Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119466 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Solehudin
"Dalam beberapa dekade, akuisisi MT biasanya dilakukan dalam bentuk profil lintasan 2D. Namun pemodelan inversi 2D memiliki kekurangan terutama terkait dengan keberadaan struktur yang lebih kompleks 3D strike . Ambiguitas ini termasuk dalam pemilihan mode yang digunakan TE atau TM . Ambiguitas ini dapat menyebabkan kesalahan dalam interpretasi. Ambiguitas data seperti yang terjadi pada inversi 2D dapat diatasi dengan menggunakan program inversi 3D.Inversi MT 3D dilakukan dengan menggunakan dengan menggunakan perangkat lunak Mod3DEM dengan algoritma NLCG Non Linear Conjugate Gradient dan sudah memasukkan faktor topografi. Data input yang digunakan dalam inversi 3D adalah sebanyak 92 titik, dengan range frekuensi 320 ndash; 0.01 Hz. Pengolahan data menggunakan rotasi principal axis dan koreksi statik menggunakan data TDEM. Selain itu, data pendukung lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah data geokimia dan data geologi.
Berdasarkan hasil inversi 3D MT, Karakteristik sistem geothermal lapangan ldquo;INARA rdquo; terlihat dengan batuan penudung memiliki resestivitas rendah 80 ohm-m. Top of reservoir berada di ketinggian 500 meter dari MSL dengan heat source berada di bawah puncak gunung WL. Dari hasil perhitungan geothermometer silika dan diagram entalphy-Cloride mixing, diperoleh temperatur reservoir daerah prospek panas bumi ldquo;INARA rdquo; adalah 200 oC. Sedangkan berdasarkan geothermometer CO2, temperatur reservoir daerah prospek panas bumi ldquo;INARA rdquo; adalah 260 oC dan masuk dalam kategori high temperature >225 oC.

Within a few decades, MT acquisition is used to be done in a 2D track profile. However 2D inversion modeling has its drawbacks mainly related to the existence of the existence of complex structures 3D strike . This will bring ambiguity that can lead to errors in interpretation. Data ambiguity as occurs in 2D inversion can be overcome by using 3D inversion program.The software used in MT 3D Inversion is Mod3DEM with NLCG Non Linear Conjugate Gradient algorithm and has included topography factor. The input data used in 3D inversion is 92 points, with frequency range 320 0.01 Hz. The data processing used principal axis rotation and static corrected by TDEM data. The other supporting data used in this study are geochemical data and geological data.
Based on the 3D MT inversion results, the characteristics of the INARA geothermal field system are seen with low residence rocks 80 ohm m. Top of the reservoir is at an altitude of 500 meters from MSL with the heat source is under the peak of WL mountain. From the calculation of silica geothermometer and entalphy cloride mixing diagram, it is known the reservoir temperature of geothermal prospect region INARA is 200 oC. While based on CO2 geothermometer, the reservoir temperature of geothermal prospect region INARA is 260 oC and included in high temperature 225 oC.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48702
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Yunita
"Daerah penelitian “M” merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi geotermal di Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya struktur geologi dan kemunculan manifestasi di permukaan yang dapat membantu dalam mengidentifikasi keberadaan sistem geotermal di bawah permukaan. Penelitian ini menggunakan inversi 3-dimensi magnetotellurik untuk mengetahui distribusi resistivitas di bawah permukaan, penentuan area prospek, serta pembuatan model konseptual dengan integrasi data magnetotellurik dan data pendukung berupa data geologi, geokimia, dan gravitasi. Berdasarkan data pendukung geologi, daerah “M” terdiri dari susunan produk vulkanik berumur kuarter dan struktur geologi dengan arah barat laut-tenggara. Dari data pendukung geokimia, ditemukan endapan travertine di sekitar manifestasi mata air panas yang relatif bersifat netral, temperatur cukup tinggi, dan berasosiasi dengan struktur geologi. Fluida di mata air panas tersebut dominan bertipe bicarbonate water yang menandakan fluida berasal dari reservoir dan dominan telah terkontaminasi oleh meteoric water. Fluida tersebut juga dominan memiliki nilai klorida tinggi yang menandakan bahwa lingkungan manifestasi mata air panas berada di lingkungan vulkanik. Selain itu, perhitungan dengan geotermometer diperoleh dugaan temperatur reservoir berkisar antara 160°C-180°C. Berdasarkan hasil pemodelan inversi 3-dimensi magnetotellurik dan data pendukung berupa model forward2-dimensi gravitasi diketahui sebaran dari