari pimpinan rumah sakit, dokter, staf, dan pasien. Evaluasi berkala dan perbaikan berkesinambungan perlu dilakukan agar kontinuitas reduksi waktu tunggu pasien rawat jalan dapat berlangsung.

Hospital should maintain good quality of care for its patients. Outpatient waiting time is a quality indicator measured by hospital. Only 54% of outpatient waiting time in Internal Medicine Clinic of Charitas Hospital Palembang meets the standard. An experimental study was conducted to examine how Lean Six Sigma (LSS) Methodology would reduce outpatient waiting time. Improvement project comprised of appointment system and outpatient flow simplification was conducted from April 2021 to January 2022. Pre-implementation data was taken from hospital information system on March 2021 and post- implementation data from February to March 2022, with a sample size of 222 subjects in each group. There was an 11% reduction in overall median outpatient waiting time i.e, from 79 minutes to 69 minutes eventhough statistically insignificant (p=0.110), with 16% reduction from 77 minutes to 65 minutes in subjects without ancillary examination (p=0.016), 18% reduction from 151 minutes to 124 minutes in those with laboratory examination (p=0.176), and 25% reduction from 120 minutes to 90 minutes in those with radiology examination. There was a 29% reduction from 58 minutes to 41 minutes in median outpatient waiting time as defined by government minimal standard of care (p=0.002). As many as 26% subjects with appointment system came late, which were then relocated to the available slots. Comparison was conducted between waiting time before intervention and after intervention in groups of appointment patients who came on-time and resulted in a 13% reduction of median outpatient waiting time from 79 minutes to 69 minutes (p=0,014) as well as a 36% reduction in waiting time as defined by government minimal standard of care from 58 minutes to 36 minutes (p=0,000). In subjects with laboratory examination, there was a reduction in the number of patients undergoing branch lines flow (p=0.000). Improvement project designed using LSS methodology is beneficial in reducing outpatient waiting time, variation in outpatient flow, and defect, especially when supported by commitment of hospital leaders, doctors, staffs, and patients. Regular evaluation and continuous improvement are needed to ensure sustainable reduction of outpatient waiting time."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renita Agustina
"Pandemi COVID-19 menyebabkan disrupsi layanan kesehatan. Dalam menghadapi pandemi COVID-19, rumah sakit harus memperhatikan mutu pelayanan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang diperlukan masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan merupakan jaminan bagi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu pelayanan rawat inap selama pandemi COVID-19 berdasarkan kriteria Malcolm Baldrige di Charitas Hospital Palembang tahun 2021. Jenis penelitian yang dilakukan adalah mix method dimana dilakukan penelitian kuantitatif terlebih dahulu dengan menggunakan kuesioner Malcolm Baldrige dan dilanjutkan penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dan telaah dokumen. Didapatkan hubungan yang signifikan antara variabel kepemimpinan, perencanaan strategis, fokus sumber daya manusia, fokus pelanggan, pengukuran, analisis dana manajemen pengetahuan, dan fokus proses terhadap variabel hasil. Dari analisis multivariat, didapatkan variabel yang paling berpengaruh terhadap hasil mutu pelayanan adalah variabel fokus proses, dan pengukuran, analisis dan manajemen pengetahuan. Nilai variabel hasil yang diatas nilai rata-rata dinyatakan baik tidak sejalan dengan indikator pelayanan rumah sakit yang menurun selama pandemi COVID-19. Variabel yang perlu diperhatikan rumah sakit karena nilai dibawah nilai rata-rata dari ketujuh variabel yang diteliti adalah variabel kepemimpinan, perencanaan strategis, dan fokus sumber daya manusia. Diharapkan manajemen rumah sakit dapat memanfaatkan dan menerapkan kriteria Malcolm Baldrige dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, dan pemilik rumah sakit dapat melakukan re-evaluasi dan meningkatkan program manajemen mutu dalam meningkatkan mutu pelayanan rawat inap rumah sakit dengan menerapkan Malcolm Baldrige.

