Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144722 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hermawan Susanto
"ABSTRAK
Kabupaten Purworejo merupakan kabupaten dengan jumlah kasus malaria tertinggi di Provinsi Jawa Tengah. Surveilans malaria merupakan komponen utama dalam pencapaian eliminasi malaria pada tahun 2030 secara nasional. Surveilans malaria yang digunakan saat ini adalah e-sismal. Masalah yang dihadapi petugas adalah e-sismal belum sepenuhnya user friendly. E-sismal belum mampu memenuhi kebutuhan informasi untuk eliminasi malaria. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan surveilans malaria yang mampu menghasilkan informasi untuk eliminasi malaria. Metode pengembangan sistem informasi yang digunakan adalah Rapid Application Development RAD yang menghasilkan prototype surveilans malaria. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen terkait pelaksanaan e-sismal di Kabupaten Purworejo tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Annual Paracite Incidence API di Kabupaten Purworejo sebesar 0,53 permil; pada tahun 2016, sehingga sudah harus menerapkan strategi eliminasi. Prototype surveilans malaria dikembangkan berbasis web dengan tampilan user friendly yang dilengkapi dengan sistem database. Dengan demikian penggunaannya lebih mudah, terhindar dari kesalahan teknis serta otomatisasi pengolahan data. Dashboard dapat memantau capaian indikator: pemeriksaan suspek malaria, API, klasifikasi asal penularan dan pengendalian vektor. Informasi lain yang disediakan adalah data individu pasien malaria, pemetaan pasien dan vektor malaria, serta stok logistik. Kesimpulan. Prototype surveilans malaria mampu menghasilkan informasi untuk eliminasi malaria di Kabupaten Purworejo.

ABSTRACT
Purworejo is a district with the highest number of malaria cases in Central Java Province. Malaria surveillance is a major component to eliminate malaria by 2030 a national target. The current malaria surveillance is lsquo e sismal rsquo . The problem is that e sismal is not yet fully user friendly. E sismal could not produce all information needed for malaria elimination. This study developed malaria surveillance that is able to produce information for malaria elimination. The method to develop information system is Rapid Application Development to produce a prototype of malaria surveillance. Data gathered by in depth interview, observation and document review related to e sismal implementation in Purworejo District in 2016. The result showed that Annual Paracite Incidence API in Purworejo District was 0.53 permil in 2016, so it must implement elimination strategy. The malaria surveillance prototype is web based with a user friendly interface and database system. The advantages are easier use, avoid technical errors, and data processing automation. The dashboard displays a malaria suspect, API, classification of transmission and vector control. Dashboard can monitor the performance of indicators. Other information provided is individual data of malaria patients, mapping of malaria patient and vectors, also logistics stock. Conclusion. The malaria surveillance prototype was able to produce information for malaria elimination in Purworejo District."
2017
T48927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kapoh, Aneke Thresia
"Latar Belakang: Malaria masih merupakan penyakit menular dan menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan terdapat 443.530 kejadian malaria pada tahun 2022, serta tercatat 71 kasus kematian terkait malaria. Sesuai target tujuan pemberantasan malaria 372 dari 514 kabupaten dan kota merupakan daerah bebas malaria pada akhir tahun 2022. Hanya ada satu kabupaten yaitu kab Purworejo yang masih terjadi penularan malaria di Pulau Jawa dan Bali. Karena malaria adalah penyakit yang bersifat lokal, maka diperlukan upaya pengendalian lokal. Sebagian besar penyakit malaria disebabkan oleh variabel perilaku dan lingkungan. Dalam epidemiologi, analisis spasial sangat berguna untuk menentukan pengelompokan penyakit dan menilai prevalensi penyakit dalam kaitannya dengan lokasi geografis.
Metode: Angka kejadian malaria di Kabupaten Purworejo pada tahun 2022 akan dideskripsikan dan dipetakan dengan menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Badan Pusat Statistik (BPS), badan informasi geografis, dan data sekunder laporan malaria Kabupaten Purwerejo menjadi sumber data yang dimanfaatkan. Alat QGIS 3.10, STATA 17, dan GEODA digunakan untuk pengumpulan dan pemrosesan data. Koordinat data geografis setiap kasus tersedia, dan analisis statistik dilakukan untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentase setiap variabel faktor risiko yang mempengaruhi kejadian malaria serta melakukan analisis spasial untuk menentukan pola geografis penyebaran penyakit.
