Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200580 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arie Wiriawan
"ABSTRAK
Kandungan logam berat masih ditemukan pada beberapa biota budidaya di kawasan tambak Blanakan, Subang, seperti bandeng dan udang. Tambak Blanakan merupakan tambak tradisional sehingga bandeng dan udang akan tergantung pada makanan alaminya seperti fitoplankton. Bioakumulasi logam berat pada fitoplankton perlu diketahui karena air tambak yang tercemar logam berat berdampak pula pada fitoplankton.Logam berat seperti tembaga Cu dan seng Zn merupakan logam-logam esensial yang diperlukan oleh biota, namun konsentrasi yang berlebihan dapat membahayakan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bioakumulasi logam Cu dan Zn pada fitoplankton di tambak terhadap lokasi sumber pencemar, menganalisis hubungan bioakumulasi Cu dan Zn pada fitoplankton dengan akumulasi Cu dan Zn pada sedimen, menganalisis hubungan bioakumulasi Cu dan Zn pada fitoplankton dengan kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton, dan menganalisis hubungan bioakumulasi Cu dan Zn pada fitoplanktondengan kualitas perairan tambak. Pengukuran kandungan logam pada fitoplankton dan sedimen menggunakan Atomic Absorption Spectrometry AAS . Analisis data menggunakan analisis varians multivariat/multivariate analysis of variance manova dan analisis korelasi regresi. Disimpulkan bahwa bioakumulasi logam Cu dan Zn pada fitoplankton akan semakin tinggi jika tambak semakin dekat dengan lokasi sumber pencemar, kelimpahan fitoplankton semakin banyak, indeks keanekaragaman fitoplankton semakin kecil, suhu, pH dan oksigen terlarut perairan tambak semakin tinggi serta salinitas perairan tambak semakin rendah.
ABSTRACT
The heavy metal content is still found in some cultivation biota in the area of Blanakan pond, Subang, like milkfish and shrimp. Blanakan pond is a traditional pond so milkfish and shrimp will depend on natural food such as phytoplankton. Bioaccumulation of heavy metals in phytoplankton should be known because the pond water contaminated by heavy metals also affects phytoplankton. Copper Cu and zinc Zn are the essential metals required by the biota, but excessive concentration can be dangerous. The purpose of this study was to know Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton at ponds against the location of pollutant sources, to analyzethe relationship between Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton with Cu and Zn accumulation in sediments, to analyzethe relationship between Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton with phytoplankton abundance and diversity, and to analyzethe relationship between Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton with pond water quality. Measurement of metal content in phytoplankton and sediment using Atomic Absorption Spectrometry AAS . Data analysis using multivariate analysis of variance manova and regression correlation analysis. It was concluded that Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton will be higher if the pond closer to the location of pollutant source, the more phytoplankton abundance, the smaller phytoplankton diversity index, the higher temperature, the pH and the dissolved oxygen of pond water and the lower salinity of pond water. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Octavia
"ABSTRACT
Kabupaten Subang merupakan salah satu sentra perikanan di Provinsi Jawa Barat. Sebagai salah satu kawasan tambak terbesar, penting untuk menjaga kualitas perairan tambak di Blanakan, Kabupaten Subang. Produktivitas Primer dapaat digunakan untuk mengetahui kualitas suatu ekosistem, termasuk perairan tambak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai produktivitas primer serta kandungan unsur hara dan kelimpahan fitoplankton pad perairan tambak di Blanakan. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga stasiun penelitian dan masing-masing terdiri dari 3 titik kedalaman, yaitu 0,5 m, 1 m, dan 1,5 m. Pembagian stasiun didasari pada vegetasi mangrove masing masing tambak, stasiun I memiliki vegetasi Avicennia marina, stasiun II Rhizopora mucronata, dan stasiun III memiliki vegetasi campuran kedua jenis dalam 1 tambak. Nilai produktivitas primer dilakukan menggunakan metode botol gelap-terang. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata nilai produktivitas primer yang berkisar antara 152,083 ndash; 260,417 mgC/m3/hari dengan rata-rata tertinggi diperoleh pada stasiun I dan terendah pada stasiun III. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa nilai produktivitas primer antar stasiun tidak berbeda signifikan. Berdasarkan hasil analisis korelasi pearsondiketahui bahwa produktivitas primer berkorelasi sangat kuat terhadap unsur hara nitrat, fosfat, klorofil-a dan kelimpahan fitoplankton.