variasi resistivitas dan densitas bawah permukaan yang menggambarkan lapisan clay cap, top of reservoir, dan bentuk updome yang kemungkinan merupakan heat source. Lapisan dengan nilai resistivitas rendah diduga merupakan clay cap atau batuan penudung berupa sebaran batuan beku yang mengalami alterasi. Di bawah lapisan clay cap terdapat sebaran resistivitas medium yang diindikasikan sebagai reservoir berupa batu gamping bahbotala. Di bagian bawahnya terdapat lapisan dengan resistivitas tinggi yang kemungkinan adalah batuan metamorf yang menjadi batuan dasar/basement. Diantara basement ini terdapat bentuk updome dengan resistivitas sedikit lebih tinggi yang diduga merupakan batuan terobosan atau intrusi yang dapat menjadi sumber panas bagi sistem geotermal. Sumber panas ini diduga berasal dari Dolok Tinggi Raja dikarenakan terbentuknya dome di permukaan yang mungkin diakibatkan oleh adanya larutan magma yang tidak tererupsikan keluar permukaan sehingga membentuk batuan terobosan di bawah permukaan. Adanya sumber panas ini dapat menimbulkan aliran fluida panas secara vertikal (upflow). Berdasarkan integrasi data-data tersebut, area prospek geotermal di daerah “M” diperkirakan berada di sekitar Dolok Tinggi Raja melebar ke arah timur laut, timur, dan selatan.

The research area "M" is one of the areas with geothermal potential in Indonesia. This is indicated by the presence of geological structures and the appearance of manifestations on the surface which can assist in identifying the presence of subsurface geothermal systems. This study uses 3-dimensional magnetotelluric inversion to determine the distribution of resistivity below the surface, determine prospect areas, and construct a conceptual model by integrating magnetotelluric data and supporting data in the form of geological, geochemical and gravity data. Based on supporting geological data, the "M" area consists of volcanic products of quarter age and geological structures in a northwest-southeast direction. From supporting geochemical data, travertine deposits around hot spring manifestations were found which were relatively neutral, had relatively high temperatures, and were associated with geological structures. The fluid in the hot springs is dominant of the bicarbonate water type, which indicates that the fluid comes from a reservoir and has been predominantly contaminated by meteoric water. The fluid also dominantly has a high chloride value which indicates that the manifestation environment of the hot springs is in a volcanic environment. In addition, calculations with the geothermometer obtained an estimated reservoir temperature ranging from 160°C-180°C. Based on the results of 3-dimensional magnetotelluric inversion modeling and supporting data in the form of a 2-dimensional forward gravity model, it is known that the distribution of resistivity and subsurface density variations describes the clay cap layer, top of reservoir, and up-dome shape which may be a heat source. The layer with a low resistivity value is thought to be a clay cap or a cap rock in the form of a distribution of altered igneous rocks. Beneath the clay cap layer, there is a medium resistivity distribution which is indicated as a reservoir in the form of bahbotala limestone. At the bottom, there is a layer with high resistivity which is probably the metamorphic rock that became the basement. Among these basements, there is an up-dome with slightly higher resistivity which is thought to be a breakthrough or intrusive rock which can be a heat source for geothermal systems. This heat source is thought to have originated from Dolok Tinggi Raja due to the formation of a dome on the surface which may be caused by the presence of magma solution that has not erupted off the surface to form breakthrough rock below the surface. The existence of this heat source can cause a vertical flow of hot fluid (up-flow). Based on the integration of these data, the geothermal prospect area in the “M” area is estimated to be around Dolok Tinggi Raja, widening to the northeast, east, and south."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Susmanto
"Tahap eksplorasi panas bumi merupakan tahap yang memiliki resiko paling tinggi dibandingkan dengan tahapan panas bumi lainnya. Sehingga diperlukan data-data kondisi bawah permukaan yang terintegrasi dengan baik dalam mendukung penentuan lokasi pemboran dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi. Target pemboran ditujukan pada daerah yang memiliki temperatur dan permeabilitas tinggi. Distribusi temperatur bawah permukaan dapat didekati dari nilai resistivitas data Magnetotellurik (MT).
