Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159959 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Benedectus Bayu Sabdo Kusumo
"Konsentrasi 1-Hydroxypyrene di dalam urin dipengaruhi beberapa faktor pajanan, salah satunya adalah konsentrasi pajanan Benzo (a) Pyrene di udara. Didalam penelitian ini selain meneliti hubungan BAP dan 1-OHP juga diteliti faktor lain yang dapat menpengaruhi konsentrasi 1-OHPu, yaitu : karakteristik individu (Jenis kelamin, berat badan dan IMT), lama pajanan, dan sumber pajanan lain (makanan bakar/panggang, bahan bakar memasak, perokok dirumah). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pajanan BAP dan konsentrasi 1-OHPu dan faktor lain yang mempengaruhi. Penelitian cross-sectional ini dilakukan dengan mengambil sampel udara dilingkungan SMPN 16 Bandung, dan memeriksa 36 sampel urin siswa kelas 2 SMPN 16 untuk pemeriksaan 1-OHPu, dan dilakukan wawancara terstruktur dengan kuisioner. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara BAP di udara dan 1-OHPu siswa kelas 2 SMPN 16. Kesimpulan penelitian ini : faktor paling mempengaruhi konsentrasi 1-OHPu siswa kelas 2 SMPN 16 secara berurutan adalah : bahan bakar memasak dirumah, adanya perokok dirumah, makanan bakar/panggang, IMT, dan lama pajanan.

The concentration of 1-Hydroxypyrene in urine is affected by several exposure factors, one of which is the concentration of Benzo (a) Pyrene in the air exposure. In this study, in addition to studying the relationship between BAP and 1-OHP, other factors that can influence the concentration of 1-OHPu are: individual characteristics (sex, weight and BMI), duration of exposure, and other sources of exposure (grilled, Cooking fuel, and smokers at home). This study aims to determine the relationship of BAP exposure and concentration of 1-OHPu and other factors that influence. This cross-sectional study was conducted by taking air samples in SMPN 16 Bandung, and examining 36 urine samples of second grade students of SMPN 16 for 1-OHPu examination, and structured interview with questionnaire. The results of this study indicate that there is no correlation between BAP in the air and 1-OHPu of second grade students of SMPN 16. The conclusion of this research: the most influencing factor of 1-OHPu concentration of second graders of SMPN 16 in sequence are: home cooking fuel, Grilled/baked foods, BMI, and duration of exposure
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48340
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aish Baity Kurnia
"Benzo a pyrene BaP merupakan salah satu golongan PAHs. IARC menetapkan benzo a pyrene BaP sebagai penyebab kanker pada hewan dan mungkin pada manusia Group 2A. Sumber BaP dari buangan kendaraan bermotor, pembakaran kayu dari perapian, fly ash dari pembangkit listrik dengan bahan batubara atau proses pembakaran lainnya. SMPN 16 Bandung terletak di Jalan P.H. Hasan Mustafa No.53 yang merupakan jalan raya utama padat lalu lintas, dekat dengan SPBU memiliki risiko terpajan BaP. Penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi tingkat risiko kesehatan pajanan BaP pada anak SMPN 16 Bandung kelas VIII. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2017. Metode yang digunakan adalah metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ARKL. Nilai estimasi risiko kesehatan non karsinogenik dinyatakan dengan Risk Quotient RQ dan estimasi risiko kesehatan karsinogenik dinyatakan dengan Excess Cancer Risk ECR. Konsentrasi BaP di udara ambient lingkungan sekolah diukur dan karakteristik pola pajanan responden diperoleh dari hasil wawancara langsung. Nilai konsentrasi BaP pada pengambilan 10 titik nilainya sama.

