Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155018 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endang Syarifatul Anwar
"Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit penyebab 1,6 juta kematian di dunia, prevalensi diabetes melitus meningkat signifikan diseluruh dunia dan di Indonesia. Obesitas sentral memiliki peranan penting dalam patofisiologi diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi diabetes melitus tipe 2, obesitas sentral dan hubungan antara obesitas sentral terhadap diabetes melitus tipe 2 pada kelompok umur ge; 45 tahun. Desain studi yang digunakan adalah potong lintang dengan regresi logistik untuk analisis multivariat. Sumber data yang dianalisis merupakan data surveilans faktor risiko penyakit tidak menular tahun 2015. Ada 2127 responden yang memenuhi kriteria yang dapat dianalisis. Hasil analisis menunjukan bahwa prevalensi DM tipe 2 sebesar 12,5% dan prevalensi obesitas sentral sebesar 39,6 . Hubungan obesitas sentral terhadap diabetes melitus tipe 2 dengan POR 2,14 (95% CI 1,62-2,81) artinya responden dengan obesitas sentral berisiko 2,14 kali lebih besar untuk menderita DM tipe 2 dibanding responden yang tidak obesitas sentral. Upaya untuk mencegah peningkatan kasus diabetes melitus tipe 2 yaitu penyuluhan secara terus menerus kepada masyarakat terhadap faktor risiko obesitas sentral dengan cara konseling pada individu yang berisiko maupun pada kelompok obesitas sentral.

Relationship of Central Obesity to Type 2 Diabetes Mellitus In Ages Group ge 45 years Analysis of Non Communicable Disease Surveillance Data of Jakarta Capital City Special Region 2015 . Diabetes mellitus type 2 is the leading cause of 1.6 million deaths worldwide, the prevalence of diabetes mellitus is increasing significantly throughout the world and in Indonesia. Central obesity has an important role in the pathophysiology of type 2 diabetes mellitus. This study aims to determine the prevalence of type 2 diabetes mellitus, central obesity and the relationship between central obesity to type 2 diabetes mellitus in the age group ge 45 years. The study design used was cross section with logistic regression for multivariate analysis. The data sources analyzed are non communicable disease risk factor surveillance data in 2015. There are 2127 respondents who meet the criteria that can be analyzed. The results showed that the prevalence of type 2 diabetes was 12.5% and the prevalence of central obesity was 39.6 . The relationship of central obesity to type 2 diabetes mellitus with POR 2.14 (95% CI 1.62 2.81) that means respondents with central obesity are 2.14 times more likely to develop type 2 DM than non obese central respondents. Efforts to prevent the increase in cases of type 2 diabetes mellitus is continuous education to the public against risk factor central obesity by counseling individuals at risk and in the central obesity group."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48346
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusmayanti
"Angka prevalensi diabetes melitus dari tahun ke tahun cendenmg meningkat. Data Departemen Kesehatan menyebutkan jumlah pasien dan kematian diabetes melitus rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dad selumh penyakit endokrin. Tahun 2004 pasien rawat inap diabetes melitus 42.000 kasus CFR 7,9%; dan tahun 2006 meningkat menjadi 49.364 kasms CFR 8,42%. Dari 4 (cmpat) tipc diabetes melitus, maka diabetes melitus tipe 2 yang paling banyak. Prevalensi diabetes melitus tipc 2, tahun 1992 sebesar 5,69%, tahun 1993 meningkat menjadi 5,'7% dan tahun 2005 mcnjadi l4,7%. Penyakit tersebut merupakan masalah kesehatan yang sangat serius, dimana komplikasinya menimbulkan angka kematian yang cukup tinggi, dan beban biaya kesehatan yang cukup mahal. Untuk itu diperlukan usaha untuk mencegahnya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara obesitas sentral dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 setelah dikontrol variabel kovariat. Beberapa faktor kovariat yang diduga meningkatkan jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 antara Iain umur, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat menderita DM, aktivitas fisik, konsumsi serat, konsumsi lemak, pola makan, konsumsi alkohol, dan merokok. Desain penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol dengan jumlah responden 300 orang dimana masing-masing kasus dan kontrol sebanyak 150 responden. Analisis dilakukan secara bertahap mulai dan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis multivariat menggunakan analisis regresi Iogistik ganda.