ABSTRACT
Subang regency is one of the largest fisheries area in West Java. As one of the largest fishpond area in West Java, it is important to maintain the quality of fishpond area in Blanakan, Subang. Primary productivity can be used to defined the quality of an ecosystem include fishpond. The aim of this research was to measure the value of primary productivity in Blanakan fishpond, know the correlation among phytoplankton abundance, nitrate, phosphate, and chlorophyl a with primary productivity, and analyze the significance differences of primary productivity among three stations. The samples were collected from three sampling station based on its mangrove vegetation, station I consists of Avicennia marina, station II Rhizopora mucronata, while station III is a mixed mangrove vegetation fishpond consists of Avicennia marina and Rhizopora mucronata. Each of the stations were divided into three points based on different depth which consist of 0,5 meters, 1 meters, and 1,5 meters. The measurement of primary productivity was done by light dark bottle method. Meanwhile, the concentration of nitrate, phosphate and chloropyl a were measured by spectrophotometer method. The result showed that the value of primary productivity ranged from 152,083 to 260,417 mgC m3 day with the highest value obtained at station I and the lowest value at station III. According to statistical test, there is no significance differences of primary productivity value among three stations. Correlation analysis also showed that primary productivity was correlated strongly with niitrate, phosphate, chloropyl a and phytoplankton abundance. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qurrota A`yun
"Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2016 dan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelimpahan plankton dan kualitas air dengan pertambahan berat badan ikan bandeng. Pengambilan sampel dilakukan di pertambakan Blanakan, Subang, Jawa Barat. Hasil perhitungan indeks elektivitas menunjukkan bahwa jenis makanan yang disukai ikan bandeng berupa fitoplankton yaitu Melosira, Pleurosigma dan Oscillatoria, sedangkan untuk jenis fitoplankton yang tidak terlalu disukai ikan bandeng yaitu Navicula, Skeletonema dan Nitzchia. Berdasarkan analisis korelasi antara kualitas air dengan pertambahan berat badan, diketahui bahwa dari kualitas air yang terukur hanya suhu yang memberi pengaruh yang signifikan pertambahan berat badan ikan bandeng.

This research was done from August to December 2016 and aimed to determine the relationship between the abundance of plankton and water quality with weight gain of milkfish. Sampling was carried out at Blanakan, Subang, West Java. Electivity index calculation results showed that type of plankton favored by fish were Melosira, Pleurosigma and Oscillatoria, while for the ones that is less preferred are Navicula, Skeletonema and Nitzchia. Based on correlation analysis between water quality with weight gain, it was known that only temperature that gave a significant influence on weight gain.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pijar Era Milleni Budiman
"Penelitian mengenai hubungan struktur terhadap parameter fisika dan kimia di Situ Puspa, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat telah dilakukan pada bulan April hingga Juni 2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kelimpahan fitoplankton terhadap parameter fisika dan kimia di Situ Puspa UI. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah fitoplankton dari perairan Situ Puspa UI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis fitoplankton di Situ Puspa UI ditemukan 24 marga dari 9 kelas dan kelimpahannya berkisar 121-4.167 plankter/liter. Fitoplankton yang hidup di Situ Puspa UI memiliki produktivitas, ekosistem, kestabilan, dan keanekaragaman fitoplankton sedang, tidak ada jenis yang mendominasi, kemerataan cukup dan hampir merata, dan Situ Puspa mengalami pencemaran sedang. Kelimpahan fitoplankton pada bagian inlet berkorelasi positif dengan oksigen terlarut, kecepatan arus, dan fosfat. Kelimpahan fitoplankton pada bagian midlet berkorelasi positif dengan nitrat dan pH serta kelimpahan fitoplankton pada bagian outlet berkorelasi positif dengan suhu, turbiditas, dan kedalaman air.

