Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158665 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rohmani
"ABSTRAK
Nyeri akut merupakan masalah utama yang dialami pasien post hemoroidektomi yang terpasang tampon. Penatalaksanaan nyeri yang tepat diperlukan untuk mengurangi respon nyeri. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh kompres dingin di tengkuk pada pasien post hemoroidektomi yang terpasang tampon. Desain penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan non-equivalent pretest-post tes with control group, pengambilan sampel menggunakan concecutive sampling. Jumlah sampel yaitu 32 responden (16 orang kelompok intervensi dan 16 orang kelompok kontrol). Nyeri diukur dengan numeric rating scale (NRS). Uji statistik menggunakan uji nonparametrik wilcoxon test. Hasilnya adalah ada pengaruh signifikan kompres dingin di leher belakang terhadap penurunan nyeri pasien post hemoroidektomi yang terpasang tampon (p value=0,0001; alpha=0,05). Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan untuk diterapkan sebagai upaya mengurangi nyeri post hemoroidektomi yang terpasang tampon.

ABSTRACT
Post haemorrhoidectomy patients who are applied tamponade dressing will have major problem of acute pain. Appropriate pain management was needed to reduce the pain response. The aim of this research was to know the effect of cold compress on the back of the neck in after surgery haemorrhoidectomy patient with tamponade dressing. The design of this study used quasi experiment with nonequivalent pretest-post test with control group, sampling used concecutive sampling. Total of sample were 32 respondents (16 intervention and 16 control group). Pain was measured by numeric rating scale (NRS). Statistical test used nonparametric test of wilcoxon. The result showed that there was a significant effect of cold compress on the back of neck to reduction of after surgery haemorrhoidectomy patients with tamponade pain (p value = 0.0001; α=0.05). This study can be recommended as an intervention to reduce pain post haemorrhoidectomy tamponade dressing."
2017
T48880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Yuni Sunaryanti
"Nyeri merupakan masalah yang sering dialami pasien setelah menjalani operasi bedah ortopedi. Intervensi yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan setelah menjalani operasi bedah ortopedi yaitu pemberian terapi komplementer dan alternatif. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi pengaruh kompres dingin (cold pack) terhadap nyeri dan kenyamanan pada pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah. Desain penelitian quasi eksperimen pretest posttest with control group. Metode pemilihan sampel menggunakan consecutive sampling dengan jumlah 32 responden, dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi diberikan kompres dingin menggunakan media cold pack, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan intervensi standar rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kompres dingin (cold pack) terhadap skor nyeri dan kenyamanan setelah diberikan intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p < 0,05; α 0.05). Kompres dingin memberikan pengaruh terhadap nyeri dan kenyamanan, sehingga dapat direkomendasikan sebagai terapi untuk menurunkan tingkat nyeri dan meningkatkan kenyamanan pada pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah.

Pain is a common problem experienced by patients after undergoing orthopedic surgery. Several interventions to reduce pain and increase comfort after undergoing orthopedic surgery include the provision of complementary and alternative therapies. This research sought to investigate the effect of applying cold pack on pain and comfort of post-operative lower extremity fracture patients. This research employed a quasi-experimental design, using pretest posttest with control group. The samples were selected through consecutive sampling technique, with a total of 32 respondents assigned into intervention and control groups. The respondents in the intervention group were given cold compresses using cold pack, while the control group respondents received standard hospital intervention. The research results revealed that there is a significant effect of cold pack on pain and comfort scores after the intervention was given between the control group and the intervention group (p < 0.05; 0.05). Cold compress affects pain and comfort of experienced by patients, so it can be recommended as a therapy to reduce pain levels and increase comfort in post-operative lower extremity fracture patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Amri Husna