Hasil pcnclitian menunjukkan hubungan yang signiiikan antara obesitas sentral dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 dimana obesitas sentral memiliki resiko untuk tcrkcna diabetes melitus tipe 2 sebesar 3,16 kali dibanding tanpa obesitas sentral, setelah dikcndalikan faktor riwayat DM dalam keluarga, aktiiitas fisik, dan kcbiasaan mcrokok.
Disarankan perlunya informasi mengenai faktor resiko diabetes melitus tipc 2 secara luas kepada masyarakat. Jika risiko DM dapat diketahui sedini mungkin, maka upaya pencegahan akan segera dapat dilakukan schingga prevalcnsi DM dapat ditekan.

Diabetes mellitus prevalence number of year goes to tend to increase. Health Depanmen data describes that the total of patient and diabetes melitus death, inpatient care and also outpatient care at hospital stays in the first range of all endocrine’s disease. On 2004 the diabetes melitus patient of inpatient care are 42,000 cases with CFR 7.9% and on 2006 become increase to 49,364 cases with CFR 8.42%. From 4 (four) diabetes melitus type, therefore diabetes melitus type 2 becomes most transmitted on patients. Diabetes melitus type 2 prevalence on 1992 as 5.69%, on 1993 increase becomes 5.7% and on 2005 becomes l4.7%. That disease was really serious health problem, where its complication caused high mortality and health charge which adequately expensive. For those reason required all effort to prevent it.
The purposed of this research to describes relationship among central obesity with diabetes melitus type 2 after controlled by covariate variable. Several preconceived covariate factor increases diabetes melitus type 2 patient for example age, gender, occupation, diabetes mellitus history, physical activity, Ebcr consumption, fat consumption, food habit, alcohol and smoking. This observational design utilize case control design with 300 person respondent where every cases and controls as 150 respondents. Analysis is performing in several phased from univariate analysis, bivariate, and multivariate analysis. Multivariate analysis using a multiple logistics regression.
The observational result indicated the significant relationship among central obesity and occurrence of diabetes melitus type 2 where central obesity has a risk and tend to strikes by diabetes mellitus type 2 as 3.16 times compared without central obesity, after controlled by diabetes mellitus history in family, physical activity and Smoking habitual.
Sugggested to publicized the sufficient and properly infomation conceming diabetes melitus type 2 to community. If diabetes melitus type 2 risk can be detected and known early, therefore prevention effort will be performed so diabetes melitus type 2 prevalence can be controlled.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34407
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Masitah Sari Dewi
"Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang cendrung mengalami peningkatan. Data IDF Atlas 2015 menyebutkan, Prevalensi DM di Indonesia menduduki urutan ke 7 didunia. Di Indonesia data Riskesdas menunjukkan peningkatan prevalensi diabetes melitus dari 5,7 2007 meningkat menjadi 6,9 2013. Obesitas sentral adalah prediktor yang kuat untuk terjadinya diabetes melitus tipe 2. Prevalensi obesitas sentral berdasarkan data Riskesdas 2007 sebesar 18,8 meningkat menjadi 26,6 Riskesdas, 2013 Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan obesitas sentral terhadap diabetes melitus tipe 2 pada penduduk usia ge; 18 tahun di wilayah peluncuran GERMAS tahun 2016. Desain penelitian studi cross sectional, Analisis menggunakan uji Regresi Logistic. Hasil analisis diperoleh proporsi diabetes melitus tipe 2 sebesar 6,1 dan obesitas sentral sebesar 68,9. Selain itu hasil multivariat menunjukkan hubungan obesitas sentral dengan diabetes melitus tipe 2 didapatkan nilai POR 3,296 95 CI 2,344-4,636 artinya penduduk dengan obesitas sentral memiliki peluang sebesar 3,296 kali 95 CI 2,344-4,636 mengalami diabetes melitus tipe 2 dibandingkan dengan penduduk yang tidak obesitas sentral setelah dikendalikan oleh aktifitas fisik dan hipertensi. Kesimpulan dan saran agar masyarakat rutin tiap bulan melakukan pemeriksaan kesehatan di POSBINDU PTM, untuk melakukan deteksi dini obesitas sentral dan pemeriksaan kadar glukosa darah guna menjaring kasus diabetes melitus tipe 2 sedini mungkin.