Hasil: Pada Analisa indeks moran ditemukan I = 0,124 dengan E(I) =-0,0667, dan P=0,04 yang menunjukkan adanya autokorelasi spasial positif. I>E(I) menunjukkan bahwa polanya adalah mengelompok. Autokorelasi spasial penyebaran malaria Kabupaten Purworejo terlihat bahwa penyebaran kasus malaria tahun 2022 terdapat autokorelasi spasial positif. Nilai P =0,03 yang lebih kecil dari alpha maka hipotesis Ho ditolak berdasarka uji yang telah dilakukan ini yang berarti terdapat autokorelasi spasial kejadian malaria tahun 2022. Peta LISA menunjukkan bahwa ada satu kecamatan dengan kasus malaria tinggi dikelilingi oleh kecamatan yang memiliki kasus malaria yang tinggi yaitu kecamatan Kaligesing. Terdapat 2 kecamatan dengan kasus rendah yang disekelilingnya memiliki kasus yang tinggi yaitu kecamatan Loano dan Bagelan. Pada kuadran 3 menunjukkan kecamatan yang memiliki kasus yang rendah yang sekelilingnya adalah kecamatan yang memiliki kasus rendah juga yaitu kecamatan kemiri. Berdasarkan analisa Spasial Error Model faktor ketinggian wilayah, kepadatan penduduk, curah hujan dan kelembaban mempengaruhi penyebaran kasus malaria di Kabupaten Purworejo.

Background: In Indonesia, malaria is still an infectious disease and a public health problem. In Indonesia, there will be 443,530 malaria incidents in 2022, and 71 cases of malaria-related deaths will be recorded. As anticipated, the goal of eradicating malaria is progressing, with 372 out of 514 districts and cities having the opportunity to be malaria-free by the end of 2022. There is only one district where malaria transmission occurs on the islands of Java and Bali, and that is Purworejo in Central Java. Because malaria is a local disease, local control efforts are needed. Most malaria is caused by behavioral and environmental variables. In epidemiology, spatial analysis is very useful for determining disease clustering and assessing disease prevalence in relation to geographic location.
Method: The incidence of malaria in Purworejo Regency in 2022 will be described and mapped using this quantitative descriptive research. The Central Statistics Agency (BPS), geographic information agency, and secondary data from Purwerejo Regency malaria reports are the data sources used. QGIS 3.10, STATA 17, and GEODA tools were used for data collection and processing. Geographic data coordinates for each case are available, and statistical analysis is carried out to determine the frequency distribution and percentage of each risk factor variable that influences the incidence of malaria as well as conducting spatial analysis to determine the geographic pattern of disease spread.
Results: Moran index analysis found I = 0.124 with E(I) = -0.0667, and P = 0.04 which indicates positive spatial autocorrelation. I>E(I) indicates that the pattern is clustered. Spatial autocorrelation of malaria distribution in Purworejo Regency shows that the distribution of malaria cases in 2022 has positive spatial autocorrelation. The P value = 0.03, which is smaller than alpha, means the Ho hypothesis is rejected based on the test that has been carried out, which means that there is spatial autocorrelation of malaria incidence in 2022. The LISA map shows that there is one sub-district with high malaria cases surrounded by sub-districts that have high malaria cases. high, namely Kaligesing sub-district. There are 2 sub-districts with low cases and the surrounding areas have high cases, namely Loano and Bagelan sub-districts. Quadrant 3 shows the sub-districts that have low cases. Surrounding them are the sub-districts that also have low cases, namely the Kemiri sub-district. Based on the Spatial Error Model analysis, the factors of regional altitude, population density, rainfall and humidity influence the spread of malaria cases in Purworejo Regency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melda Suryana
"Latar belakang Infeksi malaria dalam kehamilan berefek serius terhadap ibu hamil maupun janin. Di Purworejo, Jawa Tengah dimana transmisi malaria terjadi sepanjang tahun dan tergantung musim, program pencegahan malaria belum difokuskan pada wanita hamil. Penelitian mengenai infeksi malaria dalam kehamilan masih sangat jarang dilakukan di Indonesia.