Benzo a pyrene BaP is one of the PAHs. The IARC establishes Benzo a pyrene BaP as a cause of cancer in animals and possibly in humans. The sources of BaPcan befrom vehicle rsquo s disposal, wood burning from fireplaces, flying ash from coal based power plants or other combustion processes. 16 Bandung Junior High School is located at P.H. Hasan Mustafa 53 which is a major traffic highway, close to gas stations that has a risk of being exposed to BaP. The research took place in some student of 16 Bandung JHS especially those who are in grade eight. The study was conducted in May 2017. The method that rsquo s used is the method of Environmental Health Risk Analysis. The estimated value of non carcinogenic health risk is expressed as Risk Quotient RQ and the estimated value of carcinogenic health risk is expressed as Excess Cancer Risk ECR. The concentration of BaP in the air of school rsquo's environment is measured and the characteristic of exposure is obtained from direct interviews. The value of BaP rsquo's concentration at 10 points is equal to
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69945
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildzah Auliaul Haq
"Benzena merupakan cairan tidak berwarna yang memiliki bau khas dan bersifat toksik yang dapat terkonsentrasi di udara ambien sebagai zat pencemar udara. Salah satu penggunaan Benzena adalah menjadi unsur pokok pada bahan bakar di mana dia berperan sebagai bahan pengikat oktan dan anti-knock dengan konsentrasi 1-5 sehingga Benzena dapat terkonsentrasi udara dari gas buang kendaraan bermotor dan gas uap dari staisun pengisian bahan bakar. Penelitian ini dilakukan guna mengestimasi tingkat risiko kesehatan pajanan Benzena di udara terhadap siswa-siswi di SMPN 16 Bandung yang dekat dengan sumber pencemar Benzena. Penelitian dilakukan pada Mei-Juni 2017 dengan metode yang digunakan adalah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ARKL. Dari penelitian didapatkan hasil konsentrasi Benzena di udara ambien memiliki rata-rata sebesar <0,316 mg/m3.

Benzene is a toxic colorless liquid which has sweet odor that can be concentrated in ambient air as pollutant. Benzene is used as constituent element in fuels which has function to bind octant and as anti knock with concentration of 1 5 , so that Benzene can be released to ambient air from vehicle exhaust gases and vapor gases from fueling stations. This study was conducted to estimate the health risk of exposure to air Benzene among the student at SMPN 16 Bandung which is located close to the source of pollutants Benzene. The study run during May June 2017 using Environmental Health Risk Analysis EHRA. The result showed that Benzene concentration in ambient air had average of <0,316 mg/m3.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatul Qomariyah
"Partikulat (PM2.5), nitrogen dioksida (NO2), dan benzo(a)pyrene diketahui sebagai polutan yang sering ditemukan di udara dari sisa/hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yang dapat mempengaruhi kualitas udara terutama pada populasi rentan seperti anak-anak dimana sebagian waktunya dihabsikan di sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk adalah mengestimasi risiko pajanan partikulat (PM2.5), nitrogen dioksida (NO2), dan benzo(a)pyrene pada siswa di tiga sekolah dasar negeri Jakarta Barat.
Penelitian ini menghasilkan konsentrasi PM2.5 terkecil dan terbesar di SDN Cengkareng Barat. Sedangkan konsentrasi NO2 terkecil di SDN Cengkareng Barat dan terbesar di SDN Cengkareng Timur. Sementara konsentrasi benzo(a)pyrene terkecil di SDN Cengkareng Barat dan terbesar di SDN Cengkareng Timur.
Kesimpulan dari penelitian ini, risiko non karsinogen pajanan PM2.5, NO2, dan benzo(a)pyrene dari ketiga sekolah memiliki nilai RQ ≤ 1 atau dikatakan aman sedangkan risiko kesehatan karsinogenik pajanan benzo(a)pyrene memiliki nilai E > 4 yang berarti siswa di sekolah berisiko.

Particulates (PM2.5), nitrogen dioxide (NO2), and benzo (a) pyrene are known to be pollutants that are often found in air from residual combustion of motorized vehicles that can affect air quality especially in vulnerable populations such as children where some of the time is validated at school.