Diabetes mellitus is a non communicable disease that tends to increase. IDF Atlas 2015 data says, DM prevalence in Indonesia ranked 7th in the world. In Indonesia, Riskesdas data showed an increased prevalence of diabetes mellitus from 5.7 2007 increased to 6.9 2013. Central obesity is a strong predictor for the occurrence of type 2 diabetes mellitus. The prevalence of central obesity based on Riskesdas 2007 data of 18.8 increased to 26.6 Riskesdas, 2013 The objective of the study was to investigate the relationship of central obesity to type 2 diabetes mellitus in the population age ge 18 years in GERMAS launching area in 2016. Study design cross sectional study, Analysis using logistic regression test. The analysis results obtained proportion of type 2 diabetes mellitus by 6.1 and central obesity of 68.9. In addition, multivariate results showed that the association of central obesity with diabetes mellitus type 2 was found to be POR 3,296 95 CI 2,344 4,636 meaning that people with central obesity had a chance of 3,296 times 95 CI 2,344 4,636 had diabetes mellitus type 2 compared with non obese residents after being controlled by physical activity and hipertension. Conclusions and suggestions for routine public health checks in POSBINDU PTM, to perform early detection of central obesity and blood glucose examination to capture cases of type 2 diabetes mellitus as early as possible.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50279
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retia Rismawati
"Latar belakang: Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia karena prevalensinya yang terus meningkat. Hipertensi yang juga merupakan faktor risiko diabetes melitus tipe 2 memiliki prevalensi yang sangat tinggi di Indonesia. Tidak hanya itu, prevalensi kedua penyakit tersebut meningkat seiring bertambahnya usia, dimulai dari usia ≥40 tahun. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sumber data yang digunakan berasal dari hasil Riskesdas 2018. Terdapat sebanyak 15.026 partisipan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil: Prevalensi diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia masing-masing sebesar 21,3% dan 51,8%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia (PR = 1,64; 95%CI: 1,526 – 1,763). Efek gabungan antara hipertensi dengan obesitas sentral memiliki risiko sebesar 2,07 kali lebih besar terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan obesitas. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia. Risiko diabetes melitus tipe 2 yang lebih tinggi terjadi pada orang yang mengalami hipertensi dan obesitas sentral. Saran: Perlu dilakukan deteksi dini diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi sedini mungkin, terutama bagi penduduk yang berusia ≥40 tahun dan mengalami obesitas sentral.

Background: Type 2 diabetes mellitus is a disease that is still a public health problem not only in Indonesia, but also in the world because of its increasing prevalence. Hypertension, which is also a risk factor for type 2 diabetes mellitus, has a very high prevalence in Indonesia. Not only that, the prevalence of both diseases also increases with age, starting from 40 years of age. Objective: To determine the relationship between hypertension and type 2 diabetes mellitus in a population aged ≥40 years in Indonesia. Methods: This study used a quantitative method with a cross sectional study design. The source of the data used comes from the results of Riskesdas 2018. There are 15.026 participants based on the inclusion and exclusion criteria of the study. Results: The prevalence of type 2 diabetes mellitus and hypertension in the population aged ≥40 years in Indonesia are 21,3% and 51,8%, respectively. There is a statistically significant relationship between hypertension and type 2 diabetes mellitus in the population aged ≥40 years in Indonesia (PR = 1,64; 95%CI: 1,526 – 1,763). The combined effect of hypertension and central obesity has a risk of 2,07 times greater for the type 2 diabetes mellitus after being controlled by gender and obesity. Conclusion: There is a relationship between hypertension and type 2 diabetes mellitus in the population aged ≥40 years in Indonesia. The risk of type 2 diabetes mellitus is higher in people with hypertension and central obesity. Suggestion: It is necessary to detect type 2 diabetes mellitus and hypertension as early as possible, especially for people aged ≥40 years and experiencing central obesity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahpien Yuswani
