Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165985 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Aulia Ardyanti
"Penelitian ini membahas batas ketebalan yang diperlukan dalam penggunaan antiscatter grid pada pesawat Siemens Artis Zee yang berada di RS Kanker ldquo;Dharmais rdquo; Jakarta. Pesawat Siemens Artis Zee memiliki fitur fluoroskopi dengan mode yang dapat diatur yaitu low fluoroscopy, medium fluoroscopy dan high fluoroscopy. Pasien direpresentasikan dengan menggunakan fantom Polymethyl Methacrylate PMMA dengan variasi ketebalan 7 ndash;22 cm interval 1 cm. Dosis radiasi diukur pada titik dosis entrans kulit dan dosis transmisi, sedangkan kualitas citra menggunakan parameter resolusi spasial dan SNR, sehingga didapatkan parameter FOM sebagai hubungan antara dosis radiasi dengan kualitas citra SNR . FOM digunakan untuk menentukan batas ambang penggunaan antiscatter grid pada mode fluoroskopi berdasarkan ketebalan fantom. Hasil yang didapatkan untuk batas penggunaan antiscatter grid dimulai maksimum pada mode low fluoroscopy pada ketebalan 11 cm, mode high fluoroscopy pada ketebalan 16 cm dan pada mode medium fluoroscopy tidak disarankan penggunaannya karena hanya meningkatkan dosis tanpa meningkatkan kualitas kualitas citra.

The study discusses the threshold of thickness required for antiscatter grid use on Siemens Artis Zee at ldquo Dharmais rdquo National Cancer Center, Jakarta. The device has adjustable modes of low, medium, and high fluoroscopy. Patients are represented by Polymethyl Methacrylate PMMA phantom with a thickness variation of 7 22 cm of 1 cm interval. The dose metrics was measured as the entrance skin dose ESD and the transmission dose, while the image quality metric employed being spatial resolution and SNR, leading the result to FOM as squared SNR per dose. The FOM bridged dose and image quality to determine threshold of antiscatter grid usage on fluoroscopy based on fantom thickness. As a result, antiscatter grid are recommended to be used for objects 11 cm and thicker on the use of low fluoroscopy mode, and 16 cm and thicker objects on high fluoroscopy mode. In medium fluoroscopy mode, no threshold was yielded due to tube current being higher than other modes, hence it is recommended to remove the antiscatter grid during the use of the medium fluoroscopy mode."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Nurharini Apriliastri
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi parameter yang optimal dalam simulasi pemeriksaan kranial, toraks, dan abdomen menggunakan sistem digital radiography (DR). Optimasi dilakukan menggunakan phantom in-house dengan objek kontras pada DR Siemens Luminos Agile Max. Pasien pediatrik dipisahkan menjadi empat kelompok usia; grup A (0-1 tahun), grup B (1-5 tahun), grup C (5-10 tahun), dan grup D (10-15 tahun). Kombinasi lapisan PMMA dan cork dengan ketebalan total yang berbeda digunakan untuk mensimulasikan pasien yang termasuk dalam setiap kelompok usia untuk wilayah anatomis yang berbeda (kranial, toraks, dan abdomen). Optimasi dilakukan dalam tiga langkah; kVp, diikuti oleh mAs, dan kemudian optimasi filter tambahan. Semua langkah optimasi dilakukan berdasarkan nilai FOM (figure of merit) yang dihitung sebagai rasio SDNR (signal difference to noise ratio) kuadrat dan entrance surface dose dengan FOM tertinggi yang mewakili kondisi optimum.
Hasil dari optimasi ini dievaluasi berdasarkan FOM tertinggi yang dihasilkan dari setiap eksposi. Adapun MTF dan CV digunakan sebagai parameter pembanding terhadap nilai FOM yang rancu. Dalam pemeriksaan kranial, FOM tertinggi dihasilkan oleh faktor eksposi 44 kV, 3.2 mAs, dan 0 mmCu atau tanpa filter (A), 46 kV, 5.6 mAs, dan 0.1 mmCu (B), 49 kV, 7.1 mAs, dan 0.2 mmCu (C) dan 50 kV, 9 mAs, dan 0.1 mmCu (D). Untuk pemeriksaan toraks, nilai FOM tertinggi dihasilkan oleh faktor eksposi 45 kV, 2,5 mAs, dan 0,2 mmCu (A), 45 kV, 4 mAs, dan 0.2 mmCu (B), 46 kV, 5.6 mAs, dan 0.2 mmCu (C), dan 47 kV, 6.3 mAs, dan 0.2 mmCu (D). Untuk pemeriksaan abdomen, nilai FOM tertinggi dihasilkan oleh faktor eksposi 48 kV, 4 mAs, dan 0.1 mmCu (A), 50 kV, 6.3 mAs, dan 0.2 mmCu (B), 53.5 kV, 8 mAs, dan 0 mmCu (C), dan 58.5 kV, 8 mAs, dan 0 mmCu (D).

