Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180693 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haris Setiawan
"Massa partikel ringan merupakan massa yang mudah untuk dialirkan dengan udara yang kompresibel melalui sebuah nosel. Penghantaran massa partikel ringan dapat diaplikasikan kedalam banyak hal, salah satunya ialah vaksinasi dalam hal kesehatan. Proses vaksinasi dengan udara kompresibel membutuhkan kecepatan udara yang besar, sehingga pada penelitian ini menggunakan konsep nosel yang ditemukan oleh Carl de Laval. Carl de Laval menemukan nosel yang memiliki dua bagian, yaitu converging dan diverging. Penemuan nosel ini sangat membantu proses penghantaran massa partikel ringan dalam visualisasi aliran udara yang kompresibel. Saat masa partikel ringan keluar melalui nosel, akan terjadi penurunan kecepatan yang signifikan dan penyebaran massa partikel ringan, sehingga jarak tembak jarak output nosel dengan objek memiliki pengaruh besar terhadap hasil persebaran dan gaya tekan dari massa partikel ringan.

Light particle mass is an easy mass to flow with compressible air through a nozzle. Delivery of light particles mass can be applied on many things, such as vaccination for health service. The process of vaccination using compressible air requires a great air velocity, so in this study using the nozzle concept found by Carl de Laval. Carl de Laval found a nozzle that has two parts, which are converging and diverging. This discovery greatly facilitates the process of mass particle delivery in the visualization of compressible airflow. When the light particle mass out through the nozzle, there will be a significant decrease in velocity and the spreading of the mass of the light particles, so the shooting range distance between the nozzle output and object has a major influence on spreading and thrust force from light particle mass.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69309
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Putra Santoso
"Kemampuan Gene gun untuk menghantarkan massa partikel ke dalam sel dimanfaatkan untuk vaksinasi DNA pada mamalia. Nosel merupakan bagian terpenting pada Genegun karena membantu mengarahkan arah tembak dan menaikan kecepatan penghantaran massa partikel. Pada penelitian ini dikembangkan nosel, converging-diverging dengan ukuran diameter output nosel diverging 4 mm. Untuk mengetahui kemampuan nosel dalam menghantarkan massa partikel, digunakan agar dengan beberapa konsentrasi. Agar yang divariasikan menjadi 3 jenis konsentrasi yaitu 0.1285, 1.0432, dan 1.028 g/ml. Untuk massa partikel digunakan aluminium berukuran 0.5 mm. Berdasarkan percobaan, agar dengan konsentrasi 1.028 memiliki nilai viskositas mendekati dengan kulit mamalia. Dengan tekanan awal 6 x 105 kg/m.s2 dan jarak tembak 0.03 m pada nilai 0.0008 m atau sekitar 8 mm. Pengembangan nosel sangat penting untuk pengembangan Gene gun sebagai sistem penghantaran vaksin DNA.

The ability of Gene gun to deliver mass of particles into cells is used for DNA vaccination in mammals. The nozzle is the most important part of Gene gun as it helps to direct the shooting direction and increases the mass delivery speed of the particles. In this study, the type of nozzle used converging diverging with the diameter of 4 mm diverging nozzle output. To determine the ability of the nozzle in delivering the mass of particles, it used 3 types of concentrations of 0.1285, 1.0432, and 1.028 g ml. Mass of particles used aluminum with 0.5 mm in size. Based on the experiment, the concentration of 1,028 has a viscosity value close to the skin of mammals. With an initial pressure of 6 x 105 kg m.s2 and a firing range of 0.03 m at a value of 0.0008 m or about 8 mm. Nozzle development is essential for the development of Gene gun as a DNA vaccine delivery system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67834
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Rahmat Hidayat
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ristanto
"Gelembung adalah gas terperangkap dalam fluida yang salah satunya dihasilkan dengan menyuntikkan 'gas lieatau fluida melalui suatu nriiis (nossel) dan bergerak karena gaya apung (buoyancy). Bentuk gelembung berbeda-beda sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya Bentuk gelembung mempengaruhi bentuk lintasan dan kecepatan arah vertikalnya.