This study aims to estimate the risk ofparticulate exposure (PM2.5), nitrogen dioxide (NO2), and benzo (a) pyrene in students in three West Jakarta state elementary schools.
This research resulted in the smallest and largest PM2.5 concentration in Cengkareng Barat Elementary School. While the smallest NO2 concentration was in SDN Cengkareng Barat and the largest was in SDN Cengkareng Timur. While the smallest concentration of benzo (a) pyrene is in West Cengkareng SDN and the largest is in East Cengkareng SDN.
Conclusions from this study, the risk of non-carcinogen exposure to PM2.5, NO2, and benzo (a) pyrene from the three schools has a RQ value of ≤ 1 or is said to be safe while the carcinogenic risk of benzo exposure (a) pyrene has an E value> 4 which means students at risk school.
"
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maisa Weli
"Pendahuluan: Benzo(a)pyrene merupakan salah satu golongan PAH yangdiklasifikasikan sebagai senyawa yang bersifat karsinogen (probably carcinogenic)pada manusia dan hewan. Setelah terpajanan, benzo(a)pyrene yang masuk kedalamtubuh manusia melalui jalur inhalasi, langsung terabsorpsi didalam tubuh danterdistribusi dalam paru, kulit dan hati, lalu berikatan dengan DNA, RNA dan protein. Setelah memasuki tubuh manusia dan biotransformasi, Benzo(a)pyrene diekskresikan dalam bentuk metabolit terhidroksilasi dalam urin atau feses. 1-hydroxypyrene (1-OHP) dalam urin merupakan metabolit yang paling umum digunakan sebagai biomarker pajanan dari senyawa benzo(a)pyrene. Pengukuran konsentrasi benzo(a)pyrene dilakukan pada tiga titik di setiap sekolah menggunakan sorben tube dengan filter charcoal, dan dianalisis menggunakan metode fluoresensi. Analisis 1-hydroxypyrene dalam urin dilakukan menggunakan HPLC dengan detektor fluoresensi.
Tujuan: untuk melihat hubungan paparan benzo(a)pyrene terhadap konsentrasi 1-hydroxypyrene pada urin.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional, sampel dalam penelitian ini berjumlah 76 orang, pembagian sampel di buat secara probability proportional to size (PPS), pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.
Hasil: Rata-rata konsentrasi BaP di udara indoor sekolah dasar negeri di sekitar ruas jalan utama Jakarta Barat sebesar 0,0059 mg/m3, dan rata-rata konsentrasi BaP di udara outdoor yaitu 0,0031 mg/m3. Rata-rata konsentrasi BaP di udara indoor pada sekolah terpajan tinggi yaitu 5,6 kali lebih tinggi (0,0102 mg/m3) di bandingkan sekolah yang terpajan terpajan rendah (0,0018 mg/m3). Rata-rata konsentrasi 1-OHP pada urin siswa sekolah dasar negeri di sekitar ruas jalan utama Jakarta Barat adalah 12,146 μmol/mol kreatinin. Rata-rata konsentrasi 1-OHP pada urin siswa sekolah terpajan tinggi 1,2 kali lebih besar (13,363 μmol/mol kreatinin) di bandingkan sekolah terpajan rendah (10,929 μmol/mol kreatinin).
Kesimpulan: Hubungan pajanan BaP di udara indooor terhadap konsentrasi 1-OHP pada urin siswa berpola positif dimana terdapat korelasi positif antara pajanan BaP di udara indoor terhadap peningkatan konsentrasi 1-OHP pada urin siswa (r=0,229) artinya semakin tinggi pajanan BaP di udara indoor maka semakin tinggi konsentrasi 1-OHP pada urin siswa. Hasil uji statistik menjelaskan ada hubungan yang signifikan antara pajanan BaP di udara indoor dengan konsentrasi 1-OHP pada urin siswa (p=0,046).

