Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183194 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dedi Budi Hartono
"ABSTRAK
Diare menempati urutan kelima dalam 10 penyakit penyebab kematian di dunia dan
diperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi di dunia pada tahun 2007 serta 2,2 juta
diantaranya meninggal. Kejadian diare di Kabupaten Lampung Tengah meningkat
pada tahun 2015 tetapi mengalami penurunan pada tahun 2016, begitu juga kejadian
diare di Puskesmas Kotagajah meningkat pada tahun 2015 dan menurun secara
drastis pada tahun 2016. Salah satu upaya dalam menurunkan kejadian diare adalah
dengan melaksanakan Open Defecation Free/ODF pada masyarakat. Penelitian ini
bertujuan menganalisis perbedaan kejadian diare dan faktor-faktor yang berhubungan
terhadap kejadian diare pada Puskesmas belum ODF (Puskesmas Simbarwaringin)
dan Puskesmas ODF (Puskesmas Kotagajah). Desain penelitian yang digunakan
cross sectional, bersifat observasi deskriptif dan merupakan studi komparatif
terhadap kejadian diare pada Puskesmas belum ODF dan puskesmas ODF dengan
jumlah 100 sampel. Hasil analisis bivariat proporsi perbedaan terhadap kejadian
diare pada Puskesmas belum ODF dan Puskesmas ODF berhubungan signifikan
(p=0,001), OR=5,31 (95% CI:1,913-14,745). Hasil analisis multivariat menunjukkan
kondisi fisik SAB (p=0,000) dan OR=42,25 (95% CI:11,810-189,034) setelah
dikontrol variabel tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, CTPS setelah BAB,
memotong kuku, kondisi fisik jamban, TPS dan SPAL. Kesimpulannya proporsi
kejadian diare pada Puskesmas belum ODF mempunyai peluang 5,31 kali lebih besar
dibandingkan pada Puskesmas ODF. Sebaiknya dilakukan peningkatan pengetahuan
pada masyarakat dan perilaku ODF selalu diterapkan oleh masyarakat sebagai salah
satu cara pencegahan kejadian diare dan upaya menuju sanitasi total.

ABSTRACT
Diarrhea ranks the fifth in 10 causes of death in the world and was estimated 4
billion cases of diarrhea occured in the world in 2007 and 2.2 million of them were
died. The incidence of diarrhea in Central Lampung increased in 2015 but decreased
in 2016, as well as the incidence of diarrhea in Kotagajah Puskesmas increased in
2015 and decreased drastically in 2016. Effort in reducing the incidence of diarrhea
is by implementing Open Defecation Free/ODF to the community. This research is
aimed to analyze the differences of diarrhea incidence and the related factors to the
occurrences of diarrhea at non ODF Puskesmas (Puskesmas Simbarwaringin) and
ODF Puskesmas (Puskesmas Kotagajah). This research is using cross sectional
design, descriptive observation and comparative study on the incidence of diarrhea at
non ODF Puskesmas and ODF Puskesmas which consisted 100 samples. Bivariate
analysis of the proportion of the difference to the incidence of diarrhea at non ODF
Puskesmas and ODF Puskesmas has significant correlation (p = 0,001), OR = 5,31
(95% CI: 1,913-14,745). Multivariate analysis showed physical condition of SAB (p
= 0,000) and OR = 42,25 (95% CI: 11,810-189,034) after controlled by variable of
education level, income level, CTPS after defecate, nail cut, physical condition of
toilet, TPS and SPAL. In conclusion, the proportion of diarrhea occurrences at the
non ODF Puskesmas is 5.31 times greater than in ODF Puskesmas. It is better to
increase knowledge on the community and the behavior of ODF is always applied by
the community as a way to prevent the occurrences of diarrhea and efforts towards
total sanitation."
