Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167483 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dinda Amalia
"Bioplastik merupakan plastik yang terbuat dari bahan terbarukan dan dapat terurai dengan cepat. Pada penelitian ini menggunakan kulit jagung sebagai penguat bahan pembuat bioplastik. Pembuatan bioplastik menggunakan maizena dengan penguat kulit jagung dilakukan penambahan kitosan dan sorbirol untuk mendapatkan bioplastik dengan sifat mekanik yang baik. Ukuran butiran kulit jagung yang digunakan adalah 150 mesh dan 200 mesh sedangkan variasi kitosan yang digunkan adalah 0.02 wt; 0,04 wt; 0,06 wt; 0,08 wt dan 0,1 wt.
Hasil penelitian ini menunjukan bioplastik dengan ukuran butiran kulit jagung 150 mesh dengan variasi kitosan 0,04 menghasilkan sifat mekanik yang paling baik, yaitu dengan nilai kuat tarik 1.717,64 N/cm2, elongasi 10,05 , modulus young 116,68 N/cm2 dan kuat sobek 763,86 mN. Pengaruh lingkungan menyebabkan bioplastik mengalami degradasi di dalam tanah 70 -100 selama 21 hari, pada udara terbuka terjadi jamur setelah 14 hari dan tahan pada 140o C selama 1 jam.

Bioplastic is a plastic made from renewable material and can decompose quickly. In this research used corn husk as filler bioplastic ingredients. Making bioplastic is done by adding corn starch maizene with corn husk as filler, chitosan and sorbitol to obtain bioplastic with good mechanical properties. Corn husk grain size were used 150 mesh and 200 mesh while chitosan variations were used 0.02 wt 0.04 wt 0.06 wt 0.08 wt and 0.1 wt.
The results of this research showed that bioplastic with 150 mesh corn husk grain size with 0.04 wt chitosan yielded the best mechanical properties, it is with tensile strength value 1,717.64 N cm2, elongation 10.05 , modulus young 116.68 N cm2 and tear strength 763.86 mN. Environment influence made bioplastics degraded in soil 70 100 for 21 days, in open air fungus occured after 14 days and endured at 140oC for 1 hour.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Azsarinka
"Salah satu jenis polimer alam, selulosa yang terkandung dalam kulit jagung, dapat digunakan sebagai bahan dasar bioplastik. Tepung pati jagung maizena dengan penguat kulit jagung berukuran butir tertentu disintesis bersama kitosan dan gliserol. Bioplastik yang dihasilkan berbentuk lembaran tipis berwarna cokelat keruh. Perubahan ukuran butir dari 150 mesh menjadi 200 mesh mengubah sifat bioplastik, khususnya sifat mekanik.
Diperoleh bioplastik terbaik dengan ukuran butir 200 mesh dan komposisi kitosan 0,04 dengan kuat tarik sebesar 286,31 N/cm2, elongasi sebesar 10,19 , modulus Young sebesar 28,11 N/cm2, dan ketahanan sobek sebesar 705,61 mN. Terjadi pergeseran bilangan gelombang dan perubahan gugus fungsi pada bioplastik. Terhadap lingkungan, bioplastik mengalami degradasi sebesar 35 selama 21 hari di dalam tanah dan mulai berjamur setelah 10 hari berada dalam udara terbuka, serta mampu bertahan pada suhu 100°C selama satu jam.

One kind of biopolymer that can be used as primary materials for bioplastics is cellulose in corn husk. Corn starch powder maize with corn husk filler in different grain size is then synthesized with chitosan and glycerol. The resulting bioplastics is thin film in form with muddy brown color. Alterating the powder grain size from 150 mesh to 200 mesh modifies the physical characteristics, especially mechanical properties.
