Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221556 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Situmeang, Berliana
"Stigma terhadap ODHA menjadi salah satu hambatan paling besar dalam pencegahan, perawatan, pengobatan, dan dukungan HIV/AIDS. Pengetahuan mempengaruhi terjadinya stigma terhadap ODHA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma terhadap ODHA di kalangan remaja usia 15-19 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia SDKI Tahun 2012 dengan disain cross-sectional. Sampel penelitian sebanyak 8.316 orang total sampling.
Hasil studi menunjukkan 71,63% remaja mempunyai stigma terhadap ODHA, 49,10% remaja mempunyai pengetahuan yang kurang tentang HIV. Pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS berhubungan dengan stigma terhadap ODHA (PR= 1,210 95% CI: 1,149-1,273) setelah dikontrol oleh keterpaparan media massa. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada remaja guna mengurangi stigma terhadap ODHA.

Stigma towards people living with HIV/AIDS is one of biggest obstacle in HIV/AIDS prevention, treatment, care, and support. HIV/AIDS knowledge affected stigma towards people living with HIV/AIDS. This study aimed to identify the relationship HIV/AIDS knowledge related stigma towards people living with HIV/AIDS among adolescent 15-19 years old in Indonesia. The study used Indonesian Demographic and Health Survey IDHS in 2012 with cross sectional design. Subject of the study were as many as 8.316 persons.
The result showed 71,63% adolescent had stigma towards people living with HIV/AIDS, 49,10% adolescent had lack of HIV/AIDS knowledge. Lack of HIV/AIDS knowledge were significantly related to stigma towards people living with HIV/AIDS (PR= 1,210 95% CI 1,149 1,273) after controlling exposure to mass media. Need to improve HIV/AIDS knowledge among adolescent to reduce stigma towards people living with HIV/AIDS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48864
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diani Nurcahyawati
"Latar belakang: Kesehatan mulut merupakan komponen penting dari status kesehatan secara keseluruhan pada infeksi HIV. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebaiknya memiliki literasi yang cukup mengenai kesehatan rongga mulut karena dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Oral Health Literacy (OH Literacy) yang baik sangat diperlukan untuk mencapai kesehatan rongga mulut yang baik. Instrumen untuk mengukur tingkat OH Literacy pada populasi Indonesia memang sudah beberapa kali digunakan, tetapi penelitian menggunakan instrumen tersebut belum pernah dilakukan pada populasi ODHA di Indonesia. Salah satu alasan penelitian dilakukan di Jakarta adalah karena DKI Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah kelompok paling berisiko tertular HIV tertinggi. Tujuan: Menganalisis OH Literacy (HeLD-ID) pada Orang dengan HIV/AIDS di Jakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang, menggambarkan skor OH Literacy (HeLD-ID) terkait karakteristik sosiodemografi ODHA di DKI Jakarta. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner HeLD-ID oleh responden. Tes skrining MMSE dilakukan sebelum pengisian kuesioner, untuk mengetahui kondisi kognitif responden. Hasil: Penelitian dilakukan pada 141 responden ODHA di Jakarta dengan rerata usia 39,86 ± 6,53. Skor total HeLD-ID adalah 2,89 ± 0,74. Skor tertinggi pada domain understanding, dan skor terendah pada domain economic barrier. Terdapat hubungan bermakna antara skor OH Literacy (HeLD-ID) dengan tingkat pendidikan dan waktu mulai terdiagnosis HIV/AIDS (p < 0,05). Selain itu juga terdapat perbedaan skor OH Literacy (HeLD-ID) dengan karakteristik sosiodemografi tingkat pendidikan, riwayat kunjungan ke dokter, dan waktu mulai terdiagnosis HIV/AIDS (p < 0,05). Kesimpulan: Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara skor OH Literacy (HeLD-ID) dengan tingkat pendidikan dan waktu mulai terdiagnosis HIV/AIDS. Tingkat pendidikan, riwayat kunjungan ke dokter, dan waktu mulai terdiagnosis HIV/AIDS membedakan skor OH Literacy (HeLD-ID) pada ODHA di Jakarta.