2017
T48424
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Sambodo
"Faktor manusia (host) yang pcnling dalam pcnccgahan malaria adalah Faklor perilaku, seperti perilaku pencegahan dan pencarian pengobatan. Salah satu Faktor pencegahan malaria berkaitan dengan pcngcmbangan program kelambunisasi adalah keteraturan masyarakat untuk tidur mcnggunakan kelambu sepanjang malam.
Penelitian ini bertujuan umuk mengetahui hubungan menggunakan kclambu dengan kejadian malaria, clengan mempertimbangkan faktor-faktor: umur, jenis keiamin, pendidikan, waktu bekerja, pengetahuan tentang malaria, penyuluhan lcelambu, kecukupan kelambu, lama tinggal, pemilikan temak besar, obat anti nyamuk, kassa, dan alat pellndung diri keluar mlam. Penelitian ini dilalcsanakan di Kabupaten Lampung Selatan, dengan pertimbangan prevalensi klinis malaria di Kabupaten Lampung Selatan sangat fluktuatifl yaitu ll,5%0 tahun 2000, cenderung meningkat menjadi l3,65%¢ pada tahun 2003 dan menurun kembali menjadi ll,3%¢ di tahun 2004, scdangkan pada tahun 2005 kcmbali turun mcnjadi 9,67_ disamping, itu program kelambunisasi baru bcrjaan, lokasi pcnelitian adalah salah salu puskesmas lercndcmis di Kabupatcn Lampung Selalan, yaitu Puskcsmas Hanura.
Berdasarkan pcnelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik antara menggunakan kelambu dengan kejadian malaria, dimana respondcn yang tidak mcnggunakan kelambu berisiko 4,82 kali terkena malaria dibandingkan dengan responden yang leralur tidur menggunakan kclambu. Faktor resiko yang berpotensi menjadi konfounder sehubungan dengan keteraturan tidur mcnggunakan kelambu dengan kejadian malaria adalah pengetahuan responden tentang cara pencegahan malaria dan status penyuluhan tentang kelambu yang dilerima oleh responden. Respondcn yang tidak tahu cara pencegahan malaria berisiko 6,64 kali dibanding responder; yang tahu tentang cara pencegahan malaria. Variabcl umur responden kelompok muda < 15 tahun beresiko terkena malaria pemah menerima pcnyuluhan kelambu akan terlindungi dari malaria 2,37 kali dibandingkan dengan responden yang beumur > 15 tahun.
Berdasarkan penclitian ini diketahui menggunakan kelambu sangal mcmpengamhi keberhasilan program pengendalian malaria jika dilaksanakan dcngan mempertimbangkan upaya pcningkatan pcngetahuan masyarakat temang pencegahan malaria Serta manfaat penggunaan kelambu. Oleh karcna itu kiranya perlu dilakukan penyuluhan ulang temang manfaal penggunaan kclambu dalam pcnccgahan tcrjadinya pcnularan malaria, karcna berdasarkan penclilian ini hal tersebut dapat mcningkalkan cakupun pcnggunaan kelambu di masyarakul.

An important human factor in malaria prevention activities is behavioral factor, such as prevention behavior and care seeking. One of prevention factor of malaria which is related with bednets program is the using of bednets by the community during night-rest time.
This research aims to determine correlation between the using ot' bednets by the community with malaria incidence in Hanura Health Centre, South Lampung District. The correlation will be considered to variables, which are age groups, gender, educational level, working hours, the community knowledge regarding malaria prevention, health education, length stay, ownership of cattle, mosquito coils, kassa, the using of self protection clothes during night time. The prevalence of clinical malaria in South Lampung District is fluctuated, from ll.5%o in 2000 to l3.65%o in 2003 and decreases to ll.3%a in 2004 and 9.67%o in 2005. The location of this study is Hanura Health Centre due to thc most endemic malaria condition of this health center in South Lampung District.