Tujuan : Mengetahui karakteristik kasus malaria pads wanita usia reproduksi dan hubungan yang valid antara kehamilan dengan infeksi malaria pada wanita usia reproduksi di Indonesia. Metode: disain penelitian Studi Kasus Kontrol tidak berpadanan. Responden adalah wanita usia 15-49 tahun yang datang ke tempat pelayanan kesehatan di 9 kecamatan endemis di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan bulan Juni-Juli 2003 dengan metode wawancara dan pengambilan sediaan apus darah tebal dan tipis.
Hasil : Terdapat 1065 subjek terdiri dari 64 kasus (4531% adalah wanita hamil) dan 1001 kontrol (33,17% hamil). Jenis parasit malaria menginfeksi adalah Pfalciparum (46.88%) dan sisanya P.vivax. kasus malaria asimptomatik terdapat pada 24 kasus (37.40%) dan dari 29 kasus wanita hamil sebanyak 44.83% asimptomatik. Wanita yang tinggal di daerah LCI dan tidak beraktivitas keluar rumah di malam hari bila hamil memiliki OR 6.42 (CI 95 % 1.34-30.79) dibandingkan wanita tidak hamil. Wanita hamil yang tinggal di daerah LCI namun beraktivitas keluar rumah di malam hari akan meningkat risikonya secara bermakna menjadi 27 kali (OR 27.39; CI 95 % 4.79-156.44) dibandingkan wanita tidak hamil yang tinggal di daerah dan memiliki aktivitas yang sama. Wanita yang tinggal di daerah dengan tingkat transmisi sedang (MCI) dan keluar rumah di malam hari, bila hamil memiliki OR 5.35 (CI 95 % 1.85-1232) dibandingkan wanita tidak hamil.
Kesimpulan : Kehamilan meningkatkan resiko untuk terkena malaria pada wanita usia reproduksi dan efeknya bcrbeda menurut aktivitas dan tingkat transmisi malaria daerah tempat tinggal. Program malaria perlu dimasukkan dalam pelayanan ANC pada program KIA.

Pregnancy as a Risk Factor of Malaria Infection among Women at Reproductive Age in Purwerejo Distric, Central Java, 2003Background : Malaria in pregnancy has serious effect for pregnant women and the fetus. In Purworejo where malaria is perennial and highly seasonal, malaria's program not yet focusing on pregnant women. Recently study about malaria and pregnancy still rare in Indonesia. Objective : To examine the characteristic of malaria cases among women at reproductive age and to prove the valid relationship between pregnancy and malaria infection among them.
Methods : Unmatched case control study. Subjects were collected from women (15-49 years old) who visited primaries health cares in 9 endemic subdistricts in Purworejo district, Central Java. Research was held on June - July 2003, by interviewing respondent using questionnaire and taking thick and thin blood smears.
Results: There were 64 cases (45.31% were pregnant) and 1001 controls (33.17% were pregnant). 46.88% cases were infected by P. falciparum and the rest were by P.vivax. There were 37.40% asymptomatic cases from all cases and 44.83% asymptomatic cases from 29 eases who were pregnant. Compare with nonpregnant women who lives in LCI areas and has no outdoor activity at night, pregnant woman who lives in the same areas and same activity, have risk 6 times fold to have malaria infection (OR 6.42; CI 95 % 1.34-30.79). But if pregnant woman, who lives in LCI areas, has outdoor activity at night then the risk become 27 times fold (OR 27.39%; CI 95 % 4.79-156.44) compare to nonpregnant women who lives in the same area and same activity. Woman who lives in MCI areas and has outdoor activity at night, if she become pregnant then she will have OR 5.35 (CI 95 % 1.85-12.72) than nonpregnant woman.
