Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70257 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syam Erast Prayoga
"Sel surya telah melalui berbagai tahap pengembangan. Silikon merupakan salah satu bahan utama dalam komersialisasi sel surya. Sel surya crystalline silicon heterojunction with intrinsic thin layer HIT merupakan salah satu aplikasi silikon yang berhasil menghasilkan efisiensi tinggi. Alternatif lain yang bisa dilakukan adalah dengan menggabungkan silikon dengan material compound III-V atau disebut sebagai sel surya crystalline silicon heterojunction with compound thin layer HCT. Sel surya crystalline silicon HCT mampu memberikan alternatif, baik dari segi fabrikasi maupun efisiensi, dibandingkan dengan sel surya crystalline silicon HIT. n-AlGaAs digunakan sebagai alternatif dari n-AlAs pada sel surya crystalline silicon HCT. Jika dibandingkan dengan AlAs, AlGaAs mempunyai nilai lattice constant yang lebih sesuai dengan silikon.
Penggunaan metode step grading pada material AlxGa1-xAs dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi sel surya. Rancangan sel surya crystalline silicon HCT dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak wxAMPS. Dari hasil simulasi didapat arus hubung singkat Jsc sebesar 16,64 mA/cm2; tegangan hubung terbuka Voc sebesar 1,05 V; fill factor sebesar 95,09 ; dan efisiensi 16,64 . Selain itu hasil simulasi menunjukkan penggantian tipe doping dari tipe p ke tipe n menghasilkan kenaikan efisiensi lebih besar pada sel surya HCT n-AlGaAs terhadap sel surya HCT p-AlGaAs, yaitu 11,84 ; sedangkan nilai fill factor mengalami kenaikan sebesar 16,05.

Solar cell has been through many development phases. Silicon is a one of many important material in solar cell manufacturing. Heterojunction with intrinsic thin layer HIT crystalline silicon solar cell is one of silicon solar cell applications, which can produce high efficiency. An alternative to HIT crystalline silicon solar cell is Heterojunction with compound thin layer HCT crystalline silicon solar cell where silicon is coupled with III V semiconductor compound. HCT crystalline silicon solar cell could be an alternative either from fabrication process or efficiency value compared to HIT crystalline silicon solar cell. n AlGaAs is used as an alternative from n AlAs on HCT crystalline silicon solar cell. Compared to AlAs, lattice constant of AlGaAs is more suitable to the silicon.
Step grading method is used for AlxGa1 xAs surface to increase solar cell efficiency. wxAMPS is used as simulation tool to achieve maximum design optimization for HCT crystalline silicon solar cell. Simulation results show that HCT crystalline silicon solar cell produce short circuit current Jsc value is 16.64 mA cm2, open circuit voltage Voc value is 1.05 V, fill factor value is 95.09, and efficiency value is 16.64. Simulation also shows a change from p type to n type dopant, result a significant efficiency increase for HCT n AlGaAs solar cell compared to HCT p AlGaAs solar cell, which is 11.84, in conjunction with its fill factor value, which increase 16.05.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67448
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyaning Nur Karimah
"Sel surya berstruktur Bifacial Heterojunction Intrinsik Thin layer adalah sel surya berbahan silikon dengan interface a-Si:H/c-Si yang merupakan struktur berbentuk heterojunction. Struktur ini memiliki susunan layer yang sama antara bagian atas sel dan bagian bawah sel. Keterbaruan dari struktur ini adalah untuk menjembatani cost dengan penggunaan material crystalline. Struktur bifacial HIT lebih diunggulkan daripada struktur dengan mono crystalline dan atau mono facial. Pengembangan dan pemilihan struktur bifacial HIT yaitu dengan melakukan optimasi pada struktur dengan bantuan AFORS-HET. Optimasi sel surya berstruktur Bifacial Heterojunction Intrinsik Thin layer diperlukan untuk memaksimalkan keluaran sel surya berstruktur Bifacial HIT sebagai sel surya berdasar silikon.Ada 5 model struktur bifacial HIT yang diujikan menggunakan AFORS-HET.