This research finds that there is statistical significant relationship between the using of bednets by the community with malaria incidence. Non using bednets group risks 4.67 times to have malaria infection compare to using bednets group. Confounder risk factors are knowledge of the community regarding malaria prevention efforts and health education to use bednets. Lack knowledge of malaria prevention respondents risk 6.64 times compares to good knowledge of malaria prcvcntion respondents. Responden age group is risk factor for malaria incidence. Age group responden < I5 years more risk 2,32 times compare to age group 2 IS years.
In conclusion, successful bednets distribution program in malaria control activities should be followed with increasing the knowledge of malaria prevention among the community and increasing health education to use bednets. Therefore, malaria control program in South Lampung District should continue malaria health education program on regular basis for the community in Hanura Health Centre. The message could consist of malaria prevention activities and the using ofbednets.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T29205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Lestari
"Perawatan diare yang tepat dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian balita karena diare. Edukasi merupakan intervensi yang mendukung peningkatan pengetahuan dan sikap ibu dalam merawat balita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas edukasi audiovisual perawatan diare terhadap pengetahuan dan sikap ibu, serta lama diare balita. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-post test dengan kontrol group. Total sampel penelitian ini 71 responden, yaitu 35 kelompok kontrol dan 36 intervensi dipilih dengan menggunakan teknik consecutive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah edukasi audiovisual pada kelompok perlakuan (pengetahuan: p=0,002; sikap p=0,008); terdapat perbedaan yang bermakna antara selisih skor pengetahuan dan sikap kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan (pengetahuan p=0,008; sikap p=0,001), namun tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama diare kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan (p=0,796).
Edukasi audiovisual efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap, namun tidak pada variabel lama diare. Hasil penelitian dapat dipertimbangkan sebagai alat bantu memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan family centered care, karena dinilai efektif dan efisien dari segi tenaga, waktu, dan biaya.

Management of diarrhea should be administered appropriately in order to reduce morbidity and mortality diarrhea under five children. Education is an intervention supports improvement of mother's knowledge and attitude in caring their children.
The purpose of this research to know the effectiveness of audiovisual diarrhea education to mother's knowledge and attitude, and also duration diarrhea in under five children. The design used is pre-post test with kontrol group. The total sample is 71 respondents divided to 35 control groups and 36 interventions were selected by consecutive sampling technique.
The results showed that there were significant differences between knowledge and attitude before and after audiovisual education in interventions (knowledge: p = 0,002; attitude p = 0,008); There was significant difference between score knowledge and attitude control group and treatment group (knowledge p = 0,008; attitude p = 0,001), there was no significant difference between duration diare control group and treatment group (p=0,796).
Audiovisual education effective increases knowledge and attitude, but not on durtion of diarrhea. Audiovisual can be considered as a tool to provide nursing care with family centered care approach, because it is considered effective and efficient in human resources, time, and cost.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edip Isna Yuana
"Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi penyebab utana morbiditas dab mortalitas bagi bayi dan anak di seluruh dunia. Di DKI Jakarta khususnya wilayah Jakarta Timur memiliki angka kasus diare tertinggi yaitu Kecamatan Cakung yaitu 5179 kasus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi kejadian diare berdasarkan faktor anak dan faktor ibu. Penelitian ini menggunakan data primer, menggunakan disain penelitian Cross sectional. Dengan jumlah sampel 96 ibu yang membawa balita berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Cakung. Hasil menunjukkan bahwa kejadian diare adalah 46,9%. Kejadian diare memiliki hubungan yang bermakna dengan riwayat pemberian ASI eksklusif (PR 3,432 (CI 95% 1,474 ? 7,991), status imunisasi campak (PR 7,692 (CI 95% 0,88 ? 66,56), pengetahuan ibu (PR 7,196 (CI 95% 2,915 ? 17,76), dan perilaku mencuci tangan ibu (PR 2,489 ( CI 95% 0,995 ? 6, 228).