The most optimal bioplastics were obtained with 200 mesh grain size and 0.04 wt chitosan composition with tensile strength of 286.31 N cm2, elongation of 10.19, Young modulus of 28.11 N cm2 and tear resistance of 705.61 mN. There are shifts in peak absorbance wavenumber and changes in some functional groups. To the environment, bioplastics were degraded 35 for 21 days in soil and started moldy after 10 days in open air, as well as endured for one hour in temperature 100°C.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rena Carissa
"Plastik food grade yang biodegradable namun tetap kuat dan tahan air seperti plastik sintetis merupakan topik riset yang banyak digemari dewasa ini. Pada penelitian ini, dalam rangka meningkatkan kekuatan mekanik dan ketahanan air bioplastik filler alami, selulosa bakteri ditambahkan untuk menghasilkan bioplastik filler hibrid. Filler serat batang pisang dan selulosa bakteri dalam jumlah tertentu didispersikan dalam air distilasi di ultrasonic processor. Selanjutnya, pati dimasukkan dan campuran dipanaskan hingga pati tergelatinisasi. Campuran kemudian dicetak dan dikeringkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase filler 10% merupakan nilai optimum yang menghasilkan kekuatan mekanik paling tinggi. Komposisi filler hibrid yang menghasilkan bioplastik paling kuat adalah 25% serat batang pisang dan 75% selulosa bakteri, dengan kuat tarik 4,599 MPa dan modulus 174,1 MPa. Meskipun demikian, kekuatan mekanik bioplastik filler hibrid masih kalah dibandingkan dengan bioplastik filler tunggal. Di sisi lain, penambahan selulosa bakteri terbukti meningkatkan ketahanan air, dengan laju transmisi air 3,8958 g/m2/jam pada bioplastik filler 10% serat batang pisang dan 35% selulosa bakteri. Karakteristik bioplastik dikonfirmasi dengan analisis SEM, FTIR, dan XRD. Dari soil burial test selama 9 hari, didapatkan bahwa filler serat batang pisang menurunkan kecepatan biodegradasi bioplastik sebesar 6.9%.

Food grade bioplastic has become a popular research topic these days. However, further study still needs to be conducted, to develop bioplastic that has comparable mechanical and water barrier properties with synthetic plastic. In this research, to improve the mechanical and water barrier properties of plant cellulose filled bioplastic, bacterial cellulose is added to create hybrid filled starch bioplastic. The filler banana pseudostem fibre and bacterial cellulose were first dispersed in distilled water, starch was added and mixture was heated until gelatinization occured. The mixture was then casted and dried in the oven. Research proved that 10% was an optimum filler percentage, which resulted in the highest mechanical strength of bioplastic. The hybrid filler composition that gave the best mechanical properties was 25% banana pseudostem fibre and 75% bacterial cellulose, with tensile strength 4.599 MPa and modulus 174.1 MPa. However, bioplastic with hybrid filler was not as strong bioplastic with single filler. On the other hand, the addition of bacterial cellulose proved to give positive effect to water barrier properties, bioplastic filled with hybrid 10% banana pseudostem fibre and 35% bacterial cellulose had water vapour transmission rate 3,8958 g/m2/hour. The mechanical and water barrier properties of bioplastic was confirmed with SEM, FTIR, and XRD analysis. Soil burial test for 9 days proved that banana pseudostem filler decreased 6,9% of corn starch bioplastic biodegradation rate. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45187
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priscilla Deni
"Bioplastik berbahan dasar pati dan serat alam yang dihasilkan dari penelitian-penelitian terdahulu masih berlum mampu menyamai kualitas plastik konvensional terutama dalam hal kekuatan mekanis, ketahanan terhadap air serta stabilitas termalnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas bioplastik melalui teknik praperlakuan serat, modifikasi nanofiller dan penggunaan filler hibrid. Bahan baku utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pati jagung sebagai matriks, serat batang pisang dan selulosa bakteri sebagai filler dan gliserol sebagai plasticizer. Serat batang pisang diberi praperlakuan meliputi metode alkalinasi, bleaching dan enzimatis. Kemudian serat batang pisang yang telah diberi praperlakuan optimum dan selulosa bakteri akan dipreparasi melalui teknik hidrolisis menjadi nanoselulosa. Nanoselulosa serat dan bakteri inilah yang akan digunakan sebagai filler hibrid dalam bioplastik. Bioplastik yang dihasilkan akan dikarakterisasi sifat mekanisnya, laju transmisi uap air, stabilitas termal, dan biodegradabilitasnya. Struktur dari bioplastik dikonfirmasi dengan analisis FESEM, FTIR dan XRD. Praperlakuan serat dan penggunaan nanofiller terbukti mampu meningkatkan karakteristik mekanis dari bioplastik yang dihasilkan dengan persentase