The COVID-19 pandemic has disrupted healthcare services. In dealing with the COVID-19 pandemic, hospitals must pay attention to the quality of services in providing health services needed by the community. The quality of health services is a guarantee for the community in improving the health status of the community. This study aims to determine the quality of inpatient services during the COVID-19 pandemic based on Malcolm Baldrige's criteria at Charitas Hospital Palembang in 2021. The type of research carried out is a mix method where quantitative research is carried out first using the Malcolm Baldrige questionnaire and followed by qualitative research in the form of in-depth interviews, and review documents. There was a significant relationship between the variables of leadership, strategic planning, human resource focus, customer focus, measurement, knowledge management fund analysis, and process focus on the outcome variables. From the multivariate analysis, it was found that the variables that have the most influence on the results of service quality are process focus variables, and measurement, analysis and knowledge management. The value of the outcome variable that is above the average value is declared good, which is not in line with the declining hospital service indicators during the COVID-19 pandemic. The variables that need to be considered by the hospital because the values ​​are below the average value of the seven variables studied are leadership variables, strategic planning, and human resource focus. It is hoped that hospital management can utilize and apply Malcolm Baldrige's criteria in improving the quality of hospital services, and hospital owners can re-evaluate and improve quality management programs in improving the quality of hospital inpatient services by applying Malcolm Baldrige."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Apriani
"Pengukuran kinerja rumah sakit dapat memberikan dasar yang kuat bagi penyelesaian masalah yang ada dan sangat dibutuhkan untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Tesis ini menilai kinerja mutu organisasi rumah sakit menggunakan Malcolm Baldrige For Performance Excelence berdasarkan tujuh kriteria yaitu Leadership, Startegy Planning, Costumers Focus, Meassurement, analysis and Management Knowledge, Work Focus, Operation Focus dan Result. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mengumpulkan informasi mengenai kinerja organisasi melalui wawancara mendalam, CDMG dan data sekunder. Berdasarkan hasil penelitian, dalam setiap kriteria juga dijabarkan peluang perbaikan yang dapat dilakukan oleh rumah sakit untuk meningkatkan kinerja mutu organisasi.

Meassurement of hospital performance can provide a strong foundation for solving existing problems and is needed to improve the quality of care service. This thesis assesses the quality performance of hospital organization using Malcolm Baldrige For Performance Excellence based on seven criteria: Leadership, Strategy Planning, Costumers Focus, Meassurement, Analysis and Management Knowledge, Work Focus, Operation Focus and Result. This research is based on a qualitative research by collecting information about organizational performance through in-depth intervies, CDMG and secondary data. Based on the results of the study, in each criteria also elaborated opportunities for improvement that can be done by the hospital to improve the quality performance of the organization."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48883
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Apriani
"Pengukuran kinerja rumah sakit dapat memberikan dasar yang kuat bagi penyelesaian
masalah yang ada dan sangat dibutuhkan untuk peningkatan mutu pelayanan
kesehatan. Tesis ini menilai kinerja mutu organisasi rumah sakit menggunakan
Malcolm Baldrige For Performance Excelence berdasarkan tujuh kriteria yaitu
Leadership, Startegy Planning, Costumers Focus, Meassurement, analysis and
Management Knowledge, Work Focus, Operation Focus dan Result. Penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan mengumpulkan informasi mengenai kinerja
organisasi melalui wawancara mendalam, CDMG dan data sekunder. Berdasarkan
hasil penelitian, dalam setiap kriteria juga dijabarkan peluang perbaikan yang dapat dilakukan oleh rumah sakit untuk meningkatkan kinerja mutu organisasi.