Diarrhea is one of the health problems are a major cause of morbidity and mortality for infants and children around the world. In Jakarta, especially East Jakarta has the highest number of cases of diarrhea Puskesmas Cakung ie 5179 cases. This study aims to determine the distribution of the incidence of diarrhea by factors child and maternal factors. The research using a cross sectional study design. With a total sample 96 mothers carrying toddlers visiting Puskesmas Cakung. Results showed that the incidence of diarrhea was 46.9%. The incidence of diarrhea has a significant relationship with a history of exclusive breastfeeding (PR 3.432 (95% CI 1.474 to 7.991), measles immunization status (PR 7.692 (95% CI 0.88 to 66.56), knowledge of mothers (PR 7.196 (CI 95 % 2.915 to 17.76), and the mother's hand washing (PR 2.489 (95% CI 0.995 to 6, 228)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurholis Majid
"Angka kesakitan diare di Indonesia tahun 2003 diperkirakan sebesar 374 per 1.000 penduduk dan angka kesakjtan diare di Propinsi Jawa Barat tahun 1999 pada kelompok umur 1-4 tahun diperkirakan 188 per 1000 penduduk. Sedangkan angka kesakitan diare di Kabupaten Garut pada tahun 2004 diperkirakan 103 per 1000 penduduk. Kejadian diare di Puskesmas Cisurupan Kabupaten Garut dengan prevalen rate: 160 per 1000 balita.
Penelitian ini merupakan kajian epidemiologi kesehatan lingkungan dengan fokus penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare yaitu variabel karakteristik ibu balita, karakteristik balita, kondisi sarana air bersih, tingkat kepadatan Ialat dan kondisi jamban dengan kejadian diare pada balita (12-59 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Cisurupan Kabupaten Garut tahun 2006.
Desain penelitian ini menggunakan studi kasus kontrol dengan menggunakan data primer. Kasus adalah balita yang telah didiagnosis dengan gejala diare dan datang ke puskesmas serta bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Cisurupan. Kontrol adalah balita yang tidak menderita diare paling Iama 2 mingu terakhir dan bertempat tinggal sama dengan kasus. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan statistik.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kondisi sarana air bersih (OR=2,077 C195% : 1.066-4.045), kepadatan lalat (OR=2,139 C195%:1.137-4.021) dan kondisi jamban (OR=2,1 11CI95%:1.103-4.040) dengan kejadian diare pada balita. Sedangkan hasil uji interaksi melalui analisis regresi logistik menunjukkan tidak ada interaksi.
Dari hasil penelitian terlihat faktor lingkungan merupakan faktor dominan terhadap kejadian diare. Untuk itu diperlukan peningkatan upaya-upaya inovatif dalam pengendalian lingkungan yang dilakukan bersama baik oleh masyarakat, puskesmas Cisurupan, dinas kesehatan Garut dan sektor terkait lainnya. Misalnya, upaya pemberdayaan masyarakat di bidang higyene and sanitation melalui pengembangan program klinik sanitasi dan methodology partisipatory assessment- partisipatory hygiene and sanitation transformations (MPA-PHAST). Diharapkan dengan peningkatan upaya tersebut target pencapaian IPM 80 pada tahun 2010 dapat-tercapai."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T21155
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duwi Prihatin
"Setiap tahun lebih dari 1 juta penduduk di dunia meninggal akibat malaria, 80% diantaranya di Afrika dan diperkirakan ada sekitar 3 milyar pasien malaria di seluruh dunia, salah satunya di Indonesia. Puskesmas Mantangai Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah, angka kejadian malaria dari tahun 2009 - 2011 mengalami perubahan yaitu kasus malaria klinis dari 520 kasus turun menjadi 30 kasus, sedangkan kasus malaria positif dari 102 kasus naik menjadi 254 kasus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik individu dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Mantangai Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012.
