Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91569 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Allan Akbar
"Tesis ini membahas mengenai peranan Netherlands Forces Intelligence Service NEFIS sebagai dinas intelijen Belanda dalam upaya Belanda merebut kembali Indonesia. Setelah Perang Dunia II berakhir, Belanda sangat berkeinginan untuk kembali menegakkan kekuasaan kolonial di Indonesia. Selain menggunakan kekuatan militer, Belanda juga menggunakan NEFIS untuk membantu mewujudkan keinginan mereka tersebut. Tesis ini memperlihatkan peranan dan aktivitas NEFIS dalam periode Revolusi Indonesia. Bersama dengan dinas militer Belanda KNIL, NEFIS di Indonesia memegang peranan penting dalam upaya penegakan kembali kekuasaan kolonial di Indonesia. Keberhasilan atau kegagalan Belanda dalam menegakkan kembali kekuasaannya terletak pada keberhasilan NEFIS dalam menyediakan informasi intelijen aktual kepada pemerintah Belanda untuk kemudian dirumuskan suatu kebijakan terhadap Indonesia. Dari tesis ini terlihat bahwa NEFIS telah gagal dalam menjadi elemen penting Belanda untuk menegakkan kembali kekuasaan kolonial di Indonesia. Belanda harus merelakan Indonesia lepas dari tangan mereka.

This thesis discusses the role of Netherlands Forces Intelligence Service as the Dutch intelligence services in order to seize back Dutch power over Indonesia. After World War II, the Dutch are very eager to re enforce colonial rule in Indonesia. Besides using military force, the Dutch was also using NEFIS to help realize their wishes. This thesis shows the role and activities of NEFIS during Indonesian Revolution. Together with the Dutch military service KNIL , NEFIS in Indonesia played an important role in the re enforcement of colonial rule in Indonesia. The success or failure of the Dutch to re establish his power lies in the success of NEFIS in providing actual intelligence information to the Dutch government to formulate a policy towards Indonesia. This thesis shows that NEFIS had failed to become an important element for the Dutch to re establish colonial rule in Indonesia. The Dutch had to give Indonesia slipped from their hands."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T48094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hasani
"Tesis ini membahas kegagalan intelijen dalam penanganan TPPU di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan siklus intelijen di PPATK, faktor-faktor penyebab terjadinya kegagalan intelijen dan strategi yang dapat digunakan untuk menghindari kegagalan tersebut. Peneliti menggunakan tool fishbone untuk menganalisis faktor-faktor penyebab kegagalan intelijen dan tool SWOT untuk menyusun strateginya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PPATK mempunyai SOP dalam setiap tahapan siklus intelijen. Dalam pengumpulan data PPATK cenderung pasif dan produk intelijen yang disampaikan kepada penegak hukum berupa Laporan Hasil Analisis (LHA) dan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
Dari penelitian ini diketahui penyebab kegagalan intelijen berdasarkan pendekatan pada konsep kegagalan intelijen menurut Thomas Copeland. Strategi yang dapat dilakukan PPATK untuk menghindari kegagalan intelijen dalam penanganan TPPU yakni dengan menggunakan kekuatan internal yang ada untuk memanfaatkan peluang dari lingkungan eskternal. Strategi tersebut adalah mengoptimalkan fungsi Komite TTPU dan Komite Intelijen, meningkatkan kuantitas pelapor dan kualitas laporannya, meningkatkan sinergi dengan penegak hukum dan mempercepat pembangunan training center.

This thesis discusses The intelligence failure in handling of money laundering in Indonesia. The purpose of this research was to investigate the implementation of intelligence cycle in PPATK, the factors that cause the failure of intelligence and strategies that can be used to avoid such failures. The researcher used fishbone tool to analyze the factors that cause the failure of intelligence and SWOT tool to compile the strategy.
The results showed that PPATK has SOP (Standard Operating Procedure) in every stage of the intelligence cycle. PPATK collected data passively and their intelligence products delivered to law enforcement agency in the form of LHA (Report of Analysis) and LHP (Report of Examination).
