Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163618 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silmina Adzhani
"Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, salah satunya yaitu mineral nikel. Permintaan dunia akan kebutuhan nikel yang terus meningkat, memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki nya dalam industri pengolahan nikel. Pada proses reduksi nikel dibutuhkan agen pereduksi seperti gas alam dan batubara. Dalam penelitian ini, penggunaan reduktor dari limbah cangkang kelapa sawit digunakan sebagai energi alternatif pemakaian batubara pada proses reduksi karbotermik nikel yang bertujuan untuk mengurangi pemakaian bahan bakar fosil yang persediannya semakin menipis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan cangkang kelapa sawit sebagai reduktor pada proses reduksi bijih nikel laterit, dengan menggunakan variabel perbandingan massa antara bijih nikel dan reduktor. Adapun variabel perbandingan massa antara bijih nikel dan reduktor yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4, dengan waktu reduksi selama 60 menit pada temperatur 800 C.
Untuk mengamati hasil dari percobaan ini, dilakukan karakterisasi sampel dengan menggunakan pengujian XRD untuk melihat senyawa yang terbentuk pada setiap sampel. Sedangkan pengujian XRF dilakukan untuk melihat kandungan unsur yang terkandung dalam sampel. Pada pengujian XRD didapatkan senyawa dominan yang ada seperti silika SiO2 , senyawa oksida besi seperti maghemite Fe2O3 dan magnetite Fe3O4 , lalu terbentuk juga senyawa lizardite yang tereduksi seperti forsterite Mg2SiO4 , dan liebenbergite Ni2SiO4 . Hasil analisis data pengujian XRF menunjukkan peningkatan recovery Ni seiring dengan penambahan massa reduktor yang digunakan.

Indonesia has many valuable mineral resources, such as lateritic nickel ore. Today, the world demand of lateritic nickel continues to increase. This is an opportunity for Indonesia to develop its potentials in the nickel processing industry. To perform nickel reduction process, reducing agents such as natural gas and coal are needed. In this study, the use of a reductant from palm kernel shell waste as a coal alternative energy in order to reduce the use of fossil fuel which limited availability and cause environmental pollution, being a focus of this research.
The purpose of this study is to determine the effect of palm kernel shell as a reductant in lateritic nickel reduction process, using mass ratio variable between mass of nickel ore and reductant. The mass ratio between nickel ore and reducing agent used in this study are 1 1, 1 2, 1 3, and 1 4, with the temperature of reduction in 800 C for 60 minutes.
To observe the results of this experiment, the sample characterization was carried out using XRD and XRF. XRD data showed the presence of silica SiO2 , iron oxide compounds such as maghemite Fe2O3 and magnetite Fe3O4 , also compounds from reduction of lizardite such as forsterite Mg2SiO4 and liebenbergite Ni2SiO4 . The results of XRF analysis showed improvement of Ni recovery in line with the addition of the mass of reducing agents.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwipuji Rahayu
"Bijih nikel laterit merupakan salah satu sumber mineral terbesar yang terdapat di Indonesia. Bijih ini memiliki potensial yang sangat besar untuk dilakukan proses pengolahan dan pemurnian, namun membutuhkan energi yang tinggi dalam pemisahan mineral ataupun mineral ikutan, sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi tinggi pula. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan tahap pra-reduksi yaitu proses reduksi karbotermik. Proses reduksi karbotermik banyak digunakan untuk bijih nikel tipe saprolit, dimana proses tersebut membutuhkan reduktor untuk mereduksi bijih nikel laterit menjadi logam nikel murni.