nanofiller optimum adalah 15% dari massa pati. Komposisi filler hibrid dengan nilai kuat tarik tertinggi dimiliki oleh bioplastik dengan rasio nanoselulosa bakteri terhadap nanoselulosa serat 50:50 sebesar 1,73 MPa dan untuk modulus Young tertinggi dimiliki bioplastik dengan rasio nanoselulosa bakteri terhadap nanoselulosa serat 25:75 sebesar 60,19 MPa. Penggunaan filler hibrid tidak menghasilkan peningkatan karakteristik mekanis bioplastik tetapi meningkatkan ketahanan terhadap air dan stabilitas termal bioplastik. Ketahanan terhadap air terbaik dimiliki oleh bioplastik dengan filler sebanyak 15% dengan rasio nanoselulosa serat terhadap nanoselulosa bakteri 25:75 yakni laju transmisi uap air sebesar 632 g/m2 per 24 jam. Stabilitas termal terbaik dimiliki oleh bioplastik dengan filler sebanyak 15% dengan rasio nanoselulosa bakteri terhadap nanoselulosa serat 25:75 yakni temperatur trasisi gelas 39,75 °C dan kapasitas panas 0,242 J/g°C. Berdasarikan soil burial test selama 9 hari, diperoleh bahwa bioplastik degan tingkat biodegradasi tertinggi dimiliki oleh pati jagung tanpa filler sebesar 25,76% dan biodegradasi terendah oleh bioplastik dengan filler 15% nanoselulosa bakteri sebesar 18,88%. Soil burial test dilakukan pada kelembaban 66% dan temperatur 26-28 °C.

Bioplastic based on starch and natural fibre resulted from previous reserachs have not had the same quality as conventional plastic especially in mechanical strength, water absorption resistance, and thermal stability. The objective of this reasearch is to improve the wuality of bioplastic resulted from previous researchs through fibre pretreatment techniques, nanofiller modification, and hybrid filler utilization. The main raw materials that are used in this research are corn starch as matrix, banana pseudostem fibre and bacterial cellulose as filler, and glycerol as plasticizer. Banana pseudostem fibre is treated by alkalinization, bleaching and enzymatic method. Then optimum treated banana pseudostem and bacterial cellulose will be prepared through hydrolysis technique into nanocellulose. These fibre and bacterial nanocellulose will be used as hybrid filler in bioplastic. Bioplastic’s mechanical characteristic, water vapour transmission rate, thermal stability and biodegradability will be characterized. Bioplastic’s structure will be confirmed by FESEM, FTIR, and XRD analysis. Utilization of nanofiller dan fibre pretreatment can improve mechanical characteristic of bioplastic. Nanofiller percentage that resulted in the best mechanical characteristic is 15% from starch mass content. Hybridfiller composition that results in highest tensile strength is obtained by bioplastic with bacterial nanocellulose to fibre nanocellulose ratio 50:50 with value 1,73 MPa and the highest modulus Young is obtained by bioplastic with bacterial nanocellulose to fibre nanocellulose ratio 25:75 with value 60,19 MPa. The best water absorption resistance is obtained by bioplastic with fibre nanocellulose to bacterial nanocellulose ratio 25:75 with water vapour transmission rate value 632 g/m2 per 24 hours. The highest thermal stability is obtained by bioplastic with bacterial nanocellulose to fibre nanocellulose ratio 25:75 with glass transition temperature value 39,758°C and heat capacity 0,242 J/g0C. Based on soil burial test for 9 days, the highest biodegradation rate is obtained by corn starch without filler 25,76% and the lowest by bioplastic with 15% bacterial nanocellulose 18,88%. Soil burial test is done in 66% humidity and temperature 26-28°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marbun, Eldo Sularto
"Limbah plastik merupakan salah satu masalah lingkungan terbesar saat ini. Ini dikarenakan oleh penggunaan plastik konvensional yang berasal dari polimer sintetis yang sulit diuraikan oleh pengurai. Bioplastik menjadi salah satu solusi masalah ini. Pati merupakan polimer alami yang dapat digunakan untuk produksi bioplastik karena sumbernya melimpah, dapat diperbaharui, mudah terdegradasi, dan harga terjangkau. Namun, pati mempunyai kelemahan, yaitu sifat mekanik yang buruk. Partikel penguat telah terbukti dapat memperbaiki kelemahan pati.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi terbaik ZnO dan selulosa sebagai penguat pada matriks pati. Pembuatan bioplastik dilakukan dengan metode melt intercalation, yaitu pencampuran pati ubi jalar, gliserol, ZnO/selulosa. Penambahan konsentrasi ZnO 0, 1, 3, 6, 9% wt dan penambahan konsentrasi selulosa 0, 1, 3, 6, 9% wt berturut-turut menyebabkan peningkatan kuat tarik dari 12,812 kgf/cm2 menjadi 64,187 kgf/cm2 dan 12,812 kgf/cm2 menjadi 59,740 kgf/cm2, serta penurunan elongasi dari 43% menjadi 6% dan 43% menjadi 6,667%. Sedangkan kombinasi selulosa dan ZnO menyebabkan nilai kuat tarik dibawah 64,187 kgf/cm2. Penambahan ZnO dan selulosa juga terbukti mempengaruhi hasil FT-IR, XRD, dan SEM bioplastik.