Introduction: Benzo(a)pyrene is a class of PAH which is classified as a carcinogenic compound (probably carcinogenic) in humans and animals. After exposure, benzo(a)pyrene which enters the human body through inhalation pathways, is directly absorbed in the body and distributed in the lungs, skin, and liver, then binds to DNA, RNA, and protein. After entering the human body and biotransformation, benzo(a)pyrene is excreted in the form of hydroxylated metabolites in urine or feces. 1-hydroxypyrene (1-OHP) in urine is the most common metabolite used as exposure biomarkers of benzo(a)pyrene compounds. Benzo(a)pyrene concentration measurements were carried out at three points in each school using tube sorbents with charcoal filters and analyzed using the fluorescence method. Analysis of 1-hydroxypyrene in urine is carried out using HPLC with a fluorescence detector.
Objective: To see the relationship of exposure to benzo(a)pyrene to urine 1-hydroxypyrene concentration.
Method: This study is a quantitative study with a crosssectional design, the sample in this study amounted to 76 people, the sample distribution was made by probability proportional to size (PPS), the sampling used purposive sampling.
Results: The average BaP concentration in the indoor air of public elementary schools around the West Jakarta's main road segment is 0.0059 mg/m3, and the average BaP concentration in outdoor air is 0.0031 mg/m3. The average BaP concentration in indoor air in high exposed schools is 5.6 times higher (0.0102 mg/m3) compared to schools exposed to a low exposure (0.0018 mg/m3). The average 1-OHP concentration in the urine of public elementary school students around the West Jakarta main road segment is 12.146 μmol/mol creatinine. The average concentration of 1-OHP in the urine of high-exposed school students was 1.2 times greater (13,363 μmol/mol creatinine) compared to low-exposed schools (10,929 μmol/mol creatinine).
Conclusion: The relationship of BaP exposure in indoor air to the concentration of 1-OHP in the urine of students was positively patterned where there was a positive correlation between BaP exposure in indoor air to an increase in 1-OHP concentration in the urine of students (r = 0.229) meaning higher exposure to indoor air the higher the concentration of 1-OHP in the urine of students. The results of the statistical test explained that there was a significant relationship between exposure to BaP in indoor air and the concentration of 1-OHP in the urine of students (p = 0.046).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurilma Fauzia
"Kondisi pencemaran udara di kota-kota besar di Indonesia semakin menampakkan kondisi yang sangat meprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Kadar debu pada 3 kota besar di Indonesia yakni DKI Jakarta, Yogyakarta dan Semarang sebesar 280μg/m3, dimana nilai tersebut sudah melebihi baku mutu. Kontribusi debu pada udara ambient di DKI Jakarta yang bersumber dari kendaraan bermotor sebesar 4.486.991 ton/tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besar risiko kesehatan akibat pajanan PM10 pada populasi berisiko di Terminal Bus Pulogadung. Desain studi dalam penelitian ini menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).
Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai tingkat risiko (RQ) pajanan PM10 berisiko terhadap kesehatan populasi berisiko baik untuk perhitungan real time maupun life span. Rekomendasi manajemen risiko dapat dilakukan dengan mengurangi konsentrasi PM10 sampai batas aman yaitu dengan upaya perbaikan lingkungan terminal.

Condition of air pollution in major cities in Indonesia are increasingly displaying very poor condition. Sources of air pollution can come from a variety of activities such as industry, transport, offices, and housing. The Dust levels in the three major cities in Indonesia, Jakarta, Yogyakarta and Semarang for 280μg/m3, where the value has exceeded the threshold limit value ( TLV ). Contributions of dust in ambient air in Jakarta that comes from motor vehicles amounted to 4,486,991 tons / year.
This aim of this study is to analyze the big health risk of PM10 exposure at risk populations in Pulogadung Bus Terminal. The design of this study used the method of Environmental Health Risk Analysis ( ARKL ).