"ABSTRAK
Pengalaman nyeri saat dilakukan pelepasan selang dada banyak dikeluhkan oleh pasien yang terpasang Water Sealed Drinage WSD . Keefektifan terapi farmakologi dalam mengurangi nyeri saat pelepasan selang dada dapat menimbulkan perbaikan, namun penggunaan terapi non-farmokologi merupakan tanggung jawab perawat dan diperlukan untuk mengurangi penggunaan analgesik yang berlebihan pada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh kompres dingin dan inhalasi minyak lavender dalam mengurangi nyeri saat pelepasan selang dada. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen menggunakan pendekatan post-test only non equivalent control group. Penelitian dilakukan di RSUP Persahabatan, RSUP Fatmawati, RS Paru Provinsi Jawa Barat, RSUD Gunung Jati dan RSUD Waled. Teknik pengambilan sampel menggunakan concecutive sampling dan didapatkan 26 responden. Pengukuran nyeri menggunakan skala nyeri Present Pain Intensity dari Short-Form McGill Pain Questionnaire SF-MPQ . Hasil uji Mann Whitney menunjukkan ada pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nyeri saat pelepasan selang dada dengan p value yaitu 0,010 p

ABSTRACT
The experience of pain during chest tube removal was much complained by the patient who installed Water Sealed Drinage WSD . The effectiveness of pharmacological therapy in reducing pain during chest tube removal can lead to improvement, but the use of non pharmacological therapy is the responsibility of the nurse and is needed to reduce the excessive use of analgesic in the patient. This research aimed to identify the effect of the cold compression and the inhalation of lavender oil on the pain reduction. This research was performed quantitatively using the quasi experimental design with post test only non equivalent control group in RSUP Persahabatan, RSUP Fatmawati, RS Paru Provinsi Jawa Barat, RSUD Gunung Jati and RSUD Waled. The sampling technique used consecutive sampling from 26 respondents. Measurement of pain using pain scale Present Pain Intensity of Short Form McGill Pain Questionnaire SF MPQ . The results used Mann Whitney test showed that there are significant effects on the pain reduction during the removal of the chest tube with the p value of 0.010 p"
Depok: 2018
T49541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triandana Budi Wisesa
"Latar Belakang: Operator crane merupakan pekerjaan yang memiliki resiko tinggi mengalami gangguan muskuloskeletal. Studi epidemiologi yang dilakukan oleh Kuswaha et al menunjukkan bahwa dari 90% operator crane, 63% mengalami nyeri leher.1 Operator crane melakukan sebagian besar aktivitas kerja mereka dengan postur tubuh yang janggal pada leher, bahu dan punggung. Prevalensi nyeri leher yang tinggi dikaitkan dengan derajat fleksi leher yang tinggi serta postur statis dan janggal saat duduk. Postur membungkuk yang terus menerus dapat menyebabkan ketegangan dan tekanan pada jaringan lunak di sekitar tulang belakang. 2 Bekerja mengoperasikan crane dalam posisi duduk statis dan membungkuk ke bawah dan dalam waktu yang lama merupakan bagian dari tuntutan pekerjaan yang tidak dapat diubah secara teknis, sehingga perlu dilakukan kontrol, salah satunya dengan program peregangan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah peregangan yang dilakukan dalam waktu dua minggu (lebih singkat dari studi referensi) mampu menurunkan nilai VAS nyeri leher pada operator crane, serta untuk mengetahui berapa nilai penurunan VAS tersebut. pengukuran sebelum peregangan dan setelah peregangan.
Metode: Studi analitik dengan desain within group experiment with repeated measurement. Dilakukan terhadap 25 orang responden yang dipilih secara consecutive sampling dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Penelitian dilakukan dengan pemberian edukasi gerakan peregangan yang dilakukan dalam durasi sekitar lima menit, dilakukan dua kali dalam sehari yaitu sebelum dan setelah bekerja, dilakukan lima hari dalam satu minggu, selama dua minggu. Kemudian dilakukan pengukuran nilai Visual Analog Scale (VAS) sebelum dilakukan peregangan dengan sesudah dilakukan 5 hari peregangan dan 10 hari peregangan.
Hasil: Didapatkanya nilai prevalensi nyeri tengkuk sebanyak 39,6% serta terdapat penurunan signifikan dari nilai nyeri sebelum dilakukan peregangan (VAS = 5 (3-7)) dengan nilai nyeri setelah dilakukan peregangan (VAS = 3 (1-5)) dengan nilai p<0,01 dari uji wilcoxon. Tidak didapatkannya perubahan yang bermakna terhadap faktor individu yang dinilai, baik berdasarkan variabel umur, status gizi, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok.
