Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120403 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dini Indrawati
"ABSTRAK
Pelayanan rawat jalan merupakan salah satu andalan bagi rumah
sakit dalam meningkatkan pemasukan bagi unit-unit lainnya. Tujuan penelitan ini adalah untuk mempercepat pelayanan rawat jalan di Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam RSUD Koja dengan mengetahui lead time waktu tunggu pelayanan rawat jalan dan mengetahui cycle time (value added dan non value added) di masing-masing tahapan pelayanan rawat jalan serta membuat simulasi penerapan Lean Hospital untuk menghilangkan atau meminimalisasi pemborosan (waste). Desain penelitian ini dilakukan dengan operational research melalui pendekatan Lean Hospital. Waktu tunggu pelayanan rawat jalan di Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam RSUD Koja sebesar 71.18 menit yang berarti masih melebihi standar yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Demikian pula waktu tunggu di unit farmasi sebesar 256.8 menit (obat racik) dan 154.27 menit (obat jadi).
Waktu tunggu di unit pelayanan laboratorium sudah sesuai dengan standar dari
Kementrian Kesehatan yaitu ≤ 140 menit. Penerapan upaya perbaikan
pelayanan rawat jalan di Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam RSUD Koja
adalah dengan menghilangkan waste waiting, defect/rework, transportation,
overprocessing dan overproduction di masing-masing tahapan pelayanan.
Kesimpulan penelitan ini adalah dengan menghilangkan atau meminimalisir
pemborosan (waste) dan membuat desain perpanjangan pelayanan rawat jalan
dapat mengurangi waktu tunggu pelayanan rawat jalan di Poliklinik Spesialis
Penyakit Dalam RSUD Koja.

ABSTRACT
Outpatient care is one of the mainstays for hospitals in increasing income for other units. The purpose of this research is to accelerate the outpatient service in
Polyclinic Specialist Disease Inside Koja Hospital by knowing the lead time waiting time of outpatient service and knowing the cycle time (value added and non value added) in each stage of outpatient service and make simulation of Lean application Hospital to eliminate or minimize waste (waste). This research design is done by operational research through Lean Hospital approach. Outpatient service waiting time in Polyclinic Specialist of Internal Disease of Koja Hospital amounted to 71.18 minutes which means it still exceeds the standard set by Ministry of Health in Decree of Minister of Health Number 129 / Menkes / SK / II/ 2008 regarding Minimum Service Standard of Hospital. Similarly, waiting time in the pharmacy unit is 256.8 minutes (racik drug) and 154.27 minutes (finished medicine). The waiting time in the laboratory service unit is in accordance with the Ministry of Health's standard of ≤ 140 minutes. Implementation of outpatient service improvement efforts in Polyclinic Specialist Disease In RSUD Koja is to eliminate waste waiting, defect / rework, transportation, overprocessing and overproduction in each stage of service. The conclusion of this research is to eliminate or minimize waste and make the design of service outpatient extension can reduce waiting time of outpatient service in Polyclinic Specialist of Disease in Koja Hospital."
2017
T47752
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Annisa Firdaus
"Indikator Standar Pelayanan Minimal waktu tunggu pelayanan obat pada di depo farmasi rawat jalan RSUD Koja belum mencapai standar. Selisih terbesar antara pencapaian dengan standar terjadi pada pelayanan obat jadi pasien BPJS. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan obat jadi di depo farmasi rawat jalan dengan pendekatan Lean Six Sigma. Jenis penelitian ini adalah operational research dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menyatakan rata-rata waktu tunggu adalah 1 jam 21 menit 48 detik dengan kegiatan value-added sebesar 7,40% dan non- value-added sebesar 92,60%. Kategori waste terbesar ada pada kategori waiting, dan disusul oleh kategori lainnya yaitu motion, defects, overprocessing, human potential, dan inventory. Proses yang menjadi bottleneck adalah proses persiapan obat. Akar penyebab utama pada bottleneck yang dianalisis dengan fishbone adalah kategori man.
