Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190964 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadira Putri Pinasthika
"Dua persen dari 48 juta penyandang cacat menderita tuna grahita, dimana penyebab terbesar adalah kekurangan Arachidonic Acid AA , Docosahexaeonic Acid DHA dan Eicosapentanoic Acid EPA yang berperan dalam perkembangan otak. Single Cell Oil, yaitu pemanfaatan mikroorganisme satu sel, dapat menjadi solusi, seperti kapang Aspergillus oryzae, untuk menghasilkan AA, DHA EPA. Kapang A. oryzae dikultivasi pada medium Potato Dextrose Agar PDA, Czapek Dox Agar CDA dan Malt Extract Agar MEA, lalu divariasikan waktu inkubasinya selama 2,4,5,6 dan 7 hari pada medium yang optimal. Lipid kapang diekstrak menggunakan etanol dan n-heksana. Karakterisasi lipid kapang dilakukan dengan metode kromatografi gas GC. Medium yang paling optimal adalah CDA dengan produktivitas lipid 21,516. Waktu inkubasi yang paling optimal pada medium CDA adalah 5 hari dengan produktivitas lipid sebesar 33,59 yang mengandung 58,3 asam lemak tak jenuh. Komposisi asam lemak tak jenuh yang dihasilkan pada hari ke-5 adalah 29,2 oleat; 29,1 linoleat dan 0,046 EPA.

Two percent of the 48 million people with disabilities suffer from mental illness, where the biggest cause is the lack of Arachidonic Acid AA , Docosahexaeonic Acid DHA and Eicosapentanoic Acid EPA that play a role in brain development. Single Cell Oil, which utilizes one cell microorganism, can be a solution, such as Aspergillus oryzae, to produce AA, DHA EPA. A. oryzae was cultivated on Potato Dextrose Agar PDA, Czapek Dox Agar CDA and Malt Extract Agar MEA, then the incubation time are 2,4,5,6 and 7 days in optimal medium. Lipid were extracted using ethanol and n hexane. The characterization of lipid was done by gas chromatography GC method. The most optimal medium is CDA with a lipid yield of 21.516. The most optimal incubation time on CDA medium was 5 days with 33.59 lipid productivity containing 58.3 unsaturated fatty acid. The unsaturated fatty acid composition produced on the 5th day was 29.2 oleate 29.1 linoleate and 0.046 EPA."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Miranti
"Zat yang harus terpenuhi untuk proses perkembangan sel terutama sel otak, adalah asam lemak seperti AA, DHA dan EPA. Kapang dapat menjadi sumber alternatif asam lemak tak jenuh seperti omega 3, omega 6, dan omega 9 khususnya AA, DHA dan EPA. Dalam penelitian ini, akan dilakukan penelitian mengenai variasi kondisi operasi yang sesuai untuk pertumbuhan Aspergillus oryzae dalam produksi asam lemak tak jenuh AA, DHA dan EPA dengan metode Submerged Fermentation menggunakan media sintetis dan ekstrasi bertingkat. Aspergillus oryzae akan dikultivasi pada medium PDA dengan menggunakan sumber karbon pada substrat berupa glukosa dan Ammonium sulfate serta yeast extract sebagai sumber nitrogen. Ekstraksi yang digunakan menggunakan etanol dan n-heksana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laju agitasi optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh dari Aspergillus oryzae adalah 120 RPM dengan yield lipid sebesar 28,28 dan menghasilkan kadar asam lemak tak jenuh sebesar 50,36 . Laju agitasi optimum untuk produksi EPA adalah sebesar 120 RPM dengan komposisi EPA yang didapatkan sebesar 2,42. Serta pH medium optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh dari Aspergillus oryzae adalah pH 6 dengan yield lipid sebesar 22,35 dan menghasilkan kadar asam lemak tak jenuh sebesar 45,5. Sedangkan Suhu inkubasi optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh dari Aspergillus oryzae adalah 25°C dengan yield lipid sebesar 13,19 dan menghasilkan kadar asam lemak tak jenuh sebesar 62,15 . Jenis asam lemak tak jenuh yang diperoleh dari Aspergillus oryzae adalah oleat, linoleat, linolenat dan EPA.