This study was aimed to obtain optimum parameter combination in simulated cranial, thorax, and abdominal examinations using digital radiography (DR) systems. Optimization was performed using in-house phantom with contrast objects on Siemens Luminos Agile Max DR. Paediatric patients were separated into four age groups; group A (0-1 year), group B (1-5 years), group C (5-10 years), and group D (10-15 years). Slab phantoms consisted of PMMA and cork with different total thickness were used to simulate patients belonging to each age group for different anatomical region (cranial, thorax, and abdomen). Optimization were performed in three steps; first kVp, followed by mAs, and then additional filter optimization. All the steps of optimization were performed based on FOM (figure of merit) values calculated as ratio of squared SDNR (signal difference to noise ratio) and entrance surface dose with the highest FOM representing the optimum condition.
The results of this optimization were evaluated based on the highest FOM generated from each exposure. For this DR, optimum parameters (i.e. highest FOM) are different for each age group and anatomical region. In cranial examination, the highest FOM are generated by exposure factors of 44 kV, 3.2 mAs, and 0 mmCu filter (A), 46 kV, 5.6 mAs, and 0.1 mmCu filter (B), 49 kV, 7.1 mAs, and 0.2 mmCu filter (C) and 50 kV, 9 mAs, and 0.1 mmCu filter (D). For thorax examination, the highest FOM value is generated by exposure factor 45 kV, 2.5 mAs, and 0.2 mmCu (A), 45 kV, 4 mAs, and 0.2 mmCu (B), 46 kV, 5.6 mAs, and 0.2 mmCu (C), and 47 kV, 6.3 mAs, and 0.2 mmCu (D). For abdominal examination, the highest FOM value is produced by exposure factor 48 kV, 4 mAs, and 0.1 mmCu (A), 50 kV, 6.3 mAs, and 0.2 mmCu (B), 53.5 kV, 8 mAs, and 0 mmCu (C), and 58.5 kV, 8 mAs, and 0 mmCu (D).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Khairul Fikri
"Tomografi terkomputasi/CT memiliki keterbatasan dalam mendiferensiasikan material heterogen. Diantara solusinya adalah menggunakan CT dengan sinar-X bervariasi, lalu melakukan image fusion untuk menggabungkan citra proyeksi beda energi tersebut. Dalam penelitian ini, digunakan algoritma image fusion berupa Discrete Wavelet Transform (DWT) dan Non Subsampled Contourlet Transform (NSCT) untuk mengamati performanya dalam meningkatkan kualitas sistem CT sinar-X di BRIN. Digunakan tiga jenis sampel: threaded pipe union PVC, busi, dan set sampel multimaterial berupa lima silinder beda material. Dihasilkan 7 set slice citra yang difusi menggunakan MATLAB. Dari hasil fusi, didapat bahwa algoritma DWT dengan aturan fusi max-max memberikan hasil fusi dengan kontras tertinggi, dengan rerata STD 0.1852 ± 0.0002. Metode NSCT memberikan kesamaan per piksel tertinggi antara citra sumber dan citra fusi, dengan rerata FMI 0.9284 ± 0.0016 dan PSNR takhingga dari kalkulasi MATLAB. Algoritma DWT dengan aturan fusi mean-mean memberikan kesamaan struktural terbaik dengan rerata SSIM 0.9221 ± 0.0004. Namun, evaluasi visual menunjukkan kedua algoritma tersebut kurang efektif menghilangkan noise dan artifact. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kualitas pra-pemrosesan citra hasil rekonstruksi sebelum fusi, pemilihan sampel yang lebih sesuai dari tipe material hingga geometri sampel, serta bereksperimen dengan bermacam-macam algoritma fusi lainnya

Computed tomography/CT has limitations in differentiating heterogeneous materials. Among the solutions is to use CT with varying X-rays and image fusion to combine the different energy projection images. In this study, Discrete Wavelet Transform (DWT) and Non Subsampled Contourlet Transform (NSCT) image fusion algorithms were used to observe their performance in improving the quality of the X-ray CT system at BRIN. Three types of samples were used: PVC threaded pipe union, spark plugs, and a multimaterial sample set of five cylinders of different materials. Seven sets of image slices were fused using MATLAB. From