Hasil WVTR bioplastik dengan penguat 9% wt selulosa adalah 10,097 g/m2.jam. Selain itu, tingkat biodegradabilitas bioplastik dengan penguat alami selulosa mempunyai hasil lebih baik dibandingkan dengan penguat logam ZnO.

Nowadays, plastic waste is the biggest environmental issues. Since the usage of conventional plastic which come from synthesis polymer that can not be decomposed by decomposers. One of the solutions is bioplastic. Starch is natural polymer that used to produce bioplastic because it is abundant, reneweble, degradable, and affordable resources. However, starch has some weakness such as poor mechanical properties. Reinforcement is proven to enhance that weaknesses.
This research objective is to obtain the best ZnO and cellulose concentration as reinforcement for starch matrix. Bioplastic synthesis made with melt intercalation method, which is blending from sweetpotato strach, glycerol, ZnO/cellulose. The addition of ZnO concentration 0, 1, 3, 6, 9 wt% and cellulose concentrarion 0, 1, 3, 6, 9 wt%, respectively will cause increasing in tensile strength from 12.812 kgf/cm2 become 64.187 kgf/cm2 and 12.812 kgf/cm2 become 59.740 kgf/cm2, decreasing in elongation from 43% become 6% and 43% become 6.667%. While the combination of cellulose and ZnO causes tensile strength values below 64.187 kgf/cm2. It is also proven by the addition of ZnO and cellulose affect the result of bioplastic FT-IR, XRD, and SEM.
The result of bioplastic WVTR with 9 wt% cellulose reonforcement is 10.097 g/m2.jam. Moreover, the level of bioplastic biodegradability with celluloce natural reinforcement is better than ZnO metal reinforcement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43409
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Erfan
"Masalah lingkungan dari pembuangan limbah plastik turunan minyak bumi telah menjadi isu penting karena sifatnya yang sulit diuraikan. Oleh karena itu, upaya telah dilakukan untuk mempercepat tingkat degradasi material polimer dengan mengganti beberapa atau seluruh polimer sintetis dengan polimer alami. Pati merupakan salah salah satu polimer alami yang dapat digunakan untuk produksi material biodegradabel karena sifatnya yang mudah terdegradasi, melimpah, dan terjangkau namun memiliki kekurangan seperti kuatnya perilaku hidrofilik dan sifat mekanis yang lebih buruk. Untuk meningkatkan kekuatan mekanis pada pati, sejumlah kecil penguat berupa bahan inorganik dan organik ditambahkan ke dalam matriks polimer. Oleh karena itu, bioplastik disiapkan dengan percampuran pati ubi jalar sebagai matriks, gliserol sebagai pemlastis, dan ZnO sebagai penguat logam dan kitosan sebagai penguat alami dengan metode melt intercalation. Distribusi kitosan dari hasil SEM terbukti mempengaruhi FT-IR, XRD, sifat mekanis, dan biodegradabilitas bioplastik. Ketika penguat kitosan divariasikan dari 0, 1, 3, 6, 9 %wt kekuatan tarik meningkat dari 12,81 kgf/cm2 menjadi 35,56 kgf/cm2; derajat elongasi menurun dari 43% menjadi 21,5% .Pada kombinasi penguat antara kitosan 9% dan ZnO 1% nilai kuat meningkat menjadi 40,03 kgf/cm2 , derajatnya elongasi menurun menjadi 10,40. Untuk WVTR pada bioplastik dengan penambahan kitosan 9% adalah 11,7 g/m2.jam.

