Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201454 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ira Ariyani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan performa mesin flotasi self aerating vs induced air dengan efek penambahan variasi dosis SiBX terhadap recovery Cu dan Au, sehingga dapat dilakukan optimalisasi proses recovery Cu dan Au di PT. X Papua.Penelitian dilakukan dalam skala plant concentrator C1, digunakan tiga jenis variasi dosis SiBX, yaitu 5 g/t, 10 g/t, dan 15 g/t yang diterapkan pada kedua jenis mesin flotasi. Selanjutnya dilakukan pengujian assay mineral dan XRD. Hasil recovery Cu dan Au secara keseluruhan menunjukkan mesin flotasi self aerating mampu mengangkat Cu dan Au lebih efektif daripada mesin flotasi induced air pada semua fraksi ukuran mineral coarse, medium, dan fine. Recovery Cu dan Au dipengaruhi sifat hydrodynamic dari kedua jenis mesin. Efek penambahan variasi dosis SiBX kurang signifikan terhadap recovery Cu dan Au sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

This research had been done to know the performance of self aerating vs induced air flotation machine with variation of SiBX dosage to Cu and Au recovery, so the recovery of Cu and Au at PT. X Papua can be optimized. Three variations of SiBX dosage 5 g T, 10 g T, and 15 g T are used for both flotation machines at flotation circuits.XRD and minerals assay were conducted and show self aerating flotation machine has a higher Cu and Au recovery than induced air flotation machine at all fraction size, coarse, medium, and fine. Hydrodynamic characterization influenced the result of Cu and Au recovery. It was evaluated that the effect of SiBX dosage addition could not be seen clearly, so it is necessary to do next level of research, in order to see the effect of SiBX addition to Cu and Au recovery.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68079
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradityo Nur Oktoviarto
"Sirkuit flotasi rougher biasa digunakan pada pabik pengolahan mineral yang bertujuan untuk mendapatkan perolehan maksimal pada mineral berharga dengan standard minimal kadar yang telah ditentukan oleh perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh profil kecepatan buih 9.67 cm/s ndash; 13.76 cm/s ndash; 19.55 cm/s ndash; 22.58 cm/s dan profil 11.40 cm/s ndash; 19.36 cm/s ndash; 13.87 cm/s ndash; 6.17 cm/s terhadap perolehan dan kadar Tembaga dan Emas yang nantinya sampel umpan, konsentrat, dan tail akan diuji AAS serta XRD untuk mengetahui kadar dan kandungan mineral yang terdapat pada sampel sehingga kita bisa menghitung serta menganalisa performa untuk setiap profil kecepatan buih. Hasil penelitian yang didapat adalah kedua profile memiliki hasil yang sama pada perolehan Tembaga tetapi profil pertama memiliki kadar yang lebih tinggi dan pada perolehan Emas, profil kedua memiliki hasil perolehan yang lebih tinggi namun memiliki kadar yang lebih rendah dibanding profil pertama.

Rougher Flotation circuit commonly used in mineral processing industry to aiming to get maximum recovery, within minimum standar of valuable mineral grade which has been determined by the company. The purpose of this research is to know the effect of the froth velocity profile 9.67 cm s ndash 13.76 cm s ndash 19.55 cm s ndash 22.58 cm s and profile 11.40 cm s ndash 19.36 cm s ndash 13.87 cm s ndash 6.17 cm s against the recovery and grade of Copper and Gold which later the sample of feed, concentrates, and tail to be tested with AAS and XRD to find out the grade and mineral content in the sample, so we can calculate and analyze the performance for every froth velocity profile. The result of this research is both profile has the same Copper recovery result but the first profile has higher Copper grades. On the Gold recovery, second profile has higher perolehan result but has lower Gold grades than the first profile."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Asijati Widijaningsih Ichsan
"Percobaan untuk menurunkan konsentrasi logam dalam larutan dilakukan terhadap ion-ion logam Cu(II), Cd(II) dan Ni(II) yang telah dikomplekskan dengan tanin dan diflotasikan (diambangkan) dengan bantuan surfaktan. Perbandingan stoikiometri kompleks logam-tanin ditentukan dengan cara perbandingan mol. Pengaruh pH, konsentrasi dan jenis surfaktan terhadap hasil flotasi diamati dengan mengukur konsentrasi logam sebelum dan sesudah flotasi dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS).