Reduktor yang umum digunakan adalah batu bara dan kokas. Namun, pada penelitian ini dilakukan pengembangan proses reduksi karbotermik bijih nikel laterit tipe saprolit menggunakan reduktor biomassa, yaitu cangkang kelapa sawit. Dalam penelitian, digunakan bijih nikel laterit dari Halmahera Timur dan cangkang kelapa sawit dari limbah perkebunan kelapa sawit di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Bijih nikel laterit direduksi ukurannya hingga menjadi partikel serbuk 270.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi waktu reduksi terhadap hasil reduksi karbotermik bijih nikel laterit, dengan temperatur dan rasio massa dibuat konstan. Variasi waktu reduksi yang diuji dalam penelitian ini adalah 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 jam. Seluruh sampel diuji pada temperatur 800oC dan rasio massa 1:4 bijih nikel laterit:cangkang kelapa sawit yang dimasukkan ke suatu krusibel dan reduksi karbotermik dilakukan di dalam melting furnace.
Hasil XRD menyatakan bahwa peak yang terbentuk sudah dapat mereduksi hematite atau magnetite menjadi wustite pada waktu reduksi 1 jam. Hasil XRF menunjukkan bahwa pada waktu reduksi selama 1 jam merupakan waktu optimum karena kandungan unsur Nikel dan Nikel Oksida NiO didapatkan paling tinggi diantara variasi waktu lainnya.

Lateritic nickel ore is one of the biggest mineral source in Indonesia. There is large potential to acquire high concentration of nickel by processing and refining the ore, but because there is high energy use for mineral separation or gangue minerals processing, the cost will be high. Therefore, to resolve that problems, the pre reduction stage called carbothermic reduction process is carried out. Carbothermic reduction process usually used for saprolite which needs a reductor for the reduction reaction of lateritic nickel ore to produce pure nickel.
Common reductor used are coal and cokes. In this study, development on carbothermic reduction of saprolite type of lateritic nickel ore using biomass reductor palm kernel shell is conducted. The lateritic nickel ore used are obtained from Halmahera Timur and the palm kernel shells are obtained from the waste of palm oil plantation at Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Size of the ore are reduced to powder particle with 270 size.
The purpose of this study is to find out the effect of reduction time variation on carbothermic reduction result of lateritic nickel ore with constant temperature and mass ratio value. Reduction time variation used in this study are 1, 2, 3, and 4 hours. All samples are tested at 800oC with mass ratio of 1 4 lateritic nickel ore palm kernel shell which are put into a crucible and then the carbothermic reduction process done in an melting furnace.
Peak formed on XRD results show that the process can reduce hematite or magnetit to wustite within one hour. XRF results show that reduction time of one hour is the optimum time because nickel and nickel oxide NiO content are highest compared to other time variation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risty Hidayanti
"Indonesia memiliki cadangan bijih laterit yang kaya, namun cadangan laterit di Indonesia belum diolah secara maksimal. Hal tersebut terjadi karena proses pemurnian laterit membutuhkan biaya yang besar, hal ini dipicu oleh banyaknya energi yang dibutuhkan serta kerumitan dalam proses pemisahan logam ikutan. Dibutuhkan tahap pra-reduksi agar dapat memaksimalkan proses pemurnian nikel. Salah satu metode pra-reduksi adalah dengan melakukan reduksi karbotermik.
Pada penelitian ini akan dilakukan studi pengaruh variasi temperatur terhadap hasil reduksi karbotermik bijih laterit menggunakan cangkang kelapa sawit sebagai reduktor. Proses reduksi dilakukan dengan memanaskan bijih laterit dan cangkang kelapa sawit dengan perbandingan rasio massa 1:4 selama 60 menit di dalam melting furnace pada variasi temperatur 700oC, 800oC, 900oC dan 1000oC.
Hasil reduksi kemudian dilakukan pengujian XRF dan XRD. Berdasarkan perhitungan recovery, temperatur optimal untuk mereduksi bijih laterit dengan cangkang kelapa sawit adalah 800oC yang menghasilkan kadar NiO sebanyak 2,680.

Indonesia has rich deposit of nickel. However laterite potential in Indonesia has not been treated optimally. This happens because the refining process lateritic costly, it is triggered by the amount of energy required and the complexity of the separation process. It takes the stage of pre reduction to condition the ore to be more easily reduced and increase the metal content so that it can maximize the nickel refining process and minimizing energy usage. One method of pre reduction is to do carbothermic reduction.