Environmental problems from petroleum derivatives waste has become an important issue because of difficult to decomposed. So, the eforts have done for increasing degradation time through replacement of synthetic polymer with natural polymer. Starch is as one of natural polymers that can be used to produce biodegradable materials due to its characters that easily degraded, abundant, and affordable. However, starch has several disadvantages such as strong hydrophilic behavior and worse mechanical properties. To enhance the mechanical properties and barrier properties of starch, a small amount of reinforcement in the form of inorganic and organic materials are usually added to the polymer matrix. Thus, bioplastics were prepared by mixing a sweet potato strach, glycerol, and ZnO as metal reinforcement and chitosan as natural reinforcement by the melt intercalation method. Distribution of chitosan from SEM affected the studies of FTIR, XRD, mechanical properties, and biodegradabilities. When chitosan was varied from 0. 1. 3. 6. 9 wt%, tensile strength increased from 12.81 to 35.56 kgf/cm2 while the degree of elongation decreased from 43% to 21.5% . In combination reinforcement chitosan 9% and ZnO 1% tensile strenght increased to 40.03 kgf/cm2, while the degree of elongation decreased 10.40 % . The WVTR in bioplastic with adding chitosan 9% is 11.7 g/m2.jam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42630
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haisa Yuana
"Pengembangan terhadap pemanfaat biomassa sebagai sumber bahan bakar alternatif harus dilakukan, mengingat bio-oil yang dihasilkan dari pirolisis biomassa masih mengandung kadar senyawa oksigenat yang tinggi, yang menyebabkan bio-oil bersifat korosif, memiliki nilai kalor rendah, viskositas yang tinggi dan kurang stabil. Penggunaan limbah plastik sebagai bahan baku tambahan menjadi salah satu metode alternatif yang dapat menaikkan nilai kalor bio-oil, menurunkan sifat korosivitas, menurunkan viskositas dan meningkatkan kestabilannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan limbah plastik dalam meningkatkan kualitas bio-oil yang dihasilkan dari pirolisis batang jagung sehingga dapat menghasilkan bio-oil yang mempunyai kadar senyawa oksigenat yang rendah dan dapat digunakan sebagai biofuel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah slow co-pyrolysis, dengan jenis reaktor fixed bed. Bahan baku yang digunakan adalah batang jagung dan limbah plastik HDPE dan PP. Slow co-pyrolysis dilakukan dengan temperatur akhir 5000C, laju pemanasan 50C/menit, laju N2 sebesar 750 ml/menit, dan waktu penahan 30 menit.
Karakterisasi dilakuakn hanya terhadap fraksi minyak (bio-oil) yang mencakup analisis Gas Cromatrograph Mass Spectrometer (GC-MS), uji viskositas dan uji pH. Dengan penambahan plastik sebanyak 75%berat, kandungan senyawa non-oksigenat pada bio-oil mencapai 47,17 % sedangkan kandungan senyawa oksigenat 52,83%. Penggunaan plastik HDPE menghasilkan yield bio-oil yang lebih tinggi yaitu mencapai 28,05 %berat, dibandingkan dengan plastik PP yang mencapai 25,85 %berat. Penambahan limbah plastik menghasilkan bio-oil dengan pH 5 dan viskositas 4,2 cSt yang menyebabkan bio-oil menjdai tidak korosif dan lebih mudah menglair sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai bahan bakar.

The development of biomass utilization for alternative fuel source needs to be done, considering the bio-oil produced from biomass pyrolysis still containts high level of oxygenate compounds, which causes the bio-oil to be corrosive, has a low heating value, and less stable. The use of plastic waste for bio-oil production is one of the alternative methods that can increase the heating value of bio-oil by reducing the oxygenates compounds on it.
This study aims to determine the effect of using plastic waste to improve the quality of bio-oil from corn cob, so that it has a lower oxygenate compounds. The method used in this study is slow co-pyrolysis, using fixed bed reactor. The raw materials are corn cob and HDPE and PP plastic wastes. Slow co-pyrolysis is done with final temperatur of 5000C, heating rate 50C/min, N2 flow rate 750 ml/min, and pirolysis time 30 minutes.