Conclusion: Pregnancy has a significant effect with malaria infection and the effect depend on the outdoor activity at night and level of malaria transmission of the living area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Lea Awoitauw
"Malaria masih menjadi ancaman kesehatan bagi setengah populasi dunia termasuk di Indonesia dimana pada tahun 2020 jumlah kasus malaria mencapai 226.364 kasus dan 96% kasus tersebut berasal dari Provinsi Papua. Kabupaten Jayapura sendiri menduduki peringkat ke empat penyumbang kasus malaria terbanyak di Provinsi Papua pada tahun 2016 sebanyak 29.044 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program eliminasi malaria di Kabupaten Jayapura pada tahun 2021. Penelitian menggunakan metode penelitian jenis kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yang dilakukan pada informan terpilih meliputi kepala dinas kesehatan, kepala bidang P2P, kepala bidang SDMK, kepala sub bagian umum, program, dan informasi, pengelola program malaria di dinas kesehatan, kepala puskesmas dan pengelola program malaria puskesmas di wilayah Kabupaten Jayapura. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Februari - Maret 2022 dengan menggunakan teknik wawancara mendalam sebagai sumber data primer dan telaah dokumen sebagai sumber data sekunder. Peneliti menggunakan pendekatan sistem dalam menilai input yang terdiri dari sumber daya manusia, dana, sarana, dan perundangan. Pada proses adalah bagaimana penemuan dan tatalaksana penderita, pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah, peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) dan peningkatan sumber daya manusia serta untuk output yaitu angka API, SPR, dan ABER di Kabupaten Jayapura. Ditemukan bahwa pelaksanaan program eliminasi malaria tidak berhasil mencapai target pada tahap Intensifikasi pengendalian yang telah ditetapkan didalam Pedoman Pengendalian Malaria Menuju Eliminasi Tahun 2030 di Kabupaten Jayapura yang tertuang dalam Peraturan Bupati Jayapura nomor 44 Tahun 2017 dengan angka API adalah 100‰, SPR 24% dan ABER dibawah 10%. Hal-hal yang menjadi hambatan adalah kompetensi SDM yang belum memenuhi standar, ketersediaan dana yang belum memadai, dan manajemen sarana yang belum optimal. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program eliminasi malaria di Kabupaten Jayapura telah dilaksanakan namun belum optimal. Disarankan agar pemerintah daerah Kabupaten Jayapura dapat menjadikan program eliminasi malaria sebagai prioritas anggaran dalam APBD Kabupaten Jayapura. Selain itu kerjasama lintas sektor yang tergabung dalam Malaria Center perlu digiatkan kembali dan merumuskan Rencana Aksi Daerah (RAD) serta bermitra dengan global fund, Unicef, LSM, TNI, Polri, Organisasi profesi dan tokoh masyarakat.

Malaria is still a health threat to half the world's population, including in Indonesia where in 2020 the number of malaria cases reached 226,364 cases and 96% of these cases came from Papua Province. Jayapura Regency itself was ranked the fourth most malaria case in Papua Province in 2016 with 29,044 cases. This study aims to evaluate the implementation of the malaria elimination program in Jayapura Regency in 2021. The study used a qualitative type of research method with a study case approach, conducted on selected informants including the Head of the Health Office, Head of the P2P Division, Head of HHR Division, Head of the General, Program and Information Sub-Section, Program Manager of Malaria in Health Office, Head of Puskesmas and Program Manager of Malaria in Puskesmas in Jayapura Regency. Data collection was carried out in February - March 2022 using in-depth interviews as the primary data source and document study as a secondary data source. Researchers use a systems approach in assessing inputs consisting of human resources, funds, facilities, and legislation. The process is how to find and treat patients, prevention and control of risk factors, epidemiological surveillance and outbreak control, improving information and education communication (IEC) and increasing human resources as well as for output, namely the number of API, SPR, and ABER in Jayapura Regency. It was found that the implementation of the malaria elimination program did not succeed in achieving the target of the control intensification stage that had been set out in the Guidelines for Malaria Control towards Elimination in 2030 in Jayapura Regency in Jayapura Regency Regulation number 44 year 2017 with API number is 100‰, SPR 24% and ABER below 10%. The things that become obstacles are human resources competencies that do not meet the standards, inadequate funding availability, and non-optimal management of facilities. It can be concluded that the implementation of the malaria elimination program in Jayapura Regency has been implemented but has not been optimal. It is recommended that the regional government of Jayapura Regency can make the malaria elimination program a budget priority in the Jayapura Regency RREB. In addition, cross-sectoral collaboration that is incorporated in the Malaria Center needs to be reactivated and formulate Regional Action Plans (RAP) and and partnering with global funds, Unicef, NGOs, TNI, Polri, professional organizations and community leaders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Ridzi Fahdri Elyazar
"Kabupaten Purworejo, khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, belum mempunyai program aplikasi khusus untuk mendeteksi dini KLB malaria. Masalah utama yang dihadapi adalah belum dioptimalkannya pemanfaatan data malaria yang sudah dikumpulkan oleh puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten serta belum diketahuinya kemampuan metode deteksi Cullen dan metode WHO dalam mendeteksi dini KLB malaria.