From this research known causes of intelligence failure approach based on the concept of intelligence failures by Thomas Copeland. Strategies that can be done of PPATK to avoid intelligence failure in the handling of TPPU by using the existing internal strength to take advantage of opportunities from the external environment. The strategy is to optimize function TTPU Committee and the Intelligence Committee, to improve the quantity and quality of the report, increase synergies with law enforcement agency and to speed up the construction of the training center."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kurniawati
"ABSTRAK
Bom yang meledak di Bali pada 12 Oktober 2002 terjadi satu tahun pasca
tragedi 11 September yang menewaskan hampir 3000 orang. Bom yang
menewaskan 202 orang tersebut tidak hanya meluluhlantakkan Bali, namun juga
Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Banyak orang kemudian bertanya-tanya,
kemana intelijen? Mengapa intelijen tidak dapat melakukan pencegahan?
Bukankah tugas intelijen untuk diantaranya melakukan pengawasan dan deteksi
dini?
Banyak pertanyaan seputar intelijen yang belum terjawab dalam kasus
tersebut; tentang apa peran mereka, bagaimana mereka bekerja, kepada siapa
mereka bertanggung jawab, dan bahkan bagaimana negara melalui otoritas politik
menentukan penggunaan intelijen untuk keamanan nasional, termasuk bagaimana
otoritas sipil dapat menentukan sukses atau gagalnya intelijen dalam menjalankan
tugasnya mengamankan kepentingan nasional.
Bom Bali 12 Oktober juga menunjukkan sebuah hasil kerja jejaring
kelompok teror Al Jamaah Al Islamiyah yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.
Mereka bergerak secara lintas batas di kawasan Asia Tenggara dengan tujuan
untuk mendirikan Pan Islamic State. Adalah menjadi kepentingan bersama
negara-negara yang tergabung di dalam organisasi kawasan Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN) untuk melakukan usaha kolektif
mengamankan kawasan dalam sebuah kerjasama keamanan regional, termasuk
diantaranya kerjasama intelijen.
Tesis ini berusaha menjawab dua pertanyaan tersebut: mengapa intelijen
gagal melakukan antisipasi bom Bali 12 Oktober 2002, serta kemungkinan
kerjasama intelijen yang dapat dibentuk di wilayah ASEAN.

Abstract
This thesis discusses not only on the subject of intelligent failure in the
case of the first Bali bombing occurred in October 12, 2002, because after all,
intelligent failures are inevitable and natural. More importantly, the thesis throws
a discussion on the necessity of regional intelligent cooperation in the framework
of Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), where a terror network
called Jamaah Islamiyah (JI) operates through its borders.
Intelligent services worldwide are widely known for its crucial role in
preventing terrorist attacks by providing security through its early warning
system. However, when facing an enemy with specific characteristics such as a
global terror networks, no single state can work alone. As such, intelligent sharing
and cooperation are needed not just on a global scale, but also on the regional
basis.
The thesis offers an idea to establish a form of ASEAN intelligent center
as a way to prevent future attacks in the region through a counterfactual reasoning
method."
2012
T30465
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Yudha
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji fenomena anomali pada
konsep kegagalan intelijen milik Thomas Copeland dalam konteks Peristiwa
Gerakan 30 September 1965.
Didalam memperoleh pengetahuan terkait fenomena anomali tersebut,
penulis menggunakan analisa dekomposisi dan rekomposisi. Pada analisa
dekomposisi penulis memecah temuan yang diperoleh dengan analisa hubungan,
analisa kebudayaan, analisa anomali, analisa antisipatip serta analisa resiko
politik. Setelah itu, penulis menyatukan kembali data-data tersebut dengan
menggunakan analisa rekomposisi. Tahap akhir, penulis menggunakan analisa
sintesis guna memperoleh suatu pengetahuan yang komprehensif.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah fenomena anomali atas konsep
kegagalan intelijen Thomas Copeland dalam konteks Gerakan 30 September 1965
disebabkan karena faktor sosial budaya yang khas serta faktor politik. Faktor
sosial budaya telah mematahkan penyebab kegagalan intelijen dalam hal
permasalahan birokrasi dan organisasi intelijen, sedangkan faktor politik,
khususnya politik kekuasaan yang diterapkan oleh Presiden Soekarno menjadi
pemicu munculnya anomali.

ABSTRAK
The purpose of this study is to examine the anomalous phenomena of the
concept intelligence failure belonging to Thomas Copeland-in the context of
events Movement 30 September 1965.
In acquiring knowledge related to the anomalous phenomena, the authors
used analysis of decomposition and recomposition. In the decomposition analysis
the authors break down the findings obtained by analysis of the relationship,
cultural analysis, anomaly analysis, antisipatip analysis and political risk analysis.