Kesimpulan: Peregangan otot dapat menurunkan nilai nyeri tengkuk leher pada subjek penelitian operator crane, yang diukur berdasarkan Visual Analogue Scale (VAS) dengan intervensi peregangan dilakukan  selama 2 minggu.      

Background: Working to operate a crane in a sitting position for a long time with the back and neck bent is considered to be associated with an increased risk of neck and back pain disorders in crane operators, and is part of the job demands that cannot be changed technically. It is necessary to control the incidence of neck pain in crane operators, one of which is by stretching. The purpose of this study was to prove whether stretching that was carried out within two weeks (shorter than the reference study) was able to reduce the VAS value in neck pain in crane operators.
Methods: This study used an analytical study in the form of within group experiment with repeated measurement design. This research was conducted at the X container terminal located in North Sumatra, carried out when there were still social restrictions on the Covid-19 pandemic in October 2020. This study involved 25 respondents, who were obtained through consecutive sampling. Interventions were carried out by providing education for the McKenzie stretching movements which were about five minutes duration, twice a day, before and after work, for five days a week, in two weeks. Then the Visual Analog Scale (VAS) value was measured before stretching, 5 days of stretching and 10 days of stretching. The stretching and VAS measurement activities were monitored by the company doctor as well as the research team whose perceptions were matched.
Results: The prevalence value of neck pain was 39,6% and there was a statistically significant decrease in VAS levels from VAS = 5 (3-7) before stretching to VAS = 3 (1-5) after stretching for 2 weeks with p values 0.000. There were no significant changes in individual factors that could potentially be confounding factors, such as age, nutritional status, exercise habits, and smoking habits during the experiment.
Conclusion: Muscle stretching can reduce the value of neck pain in crane operator research subjects, which was measured based on the Visual Analog Scale (VAS) with stretching interventions carried out for 2 weeks.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nur Ulandini
"Lansia adalah seseorang dengan usia 60 tahun atau lebih yang mengalami proses penuaan dan berdampak terhadap perubahan sistem metabolisme tubuh mereka, salah satunya sisstem kardiovaskuler. Salah satu penyakit yang banyak diderita oleh lansia adalah hipertensi. Di tingkat nasional, DKI Jakarta menempati urutan kesembilan mengenai prevalensi hipertensi yaitu 33,43%. Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi. Adapun manifestasi dari hipertensi tengkuk terasa tegang atau nyeri leher yang dapat mengganggu lansia dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya. Penulisan ini dibuat dengan tujuan untuk menyajikan dan memaparkan hasil analisis Asuhan Keperawatan Penurunan Nyeri Tengkuk Pada Lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung dengan terapi manajemen nyeri non-farmakologis berupa kompres hangat warm water zack dan relaksasi napas dalam. Pemberian terapi dengan warm water zack untuk mengompres bagian tubuh yang sakit dan mengurangi keluhan nyeri. Hasil evaluasi pemberian intervensi selama tujuh hari menggunakan instrument Short-Form Mcgill Pain Questionnaire didapatkan skor nyeri menurun dari sebelum intervensi yaitu 16 dan sesudah intervensi menjadi 4. Respon subjektif yang didapatkan seperti klien sudah mengetahui cara mengurangi dan menghilangkan nyeri. Hal ini mengartikan bahwa kompres hangat warm water zack dan relaksasi napas dalam yang dilakukan dapat menurunkan nyeri tengkuk keluhannya. Terapi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat dan staff lahan praktik untuk mengimpelementasikan sebagai salah satu intervensi mandiri perawat.