This research will study the effect of temperature variation on the results of the carbothermic reduction of laterite ores using palm kernel shells as a reductant. The reduction process is done by heating the lateritic ore 270 mesh and palm kernel shells with a mass ratio of 1 4 for 60 minutes in the melting furnace at temperature variation of 700 C, 800 C, 900 C and 1000 C.
The result of the reduction then tested using XRF and XRD. Based on the calculation of recovery, the optimal temperature for reducing the laterite ore with palm kernel shells for 60 minutes is 800oC, which produce content of NiO as much as 2,680.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Rivaldi Nugraha
"Detox sludge merupakan salah satu sumber mineral yang memiliki potensial yang besar untuk dilakukan proses pengolahan dan pemurnian. Salah satu metode untuk proses pengolahan detox sludge yaitu dengan cara proses reduksi karbotermik. Proses karbotermik sering digunakan untuk mereduksi suatu mineral, dimana proses reduksi karbotermik membutuhkan reduktor untuk mereduksi unsur-unsur lain yang terdapat pada detox sludge. Reduktor yang biasa digunakan pada proses reduksi karbotermik adalah batubata dan kokas. Tetapi penggunaan batubara memiliki banyak efek negatif bagi lingkungan, maka dari itu pada penelitian ini reduktor yang digunakan adalah biomassa, yaitu cangkang kelapa sawit yang dipanaskan hingga suhu 900˚C agar menjadi arang. Dalam penelitian ini digunakan detox sludge yang berasal dari proses pengolahan emas dan tembaga dan cangkang kelapa sawit berasal dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Detox sludge dan cangkang kelapa sawit di preparasi terlebih dahulu sebelum dilakukan proses reduksi karbotermik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi waktu reduksi detox sludge, dengan rasio massa dan temperature yang tetap. Variasi waktu reduksi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 30 menit, 60 menit, dan 120 menit. Seluruh sampel diuji pada suhu 900˚ dan rasio massa 1:2 ( detox sludge: cangkang kelapa sawit) yang dimasukan kedalam krusibel keramik dan dilakukan reduksi karbotermik di dalam tungku. Hasil XRD menyatakan bahwa terjadinya penghilangan puncak calcite yang menandakan sudah terjadi proses reduksi pada calcite dan adanya penambahan senyawa yaitu alumina. Hasil XRF menunjukan bahwa pada waktu reduksi selama 90 menit merupakan waktu optimum karena didapatkan %recovery disemua kandungan paling tinggi diantara variasi waktu lainnya.

Detox sludge is a mineral source that has great potential for processing and refining. One of the method for the processing of detox sludge is a carbothermic reduction process. Carbothermic processes are often used to reduce a mineral, where the carbothermic reduction process requires a reducing agent to reduce other elements present in detox sludge. Reductors that are commonly used in the carbothermic reduction process are coal and coke. But the use of coal has many negative effects on the environment, therefore in this study the reducing agent used is biomass, namely pal kernel shells. In this study, detox sludge originating from the processing of gold and copper and palm kernel shells from Palangkaraya, Central Kalimantan. Detox sludge and palm kernel shells are prepared first before carrying out the carbothermic reduction process. The purpose of this study was to determine the effect of variations in the reduction time of detox sludge, with a fixed ratio of mass and temperature. The reduction time variations in this study were 30 minutes, 60 minutes, and 120 minutes. All samples were tested at a temperature of 900˚ and a mass ratio of 1: 2 (detox sludge: palm kernel shell) which was inserted into the ceramic crucible and the carbothermic reduction was carried out in the furnace. After the reduction process is complete the detox sludge will be separated from the oil palm shell and carried out by XRD and XRF testing to determine the optimum time for the carbothermic reduction process. XRD results state that the occurrence of calcite peak removal that indicates there has been a reduction process in calcite and the addition of compounds namely alumina. XRF results show that at a reduction time of 90 minutes is the optimum time because %recovery is obtained in all the highest content among other time variations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Rahma Yanti
"Indonesia merupakan negara dengan cadangan sumber daya alam yang melimpah pada bidang mineral salah satuya yaitu bijih besi. Karena itu dibutuhkan proses yang memiliki optimasi yang tinggi untuk mengolah bijih besi tersebut. Salah satunya itu dengan proses reduksi langsung. Pada penelitian kali ini dilakukan proses reduksi langsung bijih besi dengan menggunakan cangkang kelapa sawit sebagai reduktornya sebagai pengganti dari batubara. Bijih besi yang digunakan merupakan bijih besi laterit dari Kalimantan.