Kondisi terbaik untuk flotasi ion Cu(II) adalah pada pH 4 dengan kedua jenis surfaktan, dan untuk ketiga logam lainnya pada pH 8 dengan surfaktan dodesilamina dan pH 7 dengan surfaktan oktadesil amina. Hasil flotasi dengan surfaktan dodesilamina lebih baik dibandingkan dengan oktadesilamina.
Flotasi dengan menggunakan surfaktan dodesilamina dapat dimanfaatkan untuk menurunkan konsentrasi keempat logam tersebut dalam larutan dan memisahkan sebagian besar logam Cu(II) dari ketiga logam lainnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes James
"Flotasi merupakan proses pengambilan mineral berharga dari pengotornya. Flotasi kolom digunakan untuk pengambilan mineral berharga dengan nilai kadar lebih tinggi dibandingkan flotasi konvensional. Dalam rangka menentukan efisiensi proses flotasi, diperlukan proses monitoring. Desain kolom dibuat dalam skala laboratorium dengan tinggi 120 cm dan diameter 5 cm. Proses monitoring dilakukan dengan kamera berkecepatan 240 fps. Kemudian dilakukan image processing dengan Picsara dan MatLab. Bijih yang digunakan adalah ZnS dengan variasi ukuran partikel 163, 127 89.5, dan 74 mikron. Percobaan dilakukan dengan injeksi udara 2, 2.5, 3, 3.5 dan 4 L/menit. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses monitoring mampu meningkatkan efisiensi dari nilai recovery pada proses flotasi.

Flotation is the process of taking valuable minerals from its impurities. Flotation columns are used for the retrieval of valuable minerals with higher grade values than conventional flotation. In order to determine the efficiency of the flotation process, a monitoring process is required. Column design is made in laboratory scale with height 120 cm and diameter 5 cm. Monitoring process is done with camera speed 240 fps. Then image processing is done with Picsara and MatLab. The ore used is ZnS with particle size variations of 163, 127, 89.5 and 74 micron. The experiments were performed with 2, 2.5, 3, 3.5 and 4 L min of air injections. The results showed that the monitoring process can improve the efficiency of the recovery value in the flotation process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Pranata Al Kautsar
"Penelitian mengenai Pengaruh Pine Oil Terhadap Dinamika Bubble Pada Froth Flotation bertujuan untuk mempelajari efek yang ditimbulkan oleh pine oil terhadap dinamika bubble dalam froth flotasi. Penelitian ini memvariasikan nozzle udara dan konsentrasi pine oil dalam kolom pengamatan. Test section berupa udara yang berasal dari air pump, kemudian dialirkan kedalam kolom melalui nozzle. Data berbentuk video diolah menggunakan software Image J. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pine oil yang dilarutkan kedalam medium, memiliki pengaruh terhadap dinamika bubble yang dihasilkan, seperti ukuran bubble, kecepatan maksimum, dan terminal velocity.