After that, the author reunite these data using analysis recomposition. The final
stage, the author uses the synthesis analysis in order to obtain a comprehensive
knowledge.
The conclusion of this study is anomalous phenomena on the concept of
intelligence failures in the context of Thomas Copeland Movement 30 September
1965 due to the unique socio-cultural factors and political factors. Socio-cultural
factors have broken the cause of the failure of intelligence in terms of the
problems of bureaucracy and intelligence organizations, while political factors,
especially political power imposed by President Soekarno to trigger the
emergence of anomalies."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radhiatmoko
"ABSTRAK
Paska Perang Dingin telah membawa era keterbukaan yang mendorong intelijen untuk lebih beratensi terhadap eksploitasi sumber data terbuka. Meskipun sebelumya, eksploitasi sumber data terbukayang dikenal sebagai OSINT sering digunakan dalam proses intelijen, namun nilainya masih dipandang rendah oleh komunitas intelijen. OSINT hanya sebagai bahan sekunder dan pelengkap bagi sumber tertutup. Pandangan tersebut muncul, sebab sumber data terbuka dinilai bukan sumber yang terklasifikasi. Agar menjadi informasi intelijen maka diperlukan validasi dan analisis terlebih dahulu. Pada penelitian ini, teknologi informasi melalui prosestext mining digunakan sebagai alat bantu dalam proses eksploitasi sumber data terbuka. Sedangkan pada proses analisisnya mengunakan pendekatan timeline analisis dan social network analisis (SNA). Pendekatan timeline analisis dilakukan untuk mengambarkaninteraksi antar aktor terhadap urutan waktu. Sedangkan pendekatan SNA dilakukan untuk memetakan siapa aktor penting pada interaksi antar aktor. Hasil eksploitasi sumber data terbukayang telah diolah digunakan untuk mendeteksi ancaman atau sebagai early warning dalam mendukung proses analisa intelijen. Deteksi ancaman tersebutdijelaskan dalam tiga sinyal: weak signal (emerging issues), strong signal dan wildcard. Isu penyadapan Australia terhadap Indonesia diangkat sebagai studi kasus dalam penelitian ini untuk menjelaskan bagaimana melakukan eksploitasi sumber data terbuka untuk mendeteksi ancaman.

ABSTRAK
The end of the Cold War has brought about an era of openness that subsequently pushed intelligence to devote more attention to the exploitation of open data sources. Although previously, the exploitation of open source data known as OSINT, is often used in the intelligence process, but the value is still considered inferior by the intelligence community. OSINT is only considered as a secondary and supplementary materials for closed sources. The opinion comes up because open data sources is not considered classified sources. To become intelligence information it needs validation and analysis beforehand. In this study, information technology through text mining process is used as a tool in the process of exploitation of open data sources, while in the process of analysis it uses a analysis timeline approach and social network analysis (SNA). The analysis timeline approach is taken to see the interaction between the actors of the time sequence, while the SNA approach is to map out who is the important actor in the interaction between actors. The exploitation of open data sources that have been processed is used to detect a threat or as an early warning in supporting the intelligence analysis process. Detection of these threats are described in the three signals: weak signal (emerging issues), strong signals and wildcards. The issue of Australian wiretapping against Indonesia is taken as a case study in this research to explain how to exploit open data sources to detect threats.