Gelembung berperan pada beberapa hal, yang walaupun terlihat jarang diperhntikan namun peranannya sangat signifikan dalam bidang-bidnng tertentu. Gelembung sangat diharapkan keberaclaannya pada pros-es~proses seperti pabrikasi bahan kimia, interaksi udara terhadap laut dan pencampuran gas dengan fluida.
Gaya apung dan tegangan permukaan merupakan faktor mama pembentuk gelembung. Keseimbangan dari kedua gaya inilah yang menyebabkan terbentuknya gelembung. Akibatnya, karena setiap fluida mempuuyai nilai tegangan permukaan yang berbeda, mal-ca gelernbung yang terbentuk untuk setiap Huidn yang berbeda tetapi dengan kondisi yang sama akan berbeda. Pada percobaan kali ini fluidanya adalah air dan gasnya adalah udara.
Pengambilan daia dilakukan pada parameter-parameter yang konstan, hanya debit aliran udara dan diameter nossel yang divariasikan. Laju aliran air pendorong udara diatur dengan pengatur aliran pada selang dan diukur oleh gelas ukur. Data yang didapat adalah gambar atau video pergerakan gelembung yang direkam dengan handycam. Setelah pengarnbilan data, hasilnya dianalisa menggunakan software image processing dan akan didapatkan gambaran fisik dari gelembung tersebut secara detiL seperti diameter, bentuk, kecepatan, proses pembentukannya, proses menghilangnya serta bentuk lintasan yang ditempuhnya.
Hasil yang didapat dari peroobaan adalah bahwa jika diameter nossei makin besar maka diameter gelembung yang terbentuk akan semakin besar pula. Debit aliran udara pembentuk gelembung tidak signitikan pengaruhnya terhadap diameter gelembung tetapi lebih condong kepada besar irekuensi gelembung (keseringan gelembung muncul per satuan waktu).

Bubble is gas snared in fluid which is one of them yielded by inseminating gas into a fluid or dilution through an or-#ice (nozzle) and make a move that caused by float force (buoyancy). Bubble form dwrent each other as according its characteristic. Bubbleform influence trajectory form and velocity of its vertical direction.
Bubble share at several things, what although seen seldom be paid attention but its role very significant in certain fields. The Bubble 's existence is very expected to processes like in chemical's fabrication. air interaction to sea and mating of gas with fluids.
Buoyancy and surface tension represent the main factor of bubbles former. The Balancing both of these forces cause to be formed of bubbles. As a result, because every fluid have dwrent value of surilce tension, hence formed bubble to each differentfluid but in same condition will be dWrent. At this attempt the fluid is water and the gas is air.
Intake of data done at constant parameter, only air stream debit and nozzle diameter which are variated The water 's flowrate that push the air arranged with stream regulator at hose and measured by measured tube. The accepted data are pictures or videos of bubbles movement, recorded by handycam. After intake of data, its result is analysed using image processing software and will be got image physical bubble in detail, such as diameter; shape, velocity, forming process, its disappearing process and also form of its trajecton.