Research on Effect of pine oil To Bubble Dynamics in Froth Flotation aims to study the effects of pine oil on bubble dynamics in the froth flotation system. The research varying the air nozzle and the concentration of pine oil in the field of observation. Air coming from the water pump, then flowed into the column through a nozzle. Video datas processed using software Image J. This research conclude that pine oil dissolved into the medium, has an influence on the resulting bubble dynamics, such as bubble size, maximum speed, and terminal velocity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42669
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Destrianti Syamzida
"Teknologi gelembung mikro memiliki tingkat efisiensi yang tinggi pada proses flotasi dan aerasi untuk Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang telah digunakan di banyak negara maju. Di Indonesia sendiri penerapannya baru pada sektor perikanan dan lab industri skala kecil. Beberapa institusi seperti Indonesia Water Institute (IWI) telah mencoba meneliti gelembung mikro yang diperuntukkan untuk IPA. Namun, sistem reaktor yang ada saat ini belum mencapai kriteria gelembung mikro, terlebih lagi investigasi alat tersebut terhadap kemampuannya dalam proses flotasi dan areasi belum dilakukan. Oleh karena itu, pengembangan sistem reaktor serta investigasi pengaruh dari kemampuan flotasi (kecepatan naik gelembung) dengan variasi ukuran gelembung serta kemampuan aerasi (waktu kontak perpindahan oksigen) dengan variasi koefisien transfer massa (KLa) dari berbagai sparger lokal dilakukan. Tindakan untuk pengembangan sistem reaktor adalah dengan meningkatkan kapasitas pompa dan kompresor, serta melakukan variasi debit air dan debit udara untuk diobservasi gelembung mikro terkecilnya. Metode untuk menganalisis kemampuan sparger adalah dengan menggunakan 3 sparger lokal, dimana  gelembung diukur secara optik (dan dianalisis gambar dengan software ImageJ) dan pengukuran konsentrasi DO setiap menitnya untuk menghasilkan ukuran gelembung dan KLa. Dari ketiga sparger, ukuran gelembung terkecil dihasilkan oleh sparger vortex yaitu 89 m. Hal ini berdampak pada hasil kecepatan naik terbaik nilai 17,67 m/h. Sparger vortex juga menghasilkan serta KLa tertinggi dengan nilai 0,297/min yang berdampak pada waktu kontak tercepat yaitu 3,64 menit dalam absorpsi gas ke dalam larutan. Berdasarkan hasil tersebut, sparger lokal ini memiliki kemampuan yang masuk ke dalam kriteria desain unit flotasi dan aerasi. Oleh karena itu, teknologi gelembung mikro dengan eksperimen skala lab untuk ketiga sparger dapat menjadi acuan dalam perkembangan teknologi mikro pada IPA di Indonesia.

Microbubble technology has a high level of efficiency in the process of flotation and aeration for Water Treatment Plants (WTP) and has been used in many developed countries. In Indonesia, this technology is not optimally utilized yet, only to fisheries and small-scale industrial laboratories. Although several institutions such as the Indonesian Water Intitute (IWI) have tried to evaluate microbubble technology for WTP but the current reactor system has not yet reached the microbubble criteria. In addition, there remains a significant gap in knowledge and research on microbubble local sparger manufacturers and their capabilities for WTP. Therefore, the development of the reactor system and the investigation of flotation ability (rising velocity) with variations in bubble size and aeration ability (oxygen transfer contact time) with variation in transfer coefficient (KLa) of various local spargers were carried out. To develop the reactor system, the capacity of pumps and compressor were increased, and variation in water & air discharge were carried out until the ideal microbubbles size were obtained. The method for analyzing sparger ability is to use 3 local spargers, where bubbles are measured optically (and analyzed with ImageJ) and measurement of DO concentration every minute produce bubble and KLa sizes. Of the three spargers, the smallest bubble size was produced by sparger vortex, which was 89 μm. This has an impact on the results of the best rising velocity 17,37 m/h. Sparger vortex also produced the highest KLa with a value of 0,297/min which had the fastest contact time of 3,64 minutes in gas absorption into the solution. Based on these results, these local spargers have capabilities that fall into the flotation and aeration unit design criteria. Therefore, these three spargers of microbubble technology lab-scale experiments can be a reference in the development of microbubble technology for WTP in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrasno Kartohardjono