Hal yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh rasio massa yang divariasikan antara bijih besi dengan cangkang kelapa sawit, dengan besar variasi rasio yaitu 1:3, 1:2, 1:1, 2:1, dan 3:1 pada temperatur 10000C dengan waktu tahan selama 2 jam. Bijih besi tersebut dihancurkan terlebih dahulu lalu langsung dicampurkan dengan cangkang kelapa sawit. Hasil XRD menunjukan bahwa rasio 1:3 dengan cangkang kelapa sawit yang lebih banyak akan terbentuk Fe dengan intensitas tertinggi.

Indonesia is a country which has abundant natural recources in mineral sector especially in iron ore. Therefore we need a process that has high optimization to change the ore into iron. And the process is direct reduction. In this research, direct reduction was done by using palm kernel shell as the reductor as a replacement of coal. Iron ore that used in this research was Laterite from Borneo.
The aim of this research is to know the effect of variation between iron ore and palm kernel shell, and the ratio are 1:3, 1:2, 1:1, 2:1, and 3:1 in 10000C for 2 hours. That iron has crushed before then directly mix with the palm kernel shell. The result show that in 1:3 ratio will form Fe with highest intensity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S70113
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurellio Priandhika Ekavyandhi
"Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan kekayaan sumber daya mineralnya, salah satunya adalah titanium. Titanium dapat diekstrasi dari ilemenite, namun perlu dilakukan proses upgrading terlebih dahulu untuk meningkatkan jumlah titanium yang dapat diesktraksi. Proses upgrading dapat dilakukan dengan proses reduksi karbotermik yang menggunakan reduktor biomassa arang cangkang kelapa sawit sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan reduktor grafit yang biasa digunakan. Penelitian ini akan membandingkan penggunaan reduktor biomassa dan grafit pada proses reduksi karbotermik ilmenit untuk melihat hasil biomassa sebagai alternatif. Penelitian dilakukan dengan membandingkan penggunaan reduktor biomassa pada suhu 1000°C, 1100°C, dan 1200°C dengan waktu tahan 0,5 jam sampai 3 jam dan penggunaan reduktor grafit pada suhu 1000°C dengan waktuh tahan 0,5 jam sampai 3 jam dan 1200°C 3 jam. Penggunaan biomassa pada 1000°C menunjukan intensitas besi metalik yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan grafit. Dengan semakin lamanya waktu tahan dan semakin tinggi suhu reduksi, recovery besi metalik juga akan semakin tinggi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk proses upgrading ilmenit yang lebih ramah lingkungan.