"Obesitas merupakan salah satu faktor dominan terjadinya penyakit degeneratif khususnya penyakit jantung koroner PJK Penelitian ini merupakan analisislanjut dari data baseline studi kohor faktor risiko penyakit tidak menular PTM tahun 2011 yang bertujuan untuk mengetahui besar hubungan Obesitas denganKejadian Penyakit Jantung Koroner di Usia Lebih atau Sama Dengan 40 Tahunpada Kelompok Orang yang Memiliki Keluarga Riwayat Diabetes Melitus setelahdikontrol variabel konfounding dislipidemia tekanan darah penyakit DiabetesMelitus DM riwayat PJK di keluarga umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan konsumsi alkohol kebiasaan merokok dan aktivitas fisik danmengetahui besar POR Prevalence Odds Ratio obesitas dengan kejadian PJK Desain studi penelitian ini adalah kasus kontrol 1 2 dengan analisis multivariatregresi logistik ganda Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 54 kasus dan113 kontrol Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi pada obesitas danpenyakit DM Setelah dikontrol dengan dislipidemia dan pendidikan maka orangyang obesitas dan sakit DM mempunyai nilai odds 3 97 95 CI 1 76 8 94 ataumempunyai risiko sebesar 80 untuk terkena PJK di usia lebih atau sama dengan40 tahun dibanding orang yang tidak obesitas dan tidak sakit DM pada kelompokorang yang memiliki keluarga riwayat DM Kata kunci obesitas PJK keluarga riwayat DM;Obesitas merupakan salah satu faktor dominan terjadinya penyakit degeneratif, khususnya penyakit jantung koroner (PJK). Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari data baseline studi kohor faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) tahun 2011 yang bertujuan untuk mengetahui besar hubungan Obesitas dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Usia Lebih atau Sama Dengan 40 Tahun pada Kelompok Orang yang Memiliki Keluarga Riwayat Diabetes Melitus setelah dikontrol variabel konfounding (dislipidemia, tekanan darah, penyakit Diabetes Melitus (DM), riwayat PJK di keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik) dan mengetahui besar POR (Prevalence Odds Ratio) obesitas dengan kejadian PJK. Desain studi penelitian ini adalah kasus kontrol (1:2) dengan analisis multivariat regresi logistik ganda. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 54 kasus dan 113 kontrol. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi pada obesitas dan penyakit DM. Setelah dikontrol dengan dislipidemia dan pendidikan maka orang yang obesitas dan sakit DM mempunyai nilai odds 3,97 (95% CI 1,76-8,94) atau mempunyai risiko sebesar 80% untuk terkena PJK di usia lebih atau sama dengan 40 tahun dibanding orang yang tidak obesitas dan tidak sakit DM pada kelompok orang yang memiliki keluarga riwayat DM.

Obesity is one of the dominant factors of degenerative diseases particularlycoronary heart disease CHD This study is a further analysis of the baselinecohort study of risk factors for non communicable diseases in 2011 Aims of thisresearch are to know how big the relationship between obesity and the incidenceof CHD at age more or equal to 40 years to the group people who have familyhistory of diabetes mellitus DM after controlled variable confounding dyslipidemia blood pressure diabetes disease family history of CHD age gender education occupation alcohol consumption smoking habits and physicalactivity and large know POR Prevalence Odds Ratio of obesity on the incidenceof CHD The design of this research is case control 1 2 with multiple logistic regressionmultivariate analysis The number of sample in this research is 54 cases and 113controls The results showed an interaction on obesity and DM diseases Aftercontrolled with dyslipidemia and education the people who have obesity and DModds value of 3 97 95 CI 1 76 to 8 94 or by 80 at risk for developing CHD inage more or equal to 40 years than those who are not obese and are not DM in thegroup of people who have a family history of DM Keyword obesity CHD Family history of diabetes mellitus DM ;Obesity is one of the dominant factors of degenerative diseases, particularly coronary heart disease (CHD). This study is a further analysis of the baseline cohort study of risk factors for non-communicable diseases in 2011. Aims of this research are to know how big the relationship between obesity and the incidence of CHD at age more or equal to 40 years to the group people who have family history of diabetes mellitus (DM) after controlled variable confounding (dyslipidemia, blood pressure, diabetes disease, family history of CHD, age, gender, education, occupation, alcohol consumption, smoking habits, and physical activity) and large know POR (Prevalence Odds Ratio) of obesity on the incidence of CHD. The design of this research is case-control (1:2) with multiple logistic regression multivariate analysis. The number of sample in this research is 54 cases and 113 controls. The results showed an interaction on obesity and DM diseases. After controlled with dyslipidemia and education, the people who have obesity and DM odds value of 3.97 (95% CI 1.76 to 8.94) or by 80% at risk for developing CHD in age more or equal to 40 years than those who are not obese and are not DM in the group of people who have a family history of DM."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Dewi Susilawati
"Kriteria utama obesitas menurut WHO adalah IMT namun obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibanding obesitas umum Tujuan penelitian untuk mendapatkan cut off point dari ketiga indikator dalam mendeteksi terjadinya DMT2. Juga untuk mengetahui hubungan obesitas dengan indikator IMT, LP dan rasio LP-TB dengan terjadinya DMT2 dan menentukan indikator mana yang lebih baik dari ketiganya. Desain Cross Sectional. menggunakan data sekunder. Analisis menggunakan regresi logistic dan metode ROC.
