Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88664 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hartanto
"Permasalahan. Penelitian tentang efek sepatu hak tinggi masih menuai kontroversi akibat beberapa faktor, salah satunya adalah dalam mempengaruhi kurvatura vertebrae lumbales, sehingga belum diketahui secara pasti mekanisme perubahan kurvatura lordosis vertebrae lumbales.
Tujuan. Mengetahui efek sepatu hak tinggi dalam mengubah parameter lumbosakropelvis, serta diketahuinya korelasi antar parameter lumbosakropelvis pada saat berdiri statis menggunakan sepatu hak tinggi.
Metode. Penelitian ini melibatkan total 35 peserta wanita. Setiap peserta diwawancara, dipisahkan menjadi kelompok tidak terbiasa menggunakan sepatu hak tinggi Grup NHT dan kelompok terbiasa menggunakan sepatu hak tinggi Grup HT ; dilakukan penandatanganan formulir informed consent dan pemeriksaan fisik, kemudian dilakukan pemeriksaan radiografi konvensional pada segmen lumbal dan pelvis pada kondisi tanpa alas kaki dan dengan menggunakan sepatu hak tinggi.
Hasil. Grup NHT menunjukan berkurangnya lordosis lumbal, berkurangnya sacral slope dan retroversi pelvis yang signifikan, namun pelvic incidence relatif tidak berubah. Grup HT menunjukan bertambahnya lordosis lumbal dan pelvic incidence yang signifikan, namun sacral slope dan pelvic tilt relatif tidak berubah. Pada grup NHT ditemukan korelasi antara sacral slope dan pelvic incidence, namun grup HT ditemukan korelasi antar parameter lumbosakropelvis, kecuali antara lordosis lumbal dengan pelvic incidence.
Kesimpulan. Sepatu hak tinggi memberikan efek yang berbeda pada parameter lumbosakropelvis dan menghilangkan sebagian korelasinya.

Problem. The research about shoes effects still give controversy results because of several factors, including the effect that influence the vertebrae lumbales curvature, so it hasn rsquo t known for certain about mechanisms that change the vertebrae lumbales lordosis curvature.
Purpose. To find out high heeled shoes effects that can change lumbosacroplevic parameter and also to discover the correlation between lumbosacroplevic parameter.
Method. This research involves a total of 35 women. Each subject must pass an interview session, separated into non high heeled user NHT grup and high heeled user HT grup with informed written consent and physical examination, then performed a conventional radiography examination on lumbal and pelvis while standing barefoot and wearing high heels shoes.
Result. NHT group shows a reducing lumbal lordosis, reducing sacral slope and pelvis retroversion significantly, but pelvic incidence angle insignificantly didn rsquo t chance. HT group shows an increasing lumbal lordosis and pelvic incindence significantly, but sacral and pelvic tilt insignificantly didn rsquo t chance. NHT group shows a correlation between sacral slope and pelvic incidence, but HT gorup has a correlation among the lumbosacropelvic parameters, except between lordosis lumbal and pelvic incidence.