Indonesia is a country that is famous for its rich mineral resources, one of which is titanium. Titanium can be extracted from ilemenite, but an upgrading process is needed to increase the amount of titanium that can be extracted. The upgrading process can be carried out by a carbothermic reduction process that uses palm kernel shell as a reducing agent that is more environmentally friendly than the commonly used graphite reductant. This study will compare the use of biomass and graphite as a reducing agents in the ilmenit carbothermic reduction process to see the result of biomass as an alternative. The study was conducted by comparing the use of a biomass reducing agent at temperatures of 1000°C, 1100°C, and 1200°C with a holding time of 0.5 hours to 3 hours and the use of graphite reductant at a temperature of 1000°C with a holding time of 0.5 hours to 3 hours. and 1200°C 3 hours. The use of biomass at 1000°C showed a higher intensity of metallic iron than the use of graphite. With the longer holding time and the higher the reduction temperature, the metallic iron recovery will also be higher. This research is expected to be a solution for more environmenrt friendly upgrading process of ilmenit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rininta Triaswinanti
"Bijih besi menjadi salah satu sumber daya mineral yang sangat berpotensial di Indonesia untuk dilakukan proses pengolahan dan diproduksi sehingga menjadi logam mineral yang memiliki nilai guna Proses pengolahan bijih besi sudah banyak dikembangkan dengan cara reduksi langsung maupun reduksi tidak langsung dimana kedua proses tersebut membutuhkan reduktor untuk mereduksi bijih besi menjadi logam murni Reduktor yang digunakan pada proses reduksi bijih besi dalam bentuk padatan seperti batu bara dan kokas maupun dalam bentuk gas seperti gas metana Pada penelitian kali ini dilakukan pengembangan proses reduksi bijih besi menggunakan reduktor biomassa yaitu cangkang kelapa sawit yang merupakan limbah dari hasil perkebunan buah kelapa sawit Dalam penelitian digunakan bijih besi laterit Kalimantan dan cangkang kelapa sawit dari sisa perkebunan di Palangkaraya Kalimantan Tengah Bijih besi direduksi ukurannya hingga membentuk partikel serbuk 18 Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel temperatur reduksi dengan waktu dan rasio massa yang konstan terhadap hasil reduksi bijih besi Variasi temperatur yang diuji dalam penelitian adalah 600oC 700oC 800oC 900oC dan 1 000oC Seluruh sampel diuji dalam waktu 120 menit dan rasio bijih besi dengan cangkang kelapa sawit 1 3 yang dimasukkan ke sebuah krusibel dan perlakuan reduksi langsung dilakukan di dalam muffle furnace Hasil XRD menunjukkan bahwa pada 1 000oC merupakan temperatur optimum dengan waktu reduksi selama 120 menit karena kandungan bijih besi seluruhnya berupa peak Fe metallic tanpa adanya kehadiran peak peak besi oksida lainnya.

Iron ore become one of minerals source that very pottential in Indonesia for process to have result value metallic mineral Iron steel making process have been developed by direct reduction and indirect reduction process which both of them need solid reducing agent for reduction iron ore like coal and coke or gas reduction agent like methane gas In this research it develop renewable reduction iron ore process use biomass reductor palm kernell shell is waste from palm tree plantation The research was conducted laterite ore from Kalimantan and palm kernel shell from residue plantation in Palangkaraya Central Kalimantan Before reduction process is started iron ore must be crushing to reduce particle size forming powder particles with size about 18 The purpose of the research is to determine the effect of reduction temperature with optimum time and mass ratio to result of reduction iron ore Variation of temperature that be examined is 600oC 700oC 800oC 900oC and 1 000oC All of samples is tested in 120 minutes and mass ratio 1 3 for iron ore and palm kernell shell Mixed samples are put in crucible and reduction process take place in muffle furnace XRD results showed that in 1 000oC is optimum temperature during 120 minutes because all composition of iron ore is Fe metallic peaks without other iron oxide peaks."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah bijih besi. Pada proses pengolahannya bijih besi memerlukan reduktor. Reduktor yang dipakai pada proses kali ini adalah biomass yaitu cangkang kelapa sawit mengingat Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Pada penelitian kali ini dilakukan proses reduksi langsung bijih besi menggunakan cangkang kelapa sawit sebagai reduktor pada muffle furnace. Bijih besi yang digunakan adalah besi laterit Kalimantan dengan ukuran 18#. Cangkang kelapa sawit yang digunakan berasal dari Kalimantan dengan ukuran 0.5 cm. Hal yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengetahui pengaruh waktu reduksi pada suhu 1000oC. Penelitian ini menggunakan perbandingan rasio massa bijih besi dan cangkang kelapa sawit yaitu 1:3 pada suhu 1000oC dengan waktu 30, 60, 90, 120, dan 150 menit. Bijih besi dicampur dengan cangkang kelapa sawit dalam crucible dan kemudian dimasukkan dalam muffle furnace. Hasil XRD menunjukkan bahwa pada variabel waktu 120 menit terbentuk Fe dengan intensitas yang paling tinggi dibanding variabel lainnya.