Result of which is gotten from attempt are that if the nozzle diameter is bigger hence formed bubble diameter will be ever greater also. The debit of air flow of bubble former is not signyicant at influence to bubble diameter but it is more attend to bubble frequency (ojen bubble emerge per set of time).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutasoit, Veronika
"Sebuah penelitian untuk mengidentifikasi konten fluida pada reservoar menggunakan analisis AVO Amplitude Variation with Offset dan studi inversi Elastic Impedance pada lapangan ldquo;V rdquo; yang berlokasi di Cekungan Kutai, Kalimantan Timur telah dilakukan. Data seismik partial angle stack yang diolah dengan menggunakan analisis AVO dan inversi Elastic Impedance menghasilkan output berupa penampang seperti Intercept A , Gradient B , Product A B , Scaled Poisson rsquo;s Ratio Changed, Near Angle Inverted, dan Far Angle Inverted untuk diinterpretasikan lebih lanjut. Analisis atribut AVO yang dilakukan termasuk pada anomali AVO kelas III low impedance contrast sand , dan untuk lebih lanjut lagi dilakukan proses inversi Elastic Impedance dengan mengolah data tigasumur VB2, VA1ST, VA3 dan dihasilkan output berupa EI near log dan EI far log sebagai pengontrol proses inversi Elastic Impedance. Selain itu dilakukan juga krosplot antara sumur dan dan penampang inversi untuk menentukan persebaran fluida pada reservoar. Didapatkan hasil pada penampang inversi EI near, zona gas berada pada nilai 9000 ft/s g/cc sampai dengan 14200 ft/s g/cc , dan pada penampang inversi EI far, zona gas berada pada nilai 1100 ft/s g/cc sampai dengan 1600 ft/s g/cc pada top reservoar dengan rentang waktu 2800-3400 ms. Dari hasil analisis peta slicing analisis atribut AVO dan inversi Elastic Impedance EI menunjukkan bahwa daerah peneybaran reservoar batu pasir memiliki arah orientasi Barat menuju Timur Hingga Tenggara.

A study case of identification fluid content using AVO Amplitude Variation with Offset analysis and Elastic Impedance inversion on ldquo V rdquo field located at Kutai Basin was did. Seismic partial angle stack was processed by using analysis of AVO and Elastic Impedance inversion produced output section such as Intercept A , Gradient B , Product A B , Scaled Poisson rsquo s Ratio Changed, Near Angle Inverted, and Far Angle Inverted for further interpretation. AVO attribute analysis performed on the data field was included in class III AVO anomalies low impedance contrast sand , and the Elastic Impedance inversion process was further performed by the three well VB2, VA1ST, VA3 data processing and create log near EI and far EI as the inversion process controller. Also perfomed well crossplot between wells and inverted EI to determine the cross section distribution on fluid in the reservoir. Result obtained in cross section inverted near angle zone that the gas is at the value of 9000 ft s g cc up to 14200 ft s g cc , and the cross section inverted far angle that the gas is at the value of 1100 ft s g cc up to 1600 ft s g cc at top reservoir in the period 2900 3300 ms. By slicing top reservoir map of AVO attribute and Inverted EI, reservoir distribution of channel slobe sandstone have orientation direction from West to East until South East."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdi
"Pengeringan memegang peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan kontinuitas dalam proses pembuatan tepung tapioka. Secara tradisonal proses pengeringan dilakukan oleh para petani dengan memanfaatkan panas matahari.
Tesis ini bertujuan untuk melakukan desain dan analisis sistem pengering buatan tipe chamber dryer dengan sirkulasi udara sehingga dapat memenuhi standar FAO untuk proses pengeringan tapioka. Tesis ini secara khusus mengkaji desain dan analisis sistem pembangkit panas yang memanfaatkan thermal-oil jenis Essotherm500 sebagai fluida pemindah panas untuk ruang pengering berkapasitas 120 - 150 kg tapioka basah dengan suhu pengeringan 60 -70 °C.
Perencanaan peralatan pembangkit panas menghasilkan desain dengan karakteristik sebagai berikut : sistem tertutup (closed system) dimana thermal-oil dialirkan dalam pipa dengan diameter 1/2 inchi berbentuk koil dengan diameter spiral dalam 300 mm, diameter spiral luar 400 mm, jumlah lilitan 21 buah, picth 27 mm, pipa koil diletakkan dalam ruang heat exchanger berbentuk shell dengan diameter 600 mm panjang 900 mm, ripe heat exchanger conterflow shell-and-tube untuk one shell pass and two or multiple of two tube passes, udara panas yang dialirkan adalah hasil pembakaran burner dari ruang bakar.