Conclusion. High heels shoes have a diverse effect to change lumbosacropelvic parameters dan dismiss its correlation partially.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghassani Shabrina
"Media dengan kemiringan 16o merupakan solusi efektif untuk mereduksi risiko low back pain akibat berdiri berkepanjangan. Sepatu yang berpengaruh terhadap besaran low back pain pada saat berdiri berkepanjangan, pada penelitian ini diteliti pengaruhnya terhadap besaran low back pain pada kondisi berdiri selama 2 jam diatas media miring. Namun berdiri berkepanjangan memiliki faktor risiko besar lainnya yaitu lower extremity pain, dimana dalam banyak penelitian risiko tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor sepatu sehingga lower extremity pain menjadi parameter utama yang diteliti pada penelitian ini. Sepatu yang diteliti adalah sepatu Safety dan Slip On dimana keduanya merupakan jenis sepatu yang paling banyak digunakan di industri manufaktur. Menggunakan metode Surface Electromyography SEMG, perbedaan respon otot Medial Gastrocnemius diukur terhadap kedua jenis sepatu yang pada penelitian ini ditemukan bahwa kedua jenis sepatu memiliki besaran aktivitas otot yang berbeda dan sepatu Safety memperlihatkan aktivitas yang lebih besar. Hal ini membuktikan bahwa sepatu berpengaruh terhadap besaran lower extremity pain saat berdiri selama 2 jam diatas media miring, serta sepatu Safety memiliki risiko lower extremity pain yang lebih besar. Metode Visual Analog Scale VAS dan Foot Pain Questionnaire mendukung temuan tersebut dengan memberikan hasil yan serupa. Pada penelitian ini ditemukan pula bahwa aktivitas berdiri selama 2 jam diatas media miring memiliki risiko lower extremity pain yang lebih besar dibandingkan dengan risiko low back pain berdasarkan pada nilai VAS. Pada metode Foot Pain Questionnaire ditemukan bahwa media miring meningkatkan risiko nyeri pada bagian ibu jari kaki dan telapak kaki bagian belakang. Maka penelitian ini merekomendasikan bahwa perlunya rancangan sepatu khusus untuk berdiri berkepanjangan pada media miring yang dapat mereduksi risiko lower extremity pain disamping risiko low back pain.

Media with 16o slope is an effective solution to reduce the risk of low back pain due to prolonged standing. Shoes that affect the amount of low back pain on prolonged standing, in this study examined the effect on the amount of low back pain on standing condition for 2 hours on sloping medium. However, prolonged standing has another major risk factor that is lower extremity pain, where in many studies the risk can be affected by shoes factor so that lower extremity pain becomes the main parameter studied in this research. The shoes observed in this study are Safety Shoes and Slip On as the most widely used shoes in the manufacturing industry. Using the Surface Electromyography SEMG method, the difference in Medial Gastrocnemius muscle response was measured against both types of shoes which in this study resulted that both types of shoes have different muscle activation values and Safety Shoes show greater activation. This proves that the shoe effect on the amount of lower extremity pain while standing for 2 hours on sloping medium and Safety Shoes have lower extremity risk. Visual Analog Scale VAS and Foot Pain Questionnaire methods support that right by giving the same results. This study also found that the activity of standing for 2 hours on sloping media has lower extremity pain risk greater than the risk of low back pain from the results of VAS method. Foot Pain Questionnaire method indicates that the activity of standing for 2 hours over sloping media has a high risk in thumb and the back foot. So in this study the authors recommend that it is necessary to design a special shoe for prolonged standing on a sloping medium that reduces the reduction of lower extremity pain risk besides low back pain risk."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Rahmasari
"Latar belakang: Perubahan patologis pada anatomi kaki dapat terjadi akibat pemakaian sepatu hak tinggi dalam jangka waktu lama. Kondisi yang paling sering terjadi pada kaki wanita adalah Hallux valgus. Berbagai studi potong lintang menunjukkan penggunaan sepatu hak tinggi berhubungan dengan Hallux valgus. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kejadian Hallux valgus pada pramuniaga pengguna sepatu hak tinggi dibandingkan dengan pengguna sepatu datar. Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang perbandingan dengan besar sampel minimal 92 orang per kelompok, diambil dengan teknik purposive sample. Pramuniaga yang bekerja minimal 1 tahun direkrut sebagai subjek penelitian, diberikan kuesioner, dilakukan pemeriksaan kaki secara klinis dan dengan pemeriksaan radiologi apabila terdapat kelainan bentuk kaki yang mengarah ke Hallux valgus. Pendekatan 7 Langkah Diagnosis Okupasi digunakan untuk menentukan kejadian Hallux valgus yang terjadi apakah akibat kerja atau tidak. Hasil: Angka kejadian Hallux valgus sebesar 71,4 25 dari 35 pada pengguna sepatu hak tinggi dan 28,6 10 dari 35 pada pengguna sepatu datar. Pramuniaga pengguna sepatu hak tinggi 2,77 kali IK 95 1,25-6,15; p 0,01 lebih berisiko mengalami Hallux valgus dibandingkan pengguna sepatu datar. Kejadian Hallux valgus semakin meningkat seiring peningkatan usia subjek p 4 tahun 5,2 kali IK 95 1,95-14,31 lebih berisiko dibandingkan masa kerja 4 tahun p 0,05 . Hallux valgus akibat kerja sebesar 54,3 , diperberat pekerjaan dan bukan akibat kerja masing-masing 22,85 . Kesimpulan dan saran: Terdapat perbedaan kejadian Hallux valgus pada pramuniaga pengguna sepatu hak tinggi dibandingkan pengguna sepatu datar. Hallux valgus yang terjadi sebagian besar merupakan penyakit akibat kerja. Penggunaan sepatu datar sangat disarankan untuk mencegah risiko terjadinya Hallux valgus.