Penelitian ini difokuskan pada pemodelan sistem panas bumi menggunakan data MT. Inversi 3-dimensi (3-D) data MT dilakukan untuk mengetahui resistivitas bawah permukaan. Lapisan konduktif diindikasikan sebagai clay cap dari sistem panas bumi, lapisan yang berada di bawah clay cap dengan nilai resistivitas sedikit lebih tinggi diindikasikan sebagai zona reservoir, dan body dengan nilai resistivitas tinggi yang merupakan heat source dapat dideteksi dengan metode MT.
Hasil pengolahan data MT dan data interpretasi terpadu dengan data pendukung data geologi, geokimia, dan data sumur diperoleh model sistem panas bumi dan target pemboran. Berdasarkan peta elevasi Base of Conductor (BOC) dan hasil inversi MT 3-dimensi: luas daerah prospek Gunung Parakasak sekitar 15 km2 dengan potensi 117 MWe (untuk k=0.1) dan 257 MW (untuk k=2), struktur updome (upflow zone) di bawah puncak Gunung Parakasak dan aliran outflow menuju ke Rawa Danau.

Geothermal exploration phase is the phase that has the highest risk among the other geothermal activities. Hence, the good integrated data of the subsurface condition needed to support the determination of the drilling location with the higher probability. The target of drilling activities is addressed to any regions that have high temperature and permeability. The distribution of the subsurface temperature can be approached by the resistivity value of Magnetotelluric data (MT).
This research focus is modelling of geothermal system by using MT data. Inversion of 3-dimension MT data conducted to analyze the subsurface resistivity. The conductive layer can be indicated as clay cap of geothermal system, the layer that resided under the clay cap with much more higher resistivity value can be indicated as reservoir zone, and the body with high resistivity value is the heat source that can be detected by MT method.
The tabulation of MT data and integrated interpreted data with the supporting data, such as geology data, geochemical data, and geothermal-well data will result the model of geothermal system and well targeting. Based on Base of Conductor (BOC) elevation map and MT 3-D inversion result, prospect area of Mt. Parakasak are about 15 km2 with the geothermal potency 117 MWe (k=0.1), 257 MW (k=2), the updome structure (upflow zone) under the top of Mt. Parakasak, and outflow zone towards to Rawa Danau.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43404
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafrima Wahyu
"Telah dilakukan penelitian guna delineasi zona prospek sistem panasbumi daerah ldquo;Z rdquo; menggunakan permodelan tiga Dimensi magnrtotellurik didukung data terpadu berupa geologi dan geokimia serta terintegrasi data gravitasi. Daerah panasbumi ldquo;Z rdquo; dalam tatanan tektoniknya termasuk pada jalur backarc Sumatera, tepat pada salah satu segmen sesar Sumatera bagian selatan, disusun oleh batuan vulkanik dan sedimen klastik yang berumur Tersier hingga Kuarter Andesit-Basalt . Gejala adanya sistem panasbumi pada daerah penelitian ditandai dengan kemunculan manifestasi permukaan berupa alterasi dan lima mata air panas bersuhu 44,4 - 92,5 oC, pH 8,19 - 9,43 dan bertipe bikarbonat, sulfat-bikarbonat, serta sulfat-klorida. Pembentukan sistem panasbumi dipengaruhi oleh aktivitas tektonik menyerong oblique antara lempeng Samudera India dan Lempeng Kontinen Eurasia searah dengan pola sesar Sumatera.