Metode penelitian adalah deskriptif dan desain Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi adalah seluruh masyarakat yang pernah diperiksa terhadap malaria di wilayah kerja Puskesmas Mantangai Kabupaten Kapuas, yakni sebesar 259 orang dengan jumlah sampel 100 responden, tehnik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan secara wawancara menggunakan kuesioner.
Hasil analisis bivariat yang mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian malaria adalah pekerjaan, pengetahuan, pemakaian obat anti nyamuk, dan kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari.
Each year more than 1 million people worldwide die from malaria, 80% of them in Africa and an estimated 3 million malaria patients around the world, one in Indonesia. Mantangai Health Center Kapuas District of Central Kalimantan Province, the incidence of malaria from 2009 - 2011 which changed from 520 cases of clinical malaria cases dropped to 30 cases, while the positive malaria cases rose from 102 cases to 254 cases.
The purpose of this study was to determine the individual characteristics and behaviors associated with the incidence of malaria in the region of Mantangai Health Center of Central Kalimantan Province Kapuas 2012.
The research method was descriptive and cross sectional design with quantitative approach. The population was all people who ever checked against malaria in the region of Kapuas Mantangai health center, which amounted to 259 people with a sample of 100 respondents, the sampling technique is simple random sampling. The data was collected by interview using a questionnaire.
The results of bivariate analyzes that have a meaningful relationship with the incidence of malaria is the work, knowledge, use of anti-mosquito, and and habits are outside the house at night.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ismen
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T41246
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Aji Perdana
"Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh suatu parasit yang hidup di dalam darah melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Malaria masih merupakan masalah di Indonesia karena hingga tahun 2015 jumlah keseluruhan kasus malaria sebesar 217.025 kasus. Pada tahun 2015 Provinsi Lampung memiliki jumlah kasus paling banyak setelah Papua, NTT, Papua Barat, Maluku Sumatera Utara dengan jumlah kasus positif 3.991 kasus dimana Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten endemis malaria.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan perilaku dan tempat perindukan nyamuk terhadap kejadian malaria setelah dikontrol dengan variabel potensial confounder lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian case-control dengan jumlah sampel 180 responden, dengan kasus 60 dan kontrol 120 berusia ≥ 15 tahun, menggunakan data insiden. Data dianalisis dengan uji chi-square, stratifikasi, dan regresi logistik.
Setelah dikontrol variabel confounding didapatkan variabel pemasangan kawat kasa berhubungan dengan kejadian malaria (OR : 3,15 ; 95% CI : 1,099-9,074; p = 0,033). Sedangkan variabel keluar malam, obat nyamuk, penggunaan kelambu, tempat perindukan nyamuk dan jarak tempat perindukan nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian malaria. Umur merupakan efek modifikasi terhadap hubungan antara penggunaan kelambu dan kejadian malaria. Masyarakat hendaknya melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pemasangan kawat kasa pada setiap ventilasi rumah dan menutup setiap lubang pada dinding rumah yang berpotensi nyamuk bisa masuk serta menggunakan kelambu pada saat tidur malam.

Malaria is an infectious disease caused by a parasite that lives in the blood through the bite of a female Anopheles mosquito. Malaria is still a problem in Indonesia since 2015 the total number of 217.025 of malaria cases. In 2015, Lampung province has the most number of cases after Papua, East Nusa Tenggara, West Papua, Maluku, North Sumatera amount of positive 3,991 cases in which the District Pesawaran a malaria endemic districts.
The main purpose of this study was to determine the relationship of behavior and breeding places on the incidence of malaria after controlling for potential confounders. This study is a case-control study with a sample size of 180 respondents, with 60 cases and 120 controls aged ≥ 15 years, using incident data. Data were analyzed by chi-square test, stratification and logistic regression.