Tujuan dari penelitian ini adalah dikembangkannya prototipe program aplikasi untuk mendeteksi dini KLB malaria menggunakan metode Cullen dan metode WHO untuk melengkapi sistem kewaspadaan dini KLB malaria di tingkat kabupaten dan puskesmas. Indikator utama yang digunakan adalah kemunculan tanda bahaya KLB malaria.
Metodologi yang digunakan adalah siklus hidup sistem yang terdiri atas lima tahapan utama yaitu perencanaan, analisis, rancangan, penerapan dan perawatan. Analisa data kualitatif menggunakan analisis isi, sedangkan analisa data kuantitatif menggunakan uji Kruskal Wallis dan Uji Chi-Square.
Penelitian ini telah menghasilkan prototipe program aplikasi untuk mendeteksi dini KLB malaria menggunakan metode Cullen dan metode WHO dengan memanfaatkan model basis data relasional sehingga dapat menghasilkan diagram deteksi dini KLB malaria dan diagram tree kasus malaria. Kedua metode deteksi memperlihatkan kemampuannya untuk memberikan peringatan awal sekitar 22 bulan (Cullen) dan 26 bulan (WHO) sebelum puncak KLB terjadi. Metode WHO memberikan tanda bahaya lebih banyak dibandingkan dengan metode Cullen (96% vs 70%, p = 0.011). Kesesuaian proyeksi kedua metode sebesar 74%.
Dalam menentukan kemungkinan penyeragaman nilai ambang batas antara puskesmas dan kabupaten, ambang batas Cullen di tingkat kabupaten mempunyai sensifisitas 70-100%, spesifisitas 35-91% dan nilai dugaan positif 8-96%. Sedangkan metode WHO, sensifisitasnya antara 88-100%, spesifisitas 7-67% dan nilai dugaan positif 28-98%. Oleh karma adanya variasi ketiga indikator tersebut maka nilai ambang batas KLB tidak dapat diberlakukan secara seragam untuk setiap puskesmas.
Sistem deteksi dini KLB malaria diharapkan dapat dikembangkan dengan memasukkan faktor-faktor lain yang mempunyai kontribusi dalam mendeteksi dini KLB malaria, menggunakan metode deteksi lain seperti bagan kendali dan analisis deret waktu, serta menggunakan perangkat lunak legal lain yang lebih mutakhir sehingga analisisnya menjadi lebih optimal.

Development of Malaria Epidemic Early Detection System Using Cullen and WHO Methods in Purworejo DistrictPurworejo District, especially Health District Office, didn't have special application software used for malaria epidemic early detection yet. The main problem is malaria data than been collected from primary health center to Health District Office under optimally. And beside that we want to know the ability of Cullen and WHO method to detect malaria epidemic earlier.
The goal of this research is to develop a program prototype for malaria epidemic early detection system using Cullen and WHO, then it's supporting the current early warning system in district and primary health center level. Main indicator using is appearance of alert for malaria epidemic.
Methodology used is life cycle consists five stages are planning, analysis, design, implementation and maintenance. Qualitative data analysis uses context analysis and for quantitative data uses Kruskal Wallis test and Chi-Square test.
This research produces an application prototype for malaria epidemic early detection using Cullen and WHO methods. This prototype utilizes relational database model that able to display the malaria epidemic early detection diagram and malaria case trend diagram. Both methods show ability to give early alert around 22 months (Cullen) and 26 months (WHO) before epidemic peak. WHO method appears more alert signal than Cullen method (96% vs 70%, p = 0.011). Their concordance is 74%.
To determine the possibility to standardize epidemic threshold value between primary health center and district, Cullen's threshold value in district level shows sensitivity 70-100%, specificity 35-91% and positive predictive value 8-96%. Besides that WHO method, sensitivity around 88-100%, specificity 7-67% and positive predictive value 28-98%. Because of variation among indicators, we aren't able to standardize epidemic threshold value to whole primary health center.
Malaria epidemic early detection system is expected being developed with others factors that contribute to malaria epidemic early detection, using other detection technique such as control chart and time series analysis, and also using powerful legal software then the analysis is more optimal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartono
"Morbiditas malaria di Indonesia tertinggi diantara negara-negara Asia Tenggara. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, prevalensi malaria 4 tahun terakhir ini meningkat.