Background Pathological anatomy changes of the foot may result from using high heels for long time and the most frequent pathological condition in woman 39 s foot is Hallux valgus. Cross sectional studies show that using high heels is associated with Hallux valgus. This study aims to evaluate the difference incidence of Hallux valgus between sales promotion girl using high heels compared with flat shoes. Method This study used comparative cross sectional design with minimal sample size 92 subjects for each group, taken with purposive sample technique. Sales promotion girl who work for at least 1 year recruited as subjects, given questionnaires, foot examination and radiology examination when there is a foot deformity that leads to Hallux valgus. 7 Step of Occupational Diagnosis is used to determine Hallux valgus as Occupational Disease or not. Result Incidence of Hallux valgus is 71.4 25 out of 35 among subjects using high heels and 28.6 10 out of 35 on flat shoes. Subjects using high heels are 2.77 times CI 95 1.25 6.15 p 0.01 more risk to develop Hallux valgus than who are using flat shoes. The incidence of Hallux valgus is increased with age p 4 years is 5.2 times CI 95 1.95 14.31 more risk than working 4 years p 0,05 . Occupational Hallux valgus is 54.3 , work related disease is 22.85 and non occupational disease is also 22.85 . Conclusion and recommendation There is a difference incidence of Hallux valgus among sales promotion girl using high heels compared with flat shoes. Most of the Hallux valgus is an occupational disease. Using flat shoes is strongly recommended to prevent the risk of Hallux valgus. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dili Yudhasmoro
"Senjata SS2 diharapkan menjadi senjata standar TNI di masa mendatang, namun belum ada penelitian ergonomi terhadap senjata tersebut. Penelitian terhadap senjata SS2 kali ini dikhususkan pada bidang biomekanika, dimana akan dilakukan analisis dan evaluasi dalam hal pengaruh beban senjata dan juga efek dari gaya hentakan senjata (recoil) dari senjata SS2 terhadap prajurit pada saat menembak dalam posisi berdiri. Analisis beban senjata akan dilakukan dengan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Secara umum, metode ini membandingkan beban senjata SS2 terhadap postur tubuh TNI . Metode yang dilakukan adalah dengan membuat model manusia (manekin) yang sesuai dengan anthopometri TNI dan menambahkan beban senjata SS2 terhadapnya, kemudian secara otomatis RULA akan memberi nilai terhadap kondisi tersebut. Nilai yang dihasilkan berkisar 1-7, dimana semakin besar nilai yang didapat berarti kondisi tersebut semakin tidak ergonomis dan memiliki risiko yang tinggi terhadap kemunngkinan cedera. Sedangkan untuk Analisis pengaruh gaya hentakan senjata terhadap tulang belikat akan dilakukan dengan menggunakan metode elemen hingga (finite element). Metode yang dilakukan adalah dengan mensimulasikan tulang belikat saat terkena gaya hentakan senjata SS2. Melalui perhitungan simulasi akan terlihat distribusi tegangan pada dialami oleh tulang. Untuk batas ketahanan tulang itu sendiri dapat dilihat berdasarkan teori von mises stress, dimana jika nilai yield strength tulang lebih kecil dari tegangan maksimum yang dihasilkan maka dapat diasumsikan bahwa tulang tidak mampu menerima gaya hentakan senjata SS2. Hasil penelitian ini berupa penilaian apakah beban senjata dan gaya hentakan SS2 sudah baik atau tidak dari sisi ergonomi. Seluruh metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan perhitungan dan simulasi pada software CATIA.