"
2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Hanita
Depok: UI Publishing, 2019
327.12 MAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yosa Bayu Kuswara
"Spionase adalah metode pengumpulan informasi yang dilakukan oleh badan intelijen baik dalam kegiatan mauupun operasi rahasia intelijen dengan taktik terbuka ataupun tertutup. Indonesia, tidak dapat, dipungkiri menarik perhatian negara-negara besar, negara-negara yang memiliki sumber yang tidak terbatas, teknologi yang canggih, dan badan intelijen yang mumpuni. Hal tersebut menimbulkan ancaman tersendiri bagi ketahanan nasional Indonesia. Ancaman ini, terlebih ancaman spionase yang dilaksanakan intelijen asing, harus ditanggani secara serius oleh pemerintah Indonesia. Dari berbagai pendadakan strategis yang dialami oleh Indonesia, sebagian besar menunjukkan adanya keterlibatan intelijen asing. Akan tetapi, badan maupun lembaga intelijen di Indonesia, meskipun memiliki kemampuan kontra intelijen, tidak satupun yang melakukan fungsi kontra spionase secara utuh dan profesional, tidak seperti BNPT dengan kontra terorisnya ataupun BSSN dengan kontra sabotasenya. Tesis ini mengevaluasi fungsi kontra intelijen Indonesia dalam menghadapi ancaman spionase. Tesis ini menggunakan metode scenario building untuk melakukan evaluasi fungsi kontra intelijen yang dilakukan oleh badan dan lembaga intelijen Indonesia. Selain itu, Tesis ini juga melakukan analisis ancaman (threat analysis) untuk memperlihatkan tren ancaman spionase terhadap keamanan nasional Indonesia. Data-data primer dari wawancara dan data-data sekunder dari berbagai sumber digunakan untuk menilai urgensi pembentukan badan kontra intelijen Indonesia. Dari data-data yang terkumpul, Tesis ini menemukan bahwa untuk melindungi kekuatan, kemampuan, kerawanan, dan niat (K3N) Indonesia dari spionase musuh, maka Indonesia harus memiliki badan kontra spionase sebagai wadah kontra intelijen dalam melindungi ketahanan nasional dari ancaman spionase intelijen asing. Analisis ancaman menunjukkan bahwa ancaman spionase asing terhadap keamanan nasional Indonesia ada dalam level menengah-tinggi sedangkan analisis dengan scenario building memperlihatkan bahwa fungsi kontra intelijen yang selama ini dilaksanakan oleh badan dan lembaga intelijen Indonesia kurang ideal.

Espionage is an information gathering methode conducted by intelligence services both in intelligence acivities or closed/clandestine operations using open or closed tactics. Indonesia, undeniably attracted the attention of major countries, countrie sthat have unlimited resources, sophisticated technology and capable intelligence services. This posed a threat to Indonesia's national security, especially the espionage threats carried out by foreign intelligence, and this condition must be taken seriously by the Indonesian Government. The various strategic surprises experienced by Indonesia, mostly indicates the foreign intelliegnce activities. However, intelligence agencies and institutions in Indonesia, despite their counterintelligence capabilities, have not carried out a whole and professional counterespionage function, unlike the counter-terrorist of BNPT or the BSSN with its counter-sabotage function. This thesis evaluates Indonesia's counterintelligence function in teh face of espionage threats. Using scenario building method to evaluate the CI function carried out by Indonesian intelligence agencies and institutions, and also conduct threat analysis to show the trend of espionage threat to Indonesia's national security. Primary data from interviews and secondary data from various sources are used to assess the urgency of the establishment of an Indonesian counterintelligence body. From the collected data, this thesis found that in order to protect Indonesia's strenght, ability, vulnerability and intention (K3N) from enemy espionage, Indonesia must have a counter-espionage institution as a counterintelligence services in protecting national security from the threat of foreign intelligence espionage. The threat analysis shows that foreign espionage threats to Indonesias national security are in the middle-high level, while analysis with building scenario shows that the coounterintelligence function carried out by Indonesia's inteliigence services is less ideal."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Widjajanto
Jakarta: Pacivis, 2006
355.343 2 WID i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Baron John Senjaya Putra
"Satuan Intelkam ditingkat Pokes merupakan salah satu fungsi pendukung pelaksanaan tugas operasional satuan Salah satu tugasnya adalah deteksi sumber-sumber kerawanan sehingga dapat memberikan informasi pada unsur pimpinan tentang situasi dan kondisi kerawanan pada tahap awal kejadian sebagai bahan masukan, evaluasi dan saran, serta pedoman dalam pengambilan keputusan untuk menentukan arah kebijakan pimpinan secara teknis maupun strategis operasional kepolisian.
Namun perkembangan lebih lanjut menuntut fungsi dan peranannya tidak hanya sekedar menyampaikan informasi, masukan dan saran kepada pimpinan saja, namun juga menawarkan suatu alternatif solusi.Permasaiahan dalam penelitian ini adalah : a. Pemahaman personel intelijen dalam proses penyajian dan pelaporan informasi intelijen kepada pimpinan dan satuan lain. b. Kemampuan personel intelijen dalam pelaksanaan tugas mentransformasikan informasi intelijen. c. Pola sistem informasi intelijen dapat berjalan secara efektif, efisien dan bermanfaat dengan mengacu pada pola investigasi berbasis Ipoleksosbudhankam dibandingkan dengan pola unit kasus per kasus di Polres Metropolitan Jakarta Pusat.