Di Kabupaten Gorontalo prevalensi malaria klinis cenderung meningkat dan 19 per 1000 penduduk tahun 1997 menjadi 24 per 1000 penduduk tahun 2001. Pada periode yang sama angka nasional menunjukkan angka 16 per 1000 penduduk tahun 1997 dan 31 per 1000 penduduk tahun 2001.
Surveilans malaria tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Peningkatan insidens malaria tidak terdeteksi secara dini, tingkat endemisitas tidak terpantau secara rinci penurunan dan peningkatan disetiap wilayah, serta informasi selalu terlambat diterima oleh Dinas Kesehatan.
Potensi yang dapat memberikan informasi cepat dalam kegiatan surveilans yaitu keberadaan puskesmas pembantu di 127 desa di kabupaten Gorontalo perlu dikembangkan agar mampu melakukan surveilans malaria. Ditemukan lebih dari 90% petugas puskesmas pembantu tidak pernah dilatih surveilans malaria.
Penelitian ini merupakan eksperimen murni dengan desain pre test post test control group design melalui intervensi pelatihan surveilans malaria petugas puskesmas pembantu. Sebelum intervensi dan 4 minggu setelah intervensi dinilai peningkatan kinerjanya.
Penilaian dilakukan terhadap 7 indikator kinerja yang meliputi ketersediaan dokumen peta endemisitas, slide sediaan darah, pemeriksaan mikroskopis, survei malariometrik, pencatatan dan pelaporan, analisis dan saran, serta penyebarluasan informasi kepada yang berkepentingan. Skor minimal 0 maksimal 12.
Intervensi meningkatkan kinerja 1,7 skor dengan standard error 0,23 dan p > I t I W 0,0000. Setelah disesuaikan (adjusted) dengan variabel lain yang mempengaruhinya diperoleh peningkatan kinerja 1,52 skor, dan 69,15% subyek yang diintervensi kinerjanya meningkat > 1 skor. Peningkatan kinerja sebesar ini dapat merubah posisi kinerja jelek menjadi sedang dan sedang menjadi baik. Variabel yang mempengaruhi peningkatan kinerja adalah intervensi, jenis kelamin, umur, dan pedoman kerja.
Prediksi individu yang tidak dilatih kinerjanya menurun dari waktu kewaktu sebesar 1,3 skor. Intervensi dalam bentuk pelatihan tidak bisa hanya sekali untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja petugas pembantu. Mereka yang pernah dilatih sebaiknya dibekali dengan pedoman kerja.

Malaria morbidity in Indonesia is the highest among the Southern East Asian Nations. According to the Ministry of Health of Indonesia, malaria prevalence in recent four years increased. In Gorontalo regency clinical malaria tend to increase 19 per 1000 peoples in 1997 to 24 per 1000 peoples in 2001.
Malaria surveillance was not attempted properly, increasing incidence of malaria was not early detected, the endemicity have not known yet increased or decreased in the area. For overcoming this problems the capabilities of the nurses have to be progressed by the training of the malaria surveillance.
The nurses of the community health centre at 127 villages in Gorontalo are the potential providers who can give community base informations rapidly, but they have no capabilities for it. This research also revealed that more than 90 percent of the nurses never trained about malaria surveillance.
This study is an experimental design with randomized pre test post test control group design. We have trained about 43 nurses of the village health centre as the subject of intervention, meanwhile 38 nurses as the controls.
We use the 7 variables as the composit variables to indicate the performance elevating, those are: documents of the endemicity map (spot map), the blood slides, malarial microscopic report, malariometric survey document, recording and reporting, analysis of the cases and suggested intervention, giving the information for the patients and the Community Health Centre. We compare the first evaluation of their surveillance malaria performance to 4 weeks after the intervention for the group of intervention and the control group. Minimum score is 0 and maximum is 12.
The controls have no progress in their performance, but the intervention subject have.The testing results before and after intervention shows an elevated 1,7 scores with standard error 0,23 and p >1 t I = 0,0000 The multivariate regression linier counting the elevated after adjusted by sex, age and work guidance as 1,52 scores. This progress could bring who has a bad performance become fair and who has a fair performance become better. About 69,15 percent subjects who trained the performance increased about 1 score.and more.