Berdasarkan analisis air panasbumi temperatur reservoir diambil melalui perhitungan geothermomether SiO2 Fournier 1977 , Na-K Giggenbach 1988 , Na-K-Ca, diagram Na-K-Mg serta diagram Enthalphy - Cloride Mixing Model berkisar 145 - 155oC, termasuk dalam sistem panas bumi bertemperatur sedang. Berdasarkan inversi tiga dimensi data MT didapatkan kedalaman Top of Reservoar TOR sistem panasbumi daerah ldquo;Z rdquo; sekitar 400 m elevasi 50 mdpl sedangkan berdasarkan forward modeling data gravitasi lintasan 2 dimensi diperkirakan sumber panas berupa cooling instrusion diperkirakan batuan gabro ; resistivitas ge; 450 ?m ; densitas 2,95 - 3,15 gr/cc dan reservoar berupa batupasir resistivitas 50 - 250 ?m ; densitas 2,60 gr/cc . Sistem panasbumi daerah penelitian termasuk jenis tektonik fracture zone dengan temperatur sedang dengan luas daerah prospek sekitar 7,5 km2.

A study for delineating geothermal system of prospect area ldquo Z rdquo has been done by using tree dimension modeling of magnetotelluric supported unified data just like geological and goechemical and integrated gravity data. Geothermal area ldquo Z rdquo in tectonic setting included in Sumatra volcanic backarc, right on one of the southern part of Sumatra fault segment. Compodes by volcanic and clastic sendimentary rock are Tertiary to Quarternary Andesite Basalt. The existance of goethermal system in this area is indicated by the presence of thermal manifestation in form of alteration and five hot springs temperature in the ranges 44.4 ndash 92.5 oC, and pH 8.19 ndash 9.43 and type of fluida are bicarbonate, sulphate bicarbonate, and sulfate chloride. The development of geothermal system is affected by tectonic oblique between the Indian Ocean plate and the Eurasian Contenent Plate direction of the Sumatra fault patterns.
Based on the analysis of geothermal water reservoir temperature are taken through the calculation geothermometer SiO2 Fournier 1977, Na K Giggenbach 1988 , Na K Ca, Na K Mg diagram and Enthalpi Mixing Cloride Model range 145 ndash 155 oC, classified as intermediate temperature. Base on a three dimensional inversion of the magnetotelluric data obtained depth Top of Reservoir TOR geothermal system area ldquo Z rdquo about 400 m elevation 50 meters above sea leavel , while based on the two dimensional of the gravity data predicted heat sources such as cooling instrusion estimated gabbro density 2,95 ndash 3,15 gr cc and reservoar such as sandstone resistivity 50 ndash 250 m density 2,60 gr cc . The Geothermal systems of research area classified as the type of intermediate temperature tectonic fracture zone with prospect area about 7,5 km2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T46881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Oktobiyanti
"Lapangan geothermal Sibayak terletak di kawasan utara Great Sumatra Fault Zone (GSFZ) yang memiliki topografi yang tinggi di dalam kaldera Singkut. Ditinjau dari kondisi geologinya, lapangan ini memiliki prospek geothermal yang ditandai dengan keberadaan manifestasi panas berupa solfatara, fumarole, chloride springs dan silica sinters. Untuk menginvestigasi struktur bawah permukaan secara lebih detail, maka dilakukan reinterpretasi data magnetotellurik dan gravitasi. Dari pemodelan 2-Dimensi MT yang menggunakan software MT2Dinv dan 3-Dimensi MT menggunakan software GeoSlicer-X maka dapat diketahui clay cap mempunyai nilai resistivitas 5-10 Ωm. Zona reservoir diindikasikan dengan harga resistivitas 50- 200 Ωm yang terdapat di bawah zona clay cap dan berada pada kedalaman sekitar 1600m. Pusat reservoir terdapat pada daerah yang meliputi Gunung Sibayak dan Gunung Pratektekan dengan luas yang diperkirakan sekitar 4 km². Pemodelan data gravitasi mendukung gambaran stuktur utama yang berupa kaldera Singkut dan sesarsesar yang berarah barat laut-tenggara. Berdasarkan studi ini dapat direkomendasikan sumur produksi diarahkan pada pusat reservoir, sedangkan reinjeksi ditempatkan di daerah dekat reservoir tetapi yang diduga memiliki hubungan permeabilitas, yaitu di sekitar batas kaldera sebelah selatan.