Untuk pengeringan 150 kg tepung basah dengan kadar air awal 45%, kadar air akhir 12%, suhu pengeringan 60 °C, dan waktu pengeringan 2,5 jam didapat total kebutuhan panas pengeringan tepung tapioka sebesar I95.687,8 kJ. Dengan demikian, kapasitas pembangkit panas yang dibutuhkan sebesar 21,74 kW, flow thermal oil 12 liter/menit, suhu thermal oil awal 65 "C, suhu thermal oil akhir 106,5 °C, flow udara alat penukar panas 0,2 kg/det, suhu gas hasil pembakaran (flue gas) 500 °C, luas bidang pemindah panas 3,35m2, bahan bakar kerosene dengan kebutuhan bahan 3,3 liter/jam.
Dari hasil pengujian dan perhitungan didapatkan kalor pengeringan tepung tapioka rata-rata yang disuplai dari pemanas buatan sebesar 1107,9 kJ/kg, rasio bahan bakar dan tepung basah adalah 0,08 liter bahan bakar untuk 1 kg tepung tapioka basah, lama waktu pengeringan rata-rata 5 jam, kapasitas alat pembangkit panas rata-rata 7,58 kW, efsiensi sistem rata-rata 56,4 % , rugi panas total rata-rata 5,87 kW dengan komposisi rugi panas cerobong 81 %, rugi panas penukar panas I 1 % dan mgi panas lain-lain 9%. Effektivitas alat penukar panas rata-rata 0,67.

Drying plays an important role on controlling the quality and continuity of tapioca powder production processes. Traditionally farmers use the solar heat for drying agriculture products.
This thesis aims to design and analyze a chamber dryer system with air circulation in order to fulfill the FAO drying standard for tapioca. In particular, the objective of this thesis is to to design and to develop a heat generating system with Essotherm ® 500 as the working fluids. The capacity of the chamber is 120 - 150 kg of wet tapioca operating at 60 - 70°C.
A new design of the heat generating equipment has been developed with the following characteristics: a closed system in which the thermal oil flow in a coil shaped pipe of 1/2 inch diameter. It has a coiled pipe arrangement of 300 mm and 400 mm inner and outer diameters respectively. The pipe is placed in a counter-flow shell and tube heat exchanger of one shell pass and two or multiple of two tube passes. The hot air comes from the flue gas of fuel burning.
The heat requirement for drying of 150 kg wet tapioca from 45% to 12 % moisture, at 60 °C during a period of 2,5 hours is 195,687,8 kJ. Thus, the capacity of the heat generator is 21,74 kW. Other important design parameters are as follows: thermal oil flow is 12 1/min, initial thermal oil temperature is 65 °C, final thermal oil temperature is 106,5 °C, air flow within the heat exchanger is 0,2 kg/sec, flue gas temperature is 500°C, heat transfer area is 3,35 m2 and kerosene flows at 3,3 1/janti
From testing and calculating funded: heat supplied from heat generate is 1107,9 kJ/kg, ratio of fuel and wet tapioca is 0,08, average time needed to drying is 5 hours, average heat generate capacity is 5,87 kW, efficiency system is 56,4 %, average heat loss is 5,87 kW, distribution of losses are: chimney is 81%, heat exchanger is 11% and an others utility losses is 9%. An average Heat exchanger effectiveness is 0,67."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T5118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahara Nuryanti
"Pada pendistribusian fluida selalu terjadi kerugian tekanan didalam pipa. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa aliran fluida didalam saluran tertutup penampang segi empat yang didalamnya terdapat pipa silinder. Fluida yang digunakan adalah air biasa dan air biasa yang dicampur dengan gliserin 5% dan 10%. Dua buah pipa silinder mulus dan kasar dengan diameter 30 mm diletakkan melintang bergantian di dalam saluran tertutup, pada dinding pipa silinder diukur distribusi tekanannya.