Adapun tujuan penelitian ini adalah : a. Mengetahui pemahaman personel dalam proses penyajian dan pelaporan informasi intelijen kepada pimpinan dan satuan lain. b. Mengetahui kemampuan personel intelijen dalam pelaksanaan tugas mentransformasikan informasi. c. Mengetahui, membandingkan dan mengevaluasi pola sistem informasi yang mengacu pada gala investigasi berbasis Ipoleksosbudhankam dan pola unit kasus per kasus.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode diskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi berperan (partisipan observation); instrumen pengumpulan data penelitian ini adalah lembar observasi dan pendapat wawancara. Sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis domain, analisis taksonomi.
Oleh sebab itu penulis mengusulkan suatu sistem informasi intelijen yang dire-apkan mampu meminimalisasi ketidakmampuan personel satuan Intelkam dalam transformasi informasi ke satuan lain Basil penelitian bahwa kebijakan pemberdayaan anggota Intelkam dalam upaya deteksi sumber-sumber kerawanan di Polres Metropolitan Jakarta Pusat belum berjalan secara optimal dan cenderung masih bersifat formalitas bagi oganisasi. Walaupun demikian pelaksanaan secara informal dengan cara lisan sudah berlangsung. Beberapa kendala yang diidentifikasi sebagai masalah antara lain kurangnya bobot I kualitas informasi intelijen, kurangnya dukungan dan Satuan Operasional Kepolisian, masih adanya pembiasan informasi dilingkungan internal Organisasi Polri akibat kurang efektifaya komunikasi serta perbedaan persepsi, arus pelaporan informasi yang kurang tepat sasaran, serta sifat informasi yang formal untuk disampaikan dalam bentuk tertulis."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
"ABSTRAK
Dengan perkembangan kompetisi dan globalisasi yang makin pesat memacu para pelaku bisnis telekomunikasi untuk dapat mengantisipasi situasi tersebut. Tuntutan masyarakat akan jenis dan mutu pelayanan semakin berkembang, menciptakan iklim persaingan dalam penyediaan jasa telekomunikasi.
Intelligent Network (IN) atau dikenal juga dengan nama JAPATI (Jaringan Pintar Teknologi Informasi) yaitu implementasi IN di Indonesia merupakan salah satu bentuk kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi yang memberikan berbagai bentuk layanan baru yang beraneka ragam. Dengan memanfaatkan IN pengelola jaringan mampu memaksimalkan penggunaan jaringannya untuk memenuhi keinginan pelanggan akan jenis jenis pelayanan baru.
Dengan teknologi IN yang relafif baru di Indonesia membuat PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (PT. TELKOM) sebagai operator penyelenggara pada jaringan telekomunikasi tetap terus berupaya mengembangkan jaringan IN maupun jenis pelayanan.
Pada tesis ini dilakukan analisa terhadap rencana pengembangan jaringan yang dilakukan PT. TELKOM dengan mengacu pada standard yang berlaku secara internasional. Juga dilakukan analisa terhadap jenis pelayanan dan pemasaran.
Hasil analisa yang dilakukan merupakan upaya masukan bagi pihak terkait dalam mengembangkan jaringan IN nasional secara effisien yang mengacu pada standard internasional dengan tetap memperhatikan kondisi eksisting, juga dalam rangka pengembangan pemasaran IN.
The rapid progress in competition and globalization force all the telecommunication business players to be able to anticipate the above condition. Consumer more demanding on new services and performance, and it creates a competitive climate for providing telecommunication services.
intelligent Network (IN) or JAPATI (Jaringan Pintar Teknologi lnformasi) - commercial name in Indonesia - is a kind of technology development in telecommunication. It aims to ease the introduction of new services and features, which is more centralized and installed on the existing base of the present network. it will provide greater network flexibility and capability to enable the service provider to quickly and economically create, modify and customize telecommunication services.
In is a relatively new technology in Indonesia, it drives PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (PT. TELKOM) - as an operator for fixed telecommunication - to keep raising to develop IN and its services.
This paper will analyze PT. TELKOM iN configuration planning, comparing with international standard. It also analyze iN service and marketing.
The output of this is intended to give a contribution to all parties for developing national IN efficiently Hence all points am conform to international standard, in stage, considering present network condition, including market development.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>