Background: Oral health is an important component of overall health status in HIV infection. People living with HIV/AIDS (PLWHA) should have sufficient literacy regarding oral health because it can affect their quality of life. Good Oral Health Literacy (OH Literacy) is very necessary to achieve good oral health. Instruments to measure the level of OH Literacy in the Indonesian population have been used several times, but research using these instruments has never been done on the PLWHA population in Indonesia. One of the reasons the research was conducted in Jakarta is because DKI Jakarta is the province with the highest number of groups most at risk of contracting HIV. Objective: Analyzing OH Literacy (HeLD-ID) in People with HIV/AIDS in Jakarta. Methods: This study used a cross-sectional study design, describing OH Literacy (HeLD-ID) scores related to the sociodemographic characteristics of PLWHA in DKI Jakarta. The selection of respondents was carried out using consecutive sampling techniques. Data collection was carried out by filling out the HeLD-ID questionnaire by respondents. The MMSE screening test was carried out before filling out the questionnaire, to determine the cognitive condition of the respondents. Results: The study was conducted on 141 respondents living with HIV in Jakarta with an average age of 39.86 ± 6.53. The total HeLD-ID score was 2.89 ± 0.74. The highest score is in the understanding domain, and the lowest score is in the economic barrier domain. There was a significant relationship between the OH Literacy score (HeLD-ID) and the level of education and the time when HIV/AIDS was diagnosed (p <0.05). In addition, there were also differences in the OH Literacy score (HeLD-ID) with sociodemographic characteristics of education level, history of visits to doctors, and time when HIV/AIDS was diagnosed (p <0.05). Conclusion: It was concluded that there was a relationship between the OH Literacy score (HeLD-ID) and the level of education in people with HIV/AIDS. Level of education, history of visits to doctors, and time when HIV/AIDS differentiated OH Literacy (HeLD-ID) scores among PLWHA in Jakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nimas Ayu Lestari Nurjanah
"Infeksi HIV pada tubuh bertindak sebagai stresor yang akan menimbulkan permasalahan bagi individu yang terinfeksi di ataranya masalah fisik, psikologis dan psikososialnya. Permasalahan fisik terkait dengan perjalanan penyakit dan komplikasi sistem saraf pusat, mulai dari munculnya gejala penyakit, turunnya sistem kekebalan tubuh. Masalah psikosial dan psikologis yang dialami oleh penderita HIV diantaranya adalah munculnya stigma dan diskriminasi baik didalam keluarga maupun di masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran kualitas hidup Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan faktor -faktor yang mempengaruhi kualitas hidup ODHA di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianto Saroso.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, teknik pengambilan sample menggunakan cara consecutive sampling dengan jumlah sample sebanyak 420 orang. Analisis bivariat menggunakan chi-Square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan (nilai p = 0,001), Spiritual (nilai p = 0,003), Depresi (nilai p 0,000), kepatuhan minum ARV (nilai p 0,000), lama terapi ARV (nilai p 0,002), Stigma (nilai p 0,000), dukungan sosial (nilai p 0,003), dukungan keluarga (nilai p 0,001), dukungan sebaya (0,002) dengan kualitas hidup ODHA. Faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup ODHA adalah kepatuhan minum ARV dengan OR 4,250 . yang berarti ODHA yang patuh dalam meminum ARV akan memiliki kualitas hidup yang tinggi 4,250 kali daripada ODHA yang tidak patuh dalam meminum ARV.

HIV infection in the body act as stressors that will cause problems for individuals infected among physical, psychological and psychosocial. Physical problems related to the course of the disease and complications of the central nervous system, starting from the symptoms appearance of the disease, the decline of the immune system. Psychosocial and psychological problems experienced by HIV sufferers include the emergence of stigma and discrimination within the family and in society.
The aims of this study were to quality of life of People Living With HIV/AIDS and factors influencing the quality of life People Living With HIV/AIDS In Infectious Disease Hospital Prof Dr Sulianti Saroso.