The variables that influenced for the progress of the performance are intervention, sex, age, and the work guidance. The individual prediction theoritically performance will drop 1,3 scores if their aren't intervention by the training."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T8382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayleen Alicia Kosasih
"ABSTRAK
Pemeriksaan mikroskopik rutin digunakan dalam program malaria. Namun keterbatasan pemeriksaan tersebut menyebabkan kurangnya informasi yang diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data molekular parasit malaria yang berkaitan dengan upaya eliminasi. Subjek penelitian adalah 585 anak sekolah dasar peserta kohort selama enam bulan di Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung. Pemeriksaan mikroskopik dilakukan pada sediaan darah malaria semua peserta kohort. Pada 301 blot darah dilakukan deteksi real time PCR dengan 18S rRNA. Pada sebelas blot darah yang diperoleh dari subjek yang positif P falciparum secara mikroskopik dilakukan studi genotyping dengan MSP-1 dan MSP-2. Deteksi real time PCR menunjukkan sensitivitas empat kali lebih tinggi daripada pemeriksaan mikroskopik ( PCR: 1,3% vs. mikroskopik: 0,3%, OR:4 IK 95%: 0,396-196,990, p=0,18, tes McNemar). Genotyping dengan MSP-1 dan MSP-2 masing-masing mendapatkan lima dan tiga jenis alel berbeda. Berdasarkan MSP-1 didapatkan pengandung infeksi multiklonal sebesar 66,7% dengan rerata jumlah alel 2,1 per individu, sedangkan dengan MSP-2 hanya ditemukan infeksi monoklonal. Analisis sekuens menunjukkan kekerabatan dengan isolat dari Thailand dan Papua Nugini. PCR penting dilakukan dalam eliminasi malaria karena dapat mendeteksi infeksi sub-mikroskopik dan menentukan diversitas genetik parasit.

ABSTRACT
Microscopic examination has been being used in malaria program on regular basis. However, its limitations prevent it from obtaining information needed sufficiently. This study aims to obtain molecular data on malaria parasites in relation with elimination effort. Study subjects are 585 school children enrolled in the cohort study conducted for six month in Kabupaten Pesawaran, Lampung province. Microscopic examination has been performed to all cohort participants. Total of 301 blood spots underwent real time PCR detection using 18S rRNA. Genotyping study using MSP-1 and MSP-2 was performed to 11 blood spots taken from subjects positive for P falciparum by microscopy. Real time PCR detected malaria four times higher than microscopy (PCR: 1.3% vs. microscopy: 0.3%, OR:4, 95% CI: 0.396-196.990, p=0,18, McNemar test). Genotyping with MSP-1 and MSP-2 identified five and three distinct allele, respectively. A proportion of 66.7% was found to have multiclonal infection with average allele number of 2.1 based on MSP-1. To the contrary, MSP-2 found no infection containing more than one allele. Sequence analysis found relatedness between Lampung isolates with those from Thailand and Papua New Guinea. PCR is an important tool in malaria elimination as it can detect submicroscopic infection and determine genetic diversity of the parasites."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Malaria merupakan penyakit yang ditandai dengan gejala panas dingin
yang disebabkan oleh Plasmodium dan menular melalui gigitan nyamuk
Anopheles dari penderita ke manusia sehat. Kabupaten Purworejo
merupakan salah satu daerah yang masih banyak terjadi insiden malaria
sampai saat ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui insiden malaria
yang terjadi selama bulan Januari ? April tahun 2007 di Kabupaten Purworejo
dan hubungannya dengan faktor fisik (ketinggian, curah hujan, proporsi luas
breeding places atau tempat perindukan nyamuk), dan faktor non fisik
(kepadatan penduduk dan sosial budaya penderita). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa insiden malaria cenderung terjadi pada ketinggian
rendah, curah hujan sangat rendah, sedang, dan tinggi, proporsi luas
breeding places tinggi, dan kepadatan penduduk sangat rendah. Hasil
Penelitian yang juga didukung dengan uji chi square menunjukkan bahwa
faktor fisik yaitu ketinggian, curah hujan, dan proporsi luas breeding places
atau tempat perindukan nyamuk berhubungan dengan insiden malaria yang
terjadi namun korelasinya lemah, sedangkan faktor non fisik yaitu kepadatan
penduduk dan sosial budaya penderita tidak berhubungan dengan tingkat
insiden malaria yang terjadi di Kabupaten Purworejo selama bulan Januari -
April 2007.