Usulan perbaikan terdiri dari realisasi perhitungan beban kerja, 5S, standarisasi pekerjaan, visual management, kaizen, perbaikan sistem, counter nomor antrian obat, perluasan ruangan, serta poli cepat dan perubahan layout. Dari usulan perbaikan, didapatkan hasil future state map yang menunjukkan waktu tunggu mengalami penurunan menjadi 49 menit 8 detik dengan value-added sebesar 12,38% dan non-value-added sebesar 87,62%.

The waiting time for medicine services in outpatient pharmacy RSUD Koja has not reached the standard. The biggest difference between achievement and standard occurs in the service of noncompounding medicine for BPJS patients. This study was conducted to analyze the waiting time of outpatient medicine services using Lean Six Sigma approach. This research is operational research with qualitative and quantitative approaches.
The results of this research that the average of waiting time is 1 hour 21 minutes 48 seconds with 7.40% of value-added and 92.49% of non-value-added. The biggest waste category is waiting, followed by other categories, such as motion, defects, overprocessing, human potential, and inventory. The bottleneck of medicine service is the process of medicine preparation with the root cause of problem using fishbone diagram is man category.
The suggestion for process improvements consist of realization of workload calculations, 5S, standardization of work, visual management, kaizen, software repairs, machine for queue number, room expansion, poli cepat and layout changes. Based on that suggestions, future state map results show that waiting time decreased to 49 minutes 8 seconds with 12.38% of value-added and 87.62% of non-value- added.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Iskhia Dilla
"Alur pelayanan rumah sakit yang profesional di tuntut agar dapat dijalankan dengan baik dan sesuai dengan yang diinginkan pengguna jasa kesehatan dengan mengutamakan patient safety dan mutu pelayanan. Salah satu alur pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan rawat jalan. RS X memiliki pelayanan rawat jalan dengan kunjungan yang terus meningkat setiap tahunnya dan banyaknya komplain terkait pelayanan rawat jalan yang menjadi hambatan terhadap alur rawat jalan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa wawancara dan observasi dengan memakai konsep lean thinking. Observasi dibagi menjadi 5 proses: pasien tanpa pemeriksaan penunjang, pasien control rawat inap dan control rawat jalan dengan penunjang, pasien dengan pemeriksaan penunjang dari perawat, pasien dengan pemeriksaan penunjang dari dokter, dan pemeriksaan penunjang dari perawat dan dokter. Hasilnya menunjukkan adanya temuan berupa waste defect, overproduction, waiting, transportation, inventory, motion dan excess processing. Proses yang paling lama dan banyak ditemukan waste adalah pada proses pemeriksaan penunjang dari perawat dan dokter. Seluruh waste tersebar pada beberapa unit dalam pelayanan rawat jalan RS X. Usulan perbaikan jangka pendek diberikan berupa pemberian arahan serta teguran kepada petugas agar tidak perlu mengulang pekerjaan, pembuatan banner petunjuk serta alur pelayanan dan penerapan 5S. Usulan perbaikan jangka panjang yang diberikan berupa perbaikan alur pelayanan rawat jalan dengan mempertimbangkan pengurangan waste yang ditemukan.