Hasil : prevalensi DMT2 9,1% dan prevalensi obesitas berkisar 38,37 % - 41,98 % Nilai cut off obesitas umum IMT ≥ 25,72 kg/m2, LP laki-laki ≥ 80,65 cm perempuan ≥ 80,85 cm dan LP-TB laki-laki ≥ 0,51 perempuan ≥ 0,55.
Kesimpulan : orang dengan obesitas meningkatkan risiko terjadinya DMT2 setelah dikontrol faktor umur. Karena hasil ketiga indikator tidak jauh berbeda, maka penggunaanya tergantung keputusan praktisi kesehatan itu sendiri.

The WHO's major obesity criteria is BMI but central obesity is more associated to health risks than general obesity. The objective of the research is to define the cut off points of the three measurements in detecting the occurrence of T2DM. It is also aimed to examine the relationship of obesity indicators (BMI, WC, and WHtR) with T2DM and determine the best indicator of them. Design of Cross Sectional employs secondary data. Analysis apply logistic model and ROC method.
The result: prevalence of type 2 DM is about 9.1%, and obesity prevalence is about 38.37 % to 41.98 %. The cut off values of BMI general obesity, male WC, female WC, male WHtR, and female WHtR are ≥ 25.72 kg/m2, ≥ 80.65 cm, ≥ 80.85 cm, ≥ 0.5, and ≥ 0,55 respectively.
Conclusion: adjusted by age, obesity increases the risk of type 2 DM occurrence. Since there is no significantly different result, the use of obesity indicators depends on the health practitioner decisions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Felina
"Latar belakang: Gangguan fungsi ginjal pada tahap awal sangat jarang diketahui karena belum memunculkan tanda dan gejala. Saat gangguan fungsi ginjal berkembang progresif dan muncul penyakit ginjal terminal hingga hemodialisis akan menyebabkan status kesehatan jemaah haji menjadi risiko tinggi dan dapat menjadi tidak memenuhi syarat istithaah. Perlu dilakukan evaluasi lebih awal dengan mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal seperti obesitas sentral untuk mendapatkan upaya pencegahan dan intervensi yang lebih menguntungkan.
Tujuan: Mengetahui prevalensi gangguan fungsi ginjal dan hubungan obesitas sentral dengan gangguan gangguan fungsi ginjal pada jemaah haji penderita DM tipe 2.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional terhadap 2.106 jemaah haji yang menderita DM tipe 2. Subyek diperoleh dari data sekunder Siskohatkes Shar'i Puskeshaji Kemenkes RI tahun 1438 H / 2017 M. Semua subyek dilakukan pemeriksaan kesehatan di puskesmas atau rumah sakit rujukan. Estimasi nilai LFG menggunakan persamaan CKD EPI untuk menentukan fungsi ginjal. Obesitas sentral ditentukan menggunakan indeks lemak visceral. Analisis menggunakan regresi logistik multivariat.
Hasil: Nilai rata-rata estimasi LFG 78,63 ml/menit/1,72 m2. Prevalensi gangguan fungsi ginjal pada jemaah haji yang menderita DM tipe 2 sebesar 39,55%. Prevalensi gangguan fungsi ginjal pada Jemaah haji penderita DM tipe 2 dengan obesitas sentral adalah 29,17%. Obesitas sentral berhubungan signifikan secara statistik dengan gangguan fungsi ginjal pada jemaah haji penderita DM tipe 2. Nilai adjusted OR sebesar 1,45 (95% CI 1,19-1,77).