The Elderly is someone aged 60 years or more who is experiencing the aging process and has an impact on changes in their body's metabolic system, one of which is the cardiovascular system. One of the most common diseases suffered by the elderly is hypertension. At the national level, DKI Jakarta ranks ninth regarding the prevalence of hypertension, which is 33.43%. Hypertension is a condition where the blood pressure against the artery walls is too high. The manifestations of hypertension are neck tension or neck pain which can interfere with the elderly in carrying out their daily activities. This writing was made with the aim of presenting and explaining the results of the analysis of Nursing Care for Reducing Neck Pain in the Elderly at PSTW Budi Mulia 1 Cipayung with non-pharmacological pain management therapy in the form of warm water zack warm compresses and deep breath relaxation. Giving therapy with warm water zack to compress the sick body part and reduce pain complaints. The results of the evaluation of the intervention for seven days using the Short-Form McGill Pain Questionnaire instrument showed that the pain score decreased from before the intervention, namely 16 and after the intervention to 4. Subjective responses were obtained such as the client already knowing how to reduce and eliminate pain. This means that Zack's warm water compresses and deep breathing relaxation can reduce his neck pain. This therapy is expected to be input for nurses and practice staff to implement it as one of the independent nurse interventions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nur Ulandini
"Lansia adalah seseorang dengan usia 60 tahun atau lebih yang mengalami proses penuaan dan berdampak terhadap perubahan sistem metabolisme tubuh mereka, salah satunya sistem kardiovaskuler. Salah satu penyakit yang banyak diderita oleh lansia adalah hipertensi. Di tingkat nasional, DKI Jakarta menempati urutan kesembilan mengenai prevalensi hipertensi yaitu 33,43%. Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi. Adapun manifestasi dari hipertensi tengkuk terasa tegang atau nyeri leher yang dapat mengganggu lansia dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya. Penulisan ini dibuat dengan tujuan untuk menyajikan dan memaparkan hasil analisis Asuhan Keperawatan Penurunan Nyeri Tengkuk Pada Lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung dengan terapi manajemen nyeri non-farmakologis berupa kompres hangat warm water zack dan relaksasi napas dalam. Pemberian terapi dengan warm water zack untuk mengompres bagian tubuh yang sakit dan mengurangi keluhan nyeri. Hasil evaluasi pemberian intervensi selama tujuh hari menggunakan instrument Short-Form Mcgill Pain Questionnaire didapatkan skor nyeri menurun dari sebelum intervensi yaitu 16 dan sesudah intervensi menjadi 4. Respon subjektif yang didapatkan seperti klien sudah mengetahui cara mengurangi dan menghilangkan nyeri. Hal ini mengartikan bahwa kompres hangat warm water zack dan relaksasi napas dalam yang dilakukan dapat menurunkan nyeri tengkuk keluhannya. Terapi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat dan staff lahan praktik untuk mengimpelementasikan sebagai salah satu intervensi mandiri perawat.

The Elderly is someone aged 60 years or more who is experiencing the aging process and has an impact on changes in their body's metabolic system, one of which is the cardiovascular system. One of the most common diseases suffered by the elderly is hypertension. At the national level, DKI Jakarta ranks ninth regarding the prevalence of hypertension, which is 33.43%. Hypertension is a condition where the blood pressure against the artery walls is too high. The manifestations of hypertension are neck tension or neck pain which can interfere with the elderly in carrying out their daily activities. This writing was made with the aim of presenting and explaining the results of the analysis of Nursing Care for Reducing Neck Pain in the Elderly at PSTW Budi Mulia 1 Cipayung with non-pharmacological pain management therapy in the form of warm water zack warm compresses and deep breath relaxation. Giving therapy with warm water zack to compress the sick body part and reduce pain complaints. The results of the evaluation of the intervention for seven days using the Short-Form McGill Pain Questionnaire instrument showed that the pain score decreased from before the intervention, namely 16 and after the intervention to 4. Subjective responses were obtained such as the client already knowing how to reduce and eliminate pain. This means that Zack's warm water compresses and deep breathing relaxation can reduce his neck pain. This therapy is expected to be input for nurses and practice staff to implement it as one of the independent nurse interventions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nori Widiowati
"Pendahuluan: Kejadian fraktur menjadi urutan ketiga di dunia dan ekstremitas bawah sebagai angka tertinggi di Indonesia. Open Reduction Internal Fixation (ORIF) merupakan tindakan fraktur ekstremitas bawah yang sering digunakan. Salah satu latihan yang dapat mencegah komplikasi imobilisasi yaitu isometrik quadricep dengan pressure biofeedback. Dalam penelitian ini pressure biofeedback diberikan pada pasien post ORIF ekstremitas bawah hari I sampai III. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi efektivitas pressure biofeedback terhadap kekuatan otot quadricep dan nyeri post ORIF ekstremitas bawah.