"Kontaktor membran serat berlubang telah secara luas digunakan sebagai peralatan kontak karena memberikan rasio luas permukaan kontak dan volume peralatan yang besar. Pada kontaktor membran gas-cair hanya diperlukan sedikit perbedaan tekanan untuk menjaga agar interfasa gas-cair tetap berada pada pori-pori membran. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas kontaktor membran serat berongga dalam proses absorpsi CO2 menggunakan pelarut air dan larutan encer NaOH melalui studi perpindahan massa dan hidrodinamika air. Serat membran yang digunakan pada penelitian ini berdiameter 2 mm dengan ukuran pori 0,1μ m. Ada 3 buah kontaktor yang digunakan dengan diameter selongsongnya 1,6 cm dan panjang 40 cm dengan jumlah serat 12, 15 dan 18 buah. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Fluks gas CO2 dan koefisien perpindahan massa, pada jumlah serat yang sama, bertambah besar dengan meningkatnya kecepatan aliran pelarut yang melewati kontaktor. Sementara itu, pada kecepatan aliran pelarut yang sama, fluks dan koefisien perpindahan massanya berkurang dengan bertambahnya jumlah serat membran di dalam kontaktor. Kapasitas penyerapan larutan 0,01 M NaOH, berdasarkan hasil eksperimen, 1,4 juta kali lebih besar daripada kapasitas penyerapan CO2 oleh air. Rasio faktor friksi kontaktor membran yang digunakan dengan faktor friksi pada pipa halus (literatur) berdasrkan hasil eksperimen berkisar antara 2 hingga 5 kali lebih besar.

Hollow fiber membrane contactor has been widely used as a contactor device to give high ratio between contact area and volume of equipment. In the membrane contactor only need small pressure difference to keep gas-liquid interphase remain in the membrane pores. This studi aims to evaluate theeffectivity of hollow fiber membrane contactor in the CO2absorption process using water and dilutesolution of NaOH as solvents.The fibers used in this suty are 2 mm in diameter and 0,1μ m in the pore size. There were three contactors used in the experiments with 1.6 in shell diameter and 40 cm in length, and the number of fibers in the contactors are 12, 15 and 18, respectively.The results show that CO2 fluxes and mass transfer coefficients increase with increasing liquid flowrate in the contoctors of the same fiber number. Meanwhile, fluxes and mass transfer coefficients decrease with increasing number of fibers in the contactors at the same liquid flowrates. CO2 absorption capacity of 0.01 M NaOH is 1.4 million times higher than CO2 absorption capacity of water. Ratio of friction factor of the contactors used in the experiments and friction factor of smooth pipe is in the range of 2 to 5 times higher."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Kusmayadi
"Pada penelitian ini diparkenalkan suatu faktor yang disebut dengan Kolom Aerasi Sistem Injeksi Berganda, yang selanjutnya cukup disebut dengan kolom aerasi berganda saja. Kolom ini merupakan kolom gelembung (bubble column) yang berfungsi sebagai alat kontak antar fasa gas-cair sehingga terjadi proses perpindahan massa gas ke dalam fasa cair. Kolom gelernbung banyak ditemui dalam industri, seperti pada industri kimia dan petrokimia. Selain ilu, kolom gelembung juga penting peranannya dalam bidang bioteknologi, khususnya dalam bidang fermentasi dan pengolahan air limbah industri.
Kolom aerasi berganda pada penelitian ini dibuat untuk mengurangi limbah cair fenol dengan menggunakan sistem oksidasi. Sistem oksidasi yang digunakan adalah dengan proses biologi dan proses langsung. Proses biologi adalah dengan menggunakan mikroorganisma yang dilarutkan dalam kolom aerasi.
Mikrorganisma ini dapat mengoksidasi fenol sehingga dapat terurai menjadi senyawa lain yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Sedangkan proses langsung yaitu dengan mcnggunakan gas ozon (O3) dan oksigen (O2) sebagai oksidatornya.