This study used a cross sectional design, the sampling technique used consecutive sampling method with a total sample of 420 people. Bivariate analysis used chi-square and multivariate analysis used logistic regression.
The results showed significant correlation between work (p = 0.001), Spiritual (p = 0.003), Depression (p value 0.000), adherence to taking ARV (p value 0.000), duration of ARV therapy (p value 0.002), Stigma (p value 0,000), social support (p value 0.003), family support (p value 0.001), peer support (0.002) with quality of life People Living With HIV/AIDS. The most influencing factor for the quality of life People Living With HIV/AIDS is the adherence to taking ARV with OR 4.250 which means that People Living With HIV/AIDS who are obedient in taking ARVs will have a high quality of life of 4.250 times than People Living With HIV/AIDS who are not obedient in taking ARV.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Zulaikhah
"Kasus baru HIV di Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan. Sedangkan, tren di dunia mengalami penurunan. LSL merupakan kelompok risiko tinggi. Pencegahan penularan HIV dilakukan dengan perubahan perilaku. Studi ini menggunakan studi crossectional pada 1.161 sampel hasil STBP 2015 pada kelompok LSL. Variabel independennya adalah pengetahuan tentang pencegahan dan penularan HIV-AIDS, dan pengetahuan status HIV diri sendiri. Variabel dependennya adalah perilaku seks berisiko HIV-AIDS yang terdiri dari perilaku jumlah pasangan seks>1 dan penggunaan kondom tidak konsisten. Variabel lain terdiri dari umur, status pekerjaan, pendidikan, akses ke pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS, dan akses internet tentang pencegahan dan penularan HIV-AIDS. Penelitian ini menggunakan analisis univariat, dan bivariat. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel independen, dan variabel lain dengan perilaku seks berisiko HIV-AIDS. Terdapat hubungan pengetahuan status HIV diri sendiri dan pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS dengan jumlah pasangan seks>1 PR=0,85(0,74-0,99) dan PR=0,83(0,72-0,96). Hal ini kuat hubungannya dengan perceived behavioral control pada LSL. Hubungan antara pengetahuan status HIV, pelayanan pencegahan dan penularan HIV-AIDS, serta akses terhadap internet tentang pencegahan penularan HIV-AIDS dengan penggunaan kondom yang tidak konsisten PR=1,14(1,02-1,28), PR=1,18(1,06-1,33), PR=1,16(1,02-1,31). Maka, perlu program peningkatan pengetahuan status HIV diri sendiri, penguatan pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS.

HIV new cases in Indonesia increasing, while global is decreasing. MSM is high risk group. Prevention of HIV transmission can to be done with behavioral change. This study applied crossectional study on 1,161 samples of 2015 IBBS results in MSM. Independent variables in this study are knowledge about prevention and transmission of HIV-AIDS, and knowledge of their own HIV status. The dependent variable is HIV-AIDS sexual behavior risk, such as having partner>1 and inconsistency of condom use. Other variables are age, jobs status, education level, access to prevention and transmission of HIV-AIDS services, and internet access about prevention and transmission HIV-AIDS. This research implemented univariate and bivariate analysis. Result of bivariate analysis reflects that there is no association between independent and other variables with HIV-AIDS risk sexual behavior. There is a relationship between knowledge of their own HIV status and services for prevention, transmission of HIV-AIDS with the number of sex partners>1 PR=0.85(0.74-0.99) and PR=0.83(0.72-0.96). This has significant association with perceived behavioral control among MSM. Association between knowledge of their HIV status and knowledge about prevention and transmission of HIV-AIDS as well as access to internet with incosistency condom use are PR=1,14(1,02-1,28), PR=1,18(1,06-1,33), PR=1,16(1,02-1,31). Hence, program strengthening for increasing knowledge of HIV status as well as HIV-AIDS prevention and transmission are essential."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Wahyuningsih
"Pengetahuan merupakan faktor penting untuk dipelajari guna mengetahui penyebab meningkatnya kejadian PMS dan HIV / AIDS pada kaum gay, transgender dan transgender dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kaum gay, waria dan waria di Jakarta dan sekitarnya tentang pencegahan PMS dan HIV / AIDS dengan angka kejadian pada kelompok tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan desain cross sectional dengan jumlah sampel 114 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner STI / HIV Prevention Knowledge dari Public Health Agency Kanada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan pencegahan PMS dan HIV / AIDS dengan kejadian PMS pada kelompok gay, waria dan waria di Jakarta dan sekitarnya (OR = 2.807; p value = 0.017). Sedangkan tingkat pengetahuan tentang PMS dan pencegahan HIV / AIDS tidak berhubungan dengan kejadian HIV / AIDS (OR = 467; p value = 0,144). Pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian PMS, tetapi tidak dengan kejadian HIV / AIDS. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian HIV di kalangan gay, transgender dan transgender.