, Indonesia is a country that have many natural resources, one of them is iron ore . In the iron ore reduction process requires a reducing agent. Reducing agents used in this process is palm kernel shell considering Indonesia is the largest palm oil producer in the world. In this study iron ore is processed by direct reduction method using palm kernel shell as a reducing agent in the muffle furnace . The iron ore is laterite ore from Kalimantan with size about 18#. The palm kernel shell from Kalimantan with size about 0.5 cm. The research objective is to determine the effect of reduction time at 1000oC. This study uses the mass ratio of iron ore and bagasse 1 : 3 at 1000oC on 30, 60, 90, 120, 150 minutes . Iron ore is mixed with palm kernel shell in the crucible and then was put in a muffle furnace . XRD results showed that the variable reduction time of 120 minutes formed Fe with the highest intensity compared to other variables
]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62640
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Rahmahwati
"Pengolahan bijih nikel laterit untuk menghasilkan feronikel memerlukan konsumsi energi yang tinggi. Sehingga perlu teknik pengolahan bijih nikel laterit terutama yang berkadar rendah agar tetap ekonomis. Reduksi selektif bijih nikel laterit diaggap sebagai proses yang potensial untuk menghasilkan nikel berkadar tinggi pada feronikel. Reduksi selektif terjadi karena penambahan sejumlah aditif pada bijih nikel laterit kemudian dilakukan separasi magnetik. Pada penelitian ini, digunakan aditif natrium karbonat, natrium klorida dan natrium sulfat serta 5 arang cangkang sawit sebagai reduktor. Reduksi dilakukan pada variasi temperatur 950, 1050 dan 1150 oC selama 60 menit. Kemudian dilakukan metode separasi magnetik basah dengan kekuatan magnet 500 Gauss untuk memisahkan konsentrat yang bersifat magnetik dan tailing. Karakterisasi bijih laterit hasil reduksi dilakukan menggunakan X-ray Diffraction XRD , mikroskop optik dan Scanning Electron Microscope SEM yang dilengkapi Energy Dispersive X-ray Spectroscopy EDS serta konsentrat feronikel dan tailing diidentifikasi menggunakan X-ray Fluororescene XRF.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa penambahan aditif menghasilkan peningkatan kadar dan recovery nikel serta recovery besi pada konsentrat jika dibandingkan dengan bijih reduksi tanpa penambahan aditif. Penambahan 15 aditif natrium sulfat dapat meningkatkan kadar dan recovery nikel hingga mencapai 5,3 dan 83,7 pada temperatur reduksi 1150 oC selama 60 menit. Pada penambahan 5 aditif natrium karbonat dan natrium klorida menghasilkan recovery nikel optimum sebesar 73,1 dan 72,8. Peningkatan temperatur reduksi hingga 1150 oC selama 60 menit berpotensi meningkatkan ukuran partikel feronikel, dengan penambahan dosis 10 natrium sulfat, natrium karbonat dan natrium klorida dihasilkan rata-rata ukuran partikel feronikel sebesar 30,6 mm, 12,8 mm dan 8,0 mm hingga 30,6 mm. Partikel feronikel mengalami aglomerasi seiring dengan peningkatan temperatur pada penambahan aditif yang memberikan kondisi yang menguntungkan untuk migrasi dan agregasi Ni dan Fe.