The results showed that in real time or life span calculation the level of risk (RQ) for risk agent PM10 is risky for the risk population health. Risk management recommendations can be done by reducing PM10 concentrations to safe limits as environmental improvement terminal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55302
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Anindita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh resirkulasi air lindi terhadap kualitas air lindi. Penelitian ini menggunakan 2 lysimeter dengan sistem pengoperasian yang berbeda, lysimeter 1 dengan proses resirkulasi air lindi dan lysimeter 2 tanpa proses resirkulasi. Sampah yang digunakan pada kedua lysimeter merupakan sampah organik (buah dan sayur) yang berasal dari Pasar Kemiri Muka, Depok. Berat sampah pada lysimeter 1 dan 2 secara berurutan adalah 205 kg dan 180 kg dengan kadar air sebesar 89,5% dan 86,8%. Penambahan air dilakukan pada kedua lysimeter untuk menstimulasi pembentukan air lindi dan sebagai simulasi infiltrasi air hujan dengan mengasumsikan adanya kebocoran sebesar 24% pada lapisan geotextile. Volume penambahan air pada kedua lysimeter yaitu 1,4 L yang disesuaikan dengan curah hujan kota depok, sedangkan volume air lindi yang diresirkulasikan pada lysimeter 1 yaitu 1,5 L. Pengukuran karakteristik air lindi yang meliputi pH air lindi, konsentrasi TSS dan TDS serta temperatur sampah pada kedua lysimeter dilakukan selama 100 hari. pH air lindi yang dihasilkan dari lysimeter 1 (dengan resirkulasi) cenderung lebih rendah hingga akhir pengoperasian lysimeter karena penerapan resirkulasi air lindi, yaitu berada pada rentang 5,73-8,25 pada lysimeter 1 dan 5,93-8,94 pada lysimeter 2. Konsentrasi TSS pada lysimeter 1dan lysimeter 2 secara berurutan berada pada rentang 660-2792,411 mg/L dan 200-1660 mg/L, sedangkan untuk konsentrasi TDS berada pada rentang 6004-17120 pada lysimeter 1dan 3340-14860 mg/L pada lysimeter 2. Konsentrasi TSS dan TDS pada lysimeter 1 lebih tinggi dibandingkan dengan lysimeter 2 karena proses resirkulasi yang diterapkan pada lysimeter 1 menyebabkan akumulasi material organik (volatile fatty acids) pada air lindi selama fase awal degradasi sampah (asidogenesis) serta akumulasi material anorganik (amonia dan klorida) pada air lindi hingga akhir pengoperasian lysimeter 1 karena material anorganik tersebut tidak digunakan lagi pada proses degradasi sampah.

This study aims to determine the effect of leachate recirculation on leachate quality. It uses two lysimeter with different operating systems, lysimeter 1 with leachate recirculation process and lysimeter 2 without recirculation process. Waste which used in both lysimeter is organic waste (fruit and vegetable) derived from Pasar Kemiri Muka, Depok. Respectively, the weight of waste in lysimeter 1 and 2 were 205 kg and 180 kg and the water content were 89,5% and 86,8 %. The addition of water carried in both lysimeter was to stimulate the formation of leachate and to simulate the infiltration of rain water by assuming the occurrence of the leakage (24%) in the geotextile layer. The volume of water added in both lysimeter was 1,4 L adjusted with rain fall intensity in Depok, while the volume of leachate that resirculated in lysimeter 1 was 1,5 L. The leachate samples from both of lysimeters were monitored for pH, TSS, TDS and waste temperature during 100 days of study. Leachate pH generated from lysimeter 1 (with resirculation) tended to be lower by the end of the operation because the application of leachate resirculation, which is in the range 5,73 to 8,25 in lysimeter 1 and 5,93 to 8,94 in lysimeter 2. TSS concentrations