Hasil memperlihatkan bahwa untuk pipa silinder kasar sudut pisah aliran bergeser sedikit kebelakang dengan bilangan Reynolds yang sama bila dibandingkan dengan memakai pipa silinder mulus, begitu juga dengan koefisien hambatannya terlihat adanya penurunan. Dari grafik distribusi tekanan terlihat bahwa dengan penambahan viskositas, maka koefisien hambat yang dihasilkan semakin meningkat, baik pada pipa silinder mulus maupun kasar pada bilangan Reynolds 4000 sampai 7500.

Head loss always occurs in every fluid flow. This research's aim is to analyze the fluid flow across the cylinder pipe in closed square duct. Three kind of testing fluids are used: water, water + 5% glycerin mixtures, and water + 10% glycerin mixtures. Two variants of 30 mm diameter cylinder pipes: smooth pipe and rough pipe, are used as bluff body ; placed horizontally across the closed square duct. Pressure distribution is measured at the cylinder pipe wall.
The comparative result between the smooth and rough pipes showed that, separation angle in rough pipe move to downstream in the same Reynolds number. There is reduction in drag coefficients for rough pipe, compared with,the smooth pipe.
Increased viscosity increases drag coefficient for both smooth pipe and rough pipe, in range of Reynolds number between 4000 until 7500."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T5115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Prima
"Fluidized Bed Combustor mengonversikan energi biomassa menjadi energi panas yang pemanfaatannya dapat dikembangkan untuk berbagai keperluan lainnya,, misalnya. pembangkitan daya dan proses pengeringan. Proses pembakaran yang berlangsung adalah pembakaran dengan sendirinya secara kontinyu, yang berlangsung pada temperatur kerja yang cukup tinggi (self sustaining combustion). Bahan bakar yang digunakan adalah biomassa berupa tempurung kelapa dengan variasi ukuran 1x1 cm dan 1,5 x 1,5 cm , untuk mengetahui ukuran dan feed rate bahan bakar yang terbaik. Variasi feeding bahan bakar yang digunakan untuk kedua pengujian adalah 0.25 kg, 0,5 kg, 1 kg, 1,25 kg, dan 1,5 kg . Feeding terbaik pada saat bahan bakar dimasukkan 0,25 kg kg dengan feed rate bahan bakar setiap 2 menit, untuk ukuran bahan bakar yang diumpankan sebesar 1x1 cm temperatur ratarata 697,9⁰C

Fluidized Bed Combustor converts biomass energi into heat energi. Combustion process that takes place is continuously burning by itself, at high temperatur (self sustaining combustion). The fuel used in the experiment was coconut shell with a variation of size (1x1 cm and 1,5 x 1,5 cm), to determine the best size and feed rate ?s fuel. Feeding variations that used in both tests were 0,25 kg, 0,5 kg, 1 kg, 1,25 kg,, and 1,5 kg. The best feeding is 0,25 kg with a feed rate of fuels in every 2 minutes, fuel size is 1x1 cm , with average temperatur is 697,9⁰C"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S57394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faridz Athaya
"Pertemuan United Nations Climate Change Conference of the Parties (COP26) mempunyai agenda utama, yaitu mengevaluasi COP21, dimana target utama COP21 adalah untuk mempertahankan perubahan suhu global di bawah 2 derajat Celsius (KLHK, 2021). Indonesia berkomitmen untuk bebas emisi karbon pada tahun 2060, dan target bauran energi terbarukan pada 2025 sebesar 23%. Potensi energi terbarukan Indonesia sebesar 443 GW (Indonesia Energy Outlook 2019, DEN), namun tidak semua energi terbarukan dapat digunakan di beberapa daerah yang memiliki permasalahan medan. Turbin pikohidro cocok untuk dipilih, karena turbin ini mempunyai suplai yang relatif konstan, dapat ditempatkan di waduk maupun sungai, dan juga tidak bergantung cuaca. Di antara beberapa jenis pikohidro, turbin Turgo merupakan turbin yang cocok dipilih karena memiliki biaya konstruksi dan perawatan yang murah, serta hanya membutuhkan head yang rendah. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perubahan sudut masuk dan jarak nozzle terhadap efisiensi hidrolik dari turbin turgo dengan sudu batok kelapa. Dilakukan variasi sudut masuk, yaitu 10°, 20°, 30° dan variasi jarak, yaitu 100 mm, 150 mm, 200 mm. Berdasarkan hasil studi, dapat disimpulkan bahwa efisiensi hidrolik terbesar adalah pada variasi sudut masuk 10° dengan jarak nozzle 100 mm, yaitu secara numerikal sebesar 49%, dan secara eksperimental sebesar 41,8%.