Kesimpulan: Prevalensi gangguan fungsi ginjal pada jemaah haji yang menderita DM tipe 2 sebesar 39,55%. Obesitas sentral berhubungan secara signifikan dengan gangguan fungsi ginjal pada jemaah haji yang menderita DM tipe 2.

Background: Impaired renal function in the early stages often not raised signs and symptoms. End-stage renal disease with hemodialysis will cause Indonesian pilgrims in high risk health status and does not meet istithaah requirements. Early detection of risk factors such as central obesity might be directed to benefit prevention dan intervention.
Objective: to estimate the prevalence of renal function impairment in type 2 DM and the association of central obesity with renal function impairment among Indonesian pilgrim with type 2 DM based on Siskohatkes shar'i 1438 H / 2017 M.
Methods: This cross sectional studi consisted of 2.106 Indonesian pilgrims with type 2 DM. The data was obtained from Siskohatkes 2017 of Pilgrimage Health Center, Ministry of Health. The variable data analyzed were creatinin serum, anthropometric, age, gender, smoking, family history of end-stage renal disease, blood pressure, HDL, LDL, trigliserida and uric acid. Renal function impairment was defined according to Chronic Kidney Disease Epidemiology Collaboration (CKD-EPI) equation to estimate Glomerulus Filtration Rate (eGFR). Central obesity was determined using visceral adiposity index (VAI). Multivariable logistic regression was used to analyze the association of central obesity and renal function impairment.
Result: The prevalence of renal function impairment in Indonesia pilgrim with type 2 DM was 39,55%. The mean of eGFR was 78,63 ml/min/1,72 m2. Central obesity was associated with renal function impairment (adjusted OR = 1,45; 95% CI 1,19-1,77).
Conclusion: The prevalence of renal function impairment in Indonesia pilgrim with type 2 DM was 39,55%. Central obesity was associated with renal function impairment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kwan Francesca Gunawan
"ABSTRAK
Diabetes melitus DM merupakan suatu epidemik global. Obesitas merupakan faktor risiko tersering pada terjadinya DM tipe 2. Salah satu komplikasi yang sering dialami oleh penderita DM ialah kaki diabetik. Pada pasien DM dengan obesitas dan kaki diabetik, terapi medik gizi penting untuk mencapai target berat badan, menjaga kadar glikemik, serta mencegah komplikasi DM. Selain itu pemberian nutrisi yang adekuat juga penting untuk mendukung penyembuhan luka. Pasien pada serial kasus ini berusia antara 41 ndash;59 tahun dengan dengan proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Keempat pasien memiliki status gizi obes dengan IMT sebesar 26-54,4 kg/m2. Awitan DM pada keempat pasien diketahui bervariasi antara 1-13 tahun. Terapi medik gizi diberikan sesuai dengan klinis, hasil laboratorium, dan asupan terakhir masing-masing pasien. Dari hasil pemantauan didapatkan bahwa dengan terapi nutrisi yang diberikan terjadi penurunan berat badan sebesar 3,2-4,8 kg 3,2-5,8 dan penurunan nilai HbA1c sebanyak 0,3-0,7. Selain itu juga didapatkan ukuran luka yang mengecil dan gejala neuropati berkurang. Pada pasien DM tipe 2 dengan obesitas dan kaki diabetik, terapi medik gizi yang adekuat berkaitan dengan penurunan berat badan, perbaikan kontrol glikemik, dan penyembuhan luka yang baik.