in lysimeter 1 and 2 respectively in the range from 660 to 2792.411 mg /L and 200-1660 mg/L, while the concentration of TDS lies in the range 6004 to 17120 in lysimeter 1 and 3340 to 14860 mg/L in lysimeter 2. TSS and TDS concentrations in lysimeter 1 were higher than lysimeter 2 due to the recirculation process that was applied to the lysimeter 1 which causes accumulation of organic material (volatile fatty acids) in the leachate generated in the initial phase of waste degradation (asidogenesis) and accumulation of inorganic material (ammonia and chloride) in lysimeter 1 until the end of the operation as the inorganic material is no longer used in the process of waste degradation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52701
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listy Ayuningtias
"Meningkatnya produksi sampah akibat aktivitas manusia mengakibatkan terjadinya penumpukan di Tempat Pemrosesan Akhir TPA. Kondisi tersebut menyebabkan lahan TPA menjadi semakin terbatas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan mempercepat proses stabilisasi landfill melalui mekanisme resirkulasi lindi. Dalam prosesnya mendekomposisi sampah air lindi yang dihasilkan dari landfill akan berpotensi mencemari lingkungan bila tidak ditangani dengan tepat. Di antara senyawa berbahaya yang terdapat dalam air lindi diantaranya adalah senyawa nitrogen baik berupa ammonia nitrit maupun nitrat.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi ammonia nitrit dan nitrat pada air lindi yang dihasilkan dari lysimeter dengan dan tanpa proses resirkulasi serta untuk mengetahui waktu pembentukan senyawa ammonia nitrit dan nitrat dalam lysimeter terkait dengan kondisi temperatur sampah dan pH lindi. Penelitian dilakukan dengan membuat pemodelan sistem sanitary landfill dalam dua buah lysimeter masing masing untuk proses dengan resirkulasi dan tanpa resirkulasi. Pada lysimeter juga diberikan asupan air sesuai dengan data curah hujan yang ada.
Hasil pengamatan terhadap kedua lysimeter selama 100 hari menunjukkan bahwa konsentrasi ammonia dan nitrat pada lysimeter dengan resirkulasi lysimeter A cenderung lebih tinggi dibandingkan pada lysimeter tanpa resirkulasi lysimeter B. Sedangkan untuk konsentrasi nitrit pada kedua lysimeter tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Senyawa ammonia nitrit dan nitrat pada kedua lysimeter sudah terbentuk sejak awal penelitian meskipun pada awalnya memiliki nilai yang relatif rendah. Terkait dengan temperatur sampah diketahui bahwa pelepasan ammonia tertinggi terjadi pada temperatur 30°lC Sedangkan terkait dengan pH lindi konsentrasi ammonia meningkat pada rentang nilai pH 7 5 8.

A rapid increase in waste volumes caused by human activities resulted in the accumulation of waste in landfill. This condition causes landfill that willrun out of space within years In order to overcome this problem leachate recirculation is applied to accelerate waste stabilisation. Leachate generated from landfill would potentially contaminate the environment if not handled properly. Among the hazardous substances contained in leachate some of them are nitrogen compounds such as ammonia nitrite and nitrate.
The objective of the research project was to investigate ammonia nitrite and nitrate concentrations in leachate generated from lysimeters with and without recirculation as well as to determine the time formation of ammonia nitrite and nitrate in lysimeters associated with waste temperature and leachate pH. Two lysimeters were used to simulated sanitary landfill with and without recirculation. Water was added to both lysimeters in accordance with the rainfall data.