There are several substances that needs to be fulfill to keep the brain cell growth such as AA, DHA and EPA. Fungi is one of the alternative source of omega 3, omega 6, omega 9 especially AA, DHA and EPA. This research variates operating condition that is suitable for the growth of Aspergillus oryzae in AA, DHA, and EPA fatty acid production with Submerged Fermentation using synthetic medium and layered extraction. Aspergillus oryzae will be cultivated in medium using glucose as carbon source and Ammonium sulfate and yeast extract as nitrogen source. The extraction method using ethanol and n hexane as solvent.
The result shows that optimum agitation rate for unsaturated fatty acid production of Aspergillus oryzae is 120 RPM, lipid yield 28,28 and unsaturated fatty acid content 50,36. Optimum medium pH for PUFA production of Aspergillus oryzae is 6, lipid yield 22,35 and unsaturated fatty acid content 45,5. Optimum incubation temperature for unsaturated fatty acid production of Aspergillus oryzae is 25°C, lipid yield 13,19 and unsaturated fatty acid content 62,15. Unsaturated fatty acids produced from Aspergillus oryzae are oleic, linoleic, linolenic and EPA.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68251
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardita Rizky Putri Arcanggi
"Lemak tak jenuh adalah salah satu asupan nutrisi perkembangan otak dan kesehatan tubuh. Akan tetapi, tubuh memiliki keterbatasan dalam mensintesis asam lemak tak jenuh seperti AA EPA. Oleh karena itu, kedua asam lemak ini menjadi esensial bagi tubuh. Selama ini, asam lemak tak jenuh dipenuhi oleh nutrisi dari minyak ikan. Namun, ketersediaan minyak ikan saat ini memiliki keterbatasan, yaitu pencemaran logam berat, penyediaan sumber daya ikan, dan harga komoditas. Oleh karena itu, penelitian ini menggagas upaya pengadaan asam lemak tak jenuh dari mikroorganisme yang mampu mengonversi asam lemak tak jenuh dengan biaya yang murah dan menghasilkan asam lemak tak jenuh dengan persentase yang tinggi.
Penelitian ini menggunakan Aspergillus oryzae dengan medium kultivasi onggok tapioka dan ampas tahu sebagai usaha penekanan biaya produksi. Disamping itu, Penelitian ini memvariasikan komposisi karbon dan menganalisis kurva hubungan konsentrasi karbon terhadap produksi lipid maksimum dari Aspergillus oryzae serta menentukan laju agitasi optimum terhadap produksi lipid dari Aspergillus oryzae. Hasil penelitian menunjukkan perolehan komposisi AA, DHA, EPA optimum berada pada konsentrasi karbon 9 w/w dan laju agitasi 120 RPM, sebesar 0,18 w/w , 0,33 w/w , dan 2,96 w/w.

Unsaturated fatty acids are one of the most nutrient intake for brain development and health. However, the body has limited synthesize unsaturated fatty acids such as AA, DHA, EPA. Therefore, both these fatty acids are essential for the body. During this time, an unsaturated fatty acid filled with nutrients from fish oil. However, the availability of fish oil currently has limitations, namely the heavy metal pollution, provision of fish resources, and commodity prices. Therefore, this study initiated the procurement efforts of unsaturated fatty acids of microorganisms able to convert unsaturated fatty acids with low cost and produce unsaturated fatty acids with a high percentage.
This study will use Aspergillus oryzae with tapioca and tofu waste as production cost reduction efforts. In addition, this study will analyze the varying composition of carbon and carbon concentration curves to the maximum lipid production from Aspergillus oryzae and determine the optimum rate of agitation against lipid production from Aspergillus oryzae. The results shows that the optimum composition of AA, DHA, EPA are 0.18 w w , 0.33 w w , and 2.96 w w in concentration carbon of 9 w w and agitation rate of 120 RPM.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68371
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muslimah
"Asupan gizi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Salah satu zat gizi yang penting bagi tubuh adalah lemak. Asam lemak esensial merupakan jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia sehingga perlu asupan dari luar, diantaranya jenis asam lemak tak jenuh rantai panjang (PUFA) seperti AA, DHA, dan EPA. Sumber asam lemak ini umumnya dari minyak ikan, namun ketersediaannya dari ikan memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, sudah mulai digunakan mikroorganisme sebagai sumber bahan baku. Aspergilus oryzae adalah mikroorganisme yang dipilih dalam penelitian ini. A.oryzae dikultur dengan metode submerged fermentation memanfaatkan limbah padat tapioka dan tahu sebagai substrat. Variabel bebas yang dipilih untuk meningkatkan akumulasi lipid adalah variasi rasio C:N. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yield biomassa dan yield lipid maksimum ada pada rasio 30:1, dengan persentase berturut-turut 24,43% (w/w) dan 13, 44% (w/w). Jenis asam lemak yang mendominasi pada rasio ini adalah omega-9 yaitu 49,26% (w/w). Sedangkan persentase AA, DHA, dan EPA secara berturut-turut adalah 0,51% (w/w); 2,54% (w/w); dan 0,24% (w/w). Berdasarkan pada hasil ini, pemanfaatan A.oryzae serta limbah padat tapioka dan tahu cukup potensial untuk produksi asam lemak tak jenuh.