The flow of professional hospital services is demanded to be carried out properly and in accordance with what health service users want by prioritizing patient safety and quality of service. One of the service lines in the hospital is outpatient services. RS X is a hospital with outpatient services that has an increasing number of visits every year. However, this has resulted in many complaints regarding outpatient services which are an obstacle to the outpatient flow. The concept of lean thinking is used so that outpatient services at RS X can be improved. Until later it will be given improvements to outpatient flows through proposals to improve outpatient flows using simulation applications. This research uses qualitative methods in the form of interviews and observations. Observation is divided into 5 processes: patients without supporting examinations, inpatient control patients and outpatient control with support, patients with supporting examinations from nurses, patients with supporting examinations from doctors, and supporting examinations from nurses and doctors. As a result, waste was found in the form of waste defects, overproduction, waiting, transportation, inventory, motion and excess processing. The process that is the longest and the most waste is found in the supporting examination process from nurses and doctors. All of the waste is scattered in several units in the outpatient services of X Hospital. Proposals for short-term improvements are given in the form of giving directions and warnings to officers so that they do not need to repeat work, making banner instructions as well as service flow and implementation of 5S. The proposed long-term improvement is to improve outpatient service flow by considering the reduction of waste found."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haridana Indah Setiawati Mahdi
"Latar belakang. Prevalensi kasus AIDS menunjukkan kenaikan tajam dalam beberapa tahun terakhir, antara lain disebabkan pemakaian narkoba suntik yang meningkat di populasi berisiko. Penggunaan obat-obat antiretroviral untuk AIDS telah banyak terbukti memperbaiki harapan, kualitas hidup dan survival pasien-pasien dengan AIDS di negara-negara maju. Penggunaan obat antiretroviral di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 2001, walaupun penggunaannya belum meluas. Belum ada laporan mengenai kesintasan pasien AIDS yang mendapat antiretroviral selama 1 tahun di Indonesia.
Tujuan. Mengetahui kesintasan 1 tahun pasien-pasien AIDS yang mendapat obat antiretroviral di Rumah Sakit Kanker Dharmais, serta membandingkan kesintasan berdasarkan jenis kelamin, usia, hitung CD4 dan cara penularan.
Metodologi. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan menelusuri rekam medik pasienpasien AIDS yang berobat ke Rumah Sakit Kanker Dharmais dengan CD4<2001mm3, yang menggunakan obat antiretroviral secara teratur sampai 1 tahun atau sampai pasien meninggal. Diidentifikasi usia, jenis kelamin, hitung CD4 (5.501mm3dan>50/mm3), cara penularan (IDU dan non-IDU). Analisis kesintasan dilakukan terhadap seluruh pasien, jugs terhadap beberapa faktor risiko (jenis kelamin, kelompok usia, hitung CD4 dan cara penularan), dengan menggunakan Kurva Kesintasan dari Kaplan-Meier dengan uji log-rank untuk menyatakan perbedaan kesintasan.
Hasil. Selama bulan April 2005 sampai Mei 2005 dilakukan penelusuran terhadap rekam medik pasien AIDS yang berobat ke RS Kanker Dharmais pada periode Januari 2002 - Mei 2005, terdapat 196 orang yang terdiri dari 182 laki-laki dan 14 perempuan dengan rentang umur antara 15 sampai diatas 36 tahun, dengan mayoritas pads kelompok umur 26-35 tahun (55,61%), median usia 3138 tahun Kesintasan pasien AIDS selama 1 tahun dengan CD4<2001mm3 didapatkan rerata kesintasan 9,03 bulan (IK 95% 8,37-9,70) median kesintasan 12 bulan, kesintasan berhubungan dengan jenis kelamin didapatkan laki-laki (rerata kesintasan 8,93 bulan) lebih pendek daripada perempuan, kesintasan berhubungan dengan cars penularan (IDU rerata 8,85 bulan) lebih pendek dari non IDU. Kesintasan berhubungan dengan usia, diantara semuanya, usia >36 tahun (rerata 8,82 bulan) paling pendek. Kesintasan berhubungan dengan CD4<501mm3 (rerata 8,15 bulan) lebih pendek dari CD4>50/mm3. Terdapat hubungan yang bermakna antara hitung CD4 dengan kesintasan (P=0,0007). Diteliti faktor penentu yang berhubungan dengan CD4 melalui uji Chi Square, didapatkan OR sebesar 3,39 (P= 0,001 dengan IK 95% 1,58 - 7,40).
Simpulan. Hitung CD4 yang rendah merupakan faktor prognostik yang buruk. Umur, jenis kelamin dan cara penularan tidak berhubungan dengan kesintasan.