Experiments carried out in lysimeters demonstrated that for 100 days the concentrations of ammonia and nitrate in lysimeter with recirculation lysimeter A tend to be higher than in lysimeter without recirculation lysimeter B. However nitrite concentration in both lysimeters showed no significant differences. Ammonia nitrite and nitrate in both lysimeters have been formed since the beginning of the study in low concentration. Associated with waste temperature the highest ammonia release occured at temperature of 30°C andrelated to leachate pH ammonia concentration increased in the range of 7 5 8 pH value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurusysyarifah Aliyyah
"Hipertensi merupakan salah satu kondisi medis yang cukup serius karena dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, otak, ginjal dan penyakit lainnya. Wilayah di DKI Jakarta dengan prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan diagnosis dokter yaitu Kota Jakarta Pusat sebesar 12,16%. Partikulat meter organik dan komponen partikulat meter dapat memicu proinflammatory effects pada paru-paru karena kemampuannya mengakibatkan stress oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model pengaruh pajanan PM2,5 di udara ambien terhadap kejadian hipertensi melalui stress oksidatif dan sitokin inflamasi pada penduduk di Jakarta Pusat. Penelitian dilakukan pada penduduk dewasa (18-65 tahun) di Kota Jakarta Pusat dengan disain studi hybrid cross sectional ecology. Pengumpulan data secara cluster random sampling dengan analisis data dilakukan melalui pemodelan regresi logistik multilevel dan cox regresi proporsional hazard.
Hasil analisis menunjukkan terdapat asosiasi antara PM2,5 di udara ambien dengan biomarker stress oksidatif (IOR PM2,5: 2,185173-2,185176) dan dengan biomarker sitokin inflamasi (IOR PM2,5: 1,21-1,91). Pemodelan multivariat dengan cox regresi proporsional hazard menunjukkan bahwa variabel umur dan indeks massa tubuh merupakan confounder hubungan antara stress oksidatif dengan hipertensi dan antara sitokin inflamasi dengan hipertensi dengan nilai Rasio Prevalens adjusted (95% CI) masing-masing sebesar 1,19 (0,69-2,03) dan 0,99 (0,58-1,72). Dapat disimpulkan bahwa variabel konsentrasi PM2,5 di udara ambien memiliki peran terhadap terjadinya hipertensi, stress oksidatif dan sitokin inflamasi pada penduduk di Jakarta Pusat.

Hypertension is a serious medical condition that can increase the risk of heart, brain, kidney and other diseases. The area in DKI Jakarta with the highest prevalence of hypertension based on doctor diagnosis is Central Jakarta city about 12.16%. Organic particulate matters and particulate matter components can trigger proinflammatory efects in the lung due to their ability to cause oxidative stress. This study aims to develop a model of the Influence of PM2,5 Exposure in Ambient Air on Hypertension Occurrence through Oxidative Stress and Inflammatory Cytokines among residents in Central Jakarta. The study was conducted among adult residents (age 18-65 years) in Central Jakarta with hybrid cross sectional study design. Data collected using cluster random sampling with data analysis carried out through multilevel logistic regression modeling and cox proportional hazard regression.
Results show there is an association between PM2.5 in ambient air with oxidative stress biomarkers (IOR PM2.5: 2.185173-2.185176) and with inflammatory cytokine biomarkers (IOR PM2.5: 1.21-1.91). Multivariate modeling with Cox regression proportional hazard shows that age and body mass index are confounders of the relationship between oxidative stress with hypertension and between inflammatory cytokines with hypertension with an adjusted prevalence ratio (95% CI) value of 1.19 (0.69-2.03) and 0.99 (0.58-1.72). It can conclude that concentration of PM2.5 in ambient air has a role on hypertension, oxidative stress and inflammatory cytokine among residents in Central Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif HM
"Pesantren sebagai lembaga pendidikan pada umumnya merupakan komplek yang cenderung dibangun tanpa perencanaan yang matang. Pada umumnya tata bangunan pesantren di dalam menurut kebutuhan. Hal tersebut dikarenakan beberapa hal amtara lain yaitu pesantren sebagai lembaga pendidikan lebih menekankan kemandirian dan kesederhanaan. Komplek pesantren yang terdiri dari bangunan; rumah kiai, pondok (asrama) santri, masjid, dan beberapa sarana penunjang lain (jamban, tempat mandi, cuci, dapur, kakus) yang pada awal-awal lebih bersifat "darurat" atau sementara.