Sibayak geothermal field is situated in the northern Great Sumatra Fault Zone (GSFZ), which has high topography inside Singkut caldera. From the geological point of view, Sibayak field is a potential geothermal area supported by the occurrence of surface manifestations such as solfataras, fumaroles, chloride springs and silica sinters. To investigate subsurface geological structure, reinterpretation of the Magnetotelluric and gravity data were carried out. Two-dimensional modeling of MT data using MT2Dinv software and 3-D visualization of the MT data using GeoSlicer-X have delineated clay cap with resistivity of 5-10 ohm. Reservoir zone is indicated by slightly higher resistivity (50 - 200 ohm-m) below the clay cap located in the depth of about 1600m. Center of reservoir is probably located in the area between Mt Sibayak and Mt Pratektekan covering about 4 km². The gravity data modeling supports the existence of main structures, those are Singkut caldera and faults zone oriented in the northwest - southeast direction. Based on this study, it is recommended that the production wells shoud be located to the central of reservoir and reinjection wells should be sited to the area close to the main reservoir which has permeability connection, that is in the southern caldera boundary."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29441
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haryo Gusmedi Sudarmo
"Telah dilakukan penelitian guna mendelineasi sistem panas bumi lapangan geothermal ldquo;H rdquo;. Penelitian ini menggunakan metode remote sensing untuk memetakan struktur dan alterasi di permukaan. Analisis geokimia digunakan untuk mengetahui karakteristik sistem panas bumi dan analisis geofisika digunakan untuk memetakan kondisi sistem panas bumi di bawah permukaan. Berdasarkan analisis remote sensing dengan teknik band combination secara pengamatan manual menunjukkan bahwa arah utama dari kelurusan - kelurusan yang berkembang di daerah penelitian ldquo;H rdquo; adalah Barat Laut - Tenggara dan Barat Daya - Timur Laut sesuai dengan Peta Geologi Regional yang berkorelasi dengan kemunculan beberapa manifestasi. Analisis remote sensing juga menemukan 1 lokasi yang diduga merupakan alterasi di permukaan. Analisis data geokimia dilakukan terhadap 12 manifestasi menunjukkan bahwa mata air panas SL-1, SL-2, SLM-1, SLM-2, HTS-1, HTS-2, HTS-3, TBK, TLH-1, TLH -2, TLH-3 dan TLH- 4 merupakan manifestasi tipe outflow.
Berdasarkan diagram segitiga ternary Na - K - Mg, diagram Na-K/Mg-Ca, diagram Enthalpy - Chloride Mixing Model, geothermometer Na/K menunjukkan temperatur reservoar adalah sekitar 210 C - 240 C dan dapat dikategorikan ke dalam sistem geothermal moderate to high temperature. Analisis Inversi 3-D Data MT menggunakan 66 data titik ukur. Berdasarkan inversi 3-D Data MT diketahui bahwa lapisan clay cap dengan nilai resistivitas rendah le; 10 ?m tersebar di Selatan dengan ketebalan 500 meter hingga 1000 meter. Lapisan reservoar terletak di bawah clay cap dengan nilai resistivitas >10 - 65 ?m. Base of Conductor BOC diperkirakan berada pada kedalaman 700 meter dengan updome berada di antara Sesar Wairutung dan Sesar Banda. Berdasarkan peta BOC diperoleh luas area prospek geothermal sekitar 16.5 km2.

The study of ldquo H rdquo geothermal field has been conducted to delineate their geothermal system. This study uses remote sensing method for mapping structure and alteration on the surface. Geochemical analysis is used to determine the characteristics of geothermal system and geophysical analysis is used to interpret the condition of geothermal system of sub surface. Based on remote sensing analysis using band combination technique with manual observation indicates that the main direction of the developed lineaments in the research area H is Northwest Southeast and Southwest Northeast in accordance with Regional Geological Map correlated with the appearance of several manifestations. The remote sensing analysis also found 1 suspected alteration site on the surface. Analysis of geochemical data was performed on 12 manifestations shows that hot springs SL 1, SL 2, SLM 1, SLM 2, HTS 1, HTS 2, HTS 3, TBK, TLH 1, TLH 2, TLH 3 and TLH 4 are outflow manifestations type.