The bio-oil oil produced will be characterized using Gas Chromatpgraph Mass Spectometer (GC-MS), viscosity, and pH. With the addition of 75 %wt plastics, non-oxygenates compound in bio-oil reach 47,17 while the oxygenates compound are reduced to 52,33 %wt. The addition of HDPE plastic waste produces hihger bio-oil yield (28,05 %wt) than PP plastic waste (25,85 %wt). The bio-oil produced from biomass and plastic wastes become less corrosive ( pH 5) and viscos (4,2 cSt), so that it can be use as alternative fuel source.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Varian Setyadi
"Kebutuhan akan media pengemas makanan yang semakin meningkat seiring dengan era disrupsi teknologi, selaras dengan meningkatnya tindakan pencemaran lingkungan yang terbilang tidak terkendali. Salah satu solusinya adalah menggunakan bioplastik. Penelitian ini menggunakan pati kulit pisang tanduk dan cavendish sebagai bahan baku utama pembuatan bioplastik. Pati terlebih dahulu diekstrak dari kulit pisang tanduk dan cavendish, lalu dicampur dengan zat aditif lainnya seperti gliserol dan sorbitol yang bertindak sebagai pemlastis. Penelitian ini dilakukan bermula dari permasalahan terkait pemberian pemlastis gliserol dan sorbitol serta pemanfaatan pati dengan kadar tertentu agar didapatkan formulasi terbaik dalam meningkatkan sifat fisik dan mekanik bioplastik. Pencampuran antara kedua pemlastis tersebut dilakukan dengan rasio konsentrasi 2:1 (v/v) serta perlakuan yang sama dalam mengekstraksi pati dari kulit pisang. Besar konsentrasi pemlastis yang digunakan sebesar 35% (v/v) dan 70% (v/v) sebanyak 2 ml, serta komposisi massa pati sebesar 3 gram. Hasil uji kadar pati dengan metode Luff Schoorl menunjukkan kadar pati kulit pisang tanduk lebih besar 3% dibandingkan pati kulit pisang cavendish pada usia yang diperkirakan serupa berdasarkan warna kulitnya. Dari uji FTIR ditunjukkan bahwa tiap sampel memiliki gugus fungsi yang terbilang cukup serupa satu sama lain. Sifat fisik diukur dengan beberapa parameter yang saling berkaitan satu sama lain, antara lain ketebalan, daya serap terhadap air, serta biodegradabilitas, dimana sifat fisik terbaik dimiliki oleh sampel S70C. Meskipun hasil ketebalan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, namun sifat daya serap air menunjukkan sampel S70C serta S70T adalah yang paling rendah, serta biodegradabilitas sampel S70C merupakan yang paling baik, dinilai dari konsistensi kehilangan massanya saat dilalui proses penguburan dalam tanah kompos. Sifat mekanik diukur dengan parameter kekuatan tarik dan elongasi saat putus, dimana nilai kuat tarik terendah pada sampel S35T (0,09 N/mm2) serta yang tertinggi pada sampel S35C (0,23 N/mm2), diikuti oleh S70T (0,21 N/mm2) dan S70C (0,19 N/mm2). Persen elongasi tertinggi pada sampel S70C sebesar 12,83% dan terendah pada S35T sebesar 6,99%. Hasil uji SEM menunjukkan adanya tekstur yang halus hingga sama sekali kasar atau kurangnya kemerataan bahan pembentuk sampel
The need for food packaging media is increasing along with the era of technological disruption, in line with the increasing acts of environmental pollution that are fairly uncontrolled. One solution is to use bioplastics. This study used banana peel starch and cavendish as the main raw materials for making bioplastics. Starch is first extracted from tanduk and cavendish banana peel, then mixed with other additives such as glycerol and sorbitol which act as a plasticizer. This research was conducted starting from problems related to the provision of glycerol and sorbitol plasticizers as well as the use of starch with certain levels in order to obtain the best formulation in improving the physical and mechanical properties of bioplastics. The mixing between the two plasticizers was carried out with a concentration ratio of 2:1 (v/v) as well as the same treatment in extracting starch from banana peels. The