Backgrounds: Prevalence of HIV/AIDS cases showed dramatically increased in the last few years, it is due to increasing injecting drug users (IDU) in risk population_ The use of antiretroviral (ARV) drugs for HIVIAIDS can reduced the mortality and morbidity in developed countries and increased the survival in AIDS's patients. The use of ARV in Indonesia has begun since 2001 even though it is not used widely. The survival report had not been published yet in Indonesia.
Objectives: The one year survival analysis for AIDS patient who received antiretroviral therapy in Dharmais Cancer Hospital based on sex, age, CD4 count and route of transmission.
Methods: Retrospective studies from medical records of AIDS patients in Dharmais Cancer Hospital with CD4 count 52001mm3 , who received ARV regularly for 1 year or until death based on sex, age, CD4 count, route of transmission with Survival Curve from Kaplan-Meier and log rank test to exam the survival differences .
Results: Between April until May 2005 from AIDS's medical records in January 2002 through May 2005, there were I96 patients (182 men and 14 women). Majority age 26-35 years old (55.61%), median age 31.38 years old. One year survival analysis with CD4 count 5 2001mm3 (mean 9.03 CI 95% 8.37-9.70) median 12 months, survival analysis in male patient (mean 8.93 month) shorter than female, survival analysis according to the route of transmission, IDU (mean 8.85 month) shorter than non IDU, survival analysis in age over 36 shortest (mean 8.82 month) from the other age and CD45501mm3 ( mean 8.15 month) shorter than CD4>50/mm 3. There's significantly survival analysis in CD4 count (P=0.0007). CD45501mm3 had 3.39 times mortality risk compare than CD4>50frnm3 (Chi Square test, with OR=3.39 (P= 0.001, CI 95% 1.58 - 7.40).
Conclusions: Low count CD4 is a bad prognostic factor. Sex, age and the route of transmission are statistically not significantly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58435
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jequline Meiren Sagay
"Abstrak: Kualitas pelayanan yang baik berhubungan erat terhadap kepuasan pasien dalam perawatan kesehatan, salah satu indikator baiknya kualitas pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter gigi. Dimensi SERVQUAL dan domain Donabedian menjadi tolak ukur untuk mengukur kualitas pelayanan serta perbandingan persepsi dan harapan terhadap kepuasan pasien. Kepuasan pasien akan pelayanan kesehatan akan berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan dan perawatan penyakit gigi dan mulut di Poli Gigi. Jenis penelitian Study Cross Sectional dengan convenience sampling, total sampel 105 responden. Metode penelitian yaitu kuantitatif. Kuesioner Google form atau dokumen sebagai instrument. Analisis univariat dan bivariat menggunakan uji korelasi dengan rata-rata kepuasan pasien adalah 33,27 (± 5,95) dengan peresentasi puas 78,1% dan tidak puas 21,9%. Analisis bivariat karakteristik responden, terdapat hubungan yang signifikan antara umur, marital status, pekerjaan, metode pembayaran dan waktu tunggu dengan kepuasan pasien p<0,05 dan terdapat hubungan yang signifikan dengan korelasi linear sangat kuat antara kualitas pelayanan dilihat dari lima dimensi Servqual dan domain Donabedian dengan tingkat kepuasan pasien di poligigi RS Hermina Manado. Penelitian ini menyatakan bahwa kualitas pelayanan yang baik berhubungan positif terhadap kepuasan pasien dalam melakukan perawatan gigi. Struktur yang baik meningkatkan proses dan hasil yang baik.