ABSTRACT<>br>
Diabetes mellitus is now a global epidemic. Obesity is a common risk factor in the occurrence of type 2 diabetes. One of the complications that are often experienced by people with diabetes is diabetic foot. In diabetic patients with obesity and diabetic foot, medical nutrition therapy is important to achieve targeted body weight, maintain glycemic levels, and prevent diabetes complications. Good nutrition is also essential for wound healing. This case series consists of four patients who are between 41-59 years old and obese with BMI of 26-54.4 kg/m2. The onset of DM in all four patients is known to vary between 1-13 years. Nutritional therapy is given in accordance with the clinical, laboratory outcomes, and patients' daily intake. It was found that medical nutrition therapy can lead to weight loss of 3.2-4.8 kg (3.2-5.8%) and decreased HbA1c by 0.3-0.7%. It was also observed that the wound size and neuropathy symptoms are reduced. Adequate medical nutrition therapy in type 2 DM patients with obesity and diabetic foot is associated with weight loss, improved glycemic control, and good wound healing."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudin
"Diabetes Melitus Tipe 2 DMT2 disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat. Karyawan PT.X menderita DMT2 dengan prevalensi 6;5 . Tujuan penelitian ini menganalisis polamakan dan aktivitas fisik penderita DMT 2; dengan metode penelitian kualitatif analisisdeskriptif pada 12 responden. Pola makan diukur menggunakan kuesioner FoodFrequency Quesionnair FFQ dan aktivitas fisik dengan International Physical ActivityQuesionnair IPAQ ; serta dilakukan observasi dan wawancara mendalam. Hasilpenelitian menunujukkan bahwa; karakteristik dari 12 orang responden berumur ge; 40tahun 75 ; laki-laki 91;7 ; dan responden yang memiliki riwayat keluarga DM 58;3 . Pola makan respnden tidak teratur; konsumsi karbohidrat berlebih atau tinggiIndeks Glikemiknya IG ; aktivitas responden kategori ringan dan jarang berolahraga.Rata-rata Metabolic Equivalent MET responden secara total dari aktivitas kerja;aktivitas transportasi; kegiatan di rumah dan berkebun; olahraga yaitu di bawah 600MET-menit/minggu; responden beralasan tidak ada waktu dan malas berolahraga.Disarankan program promosi kesehatan tentang makanan sehat atau rendah IG untukkaryawan dan istrinya; bila memungkinan perusahaan menyediakan makanan sehat bagikaryawan; promosi pentingnya olahraga dan membuat program olahraga untukmengimbangi aktivitas kerja yang ringan.

Diabetes is a non-infectious disease to 4 causes of death in Indonesia; prevalence of 6.9%; occurs at ≥ 15 years old (Kemenkes; 2014); Nearly 90% are Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) caused by unhealthy lifestyles. PT.X employees suffer from T2DM with a prevalence of 6.5%. The purpose of this study to analyze patterns of eating and physical activity of the patient DMT 2; with qualitative research methods of descriptive analysis on 12 respondents. The diet was measured by Food Frequency Quesionnair questionnaire and physical activity with International Physical Activity Quesionnair; and observation and in-depth interviews were conducted. The results showed that the characteristics of 12 respondents were ≥ 40 years old (75%); male (91.7%); and respondents who had a family history of DM (58.3%). Irregular eating patterns; excessive carbohydrate consumption or high Glycemic Index (GI). The activity of respondents in the category of mild and rarely exercise. Mean Total Metabolic Equivalent (MET) respondents from total work activities; transportation; domestic; exercise is below 600 MET-minutes/week; Respondents reasoned no time and lazy to exercise. Suggested health promotion programs on healthy or low GI foods for employees and their wives; if possible company provides healthy foods and create sports programs. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50449
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isna Aulia Fajarini
"Obesitas pada diabetisi penderita DM Tipe 2 berdampak pada peningkatan risiko terjadinya komplikasi berupa nefropati diabetis dan penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada diabetisi dewasa. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan melibatkan 133 responden yang merupakan perserta PROLANIS. Pengukuran asupan dilakukan menggunakan food recall 1x24 jam, kebiasaan makan menggunakan FFQ, dan aktivitas fisik menggunakan GPAQ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 63,9 diabetisi mengalami obesitas IMT ge;25 kg/m2. Obesitas pada diabetisi berhubungan signifikan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan terkait gizi, dan lama menderita DM tipe 2. Edukasi kepada diabetisi tekait diet bagi penderita DM tipe 2 penting untuk mengurangi obesitas pada diabetisi.

Obesity among adult with type 2 diabetes heightens the risk of other comorbid diseases such as diabetic nephropathy and cardiovascular disease. The aim of this study was to determine factors associated with obesity among adult with type 2 diabetes. This study used cross sectional design and data were collected from 133 member of PROLANIS. Food intake was assessed with 1x24 H food recall, food habit with FFQ, and physical activity with GPAQ.
The result showed 63,9 of adult with type 2 diabetes were obese BMI ge 25 kg m2. Obesity is significantly associated with level of education, nutrition knowledge, and duration of diabetes. Health education about diet for diabetic patient is important to decrease obesity among adult with type 2 diabetes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69033
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>