After adjusting confounding variables installation of wire netting significant relationship with the incidence of malaria (OR : 3,15 ; 95% CI : 1,099-9,074; p = 0,033). Out of the house at night, insect repellent, use of mosquito nets, mosquito breeding places and distances breeding places are not relationship with the incidence of malaria. Age is a modification effect on the relationship between the use of mosquito nets and malaria. The people should take steps to prevent the installation of wire netting perform at every home ventilation and close any holes in the walls of houses that potentially could enter and use mosquito netting when sleeping at night. The people should take steps to prevent malaria by doing the installation of wire netting at each home ventilation and close any holes in the walls of houses that potentially could enter and use mosquito netting when sleeping at night.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Sri Hartati
"Latar Belakang : Diare merupakan penyebab kematian terbesar kedua pada anak dibawah usia lima tahun yang membunuh sekitar 252.000 balita per tahun secara global. Di Indonesia sendiri, prevalensi diare pada balita menurut RISKESDAS 2018 mengalami kenaikan dari 2,4% pada tahun 2013 menjadi 11%. Provinsi Banten tercatat menjadi provinsi kedua dengan angka cakupan pelayanan diare pada balita tertinggi sebesar 44,3% menurut Profil Kesehatan Indonesia 2020. Kota Tangerang merupakan salah satu kota di provinsi Banten yang melayani kejadian diare pada balita dengan temuan kasus sebanyak 3,26% (9.799 kasus) dari jumlah sasaran target temuan pada tahun 2020. Dari tiga puluh delapan puskesmas di Kota Tangerang, Puskesmas Cibodasari yang terletak di Kecamatan Cibodas menjadi salah satu puskesmas yang melayani kasus diare pada balita sebanyak 5,47% (592 kasus) dari jumlah sasaran target temuan. Belum diketahui faktor apa yang menjadi penyebab tingginya angka temuan kejadian diare pada balita di Puskesmas Cibodasari sehingga penelitian berikut bertujuan untuk mencari tahu terkait faktor risiko kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cibodasari Kota Tangerang tahun 2022. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain case control­. Metode sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling yang ditentukan berdasarkan diagnosa penyakit berupa diare dan non-diare (diluar gejala diare) yang didapat dari rekam medik pasien. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara secara door to door dengan alat bantu kuesioner. Analisis univariat digunakan untuk memberikan gambaran tiap variabel dan analisis bivariat dengan uji chi-square untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen. Hasil : Didapati variabel yang berkontribusi secara berurut dari paling besar ke kecil dalam kejadian diare pada balita adalah perilaku cuci tangan (OR: 6.19; 95% CI: 2.19-17.5), riwayat ASI Eksklusif (OR: 3.91; 95% CI: 1.40-10.8), dan pengetahuan (OR: 2.78; 95% CI: 1.07-7.22).esimpulan : Ketiga variabel independen yakni pengetahuan, perilaku cuci tangan, serta riwayat ASI Eksklusif memiliki hubungan dengan kejadian diare pada balita. Kurangnya kesadaran masyarakat perihal perilaku cuci tangan, pemberian ASI Eksklusif, serta minimnya pengetahuan terhadap kejadian diare pada balita menjadi tantangan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Cibodasari untuk kembali mengedukasi ulang masyarakat setempat terkait variabel yang diteliti dan hubungannya dengan diare pada balita.