Metode: Penelitian ini merupakan Randomized Controlled Trial dengan pre and posttest pada pengukuran skala nyeri dan posttest only pada skor kekuatan otot quadricep. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan kriteria inklusi diantaranya post ORIF ekstremitas bawah hari pertama sampai ketiga dan berusia 18-64 tahun. Responden dengan multipel fraktur, fraktur bilateral, neglected, riwayat DM, kelainan neuromuskular, cacat fisik dan penurunan kesadaran dieksklusikan. Perhitungan sampel dengan menggunakan standar deviasi dan derajat kemaknaan diperoleh 30 responden di RSD Idaman Banjarbaru dan Ratu Zalecha Martapura yang terbagi menjadi 2 kelompok perlakuan. Double blind diterapkan pada responden dan pengambil data. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan (APAIS), nyeri (VAS), dan kekuatan otot quadricep (MMT).
Hasil: Penelitian ini melaporkan bahwa pressure biofeedback secara signifikan meningkatkan kekuatan otot quadricep (p value 0,01; α < 0,05). Namun, berdasarkan hasil uji statistik Paired T-test baik pada responden dengan latihan pressure biofeedback maupun tanpa pressure biofeedback, didapatkan hasil yang signifikan dalam penurunan nyeri (p value 0,00; α < 0,05). Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa pressure biofeedback tidak efektif dalam menurunkan nyeri pasien post ORIF ekstremitas bawah. Begitu pula hasil uji Mann Whitney pada selisih rerata skala nyeri yang menunjukkan bahwa penurunan nyeri yang terjadi tidak dipengaruhi oleh pressure biofeedback.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa latihan isometrik kombinasi pressure biofeedback secara signifikan dapat meningkatkan skor kekuatan otot quadricep pada pasien post ORIF ekstrimtas bawah.

Introduction: The incidence of fractures is third in the world and lower extremities are the highest in Indonesia. Open Reduction Internal Fixation (ORIF) is a frequently used procedure for lower extremity fractures. One exercise that can prevent immobilization complications is quadriceps isometrics with pressure biofeedback. In this study, pressure biofeedback was given to post ORIF lower extremity patients on days I to III.
Objective: The aim of this study was to identify the effectiveness of pressure biofeedback on quadricep muscle strength and post-ORIF lower extremity pain. Methods: This study was a Randomized Controlled Trial with pre and posttest on pain scale measurements and posttest only on quadricep muscle strength scores. The sampling technique used simple random sampling technique with inclusion criteria including post ORIF lower extremities first to third day and aged 18-64 years. Respondents with multiple fractures, bilateral fractures, neglected, history of DM, neuromuscular disorders, physical disabilities and decreased consciousness were excluded. Sample calculations using standard deviation and degree of significance obtained 30 respondents at RSD Idaman Banjarbaru and Ratu Zalecha Martapura who were divided into 2 treatment groups. Double blind is applied to respondents and data takers. Instruments used to measure anxiety (APAIS), pain (VAS), and quadricep muscle strength (MMT).
Results: This study reported that pressure biofeedback significantly increased quadricep muscle strength (p value 0.01; α < 0.05). However, based on the results of the Paired T-test statistical test for both respondents with pressure biofeedback training and without pressure biofeedback training, significant results were obtained in reducing pain (p value 0.00; α < 0.05). However, it can be said that pressure biofeedback is not effective in reducing pain in post-ORIF lower extremity patients. Likewise, the results of the Mann Whitney test on the mean difference on the pain scale showed that the reduction in pain that occurred was not influenced by pressure biofeedback.
Conclusion: This study shows that isometric training combined with pressure biofeedback can significantly increase quadricep muscle strength scores in lower extremity post ORIF patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mukhtar Ali Mukti
"Latar Belakang: Penderita obesitas sering mengalami nyeri leher akibat sindroma nyeri miofasial leher. Dry needling merupakan salah satu metode yang efektif untuk mengatasi sindroma nyeri miofasial.