SS2 has been prepared for the future to be one of the standard weapons in the army. Therefore, through this research specializing in biomechanics, analysis and evaluation will be made to find out how the load of weapon and also the recoil affect the soldier in shooting. Load analysis will be made by using one of the ergonomic tools, which is well known as Rapid Upper Limb Assessment (RULA). RULA works by comparing the load of SS2 to the soldier?s posture, especially in standing position. By building a model of a human body, with the data that had been collected before, RULA will automatically assess how body measurement, posture and work load influence the level of injury risk. After those three factors were set up, the scores will be shown as the result of the evaluation. For the 2nd analysis, the discussion is concerned with how the recoil affects scapula by using the method of finite element. Simulation run and the result of evaluation give value of the strain distribution that goes from weapon to the scapula bone. Based on the theory of Von Mises Stress, if the maximum strain gives the smaller result score than its yield strength, it is assumed that scapula still can accept the strain from the recoil effect. The research?s result is about assessment of workload and the recoil effect of SS2. All the methods are using CATIA, as a software, to calculate and simulate the mannequin model. This research is about analyzing the body posture through the work load and the recoil effect in the SS2 weapon."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rasyad
"ABSTRAK
Karena mayoritas populasi manusia adalah kidal, banyak produk dan fasilitas dirancang untuk orang-orang kidal. Kondisi ini memaksa orang kidal, sebagai minoritas, untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Kursi berlengan menulis, yang biasa digunakan dalam kehidupan akademik, adalah produk yang menyulitkan orang kidal. Dampak yang tidak diketahui terhadap kinerja orang kidal ketika melakukan kegiatan menulis, adalah penyebab rendahnya kesadaran lembaga pendidikan untuk menyediakan kursi tulisan tangan kiri. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab kinerja aktivitas menulis berdasarkan ergonomi biomekanik pada orang kidal ketika menggunakan kedua jenis kursi menulis. Tiga puluh siswa (15 laki-laki dan 15 perempuan), berusia 18-23 tahun, semuanya kidal, berpartisipasi dalam penelitian ini untuk melakukan percobaan tulisan tangan selama 30 menit menggunakan dua jenis kursi tulis, yang memiliki sisi meja di kiri dan kanan . Empat parameter pengukuran yang digunakan adalah elektromiografi (untuk mengukur aktivitas otot secara objektif), rasa sakit yang dirasakan sendiri (untuk mengukur aktivitas otot secara subjektif), kecepatan menulis, dan indeks evaluasi postur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang kidal berperforma lebih baik ketika menggunakan kursi menulis sisi kiri. Ada risiko kesehatan potensial yang dapat membahayakan tubuh berdasarkan analisis ergonomi biomekanik ketika orang kidal menggunakan kursi tulisan tangan sisi kanan. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi lembaga pendidikan untuk menyediakan fasilitas kursi tulis khusus untuk orang kidal yang memiliki aksesibilitas dan fleksibilitas tinggi.