Background: Diarrhea is the second biggest cause of death which kills around 252,000 children under five per year globally. The prevalence of diarrhea among toddlers in Indonesia according to RISKESDAS 2018 has increased from 2.4% in 2013 to 11%. Banten Province was recorded as the second province with the highest coverage rate of diarrhea services among toddlers at 44.3% according to Indonesian Health Profile 2020. Tangerang City is one of the cities in Banten Province which served the diarrhea incidence among toddlers with 3.26% of case findings (9.799 cases) from the targeted finding number of cases in 2020. From thirty-eight public health centers in Tangerang City, Cibodasari Public Health Center which is located in Cibodas District became one of the public health centers which served the diarrhea incidence among toddlers with 5.47% of case findings (592 cases) from the targeted finding number of cases in 2020. The factor which caused the diarrhea incidence among toddlers in Cibodasari Public Health Center remains unknown, thus the following research aims to find out the risk factor of diarrhea incidence among toddlers in Cibodasari Public Health Center's Working Area, Tangerang City in 2022. Methods: This is a quantitative study with a case-control design and used primary data which was collected through door-to-door interviews. The sampling method used was the purposive sampling technique which was determined based on the diagnosis of diarrheal and non-diarrheal disease (excluding the symptoms of diarrhea) obtained from the patient’s medical record. The univariate analysis was used to describe each variable and the bivariate analysis (using the chi-square test) was used to find out the relation between the dependent and independent variables. Result: The variables that contributed sequentially to the diarrhea incidence among toddlers from the largest to the smallest were hand-washing behavior (OR = 6.19; 95% CI = 2.19-17.5), exclusive breastfeeding history (OR = 3.91; 95% CI = 1.40-10.8), and knowledge (OR = 2.78; 95% CI = 1.07-7.22). Conclusion: These three independent variables which are knowledge, hand-washing behavior, and exclusive breastfeeding had a relation with diarrhea incidence among toddlers as a result. The lack of awareness about hand-washing behavior and exclusive breastfeeding, also the knowledge of toddler's diarrheal becomes a challenge for the Cibodasari Public Health Center’s health workers to re-educate people about the three main variables of research and their relation to toddler’s diarrheal."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathonah Sholihah Farizal
"Penyakit diare berada di posisi peringkat tertinggi ke-8 penyebab kematian di kelompok semua umur, dan peringkat ke-5 pada kelompok umur balita. Diare merupakan penyakit endemis berbasis lingkungan yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan analisis univariat dan bivariat. Sumber data penelitian merupakan data primer yang diambil langsung oleh peneliti menggunakan kuesioner mewawancarai ibu atau pengasuh yang membawa balita berkunjung ke Poli Balita Sakit di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta. Sampel yang didapatkan sebanyak 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor balita yaitu variabel status imunisasi (p-value 0,007) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita. Kemudian faktor perilaku ibu yang terdiri dari 3 variabel, perilaku cuci tangan pakai sabun (p-value 0,002) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita, sedangkan perilaku pembuangan tinja balita (p-value 0,299) dan pengelolaan sampah (p-value 0,382) tidak berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Selanjutnya faktor sanitasi yang terdiri dari 3 variabel, tempat sampah (p-value 0,000) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita, sedangkan sumber air minum (p-value 1,000) dan jamban keluarga (p-value 0,717) tidak berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Pemerintah diharapkan terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi

Diarrheal disease ranks as the 8th highest cause of death in the all-age group, and ranks 5th in the toddler age group. Diarrhea is an environmentally based endemic disease that has the potential to become an Extraordinary Event (KLB). The purpose of this study was to determine the risk factors associated with the incidence of diarrhea in toddlers in the work area of the Cengkareng District Community Health Center in 2022. This study used a cross-sectional research design with univariate and bivariate analysis. The source of the research data is primary data taken directly by researchers using questionnaires interviewing mothers or caregivers who bring toddlers to visit the Sick Toddler Poly at the Cengkareng District Community Health Center, Jakarta. The sample obtained was 100 respondents. The results showed that the toddler factor, namely the immunization status variable (p-value 0.007) had a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers. Then the mother’s behavior factor consisting of 3 variables, handwashing behavior with soap (p-value 0.002) has a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers, while the behavior of toddler fecal disposal (p-value 0.299) and waste management (p-value 0.382) is not related to the incidence of diarrhea in toddlers. Furthermore, the sanitation factor consisting of 3 variables, the trash can (p-value 0.000) has a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers, while the source of drinking water (p-value 1,000) and family latrine (p-value 0.717) are not related to the incidence of diarrhea in toddlers. The government is expected to continue to increase public awareness of the importance of immunization.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>