Research on the relationship of structure to physical and chemical parameters at Situ Puspa, Universitas Indonesia, Depok, West Java was carried out from April to June 2022. This study aimed to determine the relationship between abundance of phytoplankton while physical and chemical parameters at Situ Puspa UI. The sample used in this study was phytoplankton from the waters of Situ Puspa UI. The results showed that the types of phytoplankton in Situ Puspa UI found 24 genera from 9 classes and their abundance ranged from 121-4,167 plankter/liter. Phytoplankton that lived in Situ Puspa UI has moderate productivity, ecosystem, stability, and phytoplankton diversity, no species dominates, evenness were sufficient and almost evenly distributed, and Situ Puspa UI was moderately polluted. The abundance of phytoplankton at the inlet were positively correlated with dissolved oxygen, current velocity, and phosphate. The abundance of phytoplankton in the midlet were positively correlated with nitrate and pH and the abundance of phytoplankton at the outlet were positively correlated with temperature, turbidity, and water depth."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Soedjiarti
"Penelitian tentang kepadatan dan keanekaragaman fitoplankton pada air permukaan di 6 kecamatan Kabupaten Tangerang, telah dilakukan di IS stasiun pada bulan April - Mei 2003. Hasil pencacahan dan identifikasi ditemukan 42 marga fitoplankton yang terdiri dari 4 divisi : Cyanophyta (7 marga), Chlorophyta (19 marga), Chrysophyta (13 marga), dan Euglenophyta (3 marga). Kepadatan fitoplankton tertinggi (222700000 individu /It) dijumpai di stasiun IS yaitu area! persawahan dan didominasi marga Oscillatoria, sedangkan kepadatan terendah (42000 individu/lt.) dijumpai di area! pertambakan (stasiun 3) dan saluran atr (stasiun 10) yang didominasi marga Oscillatoria dan Phacus. Indeks keanekaragaman tertinggi (3,39) terdapat di stasiun 11 ( perairan sungai), dan indeks keanekaragaman terendah (0,0) terdapat di stasiun 15 (area! persawahan).

The research on the density and diversity of phytoplankton in the surface waters of six district Tangerang, West Java. The result showed that 42 genera of phytoplankton consists of 4 division: 7 genera of Cyanophyta, 19 genera of Chlorophyta, 13 genera of Chrysophyta, and 3 genera of Euglenophyta. The farm area (station 15) has higest density (222700000 individu/l) and it was dominated by Oscillatoria, and the lower density of phytoplankton (42000 individu/!) found in the brackishwater pond (station 3) and canalwater (station 10) were dominated by Oscillatoria and Phacus. The higest diversity index (3,39) found in the river (station 11), and lower index of diversity (0,0) found in the farm area (station 15)."
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2006
SAIN-11-2-2006-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Mirani Kenraningrum
"Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap logam berat Kadmium (Cd) dan Seng (Zn) pada sampel sedimen dan udang peci (Penaeus merguiensis) yang diperoleh dari Tambak Blanakan, Subang, Jawa Barat. Sampel sedimen dan udang peci diambil dari 3 lokasi tambak yang berbeda yaitu tambak yang terletak berdekatan dan berjauhan dengan lingkungan masyarakat. dan dilakukan analisis dengan alat AAS dan ICP. Kandungan logam berat Cd pada sedimen dan udang peci memiliki hasil not detected >atau tidak terdeteksi. Sementara itu, untuk  kandungan logam berat Zn pada sedimen memiliki rata-rata 24,27 ppm dengan kandungan Zn tertinggi terdapat pada Stasiun 1 yaitu 26,39 ppm. Pada sampel udang, kandungan Zn memiliki rata-rata sebesar 14,1 ppm dan memiliki kandungan Zn tertinggi pada sampel udang peci di Stasiun 1. Hasil analisis kandungan logam berat Cd dan Zn pada sampel udang peci masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan oleh BPOM yaitu 0,10 ppm untuk Cd dan 140,48 ppm untuk Zn. Berdasarkan US EPA Guidance Values Contaminated Sediment Standard 2004, kandungan Cd dan Zn pada sedimen juga masih berada di bawah baku mutu yaitu 0,65 ppm untuk Cd dan 140,48 untuk Zn. Rata-rata nilai BCF yang diperoleh untuk udang peci pada ketiga tambak adalah 0,5 dan hasil tersebut menunjukan bahwa udang peci yang dibudidayakan pada ketiga tambak termasuk pada ketegori < 1 atau dekonsentrator.