Based on the diagram of the ternary triangle Na K Mg, Na K Mg Ca diagram, Enthalpy Chloride Mixing Model diagram, Na K geothermometer estimates the reservoir temperature is about 210 C 240 C and can be categorized into the moderate to high temperature geothermal system. Analysis of inversion 3 D MT data using 66 data points measurement. Based on 3 D inversion MT data is known that clay cap layer with low resistivity value le 10 m spread in South with thickness 500 meter to 1000 meter. The reservoir layer is located under clay cap with resistivity value 10 m 65 m. Base of Conductor BOC is estimated to be at depth of 700 meters with an updome located around Wairutung Fault Banda Fault. Based on BOC, the prospectable area of geothermal system is about 16.5 km2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48035
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufidatul Khoiroh
"ABSTRAK
Daerah di sekitar kawasan X merupakan kawasan yang berupa dataran tinggi yang berada di kawasan kompleks vulkanik. Di kawasan ini terdapat kawah panas yang menunjukkan aktivitas hidrotermal, dimana manifestasi utamanya muncul di kawasan X berupa fumarol Cd. Salah satu sasaran dalam eksplorasi panas bumi adalah menemukan titik-titik pemboran yang berkorelasi dengan zona suhu tinggi dan zona yang memiliki kriteria permeabilitas tinggi, dimana zona tersebut berkorelasi dengan struktur geologi. Berdasarkan analisis kurva pemisahan dan diagram kutub, terdapat sesar Wp 1, Ga, Wp 2, Pk, Dg, Cd, dan Jm yang umumnya berarah barat laut-tenggara. Sistem panas bumi wilayah X terutama dikendalikan oleh sesar Cd. Adanya struktur sesar memungkinkan fluida dari kawasan timur Jm, Kaipohan Wp, dan sekitar kawasan Pk mengalir sebagai imbuhan. Selain itu, berdasarkan hasil inversi 3 dimensi, data magnetotelurik menunjukkan bahwa zona alterasi sebagian besar terkonsentrasi pada kedalaman sekitar 1500 m hingga 1000 m dengan indikasi bahwa batas zona konduktor (BOC) sudah mulai terlihat. pada ketinggian sekitar 1000 m dan zona reservoir berada pada kedalaman dibawah 1000. m yang ditunjukkan dengan nilai resistivitas sedang antara 20 - 63 Ωm. Zona resistif basement pada kedalaman -3000 m ditunjukkan dengan sebaran nilai resistivitas yang tinggi, dengan sumber utama didominasi oleh pegunungan Dm, Al, dan Jm dengan satuan litologi dominan berupa lahar andesit. Zona upflow kemungkinan terletak di sekitar prospek zona Cd atau di sekitar titik MT-37, dengan arah outflow ke barat daya. Berdasarkan pengukuran panas bumi, temperatur prospek utama diperkirakan 270 0C. Lokasi sasaran pemboran dapat ditarik di sekitar geothermal Cd dengan kedalaman pemboran yang dapat ditarik sekitar 1000 m sampai 1500 m di bawah permukaan.