XAbstract: Good service quality is closely related to patient satisfaction in health care, one indicator of good quality health services is patient satisfaction with health services provided by dentists. The SERVQUAL dimension and the Donabedian domain are benchmarks for measuring service quality as well as a comparison of perceptions and expectations of patient satisfaction. Patient satisfaction with health services will have an impact on the health and welfare of society. This study aims to determine the level of patient satisfaction with the service and treatment of dental and oral diseases at the Dental Clinic. This type of research is Cross Sectional Study with convenience sampling, a total sample of 105 respondents. The research method is quantitative. Google form questionnaire or document as an instrument. Univariate and bivariate analysis used a correlation test with an average patient satisfaction of 33.27 (± 5.95) with a satisfied percentage of 78.1% and 21.9% dissatisfied. Bivariate analysis of respondent characteristics, there is a significant relationship between age, marital status, occupation, payment method and waiting time with patient satisfaction p<0.05 and there is a significant relationship with a very strong linear correlation between service quality seen from the five dimensions of Servqual and the domain Donabedian with the level of patient satisfaction in the dental clinic at Hermina Manado Hospital. This study states that good service quality is positively related to patient satisfaction in performing dental treatment. Good structure improves process and good results. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nidia Renaningtyas
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi dan pengembangan clinical pathway pneumonia ringan. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif dengan metode telaah data, telaah dokumen dan wawancara mendalam. Analisis data kuantitatif menggunakan Tools Pengembangan Pra Clinical Pathway dan Evaluasi Clinical Pathway versi beta 2.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel input tidak memiliki kendala, staf sudah siap untuk melakukan implementasi clinical pathway. Tim pengembangan clinical pathway masih terbatas pada satu golongan tenaga medis saja. Masih terdapatnya variasi yang tinggi pada pemakaian obat-obatan. Rata-rata lama hari rawat sudah sesuai yaitu 4,19 hari dengan pasien terbanyak pulang pada hari rawat keempat. Sebanyak 14 pasien dari total 67 pasien dirujuk ke Rumah Sakit lain pada hari rawat pertama. Beberapa hal yang dapat Rumah Sakit lakukan yaitu libatkan lebih banyak staf dari berbagai disiplin ilmu dalam proses pengembangan clinical pathway, lakukan berbagai cara untuk sosialisasi clinical pathway, lakukan evaluasi rutin terkait kepatuhan terhadap clinical pathway dan evaluasi formulir clinical pathway berdasarkan dengan variasi pada penelitian ini.

This study aims to determine the implementation and development of clinical pathway of simple pneumonia. The type of research used quantitative and qualitative study withdata analysis, document review and in depth interviews methods. Quantitative data analysis using Pre Clinical Pathway Development Tools and Clinical Pathway Evaluation beta 2.3. The results showed that in the input variables have no constraints, the staff is ready to implement the clinical pathway. Clinical pathway development team is still limited to one class of medical personnel only. There is still a high variation in the use of drugs. The average length of stay was 4,19 days with most patients discharge from the hospital on the fourth day of treatment, 14 patients from 67 patients were referred to another hospital on the first day of treatment. Some things the Hospital can do include involving more staff from various disciplines in the clinical pathway development process, doing various ways to socialize clinical pathways, conducting routine evaluations about clinical pathway compliance and clinical pathway form evaluation based on variations in this study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Budhy Suwono
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keuntungan dan kerugian layanan hemodialisis bila dijalankan dengan sistem outsourcing dan bila dijalankan dengan sistem KSO,
mengetahui biaya satuan rata-rata hemodialisis rawat jalan dengan sistem outsourcing yang selama ini dilakukan di Rumah Sakit Puri Cinere, mengetahui biaya satuan rata-rata tindakan hemodialisis rawat jalan dengan sistem KSO yang akan menjadi alternatif pilihan, mengetahui sistem mana yang lebih menguntungkan bagi Rumah Sakit Puri Cinere antara sistem outsourcing dan KSO, mengetahui kebijakan Rumah Sakit Puri Cinere terhadap layanan hemodialisis yang berlangsung saat ini. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan partial economic