In this study, an analysis of the heavy metals Cadmium (Cd) and Zinc (Zn) was carried out in sediment and white shrimp samples (Penaeus merguiensis) obtained from the Blanakan Pond, Subang, West Java. Sediment and white shrimp samples were taken from 3 different pond locations. The selected ponds have locations that are close to and far from the community environment. Heavy metal analysis was performed using AAS and ICP. From the analysis, the heavy metal content of Cd in the sediment and white shrimp was not detected. Meanwhile, the heavy metal content of Zn in the sediment has an average of 24.27 ppm with the highest Zn content found at Station 1, which is 26.39 ppm. In the white shrimp samples, the Zn content had an average of 14.1 ppm and had the highest Zn content in the white shrimp samples at Station 1. The results of the analysis of the heavy metal content of Cd and Zn in the white shrimp samples were still below the quality standard by BPOM (0,10 ppm for Cd and 140,48 ppm for Zn). Based on US EPA Guidance Values Contaminated Sediment Standard 2004, the content of Cd and Zn in the sediment is also still below the quality standard (0.65 ppm for Cd and 140.48 ppm for Zn). The average BCF value obtained for white shrimp in the three ponds is 0.5 and these results indicate that the shrimp cultured in the three ponds are included in the <1 category or deconcentrator."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ailsa Shafa Nariswari
"Kawasan tambak Blanakan, Subang, Jawa Barat merupakan tempat budidaya perikanan yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas antropogenik di sekitarnya. Ikan mujair merupakan salah satu komoditas budidaya di tambak Blanakan yang banyak dikonsumsi dan diperjualbelikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan logam berat seng (Zn) dan timbal (Pb) pada sedimen dan ikan mujair (Oreochromis mossambicus), serta mengetahui nilai Bioconcentration Factor (BCF) logam berat seng dan timbal pada ikan mujair di tambak Blanakan, Subang, Jawa Barat. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling pada tiga stasiun dengan titik inlet, midlet, dan outlet. Sampel sedimen diambil sebanyak 500 gram pada setiap titik dari ketiga stasiun, sedangkan ikan mujair diambil sebanyak 5 individu dari setiap stasiun. Preparasi sampel dilakukan dengan cara sampel sedimen dikeringkan ke dalam oven, sedangkan ikan mujair dibedah untuk didapatkan sampel daging. Analisis kandungan logam berat seng menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), sedangkan logam timbal menggunakan metode Inductively Coupled Plasma (ICP). Berdasarkan hasil analisis, kandungan logam berat seng pada sedimen berkisar 15,21 – 43,94 ppm, sedangkan logam timbal berkisar 5,04 – 7,88 ppm. Kandungan logam berat seng pada ikan mujair berkisar 3,33 – 8,21 ppm, sedangkan logam timbal tidak terdeteksi. Nilai BCF logam seng pada ikan mujair berkisar 0,132 – 0,311 (deconcentrator). Nilai BCF logam timbal pada ikan mujair tidak dapat ditentukan.