ABSTRACT
The area around area X is an area in the form of a plateau located in a volcanic complex area. In this area there are hot craters showing hydrothermal activity, where the main manifestation appears in region X in the form of fumarole Cd. One of the targets in geothermal exploration is to find drilling points that are correlated with zones of high temperature and zones that have high permeability criteria, where these zones are correlated with geological structures. Based on the analysis of the separation curve and polar diagram, there are faults Wp 1, Ga, Wp 2, Pk, Dg, Cd, and Jm which generally run northwest-southeast. The X region geothermal system is mainly controlled by the Cd fault. The existence of a fault structure allows fluid from the eastern region of Jm, Kaipohan Wp, and around the Pk area to flow as a recharge. In addition, based on the results of the 3-dimensional inversion, the magnetotelluric data shows that the alteration zone is mostly concentrated at a depth of about 1500 m to 1000 m with an indication that the conductor zone boundary (BOC) is already visible. at an altitude of about 1000 m and the reservoir zone is at a depth below 1000. m which is indicated by a moderate resistivity value between 20 - 63 Ωm. The basement resistive zone at a depth of -3000 m is indicated by the distribution of high resistivity values, with the main source being dominated by mountains Dm, Al, and Jm with the dominant lithological unit in the form of andesite lava. The upflow zone is likely located in the vicinity of the prospect zone Cd or around the point MT-37, with the outflow direction to the southwest. Based on geothermal measurements, the temperature of the main prospect is estimated to be 270 0C. The drilling target location can be drawn around the geothermal Cd with a drilling depth that can be drawn from about 1000 m to 1500 m below the surface."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adilla Armando
"Daerah Cubadak terletak di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Ditinjau dari data geologi, daerah ini didominasi oleh batuan Sabak berumur Permo-Karbon dan berada pada zona depresi yang dipengaruhi oleh sesar-sesar normal sebagai akibat aktivitas tektonik. Daerah Cubadak diduga memiliki prospek panasbumi yang ditandai dengan kemunculan manifestasi permukaan berupa 3 mata air panas yang bertipe klorida-bikarbonat. Untuk mengkonfirmasi adanya potensi panasbumi tersebut, dilakukan survei metode Magnetotellurik (MT). Tahapan prosesing MT adalah sebagai berikut: seleksi data time-series, Transformasi Fourier, Robust Processing, Seleksi Cross Power, Static Shift Correction, dan kemudian inversi 2 dimensi dengan menggunakan model awal berupa sounding 1 dimensi. Hasil pengolahan data 2 dimensi kemudian diintegrasikan dengan data geologi, geokimia, metode gravitasi dan dijadikan acuan untuk mendapatkan suatu model konseptual dari sistem panasbumi Cubadak. Model konseptual tersebut menunjukkan bahwa lapisan reservoir panasbumi Cubadak berada di bawah lapisan alterasi and silifikasi permukaan. Batas atas zona reservoir diduga berada pada kedalaman 2000 m. Kisaran temperatur reservoir didapat dari data geotermometrik yaitu sebesar 148-161°C sehingga sistem panasbumi Cubadak termasuk kedalam moderate temperature geothermal system. Estimasi luasan area reservoir berdasarkan data MT adalah 8 km2. Berdasarkan kalkulasi, sumber panasbumi Cubadak memiliki potensi sekitar 28 MWe.

Cubadak area is located in West Pasaman, West Sumatra province. Based on the geological data, the area is dominated by Permo-Carbon Sabak formation and located in depression zone that influenced by normal faults. Cubadak area is estimated have the geothermal prospect due to presence of surface manifestations. There are three chloride-bicarbonate hot springs types. To confirm the geothermal potential, magneto telluric ( MT ) method was then carried out. MT Processing includes: time-series data selection, Fourier transform, Robust Processing, Cross Power Selection, Static Shift Correction, then two-dimensional inversion was conducted initial model as resulted from one-dimensional inversion. The result was then integrated with geological, geochemical, and gravity data. The conceptual model shows that geothermal reservoir zone is located under alteration layer and surface silification. The depth of the reservoir top zone is estimated to be 1000-1500 m. Reservoir temperature is estimated using a geothermometry is about 148-161 ° C. Accordingly, the Cubadak geothermal system is clasified into the moderate temperature system. The reservoir area is estimated from MT data is about 8 km2. Based on calculation, Potential of Cubadak geothermal resources is about 28 MWe.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S54432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Isa Marianto Suryo Putro