Tujuan: Untuk menilai efektivitas dry needling dikombinasi dengan terapi latihan terhadap nyeri (NRS), lingkup gerak sendi (LGS) leher, dan sudut kraniovertebra (CVA) pada penderita obesitas dengan sindroma nyeri miofasial leher.
Metode: Studi ini merupakan single-blind randomized controlled trial. Partisipan berusia 18-59 tahun dengan nyeri leher > 3 bulan yang disebabkan oleh sindroma nyeri miofasial di regio leher. Pasien dirandomisasi menjadi kelompok dry needling (n=16 subjek) dan kelompok kontrol (n=16 subjek). Kelompok dry needling mendapatkan terapi dry needling 1x/minggu selama 4 minggu serta mendapatkan terapi latihan 3x/minggu selama 4 minggu. Kelompok kontrol mendapatkan terapi latihan saja 3x/minggu selama 4 minggu.
Hasil: Partisipan berusia rata-rata 41,4±11,2 tahun. Kedua kelompok mengalami perbaikan yang signifikan pada NRS, LGS leher, dan CVA antara penilaian sebelum terapi dengan evaluasi minggu ke-4 (p<0,05). Kelompok dry needling mengalami perbaikan NRS, LGS ekstensi leher, dan CVA yang lebih bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05) pada evaluasi minggu ke-4.
Kesimpulan: Terapi dry needling dikombinasi latihan maupun terapi latihan saja efektif dalam memperbaiki NRS, LGS leher, dan CVA pada penderita obesitas dengan sindroma nyeri miofasial leher. Namun, terapi dry needling dikombinasi latihan lebih unggul daripada terapi latihan saja.

Background: Obese patients often experience neck pain due to cervical myofascial pain syndrome. Dry needling is one of method to treat myofascial pain syndrome.
Objective: To assess the effectiveness of dry needling combined with exercise therapy on pain (NRS), cervical range of motion (ROM), and craniovertebral angle (CVA) in obese patients with cervical myofascial pain syndrome.
Methods: This study was a single-blind randomized controlled trial. Participants aged 18-59 years with neck pain > 3 months caused by myofascial pain syndrome in the neck region. Patients were randomized into the dry needling group (n=16 subjects) and the control group (n=16 subjects). The dry needling group received dry needling therapy once a week for 4 weeks and exercise therapy three times a week for 4 weeks. The control group received exercise therapy only three times a week for 4 weeks.
Results: Participants had an average age of 41.4±11.2 years. Both groups experienced significant improvement in NRS, cervical ROM, and CVA between the pre-treatment assessment and the fourth week evaluation (p<0.05). The dry needling group experienced more significant improvements in NRS, cervical extension ROM, and CVA compared to the control group at the fourth week evaluation (p<0.05).
Conclusion: Dry needling combined with exercise or exercise therapy alone is effective in improving NRS, cervical ROM, and CVA in obese patients with cervical myofascial pain syndrome. However, dry needling combine with exercise therapy is superior to exercise therapy alone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muchammad Arief Gunawan
"Latar Belakang : Gangguan otot merupakan penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi di duni, dari data World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 terdapat gangguan otot rangka mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja, di Indonesia menurut data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2005 sebanyak 40,5% pekerja di Indonesia mempunyai keluhan nyeri otot. Pada pabrik pengolahan ikan PT X telah dilakukan survey awal pada 64 responen dan didapatkan 48% dari responden mengeluh nyeri tengkuk. Salah satu cara untuk mengurangi rasa nyeri adalah dengan melakukan peregangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh peregangan terhadap penurunan dari nyeri tengkuk tersebut.
Metode : Studi analitik dengan desain Pre-Post Test. Membandingakan nilai nyeri dengan bantuan Visual Analog Scale (VAS) sebelum dilakukan peregangan dengan sesudah dilakukan peregangan sebanyak dua kali dalam sehari pada 5 hari dalam satu minggu dengan waktu penelitian selama 2 minggu.