Dari hasil analisa didapat 1 struktur yang paling kecil perbedaan pita konduksi dan pita valensi diantara 4 struktur yang lain, yaitu TCO / a-Si:H p / a-Si:H i / c-Si n / a-Si:H i / a-Si:H n / TCO /Ag. Pada struktur model yang terpilih dilakukan optimasi dan simulasi lanjutan berupa kondisi dark current dan kondisi iluminasi. Dari hasil simulasi dan kalkulasi terhadap struktur sel surya berstruktur TCO / a-Si:H p / a-Si:H i / c-Si n / a-Si:H i / a-Si:H n / TCO / Ag menghasilkan JSC sebesar 8,82 mA/cm2, VOC sebesar 31,4803 mV, efisiensi sebesar 11,9 dan FF sebesar 0,729. Arus, tegangan dan daya maksimal yang dapat dicapai oleh struktur model secara berturut-turut adalah 0,08104 A, 0,25 V dan 0,02026 W. Kata kunci: sel surya, band alignment, bifacial HIT, heterojunction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Udhiarto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
TA3084
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Ratnasari
"Perkembangan teknologi sel surya terus meluas setiap tahunnya. Berbagai pendekatan studi melalui sifat/karakter material penyusunnya, ketebalan lapisannya hingga teknologi nano strukturnya terus dikembangkan. Bila ketiga faktor tersebut diintegrasikan dan disesuaikan akan menghasilkan unjuk kerja keluaran yang optimal. Silikon, sebagai bahan dasar teknologi sel surya sudah terbukti secara komersial mampu menghasilkan efisiensi hingga 20%, namun memiliki tingkat refleksi diatas 30%. Galium Nitrida (GaN), sebagai bahan material campuran semikonduktor golongan III-V, dengan sifat tuneable bandgap-nya mampu meningkatkan kemampuan transmisi spektrum cahaya hingga 72% pada panjang gelombang rendah. Tesis ini memperlihatkan hasil pengaruh material nanostruktur GaN sebagai lapisan anti-refleksi terhadap sel surya berbasis silikon. Perangkat lunak simulasi GPVDM akan memperlihatkan hasil pembacaan tingkat refleksi, transmisi, dan absorpsi terhadap kombinasi GaN/Si sel surya. Ketebalan lapisan GaN, berteknologi nanostruktur kisi, akan divariasikan dalam tiga ukuran dengan perbedaan 0,5e-07m (50nm) per ketinggiannya. Perbandingan dengan Si tanpa struktur GaN kisi, struktur GaN/Si dengan ketinggian kisi 50nm menunjukkan tingkat refleksi lebih rendah, yaitu sekitar 11% dan tingkat transmisi 3 kali lebih tinggi. Kisi dengan tinggi 150nm menghasilkan efisiensi tertinggi diantara uji sampel, yaitu sekitar 1% pada unjuk kerja GaN/Si sel surya. GaN dengan teknologi nanostruktur kisi sebagai anti-refleksi berpotensi sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan unjuk kerja sel surya berbasis silikon.

The development of solar cell technology continues to expand every year. Utilization of the constituent material characteristic, the thickness of the layers to the nanostructure technology are improved. When these three factors are integrated and adjusted, it will produce optimal output performance. Silicon, as a basic material in solar cell technology that has been commercially proven to be able to produce efficiencies of up to 20%, is known to have a reflection rate above 30%. Gallium Nitride (GaN), as a class III-V alloy semiconductor material, with its tune-able bandgap properties could increase the ability of light spectrum transmission to 72% at low wavelengths. This thesis report will show the results of the influence of GaN nanostructure grating as an anti-reflective layer on silicon-based solar cells. The GPVDM Simulator will show the reflection, transmission and absorption result of the GaN / Si solar cell. The grating nanostructure GaN layer thickness will be varied into three sample with 0,5e-07m difference for each. GaN/Si structure with 50nm height gratings’ yield 11% reflection lesser and 3 times higher on transmission level compare to Si solar cell without GaN grating structure. GaN with 150nm height grating structure provide the highest efficiency among the samples, around 1%. Hence, GaN with grating nanostructure technology as an anti-reflective has the potential as an alternative to improve the performance of silicon-based solar cells."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Sadra Partogi
"ZnO nanorod telah berhasil disintesis menggunakan prekursor HMTA dan seng nitrat tetrahidrat melalui metode chemical bath deposition (CBD) yang sebelumnya telah melalui proses pembibitan dengan menggunakan larutan natrium hidroksida (NaOH) dan seng asetat dihidrat (Zn(CH3COOH)2.2H2O). Perlakuan yang diberikan adalah variasi konsentrasi larutan CBD, yaitu 0,025 M; 0,0375M; 0,05M; dan 0,075M dan variasi durasi waktu proses CBD, yaitu 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 6 jam dengan tujuan untuk menganalisa pengaruh kedua hal tersebut terhadap hasil mikrostruktur ZnO, diameter ZnO nanorod, serta kristalinitas yang terbentuk.