"Daerah “D” merupakan salah satu daerah prospek panasbumi di Indonesia. Daerah ini di dominasi oleh batuan produk vulkanik yang terdiri dari aliran lava dan kubah-kubah vulkanik. Manifestasi di daerah ini terdiri dari kelompok mata air panas D dengan temperatur sebesar 95 – 97oC dan kelompok mata air panas M dengan temperatur sebesar 60,9 – 84,0oC. Kedua kelompok mata air panas tersebut memiliki tipe klorida. Selain itu, terdapat batuan ubahan di sekitar manifestasi yang mengandung mineral ubahan yang di dominasi oleh mineral silika. Untuk mendelineasi sistem panasbumi tersebut, maka dilakukan inversi 3-D data magnetotellurik, baik dengan full impedance tensor maupun dengan off-diagonal element dengan menggunakan software MT3Dinv-X. Hasil dari inversi 3-D dengan full impedance tensor menggambarkan kondisi bawah permukaan lebih baik dibandingkan dengan off diagonal element. Lapisan konduktif (<15 ohm-m) dengan ketebalan 200 m – 1 km diindikasikan sebagai caprock. Lapisan dibawah caprock (15 – 158 ohm-m) diindikasikan sebagai reservoar. Sedangkan body dengan resistivitas >1.000 ohm-m diindikasikan sebagai heat source yang merupakan intrusi dari batuan beku muda. Selanjutnya, hasil inversi 3-D tersebut diintegrasikan dengan data gravitasi untuk membuat model konseptual dari sistem panasbumi “D”. Dimana sistem panasbumi “D” merupakan jenis sistem panasbumi intermediate temperature dengan temperatur reservoar sebesar 190oC berdasarkan geotermometer Na/K."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulimatul Safa`ah Praromadani
"Daerah prospek geotermal Telomoyo terletak sekitar 34 km sebelah selatan dari kota Semarang, Jawa Tengah. Geomorfologi Telomoyo terdiri atas komplek Gunung Telomoyo yang didominasi batuan vulkanik plistosen-kuarter berupa piroklastik dan lava dengan komposisi andesit-basaltik. Manifestasi permukaannya berupa mata air panas dan batuan teralterasi. Pendugaan temperature reservoirnya berkisar 2300C.
Dari data gravitasi diketahui ada intrusi di bawah kaldera Telomoyo. Untuk mengetahui informasi bawah permukaan daerah prospek geothermal Telomoyo, dilakukan survey magnetotellurik (MT). Selanjutnya data MT yang diperoleh diolah melalui tahapan pemilihan data time series sampai inversi 2D dan divisualisasikan ke dalam 3D.
Hasil penelitian ini memperlihatkan lapisan resistivitas sangat rendah (<15 Ωm), diinterpretasikan sebagai lapisan penudung (clay cap). Lapisan yang berada di bawah clay cap dengan nilai resistivitas sekitar 50-150 Ωm diinterpretasikan sebagai reservoir dari sistem geotermal. Lapisan heat source tampak berbentuk dome dengan nilai resistivitas >250 Ωm. Selanjutya model dari data MT tersebut diintegrasikan dengan data geologi, geokimia, dan geofisika (gravitasi) sehingga dapat dibuat model konseptual yang dapat mendelineasi sistem geotermal daerah prospek Telomoyo dimana potensi geotermalnya berkisar 125 MWe.

Telomoyo geothermal prospect is located about 34 km southern from Semarang, Central Java. Geomorphology of Telomoyo consist of Mount Telomoyo dominated by volcanic plistocene- quartenary formation consists of pyroclastic and andesit-basaltic lava. Surface manifestation are hot springs and alterationed rock. The estimation of reservoir temperature is about 2300C.
From gravity data we can see an intrusion under Telomoyo's caldera. To get subsurface information about Telomoyo geothermal prospect , MT survey was done. MT data is processed through data selection stage of time series up to 2D inversion and visualized into 3D. The result of the reseach shows that there is very low resistivity layer (<15 Ωm), interpreted as clay cap.
The layer under clay cap with resistivity value is about 50-150 Ωm interpreted as reservoir of geothermal system. Heat source layer has dome shape wih resistivity value >250 Ωm. Moreover, the model from MT data integrated with geology, geochemistry, and geophysics (gravity) data so the conceptual model that delineated geothermal system of Telomoyo prospect area of which geothermal potension about 125 Mwe can be made.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S44548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>