Knowledge is an important factor to study in order to determine the causes of the increasing incidence of STDs and HIV / AIDS in gay, transgender and transgender people in recent years. This study aims to determine the relationship between the level of knowledge of gays, waria and waria in Jakarta and its surroundings about the prevention of STDs and HIV / AIDS and the incidence rate in that group. This study used a cross sectional design approach with a sample size of 114 people. The research instrument used the STI / HIV Prevention Knowledge questionnaire from the Canadian Public Health Agency. The results showed that there was a relationship between the level of knowledge of STD prevention and HIV / AIDS with the incidence of STD in the gay, transgender and transgender group in Jakarta and its surroundings (OR = 2.807; p value = 0.017). Meanwhile, the level of knowledge about STDs and HIV / AIDS prevention was not related to the incidence of HIV / AIDS (OR = 467; p value = 0.144). Knowledge has a significant relationship with the incidence of STDs, but not with the incidence of HIV / AIDS. Therefore, further research is needed on the factors that influence HIV incidence among gay, transgender and transgender people."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deva Octamega Widhaswari
"Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan stigma perawat Rumah Sakit dan mahasiswa keperawatan terhadap pasien dengan HIV/AIDS. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. 224 responden dipilih yang terdiri dari 112 perawat dan 112 mahasiswa keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan lebih banyak memiliki stigma dibandingkan dengan perawat Rumah Sakit terhadap pasien dengan HIV/AIDS. Ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur, lama kerja, pendidikan terakhir dan keikutsertaan pelatihan HIV dengan adanya stigma pada perawat terhadap pasien dengan HIV/AIDS (p

This research aims to knowing describe and compare the stigma in hospital and nursing student toward patients with HIV/AIDS. This research done by cross sectional design. 224 respondents were selected consisting 0f 112 nurses and 112 nursing student. The results showed that the nursing student more stigmatizing than the Hospital nurses toward patients with HIV/AIDS. Found a significant relationship between age, long working, education past, HIV trainning participation by the stigma againts HIV/AIDS patients towards patients with HIV/AIDS (p"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrayanti
"ABSTRAK
Individu yang terinfeksi HIV/AIDS mengalami berbagai permasalahan seperti
ketidakberdayaan, keterbatasan, status yang dirugikan, pencabutan hak milik serta risiko
terhadap berbagai macam penyakit. Self efficacy yang tinggi merupakan pendukung
dalam keberhasilan perawatan ODHA, sehingga diperlukan intervensi keperawatan yang
berdampak dalam meningkatkan self efficacy ODHA. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh hypnocaring terhadap self efficacy orang yang terinfeksi HIV/AIDS di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Desain penelitian menggunakan quasi eksperiment pre post with
control grup. Pengumpulan data dilakukan dengan consecutive sampling dan
teridentifikasi sebanyak 60 orang responden. Terapi hypnocaring yang dilengkapi dengan
edukasi kesehatan dan hipnosis diberikan sebanyak 3 sesi dalam 1 minggu. Pengukuran
self efficacy dilakukan sebelum intervensi dan 2 minggu setelah proses intervensi selesai.
Hasil menunjukkan bahwa hypnocaring berpengaruh terhadap self efficacy ODHA (p <
0,01). Self efficacy meningkat dengan nilai rerata 65,37 menjadi 72,93. Hypnocaring juga
dianjurkan menjadi salah satu kompetensi perawat komunitas dalam pemberian terapi
komplementer kepada ODHA.