Meassurement of hospital performance can provide a strong foundation for
solving existing problems and is needed to improve the quality of care service.
This thesis assesses the quality performance of hospital organization using
Malcolm Baldrige For Performance Excellence based on seven criteria:
Leadership, Strategy Planning, Costumers Focus, Meassurement, Analysis and
Management Knowledge, Work Focus, Operation Focus and Result. This research
is based on a qualitative research by collecting information about organizational
performance through in-depth intervies, CDMG and secondary data. Based on the
results of the study, in each criteria also elaborated opportunities for improvement that can be done by the hospital to improve the quality performance of the organization.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Six Sigma merupakan konsep peningkatan kualitas secara terus menerus dalam sebuah perusahaan yang memiliki tujuan untuk menghasilkan cacat yang tidak lebih dari 3.4 cacat per sejuta kesempatan (defect per million opportunities). Penerapan Six Sigma dimulai dengan pembentukan tim yakni Green Belts, Black Belts, Master Black Belts dan Champion. Black Belts mengimplementasikan 4 tahapan strategi yakni: Pengukuran (Measure), Anatisa (Analyze), Perbaikan (Improve) dan Pengontrotan (Control). Keuntungan dari penerapan Six Sigma adalah: proses menjadi lebih stabil dan terprediksi, biaya produksi berkurang serta kepuasan konsumen dan pekerja meningkat. Six Sigma merupakan pelengkap TQM karena baik Six Sigma maupun TQM sama-sama bertujuan untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan kepuasan konsumen."
JIUPH 4:8 (2001)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Valentino Haksajiwo
"Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit RK Charitas dituntut untuk segera meningkatan kualitas karena masih menghadapi berbagai permasalahan seperti terjadinya penumpukan pasien, lamanya waktu pelayanan, dan tingginya keluhan pasien. Lean thinking telah berkembang menjadi metode yang banyak digunakan di rumah sakit untuk mengatasi berbagai masalah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengevaluasi arus pasien IGD saat ini, (2) untuk mengidentifikasi dan menghilangkan proses yang tidak bernilai, dan (3) mengusulkan future state value stream map (VSM). Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan action research. Pengambilan data dilakukan dengan observasi langsung keseluruhan aktivitas di IGD untuk memetakan current state VSM, dan mengidentifikasi waste serta menentukan value added dan non value added activity. Simulasi dilakukan untuk mengurangi aktivitas non value added yang dapat dihindari sebagai dasar pengajuan future state VSM. Hasil penelitian ini menemukan 38 aktivitas yang dilakukan oleh pasien di IGD RS RK Charitas, rata-rata waktu yang dibutuhkan pasien adalah 405 menit dan kegiatan yang paling memakan waktu adalah menunggu transfer ke rawat inap. Setelah waste dieliminasi, seluruh proses aktivitas di IGD turun dari 38 menjadi 29 aktivitas saja serta terjadi peningkatan value added sebesar 17,97%. Keseluruhan hasil tersebut menjadi dasar untuk menyimpulkan bahwa penerapan lean thinking di IGD RS Charitas telah terbukti mereduksi waste dan meningkatkan value added. Penerapan future state VSM dalam jangka pendek, menengah dan panjang meliputi antara lain aplikasi 5S, membuat sistem informasi emergensi di unit radiologi dan mengubah layout triase adalah rekomendasi yang diajukan dari penelitian ini.

Emergency department (ED) face problems with overcrowding, access block, cost containment, and increasing demand from patients. In order to resolve these problems, there is rising interest to an approach called "lean thinking". This study aims to (1) evaluate the current patient flow in ED, (2) to identify and eliminate the non-valued added process, and (3) to propose a future state value stream map (VSM). It was a qualitative study. The first step is we observe the whole activity in ED and make a current state VSM, than we apply lean thinking to find waste and identify value added and non value added activity. The last step is to eliminate the avoidable non value added activity and propose the future VSM Among all the processes carried out in ED at RK Charitas Hospital, the most time consuming processes were to wait for an admission bed (boarding). After the waste is eliminated, the entire process of activity in the ER drops from 38 to 29 activities only. Value added activity increased by 17.97%. The application of lean thinking hopefully can improve the patient flow in ED. Acquiescence to the principle of lean is crucial to enhance high quality emergency care and patient satisfaction.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sri Rachmawati
"Latar Belakang: Rumah Sakit dituntut untuk tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan lebih memperhatikan konsumen. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan pemakai jasa kesehatan, sesuai tingkat kepuasan rata-rata penduduk. Kinerja rawat inap RSUD Mampang Prapatan belum optimal sehingga diperlukan identifikasi akar permasalahan, agar upaya optimalisasi mutu kinerja RSUD Mampang Prapatan sesuai dengan kebutuhan.
Metode: Penelitian kuantitatif dengan kuisioner oleh 149 responden danpenelitian kualitatif dengan 17 informan, data dikumpulkan menggunakan wawancara mendalam, investigasi dokumen, observasi dan kuisioner yang didasarkan pada 7 kriteria Malcolm Balridge, yaitu kepemimpinan, perencanaan strategis, fokus pada pasien, konsumen lain dan pasar, pengukuran, analisis dan pengetahuan manajemen, fokus staf, manajemenproses dan hasil kinerja organisasi.
Hasil: Hasil analisis mutu kinerja rawat inap di RSUD Mampang Prapatandengan penilaian kriteria Malcolm Balridge adalah 506,5. Nilai tersebutmasuk dalam kisaran nilai 476-575 dengan average value yang dapatdijelaskan melalui organisasi untuk menunjukan pendekatan yang sistematis,efektif dan responsif terhadap persyaratan sub kategori dalam garis besar,tetapi deployment bervariasi dibeberapa bidang atau unit kerja. Variabel yangsudah memenuhi kriteria adalah variabel fokus tenaga kerja SDM danvariabel fokus operasional.
Kesimpulan: Pemahaman teori Malcolm Balridge adalah penting untukmembuat kerangka manajemen organisasi terintegrasi dengan hasil kinerja yang jelas dan terukur. Demi meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diperlukan komitmen yang kuat dari pimpinan dan petugas Rumah Sakit agar dapat melakukan perbaikan secara terus menerus dengan melakukan pencarian akar masalah dan menemukan solusi yang tepat.