ABSTRACT
Because the majority of the human population is left-handed, many products and facilities are designed for left-handed people. This condition forces left-handed people, as a minority, to adapt to the surrounding environment. Writing armchairs, commonly used in academic life, are products that make it difficult for left-handed people. The unknown impact on the performance of left-handed people when writing activities, is the cause of the low awareness of educational institutions to provide a left-hand writing chair. This study aims to answer the performance of writing activities based on biomechanical ergonomics in left-handed people when using both types of writing chairs. Thirty students (15 boys and 15 girls), aged 18-23 years, all left-handed, participated in this study to conduct a 30-minute handwriting experiment using two types of writing chairs, which have side tables on the left and right. The four measurement parameters used are electromyography (to measure muscle activity objectively), self-felt pain (to measure muscle activity subjectively), writing speed, and posture evaluation index. The results showed that left-handed people performed better when using the left hand writing chair. There are potential health risks that can be harmful to the body based on biomechanical ergonomic analysis when left-handed people use the right handwritten chair. Therefore, it is highly recommended for educational institutions to provide special writing chair facilities for left-handed people who have high accessibility and flexibility."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ardelia
Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 2004
899.221 MAR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ardelia
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004
899.221 MAR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yupi Gunawan
"ABSTRAK
Latar Belakang: Gangguan kesehatan yang sering terjadi di industri adalah gangguan muskuloskeletal. Gangguan kesehatan ini seringkali berhubungan dengan penurunan produktivitas dan angka absensi yang tinggi. Penyebab gangguan muskuloskeletal diantaranya adalah desain peralatan kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pekerja. Penelitian ini bertujuan mengetahui ukuran tinggi meja kerja posisi berdiri ergonomis pada tenaga kerja Indonesia.Metode: Penelitian ini menganalisis data antropometri tenaga kerja Indonesia tahun 2007-2008 dari sepuluh wilayah yang setelah dilakukan verifikasi terdapat 7.823 sampel. Parameter antropometri yang digunakan: tinggi bahu dan tinggi siku untuk tinggi meja kerja presisi, kerja ringan dan kerja dengan beban.Hasil: Rekomendasi ukuran tinggi meja kerja posisi berdiri ergonomis statis dan adjustable. Rekomendasi tinggi meja kerja statis untuk tenaga kerja umum: kerja presisi 128 cm, kerja ringan 109 cm, kerja dengan beban 96,30 cm. Tenaga kerja laki-laki: kerja presisi 129 cm, kerja ringan 110 cm, kerja dengan beban 97,30 cm. Tenaga kerja perempuan: kerja presisi 123 cm, kerja ringan 106 cm, kerja dengan beban 93,30 cm. Rekomendasi tinggi meja kerja adjustable untuk tenaga kerja umum: kerja presisi 104,50-128 cm, kerja ringan 88-109 cm, kerja dengan beban 75,30-96,30 cm. Tenaga kerja laki-laki: kerja presisi 107,99-129 cm, kerja ringan 90-110 cm, kerja dengan beban 77,30-97,30 cm. Tenaga kerja perempuan: kerja presisi 103-123 cm, kerja ringan 86-106 cm, kerja dengan beban 73,30-93,30 cm.Kesimpulan: Telah didapatkan ukuran tinggi meja kerja posisi berdiri ergonomis statis dan adjustable yang dapat direkomendasikan untuk seluruh tenaga kerja Indonesia

ABSTRACT<>br>
Background The most common health disorder in the industry is musculoskeletal disorders. This health disorder is often associated with a decrease in productivity and high absenteeism. The causes of musculoskeletal disorders include the design of work equipment that is inconsistent with the anthropometry of the worker. The purpose of this research is to know the height of ergonomic standing desk working table in Indonesian workforce.Methods This study analyzed anthropometric data of Indonesian labor force in 2007 2008 from ten areas after verification there were 7,823 samples. Anthropometric parameters used shoulder height and elbow height for high precision desk, light work and load work.Results Recommendation of height height of work desk stands ergonomic static and adjustable. High recommendation of static desk for general labor precision work 128 cm, light work 109 cm, work with load 96,30 cm. Male labor precision work 129 cm, light work 110 cm, work with load 97,30 cm. Female labor precision work 123 cm, light work 106 cm, work with load 93,30 cm. Recommended height adjustable work table for general workforce precision work 104.50 128 cm, light work 88 109 cm, work load 75.30 96,30 cm. Male labor precision work 107.99 129 cm, light work 90 110 cm, work load 77.30 97,30 cm. Female labor precision work 103 123 cm, light work 86 106 cm, work with loads 73.30 93,30 cm.Conclusion High static and adjustable ergonomic stand adjustable desk stands can be recommended for all Indonesian workers."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devvy Chaesya Amni Melakasi