Hasil yang didapatkan kemudian diaplikasikan untuk fabrikasi sel surya berbasis perovskite dengan melihat performa efisiensi konversi (η) dari PSC yang telah difabrikasi. Metode karakterisasi material yang digunakan adalah X-ray Diffraction (XRD), dan Scanning Electron Microscope (SEM). Pengujian performa dar PSC yang telah difabrikasi menggunakan Semiconductor Parameter Analyzer dengan menganalisis kurva arus dan tegangan (I-V).
Hasil penelitan menunjukkan bahwa dengan naiknya konsentrasi prekursor yang digunakan, maka akan terjadi kenaikan diameter ukuran butir ZnO nanorod, kristalinitas serta intensitas difraksi ZnO yang dihasilkan. Seiring naiknya durasi waktu proses hidrotermal pada kondisi konsentrasi yang sama juga menunjukkan adanya peningkatan diameter ZnO nanorod yang dihasilkan, peningkatan panjang dari Zno nanorod serta kenaikan kristalinitas dari ZnO. Efisiensi PCE yang paling optimal didapatkan pada kondisi sampel dengan konsentrasi prekursor 0,0375 M dan dengan durasi 3 jam, efisiensi yang didapatkan sebesar 0,027%.

The characteristics of ZnO grown via chemical bath deposition on an FTO glass substrate at different reaction time and precursors concentration has been examined. The seed of ZnO was firstly spin coated at 500 rpm for 5 seconds onto an FTO glass substrate and then at 3000 rpm for another 30 seconds. The coated substrate was then heated at 90 °C to remove the solvent. The growth of ZnO was performed via chemical bath deposition at various precursors concentration and reaction time. The morphology of the obtained ZnO nanorods were characterized using field-emission electron microscope (FE-SEM) equipped with energy dispersive X-ray spectroscopy (EDX) to reveal the morphology and elemental composition of the nanorod, whereas X-ray diffraction (XRD) was used to examine the crystal structure.
The results showed that the ZnO products have nanorod structure and sizes for each concentration. The results of this morphology were supported by the results from XRD. XRD patterns revealed that the formation of nanostructure of ZnO has been obtained at reaction time of 2 hour. The performance test of a fabricated PSC using the Semiconductor Parameter Analyzer by analyzing the current and voltage curves (I-V).
The results show that with the increase in the concentration of the precursors used, there will be an increasing the diameter of the ZnO nanorod grain size, the crystallinity and intensity of the ZnO nanorod. As the duration of the hydrothermal process increases in the same concentration conditions also shows an increasing of ZnO nanorod diameter, an increase in the length of Zno nanorod and an increase in the crystallinity of ZnO. The highest PCE efficiency was obtained in the condition of the sample with precursor concentration of 0.0375 M and with a duration of 3 hours., The efficiency obtained was 0.027%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Marshall Christian
"Karakteristik dari lapisan nanokomposit TiO2/rGO sebagai lapisan kompak sel surya perovskite telah diamati. Lapisan ini berhasil dideposisikan di atas substrat kaca konduktif fluorine-doped tin oxide (FTO) dengan variasi konsentrasi TiO2 sebesar 0,3125 M, 0,625 M, dan 0,9375 M dan variasi persen volume rGO dalam pelarut 0,4% vol., 0,5% vol., dan 0,6% vol. rGO. Proses kalsinasi untuk setiap variasi konsentrasi TiO2 nanopartikel dilakukan pada temperatur 450°C selama 90 menit dan hal yang sama dilakukan untuk kalsinasi lapisan nanokomposit TiO2/rGO. Lapisan perovskte yang digunakan pada penelitian ini menggunakan campuran antara metil amunium iodida (MAI), PbCl2 dan ZnCl2 yang dilarutkan dalam DMSO. Pengaruh dari konsentrasi TiO2 nanopartikel dan persen volume rGO diamati dengan field emission scanning electron microscope (FE-SEM) untuk melihat morfologi dan ukuruan butir, sedangkan sifat kristalinitas dan fasa yang terbentuk diamati menggunakan difraksi sinar-X (XRD).