Hasil : Didapatkanya nilai prevalensi nyeri tengkuk sebanyak 78.3% serta terdapat perbedaan bermakna dari nilai nyeri sebelum dilakukan peregangan ( VAS = 5 (3-6)) dengan nilai nyeri setelah dilakukan peregangan ( VAS = 2 (0-3)), tidak terdapat perubahan yang bermakan terhadap faktor individu baik umur, status gizi, pendidikan, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok dan faktor masa kerja.
Kesimpulan : Peregangan dapat menurunkan nilai nyeri tengkuk yang diukur berdasarkan Visual Analog Scale (VAS) dengan peregangan sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari dalam 1 minggu selama 2 minggu.

Background: Muscle disorders are the most common occupational diseases in the world, from World Health Organization (WHO) data in 2003 there was musculoskeletal disorder reaching 60% of all occupational diseases, in Indonesia according to data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia in 2005 as many as 40.5% of workers in Indonesia have complaints of muscle pain. In PT X fish processing factory has been conducted initial survey on 64 respondents and found 48% of the respondents complained of neck pain. One way to reduce pain is to doing a stretching. This study aims to see the effect of stretching on the decrease of the neck pain.
Methods: Analytic studies with Pre-Post Test design. Analyze the value of pain with the help of Visual Analog Scale (VAS) before stretching compare to after stretching twice a day for 5 days in a week with a 2-week research period.
Result: The prevalence value of cervical pain was 78.3% and there was significant difference of pain value before stretching (VAS = 5 (3-6)) with pain value after stretching (VAS = 2 (0-3)), no change which are related to individual factors in terms of age, nutritional status, education, exercise habits, smoking habits and work-time factors.
Conclusion: By stretching 2 times daily for 5 days in 1 week for 2 weeks can decrease the value of neck pain measured by Visual Analog Scale (VAS).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Budiarti
"Nyeri merupakan keluhan utama yang terjadi pada pasien pascapembedahan. Manajemen nyeri yang tidak efektif akan mempengaruhi kualitas pelayanan rumah sakit. Hal ini merupakan tantangan bagi rumah sakit untuk mempertahankan pencapaian kualitas pelayanan yang paripurna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil evaluasi manajemen nyeri terhadap pasien pascapembedahan. Metode penelitian ini adalah cross sectional yang dilakukan dengan melibatkan 96 pasien pascapembedahan selama bulan Juni 2017. Kuesioner American Pain Society Patient Outcome Questionnaire Revised APSPOQR yang dimodifikasi Cronbach ?=0,720 digunakan untuk mengkaji pengalaman nyeri pasien. Kejadian nyeri pada pasien pascapembedahan adalah 86,5. Intensitas nyeri pada skala 1-10, terendah rata-rata pada skala 2,27, terberat rata-rata pada skala 4,35 ; dan berkurang dalam 24jam pertama sebesar 67,6. Pengaruh nyeri terhadap aktivitas, istirahat dan mood: ringan le;3,47 dari skala 1-10 ; efek samping obat: ringan le;1,54 dari skala 1-10 ; partisipasi dan kepuasan pasien dalam pengobatan berturut-turut 7,59 dan 7,92 dari skala 1-10 ; besar informasi pengobatan nyeri dapat membantu 7,01 dari skala 1-10 ; penggunaan manajemen nonfarmakologi sebesar 70,8.

Pain is a major problem post operative patients. Ineffective pain management may affect the quality of health care services in hospital. Thus, hospital management should address this challenge to provide better quality service. This study aimed to evaluate pain management given in post operative patients. The method of this study was a cross sectional study involving 96 post operative patients during June 2017. The modified American Pain Society Patient Outcome Questionnaire Revised APSPOQR Cronbach 0,720 was used to assess the patient 39 s pain experience. The incidence of pain in post operative patients was 86.5 In the first 24 hours, the pain was decreased 67.6 On a scale of 1 10, lowest pain 2.27, severe pain 4.35 the impact of pain on activity, sleep and emotion mild le 3,47 side effects of treatment mild le 1,54 ability to participate in pain treatment 7.59 Pain treatment information may be helpful 7.01 Patient satisfaction 7,92 use of nonpharmacological strategies 72,9.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S70056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>