The Blanakan ponds area, Subang, West Java, is a place for aquaculture where various anthropogenic activities have influenced the vicinity. Mozambique tilapia is one of the aquaculture commodities at Blanakan ponds, which is widely consumed and traded. This study aims to determine the content of heavy metals zinc (Zn) and lead (Pb) in sediments and mozambique tilapia (Oreochromis mossambicus), and to determine the value of the Bioconcentration Factor (BCF) of heavy metals zinc and lead in mozambique tilapia at Blanakan ponds, Subang, West Java. Sampling was carried out using the purposive sampling method at three stations with inlet, midlet, and outlet points. Sediment samples were taken as much as 500 grams at each point from the three stations, while 5 individuals of mozambique tilapia were taken from each station. Sample preparation was carried out by drying the sediment samples in an oven, while the mozambique tilapia were dissected to obtain meat samples. Analysis of the heavy metal content of zinc used the Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) method, while lead metal used the Inductively Coupled Plasma (ICP) method. Based on the analysis results, the heavy metal content of zinc in the sediment ranged from 15,21 – 43,94 ppm, while lead metal ranged from 5,04 – 7,88 ppm. The heavy metal content of zinc in mozambique tilapia ranged from 3,33 – 8,21 ppm, while lead metal was not detected. The BCF value of zinc metal in mozambique tilapia ranged from 0,132 – 0,311 (deconcentrator). The BCF value of lead metal in mozambique tilapia cannot be determined."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ameera Saffa Ramadhina
"Kecamatan Blanakan diketahui sebagai salah satu wilayah yang memproduksi hasil perikanan, salah satunya adalah udang peci (Penaeus merguiensis). Kegiatan antropogenik di Blanakan dan sekitarnya dapat menyebabkan pencemaran logam berat pada tambak, termasuk biota yang dibudidayakan. Penelitian tugas akhir ini dilakukan untuk menganalisis kandungan logam berat pada sedimen dan udang peci Penaeus merguiensis, yaitu logam Cu dan logam Pb. Penelitian juga dilakukan untuk mengetahui tingkat akumulasi logam Cu dan logam Pb pada udang peci melalui nilai Bioconcentration Factor (BCF). Pengambilan sampel dilakukan pada tambak di Blanakan yang terbagi menjadi tiga stasiun lokasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2022. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Analisis kandungan logam Cu dan logam Pb pada sedimen dan udang peci dilakukan menggunakan AAS. Hasil analisis logam berat yang tidak terdeteksi kemudian dilakukan analisis menggunakan ICP. Pada sampel sedimen dilakukan analisis menggunakan AAS dan ICP OES, sedangkan sampel udang peci dilakukan analisis menggunakan AAS dan ICP MS. Berdasarkan hasil analisis kandungan logam berat pada sedimen, kandungan logam Cu berkisar antara 4,30–13,28 ppm dan logam Pb berkisar antara 5,04–7,88 ppm. Pada sampel udang peci, logam Cu terdeteksi dengan kandungan berkisar 4,89–14,13 ppm, sementara kandungan logam Pb tidak terdeteksi (not detected) atau berada di bawah limit deteksi, yaitu 0,0004 ppm. Nilai Bioconcentration Factor (BCF) logam berat pada udang peci dihitung dengan membandingkan kandungan logam berat pada udang peci dengan kandungan rata-rata logam berat pada sedimen. Nilai BCF logam Cu pada udang peci pada stasiun 1 sebesar 1,70 (microconcentrator), stasiun 2 dengan 1,42 (microconcentrator), dan stasiun 3 dengan 0,88 (deconcentrator). Nilai BCF logam Pb pada udang peci tidak dapat ditentukan.