the fusion results, it was found that the DWT algorithm with max-max fusion rule gave the highest contrast fusion results, with a mean STD of 0.1852 ± 0.0002. The NSCT method provides the highest per-pixel similarity between the source image and the fused image, with a mean FMI of 0.9284 ± 0.0016 and infinite PSNR from MATLAB calculations. The DWT algorithm with mean-mean fusion rule provided the best structural similarity with a mean SSIM of 0.9221 ± 0.0004. However, visual evaluation showed that both algorithms were less effective at removing noise and artifacts. Therefore, it is necessary to improve the pre-processing quality of the reconstructed image before fusion, select more suitable samples from material type to sample geometry, and experiment with various other fusion algorithms."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Andika
"Telah dilakukan simulasi monte carlo untuk pesawat sinar-X dan komponen dengan spesilikasi tabung sinar-X YXLON YTU-320 D03. EGS/BEAMnrc digunakan sebagai program yang sesuai untuk simulasi monte carlo dalam penelitian ini. Proses simulasi monte carlo dibagi menjadi dua modul, modul pertama terdiri dari tabung sinar-X hingga shielding sinar-X dan modul kedua terdiri dari komponen additional filter hingga sistem filter HVL. BEAMDP digunakan untuk mendapatkan distribusi foton sehingga dapat ditentukan FWHM Serta homogenitas spektrum. Besar FWHMhasil simulasi monte carlo menunjukkan kesesuaian dengan perhitungan xcomp5r, khususnya pada tegangan tabung 150 kV. Metode pendekatan gralik digunakan untuk mencari hubungan antara FWHM terhadap koefisien homogenitas spektrum berdasarkan data Xcomp5r. Persamaan kurva digunakan untuk perhitungan koelisien homogenitas spektrum monte carlo. Dengan menggunakan FWHM, didapatkan koelisien homogenitas spektrum monte carlo. Koelisien homogenitas monte carlo yang didapat memiliki ketidakpastian kurang dari 2% terhadap koelisien homogenitas berdasarkan IAEA TRS No. 457 maupun xcomp5r. Hubungan antara FWHM terhadap koefisien homogenitas yang didapat menunjukkan fungsi polinomial.

Have been studied Monte Carlo simulation of X-ray machine with its components based on specification of YXLON YTU - 320 D03 X-ray tube. EGS/BEAMnrc has used as an appropriate program for Monte Carlo simulation. In this study, Monte Carlo simulation divided into two modules: the first module consists of X-ray tube up to X-ray shielding and the second module consists of additional filter up to HVL filtration system. BEAMDP is used to find photon distribution for calculation of FWHM spectra and homogeneity coefficient. FWHM of Monte Carlo simulation has showed consistency with Xcomp5r calculation, especially when tube potential 150 kV is applied. The method of graph approximation is used to find relation between FWHM and coefficient of homogeneity based on Xcomp5r data. The coefficient of homogeneity of Monte Carlo simulation has been found by its relation. The difference of homogeneity coefficient between Monte Carlo simulation and xcomp5r or TRS No. 457 is less than 2%. The correlation between FWHM and homogeneity coefficient of X-ray spectra is polynomial function."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29446
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Hara I.
"Telah dilakukan ketidakpastian pengukuran pada detektor bilik ionisasi dan detektor Solid State. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran HVL (Half Value Layer) dan pengukuran kalibrasi detektor pada berkas radiasi RQR, dimana melalui pengukuran dan hasil perhitungan diperoleh hasil ketidakpastian detektor farmer pada masing-masing tegangan 50 kV yaitu sebesar 7.40%, 60 kV sebesar 7.39%, 70 kV sebesar 7.52%, 80 kV sebesar 7.32%, 90 kV sebesar 7.89% dan 100 kV sebesar 7.40% dan ketidakpastian detektor unfors pada masing-masing tegangan 50 kV yaitu sebesar 12.26%, 60 kV sebesar 12.26%, 70 kV sebesar 12.31%, 80 kV sebesar 12.22%, 90 kV sebesar 12.54% dan 100 kV sebesar 12.24%.