The United Nations Climate Change Conference of the Parties (COP26) has a main agenda, namely evaluating COP21, where the main target of COP21 is to maintain global temperature changes below 2 degrees Celsius (MoEF, 2021). Indonesia itself is committed to zero carbon emissions by 2060, and the target of a renewable energy mix by 2025 is 23%. Indonesia's own renewable energy potential is 443 GW (Indonesia Energy Outlook 2019, DEN), but not all renewable energy can be used in some areas that have terrain problems. Picohydro turbines are suitable for choice, because these turbines have a relatively constant supply, can be placed in reservoirs and rivers, and are also not dependent on weather. Among several types of picohydro, the Turgo turbine is a suitable turbine to choose because it has cheap construction and maintenance costs, and only requires a low head. This study aims to determine the effect of changes in the inlet angle and nozzle distance on the hydraulic efficiency of turgo turbines with coconut shell blades. Variations in the entry angle are carried out, namely 10°, 20°, 30° and distance variations, namely 100 mm, 150 mm, 200 mm. Based on the results of the study, it can be concluded that the greatest hydraulic efficiency is at a variation in the entry angle of 10° with a nozzle distance of 100 mm, that is, numerically by 49%, and experimentally by 41.8%"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendar Kusnandar
"ABSTRAK
Popularitas water mist saat ini semakin meningkat untuk berbagai aplikasi
khususnya dalam bidang proteksi kebakaran dan pendinginan permukaan bahan
bakar. Penelitian ini berfokus studi eksperimen dan permodelan dari karakteristik
water mist dan pemadaman kebakaran jenis pool fire untuk sebuah nosel dan
interaksi dari dua nosel pada variasi jarak yang ditentukan. Full-cone nosel
dioperasikan pada tekanan yang bervariasi dengan volume diameter droplet ratarata
diharapkan 110 um. Karakteristik dari spray water mist didefinisikan dengan
menggunakan derajat keabu-abuan (gray level) pada daerah tertentu. Pengukuran
menunjukkan bahwa panjang diameter spray atau coverage area lebih besar
dicapai pada tekanan yang lebih besar. Dalam kasus interaksi dua nosel, interaksi
penggabungan spray yang seragam dihasilkan pada jarak yang lebih pendek dari
ujung nosel pada tekanan lebih tinggi. Hasil eksperimental dan simulasi
menunjukan bahwa efektiitas pemadaman kebakaran pool fire bergantung pada
posisi nosel, jumlah nosel, momentum yang diberikan. Sebuah teknik pengukuran
yang sederhana telah dikembangkan dalam pekerjaan ini.

Abstract
Popularity of water mist is rising for a variety of applications, especially in
the field of fire protection and cooling surface fuel. This study focuses to
experimental and modeling of the characteristics and water mist fire suppression
for pool fire of a nozlle and the interaction of two nozzle variations of a defined
distance. Full-cone nozzle is operated at a pressure that varies with the volume
average droplet diameter of 110 um is expected. Characteristics of a water spray
mist is defined by using gray level in certain areas. Measurements showed that the
length of the diameter of spray or a larger coverage area is achieved at greater
pressure. In the case of two-nozzle interaction, the interaction of a uniform pattern
resulting in a shorter distance from the nozzle tip at higher pressure. Experimental
and simulation results show that effectiveness pool fire suppression depends on
the nozzle, number of nozzle, the momentum is given. A simple measurement
technique has been developed in this work."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30163
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>