Nutritional intake is one of the basic requirement for human life. Variouse types of have a role in the provision of energy, growth, development, and other health aspects. One of the important nutrients is fatty acid, especially unsaturated fatty acid like omega-3, omega-6, and omega-9. For the more polyunsaturated fatty acid (PUFA) such as AA, DHA, and EPA also important for human body particulary for the fetus. This compounds are produce from fish oil, but it has limitation factor. Microorganism such as yeast, algae, fungus, and bactery commonly use as the alternative source. In this research, Aspergillus oryzae is used to produce the essential fatty acid using solid waste tofu and tapioca industry as the substrat. Limitation of C:N ratio from this substrate expected give high lipid accumulation, so we use C:N ratio from 20:1 until 80:1 with submerged fermentation method to culture this fungus. This research given a result that maximum lipid and biomass accumulation in 30:1 carbon and nitrogen ratio. Biomass and lipid yield maximum are 24.42% (w/w) and 13.44% (w/w). Fatty acid compotition in this ratio is dominated with monounsaturated fatty acid attain 49.26% (w/w), and total polyunsaturated fatty acid is 18.10% (w/w). The percentase of AA, DHA, and EPA as the PUFAs group are 0.51% (w/w), 2.54 % (w/w), and 0.24% (w/w). It’s potetially to produce AA, DHA, and EPA using A. oryzae in solid waste tofu and tapioca industry.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindyara Nayanda
"Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyakit mematikan nomor dua di Indonesia. Risiko terserang penyakit ini pun cukup tinggi pada masyarakat, yang sebenarnya dapat dicegah dengan mengkonsumsi omega 3 dan omega 6 seperti AA, dan EPA. Kandungan omega 3 dan omega 6 terbanyak yang saat ini umum dimanfaatkan berasal dari minyak ikan. Namun, ketersediaan ikan dan juga kualitas perairan Indonesia yang kurang bagus sehingga memungkinkan potensi tercemarnya ikan menjadi salah satu tantangan terbesar. Terdapat berbagai jenis mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai sumber alternatif asam lemak.
Pada penelitian ini akan digunakan mikroorganisme fungi kapang jenis Aspergillus oryzae. Kapang digunakan dalam penelitian ini sebab memiliki berbagai keuntungan seperti lebih mudah dalam penanganan, dapat tumbuh dalam pH rendah serta dapat mendagradasi sumber karbon yang kompleks.
Dalam penelitian ini, akan dilakukan penelitian menggunakan metode fermentasi terbaru yaitu three-stage fermentation dengan variasi waktu kultivasi. Metode fermentasi ini akan terbagi menjadi tiga tahapan dimana tahap pertama merupakan tahap pembelahan, tahap kedua merupakan tahap biosintesis lemak dan tahap terakhir merupakan tahap sintesis asam lemak AA dan EPA.
Variasi waktu kultivasi akan dilakukan pada tahap kedua dan tahap ketiga untuk mengetahui waktu optimum yang dibutuhkan. Waktu kultivasi paling optimal pada tahap kedua adalah 2 hari dengan produktivitas lipid sebesar 17,2 atau setara dengan 0,1341 g sedangkan variasi waktu kultivasi optimal untuk tahap ketiga adalah hari pertama dimana dihasilkan asam lemak tak jenuh sebesar 54,51 dan asam lemak tak jenuh sebesar 36,73 . Komposisi asam lemak tak jenuh yang dihasilkan antara lain 29,1 oleat, 25,4 linoleat, 0,01 AA dan 0,01 EPA.