The author had been do improbability measurement on ionization chamber detector and solid state detector. The method is measuring HVL (Half Value Layer) and detector calibration of radiation RQR on X-Ray instrument, which is through this measurement and result calculation get improbability results of farmer detector on every voltage is 50 kV is 7.40%, 60 kV is7.39%, 70 kV is 7.52%, 80 kV is 7.32%, 90 kV is 7.89% and 100 kV is 7.40% and improbability unfors detector on every voltage is 50 kV is 12.26%, 60 kV is 12.26%, 70 kV is 12.31%, 80 kV is 12.22%, 90 kV is 12.54% and 100 kV is 12.24%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29483
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astatira, Mela
"Paduan SnPb telah digunakan sebagai material solder sejak dahulu. Namun setelah ditemukan adanya kandungan racun yang berbahaya bagi manusia maka pemerintah menggalakkan bebas timbal. Hal ini tentunya memaksa industri untuk mulai mencari pengganti timbal. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh bertambahnya Pb terhadap sifat struktur, termal dan kekerasan dari paduan SnPb. Paduan SnPb dipreparasi di atmosfer nitrogen dengan menggunakan metode peleburan. Dilakukan variasi kandungan Pb (persen berat) dalam paduan SnPb. Sampel paduan dikarakterisasi menggunakan XRF (X-Ray Fluorescence), XRD (X-Ray Diffraction), DSC (Differentials Scanning Calorymetry), SEM (Scanning Electron Microscopic) and Vickers Hardness.
Hasil karakterisasi menggunakan XRD menginformasikan bahwa fasa yang terbentuk hanya fasa Sn dan fasa Pb. Ukuran kristal dihitung menggunakan fonnula Debye-Scherrer sedangkan parameter kisi dari setiap variasi paduan didapat dengan menggunakan program GSAS. Karakterisasi termal paduan SnPb dengan menggunakan DSC memperlihatkan bahwa semakin menjauhi komposisi eutektik, ditemukan adanya puncak endoterm yang menunjukkan fasa L+β. Dan berdasarkan hasil karakterisasi menggunakan SEM ditemukan Pb yang menggumpal pada paduan SnPb saat menjauhi komposisi eutektiknya. Sedangkan untuk sifat kekerasannya dapat diasumsikan bahwa kekerasan paduan SnPb semakin menurun ketika persen berat Pb semakin bertambah yang dikonfirmasi melalui tes vicker hardness.

SnPb alloy had been used as a material solder from along ago. After it has discovered that lead contains neurotoxin which is harmful to humans, the government now promote a lead fee movement for electronic packaging and another appliance. This is certainly forced the industry to start searching for a lead replacement. It was then conducted research to see the ejfect of adding Pb to structure, thermal and hardness properties of SnPb alloy. SnPb alloy prepared by fusion method within nitrogen atmosphere. The composition of Pb in SnPb alloy are varied All sample variation are characterized using XRF (X-Ray Fluorescence), XRD (X-Ray Diffaction), DSC (Differential Scanning Calorymetry), SEM (Scanning Electron Microscopic) and Vickers Hardness.
From XRD result shows only Sn phase and Pb phase are formed Crystallite size calculated using Scherrer formula, while the lattice parameters obtained from program named GSAS. Thermal study and characterization for all SnPb alloys was measured as a function of temperature using a Differential Scanning Calorymetry. From this measurement revealed the existence of L+β phase when SnPb alloys weren't at the eutectic composition. And based on the results of characterization using SEM found agglomeration of Pb in SnPb alloys except for an eutectic compositon. From Wcker Hardness test confirmed that the hardness characteristic of SnPb alloys decreases when increasing weight percent Pb."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29364
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Amaliai
"Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : "Dose calculation in asymmetric fields 6 MV X-ray with independent jaws and individual block" beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya pribadi.