Pengujian terhadap efisiensi juga dilakukan menggunakan I-V analyzer. Morfologi butir menunjukkan bahwa setiap kenaikan konsentrasi TiO2 membuat densitas TiO2 semakin tinggi dan persebaran butir lebih merata pada semua area. Fasa yang terbentuk menunjukkan adanya fasa anatase dan rutile yang merupakan fasa utama dalam TiO2 P25 Degussa. Untuk morfologi nanokomposit TiO2/rGO, terlihat bahwa pada persen volume 0,4% persebaran rGO terlihat namun sangat tipis dan kurang merata pada seluruh bagian, pada 0,5% vol. rGO terlihat bahwa persebaran rGO pada celah antarpartikel TiO2 terdistribusi merata, dan pada 0,6% vol. rGO terlrihat bahwa rGO menutupi sebagian besar lapisan TiO2. Hasil pengujian efisiensi yang didapatkan menunjukkan bahwa hasil efisiensi terbesar didapatkan pada konsentrasi 0,3125 M dan 0,5% vol. rGO dengan efisiensi sekitar 3,4216%.

Characteristics of TiO2/rGO nanocomposite layers as compact layers of perovskite solar cells have been observed. This layer was successfully deposited on a fluorine-doped tin oxide (FTO) conductive glass substrate with variations in TiO2 concentrations of 0.3125 M, 0.625 M, and 0.9375 M and variations in volume percent of rGO in solvents 0,4 vol%, 0,5 vol%, and 0.6 vol%. rGO. The calcination process for each variation of TiO2 nanoparticle concentration was carried out at a temperature of 450°C for 90 minutes and the same was done for the calcination of the TiO2/rGO nanocomposite layer. The perovskte layer used in this study uses a mixture of methyl amunium iodide (MAI), PbCl2 and ZnCl2 which are dissolved in DMSO. The effect of TiO2 nanoparticle concentration and rGO volume percent was observed by emission scanning electron microscope field (FE-SEM) to see the morphology and grain size, while the crystallinity and formed phases were observed using X-ray diffraction (XRD).
Testing of efficiency is also done using an I-V analyzer. Grain morphology showed that every increase in TiO2 concentration made the TiO2 density higher and grain distribution more evenly distributed in all areas. The phase formed shows the presence of anatase and rutile phases which are the main phases in Degussa P25 TiO2. For the morphology of TiO2/rGO nanocomposite, it is seen that in the volume percent of 0.4% the distribution of rGO is visible but very thin and less evenly distributed in all parts, at 0.5 vol%. rGO shows that the distribution of rGO in the interparticle gap of TiO2 is evenly distributed, and at 0.6 vol%. rGO is concerned that rGO covers most layers of TiO2. The efficiency test results obtained show that the greatest efficiency results were obtained at concentrations of 0.3125 M and 0.5 vol%. rGO with efficiency of around 3.4216%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Kurniawan
"Silikon dapat bersifat seperti cermin dan memantulkan ± 30% cahaya yang diterimanya. Dalam aplikasi solar sel ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengurangi pemantulan pada permukaan silikon solar sel. Metode yang pertama adalah dengan membentuk tekstur permukaan seperti piramida atau piramida terbalik. Metode kedua adalah dengan membentuk suatu lapisan anti refleksi (antire flection coating).
Pada penelitian ini dilakukan perhitungan dan simulasi untuk mencari parameter optimal untuk dual layer antireflection coating. Parameter yang perlu diperhatikan dalam penggunaan antireflection coating adalah indeks refraksi dan ketebalan lapisan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui perhitungan dan uji simulasi dengan menggunakan PCID, ketebalan dan indeks refraksi optimal dari dual layer antireflection coating diketahui sebagai berikut: Lapisan atas (pertama) n1 = 1,57 ; d1 = 93 nm - 96 nm, Lapisan bawah (kedua) n2 = 2,46 ; d2 = 56 nm - 58 nm.