Blanakan subdistrict is known as one of the areas that produce fishery products, one of which is the white shrimp (Penaeus merguiensis). Anthropogenic activities in Blanakan and surrounding areas can cause heavy metal pollution in ponds, including the biota that lives in the ponds. This final project research was conducted to analyze the content of heavy metals in sediment and white shrimp Penaeus merguiensis, which are copper (Cu) and lead (Pb). The research was also conducted to determine the level of accumulation of heavy metals copper (Cu) and lead (Pb) in white shrimp through the value of the Bioconcentration Factor (BCF). Sampling was carried out on ponds in Blanakan, which was divided into three location stations. This research was conducted from February to May 2022. The method used in this study was purposive sampling. The heavy metals content of copper (Cu) and lead (Pb) was analyzed in sediment and white shrimp using AAS. The heavy metals that were not detected were then analyzed using ICP. The sediment samples were analyzed using AAS and ICP OES, and the white shrimp samples were analyzed using AAS and ICP MS. Based on the analysis of heavy metals content in the sediment, Cu metal content ranged from 4.30–13.28 ppm, and Pb metal ranged from 5.04–7.88 ppm. In white shrimp samples, Cu metal was detected with a value ranged from 4.89–14.13 ppm, while the Pb metal content was not detected or below the detection limit, which was 0.0004 ppm. Bioconcentration Factor (BCF) of heavy metals in white shrimp was calculated by comparing the heavy metal content in white shrimp with the average heavy metal content in the sediment. The BCF value of Cu metal in white shrimp at station 1 was 1.70 (microconcentrator), station 2 was 1.42 (microconcentrator), and station 3 was 0.88 (deconcentrator). The BCF value of Pb metal in white shrimp could not be determined."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Utami Wulaningsih, Author
"Logam berat yang mencemari sungai dapat mengontaminasi air dan hasil tangkapan pada tambak. Tambak Blanakan merupakan tempat budidaya hasil tangkapan perairan yang terletak di Kabupaten Subang, Jawa Barat dengan sumber air laut dan air tawar yaitu sungai Blanakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan logam berat tembaga (Cu) dan kadmium (Cd) pada sedimen dan kepiting bakau Scylla serrata, serta menentukan nilai bioconcentration factor (BCF) pada kepiting bakau di tambak Blanakan. Sampel sedimen diambil pada tiga stasiun secara purposive sampling pada tiga titik yaitu inlet, midlet, dan outlet sebanyak 500 g, sedangkan kepiting bakau diambil pada tiga stasiun sebanyak 5 ekor tiap stasiun. Sampel sedimen dipanaskan menggunakan oven selama 48 jam di suhu 60oC dan kepiting (yang sudah dipisahkan jaringan lunaknya). Analisis logam berat tembaga (Cu) pada sedimen dan kepiting bakau dilakukan menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), sedangkan logam kadmium (Cd) pada sampel sedimen dianalisis menggunakan Inductively Coupled Plasma (ICP). Hasil analisis kandungan tembaga (Cu) pada sampel sedimen memiliki rata-rata sebesar 5,5367 – 8,31 ppm, sedangkan analisis tembaga (Cu) pada sampel kepiting bakau memiliki rata-rata sebesar 27,98 ppm. Hasil analisis kandungan kadmium (Cd) pada sedimen tidak terdeteksi, sedangkan kandungan kadmium (Cd) di kepiting bakau memiliki rata-rata 0,12 ppm. Nilai BCF tembaga (Cu) pada kepiting bakau adalah BCF > 2 yang menunjukkan bahwa kepiting bakau di tambak Blanakan merupakan konsentrator makro.