Proses dengan menggunakan mikroorganisme atau disebut proses lumpur aktif yang telah banyak digunakan, mempunyai kelemahan dalam pengadukan yang kurang sempurna dan menyebabkan aerasi kurang merata sehingga banyak mikroorganisme mati. Kelemahan lainnya adalah tinggi/kedalaman tangki aerasi terbatas (tidak boleh Iebih dari 1 meter) dan konstruksi bioreaktor yang kurang menjamin aerasi di semua Iitik sehlngga timbul banyak dead zone. Untuk mengatasi kendala-kendala dalam sistem acrobik di atas maka dalam penelitian ini diperkenalkan suatu unit aerasi (bioreaktor) berupa kolom aerasi berganda."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Hudaya
"Pergerakan materi melalui media berpori merupakan fenomena yang sangat menarik untuk dipelajari. Dalam bidang teknik kimia fenomena tersebut ditemui pada kolom adsorpsi , reaktor berkatalis, kromatografi, filtrasi, pertukaran ion, dan lain-lain.
Untuk mengetahui profil kecepatan dan tekanan pada media berpori maka dibutuhkan persamaan neraca massa dan neraca momentum. Neraca massa dan neraca momentum pada aliran berpori didapat dengan menerapkan teorema rerataan volume lokal pada neraca massa dan momentum untuk aliran homogen.
Tiga buah persamaan diferensial parsial (PDP) berorde tiga yang didapat dari neraca massa dan neraca momentum harus diselesaikan secara simultan. Oleh karena itu disubstitusikan stream function pada ketiga persamaan tersebut sehingga didapat satu persamaan yang lebih mudah untuk diselesaikan. Konsekuensi dari penggunaan stream function itu akau menghasilkan PDP yang berorde lebih tinggi (orde empat).
Persamaan akhir yang didapat berupa persamaan diferensial parsial berorde empat, kemudian diselesaikan dengan menggunakan solusi numerik yaitu metode finite dyference. Hasil yang didapat dari solusi tersebut adalah distribusi kecepatan, distribusi tegangan gesek dan jatuh tekanan pada kolom adsorpsi.
Hasil solusi numerik yang didapat adalah profil kecepatan dengan adanya pengurangan kecepatan fluida disekitar dinding dengan kecenderungan semakin dekat ke dinding maka pengurangan kecepatan semakin besar. Hasil sebaliknya didapat untuk tegangan gesek, yaitu semakin dekat ke dindlng maka tegangan gesek akan semakin besar.
Jatuh tekanan dipengaruhi oleh permeabilitas media berpori yang digunakan. Semakin kecil permeabilitas maka jatuh tekanan akan semakin besar dan sebaliknya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49239
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Anggreani
"Hidrodinamika merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga. Dua parameter hidrodinamika yaitu kecepatan superfisial (UG) dan Retention Time Distribution (RTD) setelah direview dari hasil penelitian sebelumnya, tidak dapat digunakan sebagai basis scale up. Dua parameter lainnya yaitu gas holdup (ε) dan koefisien perpindahan massa (kLa) diujicobakan. Pada kondisi operasi iso-ε dan iso-kLa terhadap acuan, pengujian produksi biomassa Chlorella vulgaris Buitenzorg dilakukan pada volume 18 L (acuan) dan 40 L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan pada kondisi iso-ε relatif paling sama dengan acuan. Parameter gas holdup (ε) merupakan parameter hidrodinamika yang bisa menjadi basis scale up
Hydrodynamic is one factor that influences microalgae grwoth. Two hydrodynamic parameter, superficial velocity (UG) and Retention Time Distribution (RTD), after reviewed from the last research, they can?t used as scale up basis. Another parameter, gas holdup (ε) and mass transfer coefficient (kLa), trial tested then. In operation condition which iso-ε and iso-kLa respect to reference, a test of Chlorella vulgaris Buitenzorg biomass production has been done in two reactor volume, 18 L (reference) and 40 L. The result shows that the microalgae growth in iso-ε condition is more similar relatively with the reference. It?s mean that gas holdup (ε) parameter can be used as scale up basis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>