Background: Hospital is required to remain capable of improving services that aremore qualified and affordable by the community to realize the highest degree of health. Hospital is required to provide a good quality service and more attention to consumers. A good health quality service is the service that can satisfy healthcare users, according to the level of average satisfaction of the community. Inpatient performance of RSUD Mampang Prapatan is not optimal yet that it isnecessary to identify the source of problem, in order to optimize the quality of RSUD Mampang Prapatan performance in accordance with the needs.
Method: Quantitative research with questionnaire by 149 respondents and qualitative research from 17 informants, data collected by in depth interview, document investigation, observation and questionnaire based on 7 criteria ofMalcolm Balridge, namely leadership, strategic planning, focus on patient, otherconsumer and Market, measurement, analysis and knowledge management, staff focus, management process and organizational performance outcomes.
Result: The quality analysis result of inpatient performance at RSUD Mampang Prapatan by the criteria of Malcolm Balridge is 506,5. The value falls within the 476-575 value range with an average value that can be explained through the organization to demonstrate a systematic, effective and responsive approach to sub category requirements in outline, but deployment varies across multiple fieldsor work units. Variables that have met the criteria are employment focus HR andoperational focus variables.
Conclusion: Theory understanding of Malcolm Balridge's is important, to createan integrated organizational management framework to have a clear andmeasurable performance outcomes. A strong commitment from the leaders andofficers of the Hospital is required to improve continuously the quality of healthservice and looking for the source of the problem and find the right solution.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47572
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Aidah
"Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi alur proses pelayanan dengan menggunakan pendekatan lean six sigma dan memberikan usulan perbaikan di Instalasi Radiologi RS Hermina Tangerang. Penelitian ini merupakan penelitian operasional (operational research) dengan desain penelitian kuantitatif dan kualitatif yang didapatkan dari hasil observasi, wawancara mendalam, dan telaah dokumen. Sasaran penelitian adalah pemeriksaan radiologi konvensional sebanyak 31 sampel. Hasil yang didapatkan dari pengukuran value stream mapping (VSM) adalah rata-rata lead time per pasien 2 jam 26 menit 42 detik pada shift pagi siang dan 12 jam 34 menit 53 detik pada shift malam. Bottleneck terletak pada siklus pengolahan ekspertise dikontribusi oleh sebagian besar waste of waiting, yaitu menunggu foto dibaca oleh dokter spesialis radiologi. Akar penyebab masalah adalah tidak ada jam praktek dokter spesialis radiologi pada shift malam hari serta belum diterapkan standarisasi waktu tunggu pelayanan radiologi untuk semua jenis pasien. Usulan perbaikan yang diberikan adalah dilakukannya standardized work, visual management, dan just in time sehingga diestimasikan lead time dapat dikurangi sebesar 26,47% (1 jam 47 menit 52 detik) pada shift pagi dan siang, serta shift malam 49,35% (6 jam 22 menit 28 detik).

The purpose of this study is to identify the service process flow using lean six sigma approach and giving improvement suggestions in radiology instalation at Hermina Tangerang Hospital. This is a quantitative and qualitaive operational research which the data was collected from observation result, in-depth interview, and document review. Target research of the study was the coventional radiology examinations with 31 samples. The result based on value stream mapping (VSM) measurement showed the average lead time per patient is 2 hours 26 minutes 42 seconds in the day shift and 12 hours 34 minutes 53 seconds in the night shift. The bottleneck is located in the expertise processing cyle which dominantly contributed by waste of waiting by waiting the image to be interpreted by the radiology specialist doctor. The root cause of the problem was the unavailability of the radiology specialist doctor in the night shift and there is no standardization of patients waiting time in the radiology services.  The improvement suggestions are the radiology department needs to apply a standardized work, visual management, and just in time, so that it is estimated that the lead time can be reduced 26,47% (1 hour 47 minutes 52 seconds) in the day shift and 49,35% in the night shift (6 hours 22 minutes 28 seconds)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>