concentration of plasticizer used was 35% (v/v) and 70% (v/v) of 2 ml, as well as a starch mass composition of 3 grams. The results of the starch content test with the Luff Schoorl method showed that the starch content of the tanduk banana peel was 3% greater than that of cavendish banana peel starch at a similar age based on the skin color. From the FTIR test, it is shown that each sample has functional groups that are quite similar to each other. Physical properties are measured by several parameters that are interrelated with each other, including thickness, absorption of water, and biodegradability, where the best physical properties are possessed by the S70C sample. Although the thickness results did not show a significant difference, the nature of water absorption showed that S70C and S70T samples were the lowest, and the biodegradability of S70C samples was the best, judged by the consistency of losing mass when going through the burial process in compost soils. Mechanical properties are measured by the parameters of tensile strength and elongation at break, where the lowest tensile strength value in the S35T sample (0,09 N/mm2) and the highest in the S35C sample (0,23 N/mm2), followed by S70T (0,21 N/mm2) and S70C (0,19 N/mm2). Percent of elongation was highest in the S70C sample at 12,83% and lowest in the S35T at 6,99%. SEM test results show the presence of a smooth to completely rough texture or lack of evenness of the sample forming material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adityo Fajar Nugroho
"Perkembangan plastik konvensional yang terbuat dari minyak bumi berbasis sintetis polimer yang tidak dapat terdegradasi di lingkungan atau terurai menyebabkan masalah serius bagi lingkungan. Plastik menjadi sumber utama pembentukan limbah karena memiliki kemampuan degradasi yang rendah. Penggunaan polimer yang berasal dari sumber daya terbarukan dan berkelanjutan untuk mengembangkan bioplastik merupakan alternatif yang inovatif. Bioplastik adalah plastik yang dapat digunakan layaknya seperti plastik konvensional, namun akan terurai oleh aktivitas mikroorganisme setelah terpakai.
Pada penelitian kali ini, sumber polimer alami berasal dari pati tumbuhan berumbi. Pati yang digunakan adalah pati ubi jalar, sebagai penguat/pengisi (filler) digunakan ZnO dan Clay. Gliserol digunakan untuk mengubah polimer sesuai dengan yang diinginkan (pemlastis) yang disebut dengan Plasticizer.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode melt intercalation Sedangkan untuk menganalisis penelitian dilakukan pengujian morfologi; FT-IR, XRD, dan SEM, pengujian biodegradable dan pengujian mekanik ; Tensile Strenght dan Elongation, dan analisis WVTR. Ketika ZnO divariasikan dari 1 - 9% kekuatan tarik meningkat dari 24,80 kgf/cm2 menjadi 64,19 kgf/cm2. Begitu juga dengan Clay yang mengalami kenaikan dari 13,05 kgf/cm2 menjadi 40,22 kgf/cm2. Derajat elongasi ZnO mengalami penurunan dari 26,96% menjadi 6,00%. Begitu pula dengan Clay dengan penurunan dari 27,00% hingga 5,17%. Nilai WVTR bioploplastik/clay 6% sebesar 7,86(g/m2.jam).

Development of conventional plastics made from petroleum-based synthetic polymers is hard to be degraded or decomposed in the environment and causing a serious problem to the environment. Plastic become the primary source of waste generation due to its low degradation ability. The use of polymers that derived from renewable and sustainable resources in developing an innovative bioplastic is a promising alternative. Bioplastic are plastics that can be used just like conventional plastic, but it can be decomposed by microorganism activity.
In this study, the source of a natural polymer is derived from starch bulbous plants. The starch used was sweet potato starch, while the filler used was ZnO and Clay. Glycerol is used in accordance to change the desired polymer, and called as plasticizers.