"Industri manufaktur, termasuk industri sepatu, memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi, namun seringkali pekerja perempuan di sektor ini menghadapi risiko kesehatan yang tinggi, termasuk risiko kejadian abortus spontan. Adapun kematian ibu di Indonesia juga masih didominasi oleh beberapa penyebab, termasuk abortus spontan. Postur kerja yang tidak ergonomis, seperti berdiri atau duduk lama, adalah salah satu faktor yang dapat memengaruhi kesehatan reproduksi pekerja buruh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara posisi kerja berdiri dan duduk lama dengan kejadian abortus spontan pada pekerja buruh di PT XY Kota Tangerang. Adapun metode penelitian yang digunakan melalui pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Data primer menggunakan purposive random sampling diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh para pekerja buruh di PT XY, sedangkan data sekunder diperoleh dari poliklinik perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi berdiri dan duduk lama memiliki pengaruh signifikan terhadap kejadian abortus spontan pada pekerja buruh di PT XY Kota Tangerang. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor ini dalam upaya menjaga kesehatan reproduksi pekerjanya.

The manufacturing industry, including the footwear sector, plays a pivotal role in economic growth. However, female workers in this field often face elevated health risks, notably the threat of spontaneous abortion. Indonesia's maternal mortality rates are still predominantly driven by various factors, with spontaneous abortion being one of them. Among these factors, unergonomic work postures, such as prolonged standing or sitting, have a significant impact on the reproductive health of laborers. This study is aimed at examining the correlation between extended periods of standing and sitting during work and the incidence of spontaneous abortion among laborers at PT XY in Tangerang City. The research employs a quantitative approach with a cross-sectional design. Primary data was collected using purposive random sampling, involving questionnaires administered to laborers at PT XY, while secondary data was sourced from the company's polyclinic. The findings underscore the substantial influence of prolonged standing and sitting on the occurrence of spontaneous abortion among laborers at PT XY in Tangerang City. Consequently, companies must address these factors to protect the reproductive health of their employees."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Jordan
"Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan strategi co-branding pada produk sepatu Nike pada ajang NBA (Liga Basket Amerika). Nike yang sebelumnya berhasil berkolaborasi dengan Michael Jordan melakukan kembali hal yang serupa dengan mega bintang NBA seperti Kobe Bryant, Lebron James, dan masih banyak lagi. Metode yang digunakan dalam makalah ini yaitu wawancara mendalam. Terdapat beberapa fakor penting yang ditemukan yang pada makalah ini, yaitu pengetahuan konsumen mengenai produk Nike yang berkolaborasi dengan atlet NBA, lalu pemilihan atlet NBA oleh Nike yang diajak berkolaborasi, dan inovasi yang membuat produk Nike dibeli oleh konsumen dan mendapatkan citra yang positif. Nike yang melakukan kolaborasi dengan atlet di NBA memiliki citra yang positif di mata konsumen karena pemilihan atlet yang tepat dan inovasi yang dilakukan serta Nike yang sudah lama melakukan bentuk kerjasama co-branding ini dengan atlet NBA.

This paper aims to determine the effect of using a co-branding strategy on Nike shoe products in the NBA (American Basketball League) event. Nike, which previously succeeded in collaborating with Michael Jordan, did the same thing again with NBA superstars such as Kobe Bryant, Lebron James, and many more. The method used in this paper is in-depth interviews. There are several important factors found in this paper, namely consumer knowledge about Nike products that collaborate with NBA athletes, then the selection of NBA athletes by Nike who are invited to collaborate, and innovations that make Nike products purchased by consumers and get a positive image. Nike has a positive image in the eyes of consumers because they choose the right athlete and innovation, and Nike has been working on this co-branding partnership with NBA athlete for a long time."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>