Telah dilakukan pengukuran persentase dosis kedalaman (PDD), profil, output factor, dan faktor koreksi dosis berkas sinar-X 6 MV pesawat linear accelerator varian CLINAC 2100C untuk lapangan simetris dan lapangan asimetris setengah tertutup (half blocked) dan asimetris tidak teratur 10 x 10 cm2 dan 20 x 20 cm2 dengan SSD 100 cm, menggunakan independent jaws dan individual block. Secara umum, PDD untuk lapangan asimetris mempunyai nilai PDD yang lebih rendah dari lapangan simetris. Profil lapangan asimetris setengah tertutup (half blocked) mempunyai profil yang sama dengan lapangan simetris dengan menggunakan sudut wedge kecil. Pengukuran dengan lapangan asimetris tidak teratur, untuk titik pengukuran tepat dibawah blok dibandingkan dengan pengukuran tanpa blok, terjadi pengurangan intensitas sebesar 12.8% dan 5% untuk lapangan 10x10 cm2 pada kedalaman 5 dan 10 cm. Untuk lapangan 20x20 cm2 sebesar 24.6% dan 9.7% pada kedua kedalaman tersebut. Koreksi faktor keluaran untuk lapangan asimetris bervariasi sesuai ukuran lapangan. Perbedaan deviasi yang terjadi antara perhitungan dan pengukuran dosis untuk lapangan asimetris setengah tertutup (half blocked) dan lapangan asimetris tidak teratur dengan ukuran luas lapangan 10 x 10 cm2 dan 20 x 20 cm2 mencapai dibawah 2 % untuk semua kasus.;Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : ?Dose calculation in asymmetric fields 6 MV X-ray with independent jaws and individual block ? beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya pribadi."
2007
T21288
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ansor Ibrahim Usman
"ABSTRAK
Untuk kerja yang tinggi dari alat Rontgen mutakhir sudah merupakan suatu tuntutan yang harus dicapai, tidak hanya dalam kondisi beban kerja yang normal, tetapi dalam kondisi kerja yang berat.
Pengukuran jarak antara fokus dan objek adalah faktor yang mempengaruhi kecepatan kerja dari suatu unit alat Rontgen. Pengukuran jarak pada alat Rontgen biasanya dengan cara menghubungkan titik fokus dengan titik objek dengan menggunakan alat ukur panjang yang telah baku, membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencapai posisi pengaturang jarak yang tepat.
Dalam usaha meningkatkan kecepatan waktu kerja tersebut, maka dilakukan proses pengukuran jarak dengan mengendalikan putaran motor sebagai alat yang menggerakan naik turunnya tabung Rontgen secara otomatis dalam pengaturan/pengukuran posisi jarak yang tepat berbantuan/berbasis komputer.
Pada tugas akhir ini dibuat perangkat lunak untuk mengendalikan alat pengatur jarak antara fokus dan objek pada unit Rontgen berbantuan komputer pribadi.
Proses pengukuran jarak dilakukan oleh perangkat lunak yang menghitung jumlah putaran motor stepper, dimana jumlah putarannya dikalikan dengan keliling poros motor.

"
1996
S38943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
PRIMA 8:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Twochil Setiadi
"Analisis struktur kristal merupakan salah satu bagian dari analisis struktur mikro suatu material. Untuk menganalisis struktur kristal dapat digunakan metode difraksi sinar-X (XRD). Dari hasil penelitian sebelumnya diperoleh bahwa fasa baru CaMnO3 dan LaMnO3 terbentuk pada proses milling selama 12 jam dan pemanasan 1000 ºC selama 9 jam. Studi analisis struktur kristal CaMnO3 dan LaMnO3 dalam penelitian ini diperoleh melalui proses refinement menggunakan program Fullprof terhadap data hasil difraksi sinar-X yang telah didapatkan pada penelitian sebelumnya. CaMnO3 memiliki analisis yang baik pada sistem kristal orthorhombik space group Pnma dengan parameter kisi pada temperatur 300 K adalah a = 5.2626 Å, b = 7.4438 Å, dan c = 5.2167 Å sedangkan LaMnO3 memiliki analisis yang baik pada sistem kristal monoklinik space group P1121/a dengan parameter kisi pada temperatur 300 K adalah a = 5.4864 Å, b = 7.7905 Å, c= 5.5304 Å, dan sudut γ = 90.779 0.

Crystal structure analysis represents one part of the microstructure analysis for materials. To analyze crystal structure can use X-Ray Diffraction method (XRD). From result of earlier research the new phase of CaMnO3 and LaMnO3 formed by milling process 12 hours and heating process 9 hours at temperature 1000 0C. The analyze study of crystal structure of CaMnO3 and LaMnO3 at this research result by refinement process with Fullprof program based on X-Ray Diffraction data from earlier research. CaMnO3 is good analysis at crystal system on orthorhombic space group Pnma with lattice parameter at temperature 300 K is a = 5.2626 Å, b = 7.4438 Å, and c = 5.2167 Å meanwhile LaMnO3 is good analysis at crystal system on monoclinic space group P1121/a with lattice parameter at temperature 300 K is a = 5.4864 Å, b = 7.7905 Å, c = 5.5304 Å, and γ angle = 90.779 0."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S28909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>