evaluation. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menghitung biaya satuan yang menjadi dasar dalam penetapan tarif tindakan hemodialisis. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam untuk memperoleh informasi mengenai dasar pemilihan sistem
outsourcing yang sedang berjalan saat ini dan rencana selanjutnya setelah masa kontrak outsourcing telah berakhir. Hasil penelitian menunjukkan biaya investasi gedung merupakan biaya yang paling tinggi dalam biaya investasi dan biaya investasi alat non medis merupakan biaya yang paling rendah dalam biaya investasi. Biaya total tindakan hemodialisis dengan sistem Outsourcing
tahun 2013 lebih tinggi daripada biaya total tindakan hemodialisis dengan sistem KSO. Biaya satuan aktual tindakan hemodialisis dengan sistem outsourcing lebih rendah daripada tarif tindakan hemodialisis yang berlaku di RS Puri Cinere. Biaya satuan normatifnya juga lebih rendah daripada tarif tindakan hemodialisis yang berlaku di RS Puri Cinere. Pada tindakan hemodialisis dengan sistem KSO biaya satuan aktual dan biaya satuan normatif lebih rendah daripada tarif yang berlaku di RS Puri Cinere. CRR dengan sistem outsourcing lebih rendah (109,06%) dibanding dengan CRR sistem KSO (121,63%), yang artinya sistem KSO lebih memberikan benefit dibandingkan sistem outsourcing. Kebijakan rumah sakit terhadap
layanan hemodialisis setelah habis masa kontrak dengan pihak outsourcing tergantung negosiasi antara kedua belah pihak, jika diperpanjang maka persentase bagi hasil harus dievaluasi, jika tidak bisa dievaluasi maka kontrak tidak diperpanjang lagi. Dengan demikian KSO dapat menjadi alternatif pilihan.

This Study is to compare the advantage and disadvantage hemodialysis service in outsourcing system and join operational system, to determine outpatient average cost unit in outsourcing sistem undergo at Puri Cinere Hospital, to determine average outpatient cost unit in join operational system to become alternative choice, to determine which system give more advantage to Puri Cinere Hospital between outsourcing system and join operational system, to determine hospital policy to undergo hemodialysis service. This study uses a case study with
partial economic evaluation approach. A quantitative approach is done by calculating cost unit that become the basic of determining of hemodialysis tariff. A qualitative approach is done by deep interview to gain information about the basic choice undergo outsourcing system and futher plan after the end of the outsourcing period. The result showed that building investment is the highest cost in investment cost, and non medic investment is the lowest cost in investment cost. Total cost of hemodialysis in outsourcing system in 2013 is higher than join operational system. The actual cost and the normative cost unit of hemodialysis service with outsourcing system is lower than Puri Cinere Hospital hemodialysis service tariff. The same condition
happen in Join Operational system. Cost Recovery Rate (CRR) in outsourcing system is lower (109.06%) than CRR in Join Operational System (121.63%), The Illustration above shows that the Join Operational System give more advantage compare to outsourcing system. Hospital policy to hemodialysis service after the end of the period with outsourcing depends on negotiation between two sides, and must be evaluated especially in terms of cost sharing. The result of this negotiation could become a basic to take a further decision."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T53862
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pirtha Agus Isnanti
"Rumah Sakit Fikri Medika Dan Rumah Sakit Proklamasi Program Pelayanan Karawang Sehat Tahun 2016 Skripsi ini membahas utilisasi rawat inap kasus typhoid fever pada RS. Fikri Medika dan RS. Proklamasi Program Pelayanan Karawang Sehat tahun 2016 berdasarkan variabel demografi (jenis kelamin, umur, status perkawinan), PPK I (asal rujukan), spesialisasi pelayanan, diagnosis, lama hari rawat dan biaya perawatan berdasarkan komponennya. Desain penelitian ini adalah kuantitaif bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan rata-rata biaya perawatan yang signifikan antara RS. Fikri Medika dan RS. Proklamasi dan komponen yang berkontribusi adalah pemeriksaan dokter dan obat. Pola utilisasi di kedua rumah sakit sama pada variabel jenis kelamin, status perkawinan, spesialisasi pelayanan dan lama hari rawat. Berdasarkan umur, diagnosis dan PPK I (asal rujukan) terdapat perbedaan. Terdapat perbedaan yang signifikan pada pola utilisasi, sehingga disarankan kepada program perlunya audit medis dan biaya untuk mencagah fraud dan abuse, meningkatkan kualitas dan kualifikasi sumber daya manusia untuk meningkatkan review utilisasi serta bagi rumah sakit agar mengklaimkan biaya sesuai dengan cinical pathway tarif yang disepakati.