Cardiovascular disease is the second biggest killer in Indonesia. The percentage risk of stricken by this disease is so high in community. Which are actually this disease can be prevent with dietary consumes of omega 3 and omega 6 such as AA and EPA. Omega 3 and omega 6 is often found in fish oil. However, the fish availability and the quality of Indonesia rsquo s ocean that tainted with heavy metals can be dangerous and also become the biggest problems of production omega 3 and omega 6 from fish. With the problem above the alternative sources of omega 3 and omega 6 is needed. Whereas the source must be able to produce oil in large number without taking a large amount of land and also economic. There are several kind of microorganism that can be use as an alternative source of fatty acid.
In this research, Aspergillus oryzae will be used as fungi microorganism. Fungi used in this research, because it has a lot of advantages such as ease to handle, easily grow in low pH and able to degradate more complex carbon sources. In this research, the fermentation will be process with three stage fermentation strategy with variation of time culture.
This fermentation method will be divided into three stage where the first stage will be focused in cell propagation and second stage will be focused in lipid biosynthesis and the last stage will be for production of AA and EPA. In each stage the medium will be specific with the purpose. The time culture variation will be run in second and third stage.
The most optimal cultivation time that run in second stage was 2 days with 17.2 lipid productivity or equal to 0.1341 g on the other hand the most optimal cultivation time that run in third stage was 1 days with 54.51 Unsaturated fatty acid and 36.73 saturated fatty acid. The composition of unsaturated fatty acids are 29.1 oleat acid, 25.4 linoleat acid, 0.01 AA and 0.01 EPA.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Esterina
"Bekatul merupakan limbah yang dihasilkan saat proses penggilingan padi. Bekatul dapat digunakan sebagai bahan baku penghasil minyak dengan melewati proses ekstraksi. Minyak bekatul bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung senyawa bioaktif. Salah satu senyawa bioaktif yang terkandung dalam minyak bekatul adalah tokotrienol. Tokotrienol merupakan senyawa keluarga bagian vitamin E. Pengayaan tokotrienol dalam minyak bekatul dapat dilakukan dengan fermentasi padat (solid state fermentation) menggunakan kapang Aspergillus terreus. Proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah waktu inkubasi. Penelitian ini mengkaji pengaruh waktu inkubasi kapang untuk mengetahui kandungan tokotrienol dalam minyak bekatul hasil fermentasi. Variasi waktu inkubasi dengan rentang 3-7 hari dilakukan untuk menentukan waktu inkubasi optimum dari Aspergillus terreus. Setelah melalui proses fermentasi, bekatul diekstraksi dengan metode ekstraksi Bligh Dyer termodifikasi untuk mengekstrak bekatul. Pada penelitian ini dilakukan analisis kandungan tokotrienol terhadap minyak bekatul dengan menggunakan instrumen Spektrofotometri UV dan Gas Chromatography /Mass Spectrometry (GC/MS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu inkubasi untuk pengayaan tokotrienol dalam minyak bekatul dengan menggunakan Aspergillus terreus, yaitu selama 5 hari dengan kandungan tokotrienol semula 2005,405 ppm menjadi 3789,189 ppm dengan persentase peningkatan sebesar 88,95%. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam minyak bekatul setelah proses fermentasi adalah senyawa fenol, asetofenon, benzil salisilat, asam lemak MUFA (Monounsaturated Fatty Acid) dan PUFA (Polyunsaturated Fatty Acid).