Kata kunci: insiden malaria, faktor fisik dan non fisik
xi + 58hlm.; 1 gbr.; 7 lamp.; 7 peta; 16 foto
Bibliografi: 32 (1983 ? 2007)"
Universitas Indonesia, 2007
S34133
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duwi Prihatin
"Setiap tahun lebih dari 1 juta penduduk di dunia meninggal akibat malaria, 80% diantaranya di Afrika dan diperkirakan ada sekitar 3 milyar pasien malaria di seluruh dunia, salah satunya di Indonesia. Puskesmas Mantangai Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah, angka kejadian malaria dari tahun 2009 - 2011 mengalami perubahan yaitu kasus malaria klinis dari 520 kasus turun menjadi 30 kasus, sedangkan kasus malaria positif dari 102 kasus naik menjadi 254 kasus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik individu dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Mantangai Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012.
Metode penelitian adalah deskriptif dan desain Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi adalah seluruh masyarakat yang pernah diperiksa terhadap malaria di wilayah kerja Puskesmas Mantangai Kabupaten Kapuas, yakni sebesar 259 orang dengan jumlah sampel 100 responden, tehnik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan secara wawancara menggunakan kuesioner.
Hasil analisis bivariat yang mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian malaria adalah pekerjaan, pengetahuan, pemakaian obat anti nyamuk, dan kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari.
Each year more than 1 million people worldwide die from malaria, 80% of them in Africa and an estimated 3 million malaria patients around the world, one in Indonesia. Mantangai Health Center Kapuas District of Central Kalimantan Province, the incidence of malaria from 2009 - 2011 which changed from 520 cases of clinical malaria cases dropped to 30 cases, while the positive malaria cases rose from 102 cases to 254 cases.
The purpose of this study was to determine the individual characteristics and behaviors associated with the incidence of malaria in the region of Mantangai Health Center of Central Kalimantan Province Kapuas 2012.
The research method was descriptive and cross sectional design with quantitative approach. The population was all people who ever checked against malaria in the region of Kapuas Mantangai health center, which amounted to 259 people with a sample of 100 respondents, the sampling technique is simple random sampling. The data was collected by interview using a questionnaire.
The results of bivariate analyzes that have a meaningful relationship with the incidence of malaria is the work, knowledge, use of anti-mosquito, and and habits are outside the house at night.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yety Intarti
"Pengembangan Sistem informasi Penanggulangan Malaria dimaksudkan untuk mendukung pengambilan keputusan yang terkait dengan penanggulangan malaria di Kabupaten Sukabumi. Beberapa tahun terakhir sampai bulan Juni 2004, terjadi peningkatan kasus malaria yang sangat signifikan sehingga terjadi KLB di beberapa wilayah Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan hal tersebut, perlu kiranya dikembangkan sistem yang dapat mencegah terjadinya peningkatan kasus dan kematian akibat malaria dengan pengembangan system surveilans dan penanggulangan penyakit malaria, serta sistem pengambilan keputusan yang sesuai. Prinsip dasar pengembangan sistem informasi ini adalah pemanfaatan mapping untuk mengkonversi data populasi dan kasus malaria serta data-data lain (fasilitas kesehatan) menjadi bentuk informasi visual seperti peta dan grafik untuk memfasilitasi interpretasi data surveilans serta mendukung pengambilan keputusan yang terkait dengan program penanggulangan malaria. Keluaran sistem informasi yang dihasilkan dengan berbasis pada analisis eksploratif di wilayah risiko tinggi, pengelompokan kasus, tren waktu, dan memantau kegiatan penanggulangan malaria.

The Development of Malaria Control Information System in Sukabumi District (West Java)The Development of Malaria Control Information System is intended to support the related decision makers to control malaria in Sukabumi District Up to June 2004, malaria cases increased significantly so outbreak occurred in some area in Sukabumi District. Based on that situation, it is necessary to develop information systems that could prevented the occurrence of the increasing cases and case fatality rate by the development of surveillance and malaria control system, and the decision making system appropriately. Basic principle of the information system development is mapping exploiting to convert population and malaria cases data and other (health facility) to be visual information form look like graph and map to facilitate surveillance interpretation which used as reference for supporting the related decision makers. The outputs of this information system are based on the explorative analysis method at the high risk area identification, subdividing of cases, time trend, and monitoring malaria control activities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>