This study discusses the utilization of inpatient case of typhoid fever in hospital Fikri Medika and hospital Proklamasi, Karawang Sehat Service Program 2016 based on demographic variables (gender, age, marital status), basic health services (origin of referral), service specialization, diagnosis, length of stay and maintenance cost by component. The design of this research is quantitative descriptive with cross sectional study design. The results of this study indicate a significant difference in mean maintenance costs between hospitals Fikri Medika and Proklamasi and components that contribute are physician examinations and drug. The utilization patterns in both hospitals are the same in the gender variables, marital status, service specialization and length of stay. Based on age, diagnosis and basic health services (referral origin) there are differences. There are significant differences in utilization patterns, so it is advisable to the program for medical audits and fees for fraud and abuse prevention, improving the quality and qualifications of human resources to improve the utilization review and for hospitals to claim costs in accordance with agreed cinical pathway rates."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Kurnia Oktaviani
"Instalasi Farmasi adalah salah satu unit di rumah sakit yang memberikan layanan produk dan jasa dalam bentuk pelayanan resep. Mutu pelayanan resep farmasi yang baik dikaitkan dengan kecepatan dalam memberikan pelayanan.
Pada pengamatan pelayanan resep pasien rawat jalan JKN yang dilakukan selama 12 belas hari di Instalasi Farmasi di RSUD Pasar Rebo pada 211 sampel resep, ditemukan bahwa waktu tunggu pasien untuk memperoleh obat racikan 4 jam 14 menit dan non racikan 3 jam 29 menit. Dan hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata proses waktu pengerjaan obat non racik per resepnya yaitu 5 menit 13 detik dan obat racikan 15 menit 21 detik.
Penelitian ini menganalisis faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan JKN di Instalasi Farmasi RSUD Pasar Rebo Berdasarkan hasil penelitian ini, keterlambatan pelayanan disebabkan kurangnya jumlah petugas, beban kerja yang tidak sesuai dengan jumlah sumber daya manusia yang ada dan belum memiliki standar waktu pelayanan, serta tata letak ruangan. Diharapkan meningkatkan komitmen dalam bekerja dengan tidak menunda atau menumpuk pekerjaan dengan memiliki standar waktu pelayanan bagi petugas farmasi dalam bekerja.

Pharmacy is one of the units in hospitals that provide services of products and services in the form of prescription services. Quality of service good pharmacy prescriptions associated with speed in providing services.
In observation of outpatient prescription services JKN conducted over 12 twelve days in Pharmacy at Pasar Rebo Hospital on 211 samples of prescription, it was found that the waiting time of patients to obtain the drug concoction of 4 hours 14 minutes and non concoction 3 hours 29 minutes. And the result showed that the average processing time process non concotion per prescription medicine that is 5 minutes 13 seconds and drug concoction of 15 minutes 21 seconds.
This study analyzes the factors that influence the waiting time of service prescription outpatient JKN in Pharmacy Pasar Rebo Hospital Based on these results, delays in service due to insufficient numbers of personnel, work load that does not correspond to the amount of human resources there and not have a standard time services, as well as the layout of the room. The expected increase in the commitment to work with no delay or accumulate work with service time standards for pharmaceutical officers at work.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Fitriana
"ABSTRAK
Latar belakang: Perawatan-kembali 30 hari merupakan salah satu parameter penting yang berhubungan dengan biaya kesehatan tinggi dan outcome yang buruk, namun hal ini berpotensi dicegah. Usia lanjut merupakan kelompok yang rentan mengalami perawatan dengan karakteristik khusus yang dapat dinilai dengan pengkajian paripurna pasien geriatri (P3G). Beberapa penelitian menunjukkan komponen P3G merupakan faktor prognostik perawatan-kembali pada pasien usia lanjut sehingga dapat digunakan sebagai model prediksi perawatan-kembali 30 hari pada populasi ini. Belum ada penelitian prospektif yang khusus menilai komponen P3G sebagai model prediksi perawatan-kembali 30 hari.