Rice bran is a waste generated during the rice milling process. Rice bran can be used as raw material for producing oil by going through the extraction process. Rice bran oil is beneficial for health because it contains bioactive compounds. One of the bioactive compounds contained in rice bran oil is tocotrienols. Tocotrienols are part of the vitamin E family. Enrichment of tocotrienols in rice bran oil can be carried out by solid state fermentation using the Aspergillus terreus. The fermentation process is influenced by several factors, one of which is incubation time. This research examined the effect of fungi incubation time to determine the content of tocotrienols in fermented rice bran oil. Variations in incubation time with a range of 3-7 days were carried out to determine the optimum incubation time of Aspergillus terreus. After going through the fermentation process, the bran will be extracted using a modified Bligh Dryer extraction method to extract bran. In this research, an analysis of the tocotrienol content of rice bran oil will be carried out using UV Spectrophotometry and Gas Chromatography /Mass Spectrometry (GC/MS) instruments. The results showed that the incubation time for enrichment of tocotrienols in rice bran oil using Aspergillus terreus was 5 days with tocotrienol content from 2005,405 ppm to 3789,189 ppm with an increase of 88.95% percentage. The bioactive compounds contained in rice bran oil after the fermentation process are phenolic compounds, acetophenone, benzyl salicylate, MUFA (Monounsaturated Fatty Acid) and PUFA (Polyunsaturated Fatty Acid) fatty acids."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefyana Hernawati
"Asam kojat merupakan metabolit sekunder yang disekresikan oleh beberapa kapang dari genus Aspergillus melalui proses fermentasi. Senyawa ini sering digunakan sebagai zat aktif pemutih kulit pada produk kosmetik karena dapat menghambat aktivitas tirosinase dalam melanogenesis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan sumber nitrogen kompleks terbaik, nilai pH optimal, dan kadar air awal optimal untuk produksi asam kojat dengan Aspergillus oryzae menggunakan metode fermentasi substrat padat. Optimasi sumber nitrogen kompleks dilakukan dengan menggunakan medium yeast extract, kacang kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah. Selanjutnya dilakukan optimasi nilai pH medium dan kadar air awal secara bertahap. Optimasi nilai pH medium dilakukan dengan tiga variasi, yaitu 3,5; 4,5; dan 5,5. Kadar air awal medium dioptimasi dengan variasi 70%, 80%, dan 90%. Dari empat variasi medium, didapatkan sumber nitrogen kompleks yang terbaik, yaitu kacang kedelai dengan perolehan kadar asam kojat sebesar 0,792 mg/ml. Nilai pH yang optimum untuk produksi asam kojat didapatkan pada pH 5,5 dengan kadar asam kojat sebesar 1,2888 mg/ml. Dari tiga variasi yang dilakukan dalam optimasi kadar air awal, diperoleh asam kojat dengan kadar tertinggi sebesar 3,1852 mg/ml pada kadar air awal 80%. Nilai yield sebagai penentu efisiensi proses fermentasi pada keadaan optimum didapatkan sebesar 0,0043 gg-1. Produktivitas dari proses fermentasi pada keadaan optimum diperoleh sebesar 0,0001 gg-1jam-1. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kondisi optimal pada fermentasi substrat padat dengan Aspergillus oryzae untuk asam kojat diperoleh dengan kacang kedelai sebagai sumber nitrogen kompleks, nilai pH 5,5, dan kadar air awal 80%.

Kojic acid is a secondary metabolite secreted by several molds from genus Aspergillus. It is often used as whitening agent in cosmetic products because of its ability to inhibit tirosinase activity in melanogenesis. The aim of this study is to obtain the best complex nitrogen source, optimal pH value, and optimal moisture content for kojic acid production by Aspergillus oryzae under solid-state fermentation. Optimization of complex nitrogen sources was carried out using medium yeast extract, soybean, mungbean, and groundnut. Furthermore, the optimization of pH value and initial moisture content were carried out gradually. Optimization of pH value was carried out with three variations (3.5, 4.5, and 5.5). Initial moisture content was also optimized with three variations (70%, 80%, and 90%). Of four variations of the medium, the optimal complex nitrogen source was obtained in soybeans with kojic acid levels of 0,792 mg/ml. The optimal pH value for kojic acid production was obtained at pH 5.5 with kojic acid levels of 1.2888 mg/ml. Three variations were carried out in the optimization of initial moisture content and the highest level of kojic acid was obtained 3.1852 mg/ml at an initial moisture content of 80%. The yield for determination of fermentation efficiency at optimal conditions was obtained at 0.0043 gg-1. The productivity of the fermentation process was obtained at 0.0001 gg-1hour-1 at optimal conditions. The conclusion of this experiment is optimal condition for solid-state fermentation by Aspergillus oryzae for kojic acid production was obtained with soybean as complex nitrogen source, pH value of 5.5, and initial moisture content of 80%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyhan Swasono Adhi