The processing of nickel laterite to produce ferronickel requires high energy consumption. Therefore, it needs low cost technology in mineral processing the low grade nickel laterite to keep it economically. Selective reduction of nickel laterite ore is a potential method for producing high grade ferronickel. Selective reduction is performed due to the addition of additives to lateritic nickel ore and followed by magnetic separation. In this study, the additives were sodium carbonate, sodium chloride and sodium sulphate and 5 palm shell charcoal were used as reducing agents. The temperature reduction was carried out at 950 and 1150 oC for 60 min. Magnetic separation used in this study was a wet magnetic separation with 500 Gauss and the magnetic product magnetic product that was resulted from the magnetic separation was ferronickel concentrate. The characterization of reduced ore was performed by using by X ray Diffraction XRD , optical microscope and Scanning Electron Microscope SEM with Energy Dispersive X ray Spectroscopy EDS and ferronickel concentrate was identified by X ray Fluororescene XRF.
The results showed that the addition of additives was significantly affected to the increasing of nickel grade, nickel recovery and iron recovery at concentrate than the reduced ores without additives. When the sodium sulfate dosage was increased to 15 at 1150 oC for 60 min, the nickel grade and nickel recovery were increased to 5.3 and 83.7 , respectively. By the increasing of the addition of sodium carbonate and sodium chloride up to 5 , the yielded optimum nickel recovery was 73.1 and 72.8 , respectively. The increasing of reduction temperature to 1150 oC for 60 min potentially increased the particle size of ferronickel up to 30.6 m by the addition of a 10 sodium sulfate. In the presence of sodium carbonate and sodium chloride result on the average of ferronickel particle size approximately 12.8 and 8.0 m, respectively. The ferronickel particle was agglomerated with increasing reduction temperature and addition additives and it provides favorable conditions for the migration and aggregation of Ni and Fe.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fajar Ramadhan
"Indonesia mempunyai sumber daya maupun cadangan bijih besi yang tersebar di berbagai daerah. Oleh karena itu, perlu dibuat sebuah teknologi sederhana yang dapat mengolah bijih besi sehingga didapatkan konsentrasi besi yang tinggi dengan biaya yang lebih rendah serta ramah lingkungan.
Bijih besi yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis Laterit yang berasal dari Kalimantan. Sedangkan reduktor yang digunakan ialah ampas tebu (bagasse). Rasio massa antara bijih besi dan ampas tebu adalah variabel yang diatur pada penelitian ini, yaitu 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4. Proses dilakukan di dalam muffle furnace dan dipanaskan pada temperatur 700° C dan 1000° C selama 30 menit agar terjadi proses reduksi. Untuk mengetahui optimalisasi proses dan melihat hasil reduksi secara kualitatif, maka dilakukan karakterisasi sampel dengan menggunakan uji XRD.
Hasil reduksi yang paling tinggi terdapat pada sampel dengan rasio massa 1:3 di kedua temperatur. Pada sampel tersebut, didapatkan produk reduksi, yaitu Magnetit (Fe3O4) serta Wustite (FeO) dengan jumlah peak yang paling banyak ataupun dengan intensitas peak yang paling tinggi.

Indonesia has the resources and reserves of iron ore scattered in various areas. Therefore, it should be made a simple technology that can process the iron ore to obtain a high concentration of iron with lower cost and environmentally friendly.
Iron ore that used in this study is the Laterite type from Kalimantan and the reducing agent is bagasse. The mass ratio between iron ore and bagasse is a variable that is set in this. The mass ratio that used is 1: 1, 1: 2, 1: 3 and 1: 4. The process operate in the muffle furnace and heated at temperature of 700o C and 1000o C for 30 minutes to a process of reduction. To find out the optimization of the process and see the reduction results qualitatively, then the sample characterized using XRD test.
The highest result is on the sample with 1: 3 of mass ratio in booth temperature. On these samples, Magnetite (Fe3O4) and Wustite (FeO) as the reduction product have the most number of peak or the highest peak intensity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60255
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>