Tujuan: Mengembangkan model prediksi perawatan-kembali 30 hari pada pasien usia lanjut yang dirawat di bangsal medik RS Cipto Mangunkusumo.
Metode: Penelitian adalah studi kohort prospektif pada 263 subjek usia >60 tahun yang diikuti hingga 30 hari pasca rawat. Data demografis dan komponen P3G dikumpulkan melalui wawancara dan rekam medik saat perawatan. Analisis kesintasan secara bivariat dan multivariat berjenjang dilakukan untuk mendapatkan hazard ratio. Dikembangkan suatu model prediksi dan persamaan fungsi hazard untuk memprediksi risiko perawatan-kembali 30 hari pasca rawat. Komponen P3G yang diukur adalah skor FRAIL (fatigue, resistance, ambulance, illness, loss of weight), Geriatric Depression Scale-15 (GDS-15), Mini nutrition Assessment short form (MNA-SF), Activity Daily Living (ADL)-Barthelindex, Cumulative illness rating scale-geriatric (CIRS-G), Zarits-4 item screening test, uji Mini Cog, dan polifarmasi.
Hasil: Status nutrisi dan status depresi berhubungan secara signifikan dengan perawatan-kembali 30 hari dengan HR 2,368 (IK95%: 1,412-3,972, p=0,001) dan HR 1,627 (IK95%: 1,080-2,450, p=0,02), berurutan. Model prediksi menggunakan dua komponen tersebut memiliki AUC 0,663, Hosmer Lemeshow Goodness-of fit test 0,48, p<0,005. Probabilitas perawatan kembali 30 hari pada subjek dengan gangguan nutrisi dan depresi menggunakan persamaan fungsi Hazard adalah 79%.
Simpulan: Status nutrisi dan status depresi memiliki hubungan signifikan dengan perawatan-kembali 30 hari. Model prediksi perawatan-kembali 30 hari yang menggunakan komponen ini memiliki tingkat diskriminasi tidak terlalu baik dengan performa yang baik, namun dapat dihitung menggunakan suatu persamaan cox proportional Hazard.

ABSTRACT
associated with high costs and poor outcomes for hospitalized elderly patients. This population are vulnerable for hospital admission due to aging-related characteristics which can be assessed by comprehensive geriatrics assessment (CGA). Several studies have shown that CGA components were related to 30-day readmissions in elderly patients, on the contrary, only few studies consider these components as predictive score.
Objective: To develop a prediction model for 30 days unplanned readmission in elderly patients who are treated in medical ward of Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: A prospective observational study followed 312 subjects aged >60 years old from admission to 30 days after discharge. Demographic data and CGA components were compeleted through interviews and medical records. Bivariate followed by stepwise multivariate survival analysis was used. Then, a prediction score and a hazard functional equation were developed to predict the risk of 30 days unplanned readmission. The CGA components measured were FRAIL score (fatigue, resistance, ambulance, illness, loss of weight), Geriatric Depression Scale-15 (GDS-15), Mini nutrition Assessment short form (MNA-SF), Activity Daily Living (ADL)-Barthel index, Cumulative illness rating scale-geriatric (CIRS-G), Zarits-4 item screening test, Mini Cog test, and polypharmacy.
Results: Nutritional and depression status were significantly related to 30-day unplanned readmission with HR 2,368 (CI95%: 1,412-3,972, p=0,001) and HR 1,627 (CI95%: 1,080-2,450, p=0,02), respectively. Prediction model using these two components had AUC 0,663, Hosmer Lemeshow Goodness-of-fit test 0,48, p<0.005. Probability for readmission in a patient with nutritional and depression problem on the 30th days after discharge using functional hazard equation was 79%.
Conclusion: Nutritional and depression status have significant relationship with 30-day unplanned readmision. The prediction model had moderate level of discrimination but good calibration. Also, a cox proportional hazard equation can be calculated as an alternative. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>