ABSTRACT
An Individual infected with HIV/AIDS had various problems such as helplessness,
limitated, status of aggrieved, dispossession and the risk of various kinds of diseases.
High Self efficacy was proponents the success of ODHA care, so it was required
nursing interventions that have an impact in improving the self efficacy ODHA. This
study aims to know the influences of hypnocaring toward self efficacy people with
HIV/AIDS in Special Region of Yogyakarta. The study design was quasi eksperiment pre
post with control grup. The data collection with done consecutive sampling and identified
about 60 respondents. Hypnocaring Therapy equipped with health education and a
hypnotic given about three sessions in one week. The self efficacy measurement done
before intervention and finished in 2 weeks after the intervention process finished. The
result show that hypnocaring had an influenced to self efficacy ODHA (p < 0,01). Mean
of Self efficacy to increase from 65,37 into 72,93. Hypnocaring suggested given on
support peer groups hypnocaring also appealed to be one of competence community
nurse in the provision of therapy complementary to ODHA.
"
2016
T46005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yovella Medhira Fujiasti
"Menurunnya kekebalan tubuh serta munculnya kondisi dimana mikroorganisme pathogen mudah menginfeksi membuat penderita HIV-AIDS rentan terkena Penyakit Infeksi Oportunistik yang berujung kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran serta faktor-faktor berhubungan dengan terjadinya penyakit infeksi oportunistik pada pasien HIV dan AIDS di RSU Pengayoman tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Populasi penelitian yaitu seluruh pasien HIV dan atau AIDS di RSU Pengayoman dari tahun 2013 hingga 2017 sebanyak 234 menggunakan teknik total sampling. Data diambil dari ikhtisar pengobatan pasien HIV.
Hasil penelitian menujukkan bahwa proporsi penyakit infeksi oportunistik di RSU Pengayoman tahun 2017 sebesar 63,2 dimana TB Paru merupakan penyakit terbanyak yaitu 40,2 . Keteraturan mengambil ARV, jumlah CD4 saat terdiagnosa HIV, dan jenis kelamin berhubugan dengan penyakit infeksi oprtunistik. Berdasarkan analisis multivariat diketahui keteraturan mengambil ARV berpengaruh secara signifikan terhadap penyakit infeksi oportunstik nilai P = 0,0001 dan risiko penyakit infeksi oportunistik pada pasien yang tidak teratur mengambil ARV 3,9 kali lebih tinggi dibandingkan pasien yang teratur mengambil ARV POR = 3,9 ; 95 CI = 2,07 ndash; 7,4."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69938
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragi, Indika Royani
"Pendahuluan. Para penderita HIV diketahui memiliki risiko kanker yang lebih tinggi di banding populasi umum, dan kondisi itu mempengaruhi morbiditas dan mortalitas populasi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran prevalensi ADC dan NADC selama 8 tahun terakhir di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia.
Metode. Penelitian ini menggunakan 149 sampel yang diambil secara konsekutif. Karakteristik demografis yang dinilai yaitu jenis kelamin, usia, faktor risiko, CD4+, terapi ARV, stadium kanker dan obat ARV yang diberikan.
Hasil. Dari seluruh pasien didapatkan Limfoma Non Hodgkin (LNH) sebagai kanker terbanyak, yaitu 45 pasien (30%) dari seluruh kanker dan diikuti kanker serviks sebanyak 30 (20%) pasien. Kanker tipe NADC terbanyak meliputi kanker tipe sarkoma dan kanker hati sebanyak masing masing 10 (6%) dari seluruh kasus. Sebanyak 119 (79,9%) pasien memiliki usia kurang dari 50 tahun dan 82 (55,03%) dalam terapi ARV. CD4+ pada 102 (68,46%) pasien berada dibawah 200 sel/uL dan CD4+ > 350 sel/uL dimiliki oleh 16 (17,45%) pasien.