"Bekatul merupakan salah satu produk sampingan sebanyak 10% dari seluruh hasil penggilingan padi. Bekatul mengandung sekitar 12-18,5% minyak bekatul yang menjadi sumber senyawa-senyawa bioaktif yang bermanfaat. Kandungan-kandungan bioaktif dan asam lemak di dalam minyak bekatul dapat dimanfaatkan pada bidang kesehatan. Peningkatan hasil rendemen minyak bekatul dapat dilakukan dengan melakukan proses fermentasi padat menggunakan kapang Aspergillus terreus. Faktor yang dapat mempengaruhi proses fermentasi bekatul diantaranya adalah rasio massa penambahan sumber nutrisi dan jenis sumber nitrogen tambahan. Penelitian ini memvariasikan rasio massa penambahan karbon dan nitrogen sebagai sumber nutrisi sebesar 25:1, 30:1, 35:1, 40:1, dan 45:1. Kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil metabolisme kapang dalam peningkatan asam lemak. Bekatul yang telah difermentasi, akan diekstraksi menggunakan metode sonikasi secara bertingkat dengan pelarut n-heksana dan etanol. Analisis kandungan yang terdapat di dalam minyak bekatul akan dilakukan dengan menggunakan instrumen Liquid Chromatography-Mass Spectrometry (LC-MS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis nitrogen tambahan yang cocok untuk sumber nutrisi Aspergillus terreus pada fermentasi padat dengan medium bekatul adalah jenis nitrogen organik (pepton) dengan rendemen minyak bekatul sebesar 10,46% dan rasio massa penambahan sumber nutrisi karbon dan nitrogen adalah rasio 45:1 dengan rendemen minyak bekatul sebesar 10,40%. Proses ekstraksi dari sampel hasil fermentasi padat bekatul dengan kapang Aspergillus terreus untuk menghasilkan minyak bekatul terbanyak adalah dengan menggunakan pelarut polar (etanol). Senyawa antioksidan yang teridentifikasi pada ekstrak minyak bekatul yaitu asam linoleat dan asam a-linolenat

Rice bran is one of the by-products, accounting for about 10% of the total rice milling yield. Rice bran contains approximately 12-18.5% rice bran oil, which serves as a source of beneficial bioactive compounds. The bioactive contents and fatty acids in rice bran oil is beneficial for health. To increase the rice bran oil yield, solid-state fermentation processes can be conducted using Aspergillus terreus. Factors affecting the rice bran fermentation process include the mass ratio of nutrient sources addition in fermentation medium and the addition of nitrogen sources. This study varied the mass ratio of carbon and nitrogen addition as a nutrient source in fermentation medium at 25:1, 30:1, 35:1, 40:1, and 45:1. Both factors can affect fungal metabolism and the increase in fatty acids during rice bran fermentation. After that, the result of rice bran fermentation process will undergo an extraction process using a multi-step sonication method with n-hexane and ethanol as solvents. The content of rice bran oil will be analyze using Liquid Chromatography-Mass Spectrometry (LC-MS). The results of this study indicate that the suitable type of additional nitrogen for Aspergillus terreus nutrition in solid-state fermentation with rice bran medium is organic nitrogen (peptone), yielding rice bran oil at 10,46%. The optimal mass ratio of added carbon and nitrogen nutrients is 45:1, resulting in a rice bran oil yield of 10.40%. The extraction process of rice bran oil from the solid-state fermentation sample with Aspergillus terreus is most effective using a polar solvent (ethanol). The identified antioxidant compounds in the rice bran oil extract include linoleic acid and a-linolenic acid."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Novianti
"Latar Belakang: Obesitas merupakan kondisi inflamasi kronik yang dapat mengakibatkan penurunan massa otot dan kekuatan genggam tangan. Salah satu nutrisi yang berperan untuk meningkatkan sintesis protein dan menurunkan degradasi protein, yaitu eicosapentaenoic acid (EPA). Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara asupan EPA dengan massa otot dan kekuatan genggam tangan pada karyawan kantoran dengan obesitas.
Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan pada subjek karyawan kantoran dengan obesitas. Asupan EPA dinilai dengan food frequency questionnaire semi kuantitatif. Massa otot diukur dengan menggunakan multifrequency bioelectrical impedance analysis. Sedangkan, kekuatan genggam tangan diukur menggunakan electric dynamometer.