The method used in this study is the melt intercalation. To analyze the study, the morphology test such as FT-IR, XRD, and SEM was conducted, also the mechanical test and biodegradable test such as Tensile Strength, elongation test, and WVTR analysis. When ZnO was varied from 1-9%, the tensile strength is increased from 24.80 to 64.19 kgf/cm2 kgf/cm2. The bioplastic's tensile strength made from the clay filler also increase from 13.05 to 40.22 kgf/cm2 kgf/cm2. The bioplastic's elongation degree from ZnO filler is decreased from 26.96% to 6.00 % . Similarly, bioplastic's elongation degree from clay filler is decrease from 27.00 % to 5.17%.. WVTR values bioplastic/clay 6% is 7.86 (g/m2.hr).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43760
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Farras Ahadan
"Biodiesel merupakan bahan bakar yang berasal dari turunan minyak sayur dan lemak hewan yang dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar mesin diesel. Biodiesel memiliki kekurangan yaitu mudah teroksidasi yang disebabkan oleh adanya ikatan hidrokarbon sehingga dapat menurunkan kualitas biodiesel. Salah satu cara untuk mempertahankan stabilitas oksidasi biodiesel yaitu dengan penambahan antioksidan. Pyrogallol merupakan antioksidan yang paling efektif untuk mencegah oksidasi pada biodiesel. Akan tetapi, pyrogallol memiliki polaritas yang berbeda dengan biodiesel sehingga pyrogallol tidak dapat larut dan tidak terdispersi. Dibutuhkan modifikasi terhadap pyrogallol agar memiliki polaritas yang mendekati biodiesel. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa reaksi antara pyrogallol dan methyl linoleate murni dengan senyawa radikal 2,2 diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) membentuk derivat pyrogallol terbukti dapat meningkatkan kelarutan pyrogallol pada biodiesel. Namun, methyl linoleate murni jika diaplikasikan pada skala industri tidak ekonomis. Pada penelitian ini, digunakan biodiesel jagung hasil transesterifikasi dari minyak jagung sebagai sumber methyl linoleate pengganti mehyl linoleate murni. Uji GCMS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) menunjukkan bahwa biodiesel jagung memiliki kandungan methyl linoleate sebesar 47,27 %. Sintesis dilakukan dengan mereaksikan 10 ml biodiesel, 5 ml DPPH, dan 5 ml pyrogallol. Keberadaan senyawa derivat pyrogallol ditunjukkan dengan terbentuknya spot baru pada TLC dan adanya pergeseran bilangan gelombang gugus C-O pada FTIR. Sintesis menghasilkan senyawa yang memiliki berat molekul 622,54 g/mol dengan yield 10,47% yang menunjukkan senyawa tersebut terdiri dari pyrogallol dan methyl linoleate. Berdasarkan pengukuran spektrofotometer UV-Vis, penambahan senyawa derivat pyrogallol ke dalam biodiesel kelapa sawit (B100) menghasilkan selisih absorbansi yang lebih kecil dibandingkan pyrogallol murni yang menunjukkan bahwa derivat pyrogallol lebih larut dalam biodiesel. Penambahan senyawa derivat pyrogallol ke dalam biodiesel kelapa sawit (B100) meningkatkan periode induksi (Induction Period) dan menghambat penurunan bilangan iodin.

Biodiesel is a fuel derived from vegetable oil and animal fat derivatives that can be used as an alternative to diesel engine fuel. Biodiesel has the disadvantage of being easily oxidized due to hydrocarbon bonds which can reduce the quality of biodiesel. One way to maintain the stability of biodiesel oxidation is by adding antioxidants. Pyrogallol is the most effective antioxidant to prevent oxidation in biodiesel. However, pyrogallol has a different polarity from biodiesel so that pyrogallol is insoluble and undispersed. A modification to pyrogallol is needed to have a polarity close to biodiesel. Previous research has shown that the reaction between pyrogallol and pure methyl linoleate with the radical compound 2,2 diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) forming pyrogallol derivatives has been proven to increase the solubility of pyrogallol in biodiesel. However, pure methyl linoleate if applied on an industrial scale is not economical. In this study, corn biodiesel made by transesterification from corn oil is used as a source of methyl linoleate instead of pure mehyl linoleate. GCMS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) test shows that corn biodiesel has 47.27% methyl linoleate content. Synthesis was carried out by reacting 10 ml of biodiesel, 5 ml of DPPH, and 5 ml of pyrogallol. The existence of pyrogallol derivative compounds is indicated by the formation of new spots on TLC and the shifting of C-O groups in FTIR. Synthesis produces compounds which have a molecular weight of 622.54 g/mol with a yield of 10.47% which indicates the compound consists of pyrogallol and methyl linoleate. Based on UV-Vis spectrophotometer measurements, the addition of pyrogallol derivative compounds into palm oil biodiesel (B100) results in a smaller absorbance difference than pure pyrogallol which shows that pyrogallol derivatives are more soluble in biodiesel. The addition of pyrogallol derivative compounds into palm oil biodiesel (B100) increases the induction period and inhibits the decrease in iodine number."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesias, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>