Heavy metals that pollute rivers can contaminate water and catches in ponds. Blanakan pond is a place for cultivating water catches located in Subang Regency, West Java, with sources of sea water and fresh water, namely the Blanakan river. This study aims to analyze the content of heavy metals copper (Cu) and cadmium (Cd) in sediments and mud crabs Scylla serrata, and determine the value of bioconcentration factor (BCF) in mud crabs in Blanakan ponds. Sediment samples were taken at three stations by purposive sampling at three points, namely inlet, midlet, and outlet as much as 500 g, while mud crabs were taken at three stations with 5 fish per station. Sediment samples were heated using an oven for 48 hours at 60oC and crabs (which had been separated from the soft tissue). Analysis of heavy metal copper (Cu) in sediments and mud crabs was carried out using the Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) method, while metal cadmium (Cd) in sediment samples was analyzed using Inductively Coupled Plasma (ICP). The results of the analysis of the copper (Cu) content in the sediment samples had an average of 5.5367 – 8.31 ppm, while the copper (Cu) analysis in the mud crab samples had an average of 27.98 ppm. The results of the analysis of the content of cadmium (Cd) in the sediment was not detected, while the content of cadmium (Cd) in mud crabs had an average of 0.12 ppm. The BCF value of copper (Cu) in mangrove crabs is BCF > 2 which indicates that the mangrove crabs in Blanakan ponds are macro concentrators."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amara Sausan Qotrunnada
"Tambak Blanakan merupakan kawasan budidaya perikanan yang berada di daerah pesisir Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kawasan di sekitar tambak merupakan tempat padat aktivitas yang berpotensi menyebabkan kontaminasi logam berat masuk ke dalam perairan tambak. Logam berat yang masuk dapat memengaruhi organisme akuatik seperti ikan. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan salah satu ikan budidaya yang dikonsumsi oleh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan logam berat kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) pada sedimen dan ikan mujair Oreochromis mossambicus, serta menentukan nilai Bioconcentration Factor (BCF) logam Cd dan Cu pada ikan mujair di tambak Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penentuan lokasi pengambilan sampel dengan metode purposive sampling pada tiga stasiun dengan tiga titik, yaitu inlet, midlet, dan outlet. Sampel sedimen diambil sebanyak 500 g pada setiap titik dari ketiga stasiun dan sampel ikan mujair diambil sebanyak 5 ekor pada tiap stasiun dengan berat berkisar antara 50–150 g. Sampel sedimen dikeringkan sebanyak 200 g dan sampel bagian daging ikan mujair diambil sebanyak 100 g/stasiun sebelum dianalisis kandungan logam berat. Logam berat kadmium pada sedimen dan ikan mujair dianalisis dengan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) dan Inductively Coupled Plasma (ICP), sedangkan logam berat tembaga pada kedua sampel dianalisis dengan AAS. Hasil analisis kandungan logam tembaga pada sedimen rata-rata berkisar antara 5,54–8,31 ppm, sedangkan analisis logam tembaga pada ikan mujair rata-rata sebesar 2,05 ppm. Hasil analisis kandungan logam kadmium baik pada sedimen maupun ikan mujair tidak terdeteksi (not detected). Nilai BCF logam tembaga adalah BCF<1, menunjukkan bahwa ikan mujair di tambak Blanakan termasuk dalam kategori dekonsentrator.

Blanakan ponds is an aquaculture area located in the coastal area of Subang Regency, West Java. The area around the pond is a dense place of activity that has the potential to cause heavy metal contamination to enter the pond waters. Heavy metals that enter can affect aquatic organisms such as fish. Mozambique tilapia (Oreochromis mossambicus) is one of the cultivated fish that is consumed by humans. This study aims to determine the content of heavy metals cadmium (Cd) and copper (Cu) in sediment and Mozambique tilapia Oreochromis mossambicus, as well as determine the value of the Bioconcentration Factor (BCF) of Cd and Cu metals in Mozambique tilapia in Blanakan ponds, Subang Regency, West Java. Determination of the sampling location by purposive sampling method at three stations with three points, namely inlet, midlet, and outlet. Sediment samples were taken as much as 500 g at each point from the three stations and samples of Mozambique tilapia were taken as many as 5 fish at each station with a weight ranging from 50–150 g. Sediment samples were dried as much as 200 g and samples of Mozambique tilapia meat were taken as much as 100 g/station before being analyzed for heavy metal content. Cadmium heavy metal in sediment and Mozambique tilapia was analyzed by Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) and Inductively Coupled Plasma (ICP), while copper heavy metal in both samples was analyzed by AAS. The results of the analysis of copper metal content in sediments averaged between 5.54–8.31 ppm, while the analysis of copper metal in Mozambique tilapia averaged 2.05 ppm. The results of the analysis of the metal content of cadmium in both sediment and Mozambique tilapia were not detected. The BCF value of the copper metal is BCF <1, indicating that the Mozambique tilapia in the Blanakan ponds are included in the deconcentrator category."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>