Simpulan. Pada penelitian kami, didapatkan ADC lebih banyak dari NADC (87 vs 62). Peningkatan terapi ARV, skrining kanker dini dan tatalaksana komorbiditas akan membantu peningkatan kualitas hidup dan kesintasan terkait kanker pada pasien HIV.

Introduction. Patients with HIV are known to possess a higher risk of malignancy compared to the general population. The purpose of this study was to get an overwiew of the prevalence of ADC and NADC over the last 8 years at Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta, Indonesia.
Methods. This study used 149 samples consecutively. Demographic characteristics assessed were sex, age,risk factors, CD4+, ARV therapy, malignancy stadium and ARV consumed.
Results. Of all patients, Non-Hodgkin’s Lymphoma (LNH) was the most common malignancy with 45 patients (30%) of all cancers, followed by cervical cancer with 30 patients (20%). Most common NADC included sarcoma type cancer and liver cancer each with 10 patients (6%) of all cases. One-hundred and nineteen patients (79.9%) were younger than 50 years old and 82 patients (55.03%) were taking ARV therapy. Serum CD4+ count in 102 patients (68.46%) were <200 cells/uL and 16 patients (17.45%) had CD4+ count >350 cells/uL.
Conclusion. In our study, the number for ADC was larger than NADC (87 vs 62). Increasing ARV therapy, early cancer screening and management of comorbidities will help improve the quality of life and cancer-related survival in HIV patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Salsabila
"Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sistem imun dengan tahap akhir berupa AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). Penyebab kematian pada penderita HIV dapat dikelompokkan menjadi terkait AIDS dan tidak terkait AIDS. Sejak digencarkannya pemberian ARV, beberapa penelitian menunjukkan penurunan tren mortalitas serta perubahan tren penyebab mortalitas menjadi penyakit yang tidak terkait dengan AIDS. Penelitian terbaru diperlukan untuk mengevaluasi penyebab kematian pada pasien HIV rawat inap di RSCM selama periode 2020-2023. Metode Penelitian deskriptif observasional dengan metode kohort retrospektif ini menggunakan data rekam medis rawat inap RSCM periode Juli 2020-Juni 2023. Variabel yang diamati diantaranya adalah luaran, status terapi ARV, dan penyebab kematian. Hasil Dari total 497 pasien yang dianalisis dalam penelitian ini, proporsi mortalitas pasien sebesar 21,1% dengan proporsi tertinggi pada tahun 2020 (25,9%) dan mengalami penurunan hingga tahun 2023. Penyebab mortalitas didominasi oleh penyebab terkait AIDS (76,2%), dengan penyebab terbanyak berupa syok sepsis (20%). Sebanyak 81,6% pasien yang tidak pernah/putus terapi ARV mengalami kematian akibat penyebab terkait AIDS. Kesimpulan Proporsi mortalitas pasien HIV rawat inap RSCM mengalami penurunan dari tahun 2020 hingga 2023. Penyebab mortalitas masih didominasi oleh penyebab terkait AIDS, khususnya pada kelompok tidak pernah/putus terapi.

Introduction Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a virus that attacks the immune system, with the final stage being Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). The causes of death in HIV patients can be categorized as AIDS-related and non-AIDS-related. Since the intensification of ARV administration, several studies have indicated a shift in the trend of mortality causes towards non-AIDS related cause of death. New research is needed to evaluate the causes of death in HIV inpatients at RSCM during the period 2020-2023. Method This observational descriptive study with a retrospective cohort design utilizes medical records data of hospitalized patient at RSCM from July 2020 to June 2023. Observed variables include outcomes, ARV therapy status, and causes of death. Results Of the total 495 patients analyzed in this study, the patient mortality rate was 21.1%, with the highest mortality rate in 2020 (25,9%) and continue to decrease until 2023. Mortality causes were predominantly AIDS-related (76,2%), with the most common cause being septic shock (20%). A total of 81,6% of patients who never/discontinued ARV therapy experienced death due to AIDS-related causes. Conclusion The proportion of mortality in HIV inpatients at RSCM has decreased from 2020 to 2023. The causes of mortality are still predominantly AIDS-related, especially in the group with no/interrupted therapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>