Beberapa kendala yang dihadapi pesantren untuk menyediakan atau dalam pengadaan fasilitas fisik (gedung dan saran lainnya) yang sesuai dengan kebutuhan adalah masih terbatas kemampuan dalam penyediaan areal bagi perluasan komplek, dan keterbatasan dana karena sumber dana yang terbatas dan minim.
Pesantren dengan sistem asrama/pondok (boarding school) dihadapkan berbagai permasalahan dalam memenuhi kebutuhan bagi Para santri yang tinggal di pesantren asrama (pondok), penyediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari (mimum, masak, mandi, cuci, wudlu) sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK) dan tempat pembuangan limbah (padat dan cair).
Pada gilirannya, hal tersebut memberi pengaruh terhadap kehidupan masyarakat pesantren secara keeeluruhan, yaitu bagaimana masyarakat pesantren mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan dukungan dari lingkungan hidupnya. Di sisi lain, bagaimana lingkungan hidup pesantren mampu memberi dukungan tanpa memberi pengaruh negatif bagi kehidupan masyarakat pesanten Karena pada dasarnya interaksi lingkungan hidup dengan kehidupan manusia adalah sating bergantung satu dengan lainnya (interdependensi).
Dengan demikian masih banyak dijumpai beberapa pesantren yang dilihat dari alat bangunan fisik terkesan tak beraturan, bahkan terkesan seadanya. Misalnya, asrama/pondok yang sempit dengan jumlah santri yang cukup banyak, bahkan melebihi kapasitas daya tampung. Penyediaan air bersih yang belum mencukupi kebutuham sehari-hari, serta tempat pembuangan kotoran manusia dan limbah yang belum memadai.
Keadaan tersebut di atas akan memberikan dampak pada aspek kehidupan masyarakat pesantren secara keseluruhan. Aspek kehidupan yang diduga akan terkena pengaruh adalah kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Dengan demikian pengelolaan linglamgan hidup menjadi suatu yang penting untuk meningkatkan kemampuan fungsi daya dukung lingkungan hidup bagi upaya mowujudkan keadaan "hidup sehat" warga pesantren. Secara hipotetis jawaban bagi upaya mewujudkan lingkungan hidup terhadap keadaan hidup sehat memerlukan "kesadaran" dari masyarakat pesantren.
Kesadaran masyarakat pesantren, yang dalam hal ini para santri, terhadap kesehatan linkungan dapat diketahui dari aspek: pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap lingkungan hidup yang mendukung terhadap kesehatan. Di samping faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat bagi upaya pengelolaan lingkungan hidup yang mendukung kesehatan.
Penelitian dilakukan di pesantren Ma'haduttholabah, Babakan, Tegal, Jawa Tengah, dengan tujuan:
1. Mengetahuai pengetahuan, sikap dan perilaku warga pesantren kususnya para santri dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berpotensi menunjang kesehatan.
2. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan warga pesantren untuk mewujudkan kondisi lingkungan hidup yang berpotensi bagi kesehatan.
3. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan kendala dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berdampak terhadap kesehatan.
Penelitian bersifat studi kasus (case study) yaitu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari obyek yang diteliti. Data dikumpulkan dan dipelajari sebagai suatu kesatuan yang utuh (terintegrasi). Tujuannya untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang diteliti. Studi kasus sebagai suatu metode penelitian bukan untuk tujuan generalisasi. Data dikumpulkan melalui observasi terlibat (participant observation), wawancara mendalam (indepth interview) dan penyebaran kuesioner kepada para santri yang dipilih dengan teknik proporsional sampling. Sampel berjumlah 120 dengan perincian santri kalong 15 orang, dan santri mukim 105 orang dari populasi 1.200 santri."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>