Hasil: Penelitian ini mencakup 41 subjek penelitian yang memiliki median usia 35 (21-56) tahun dengan jumlah subjek perempuan lebih banyak dibandingkan dengan subjek laki-laki. Subjek penelitian dengan obesitas derajat 1 sebanyak 16 orang (39%) dan obesitas derajat 2 sebanyak 25 orang (61%). Subjek memiliki rerata asupan EPA sebesar 152,3±64,64 mg. Subjek penelitian memiliki median massa otot sebesar 19,8 (15,3-46,5) kg dan median kekuatan genggam tangan sebesar 24,5 (17,8-42,9) kg. Penelitian ini mendapatkan nilai koefisien korelasi cukup dan signifikan antara asupan EPA dengan massa otot (r=0,335, p=0,032). Sedangkan, tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara asupan EPA dengan kekuatan genggam tangan.
Kesimpulan: Terdapat korelasi bermakna antara asupan EPA dengan massa otot pada karyawan kantoran dengan obesitas. Namun, tidak didapatkan korelasi antara asupan EPA dengan kekuatan genggam tangan.

Background: Obesity is a chronic inflammatory condition that can lead to decrease muscle mass and handgrip strength. One of the nutrients that plays role in increasing protein synthesis and reducing protein degradation is eicosapentaenoic acid (EPA). This study aims to investigate the correlation between EPA intake with muscle mass and handgrip strength in office workers with obesity.
method: This cross-sectional study was conducted on the subject of office workers with obesity. EPA intake was assessed with semi-quantitative food frequency questionnaire. Muscle mass was measured using a multifrequency bioelectrical impedance analysis. Meanwhile, handgrip strength was measured using a electric dynamometer
Results: This study included fourty one subjects with a median age of 35 (21-56) years old, mostly were female subjects. There were 16 people with obesity grade 1 (39%) and 25 people with obesity grade 2 (61%). Average EPA intake was 152,3±64,64 mg. The subjects had a median muscle mass of 19,8 (15,3-46,5) kg and median handgrip strength of 24,5 (17,8-42,9) kg. There was adequate correlation between EPA intake and muscle mass (r=0,335, p=0,032). There was no significant correlation between EPA intake and handgrip strength
Conclusion: There was a significant correlation between EPA intake muscle mass in office workers with obesity. However, there was no correlation between EPA intake and handgrip strength.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Mei Lestari
"Tindakan bedah perlu dilakukan pada semua penderita Tetralogi Fallot (TF) untuk melakukan koreksi kelainan anatomi. mengatasi simptom serta memperbaiki status hemodinamik. Keberhasilan bedah total koreksi tidak hanya terlihat pada berkurangnya tekanan pada ventrikel kanan, tidak adanya defek residual, tapi juga preservasi miokardium yang merupakan hal penting untuk morbiditas dan mortalitas. Timbulnya radikal bebas pada saat iniuri reperfusi adalah salah satu penyebab menurunnya fungsi ventrikel yang terjadi sewaktu pembedahan pada penderita TF. Pada percobaan binatang terdapat hubungan antara diet asam lemak tak jenuh dengan produksi radikal bebas. Timbul pemikiran apakah ada hubungan antara komposisi asam lemak tak jenuh atau rasio asam arakidonat (AA) dan asam ekosapentanoat(EPA) plasma dengan produksi radikal bebas dan fungsi ventrikel pascabedah jantung TF Dilakukan penelitian cross sectional terhadap 26 penderita TF yang menjalani bedah koreksi di RS Jantung Harapan Kita periode Mei s/d November 1997, dari jumlah ini 6 orang dikeluarkan dari penelitian oleh karena telah menjalani bedah pirai sebelumnya dan saturasi oksigen> 85%. Terdapat 20 penderita terdiri 10 laki-laki dan 10 wanita dengan usia 74,20±56,20 bulan. Analisa stasistik dilakukan dengan cara Wilcoxon dan Spearman rank Correlation. Hasil penelitian didapatkan kadar AA 17,34±11,15 µg. kadar EPA 1,25±0,9 pg dan rasio AA/EPA 16,62±9,42. Terdapat peningkatan yang bermakna dari lipid peroksida selama tindakan operasi ( 0,29±1,03 vs 0,61±0,28 µM, p= 0,0001) Tidak terdapat hubungan antara rasio AA/EPA dengan peningkatan radikal bebas Terdapat hubungan antara peningkatan radikal bebas darah dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri (r-0,45 dan t= 2,4) Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara rasio AA/EPA plasma dengan peningkatan radikal bebas, dan terdapat hubungan antara peningkatan radikal bebas darah dengan penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T57314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>