Berdasarkan simulasi yang dilakukan, pemantulan minimum dual layer antireflection coating terjadi pada panjang gelombang 400 nm - 1200 nm (dibawah 10 %). Pemantulan paling kecil (0 %) terjadi pada panjang gelombang 800 nm - 850 nm. Peningkatan performa solar sel dapat dilihat pada peningkatan arus short-circuit sebesar 120 mA (±4%) jika dibandingkan dengan solar sel yang menggunakan tekstur permukaan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S39947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Rahmansyah Sosodoro
"Sel Surya dewasa ini merupakan salah satu Sumber Daya Alternatif yang amat dilirik. Selain itu, ia memiliki perkembangan pesat dengan variasi yang jamak: Monocrystallyne, Polycrystallyne, DSSC dan lain sebagainya dimana masing-masing memiliki jenis Sel Surya tersebut memiliki kualitas serta harga yang bervariasi. Imbas dari hal itu ialah banyaknya Sel Surya yang terdapat di pasaran. Namun banyaknya Sel Surya di pasaran tersebut tidak diimbangi dimana tidak ditemui satu pun perangkat yang mampu mengkarakterisasi Sel Surya-Sel Surya tersebut.
Pada penelitian ini dirancang dan dibangun sebuah Perangkat berbasis Mikrokontroler ATmega16 yang telah mampu untuk melakukan karakterisasi dari Sel Surya yang terdapat di pasaran. Dari karakterisasi Sel Surya, dapat diketahui parameter-parameter dari sel surya mulai dari Tegangan Open Circuit, Arus Short circuit, Fill Factor, Maximum Power Point dan lain-lain. Dari data yang didapat dan dibandingkan dengan datasheet produk, ditemukan bahwa ada perbedaan antara data dari datasheet dengan data dari hasil pengujian. Dilakukan pula percobaan-percobaan dengan variasi Iluminasi yang membuktikan bahwa Iluminasi yang masuk ke perangkat Sel surya akan mempengaruhi besarnya nilai daya yang keluar dari Sel Surya tersebut.

Solar Cell nowadays is one of main Alternative power sources. Solar Cell also already has advanced development with many warations in its technology, such as: Monocrystallyne, Polycrstallyne, DSSC and othe. Each type of technology has it own quality and price. It affects the availability of many types of Solar Cells in the market. But the availability of Solar Cells in the market is not compensated by any Instrument that can Characterized every Solar Cells.
In this research, Designed and Developped a Solar Cell Efficiency Characterizing Instrument Based on ATmega16 Microcontroller that can caharacterized Solar Cell that exist in the market. From the Solar Cell's characterization, can be known the parameters of Solar Cell such as Open circuit Voltage, Short Circuit Current, Fill Factor, Maximum Power point, and many more. In this research, founded differences between the data from datasheet of the products and the data from the testing with the Instrument. In this research also conducted experiments with various Light brightness that verifiy that the light brightness that go into the Solar Cell will effecting the quantity of Power that came out from the Solar Cell.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42889
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Istighfari Dzikri
"Sel surya perovskite menjadi salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia karena proses fabrikasinya yang mudah serta efisiensinya yang tinggi, telah tersertifikasi mencapai 22,1. Perkembangan efisiensi ini tidak lepas dari peran Hole Transport Layer HTL yang berfungsi untuk mengurangi rekombinasi dan meningkatkan absorpsi sel surya perovskite. Namun, HTL yang umum digunakan, spiro-OMeTAD, memerlukan proses sublimasi yang lama dan berharga mahal, sehingga perlu diteliti sel surya dengan HTL yang dapat difabrikasi dengan mudah dan tersedia secara luas di pasaran seperti CuSCN dan PEDOT:PSS.
Pada Skripsi ini akan dilakukan analisa pengaruh material material Hole Transport Layer pada performa sel surya perovskite. Lapisan HTL divariasikan menjadi CuSCN, PEDOT:PSS, dan juga difabrikasi sel surya tanpa HTL untuk melihat pengaruh penggunaan HTL yang berbeda terhadap performa sel surya perovskite.
Hasil pengukuran Voc dan Isc menunjukkan bahwa sel surya perovskite hasil fabrikasi dengan HTL CuSCN dapat menghasilkan Voc sebesar 0,24 mV; Isc sebesar 1,798 mA; dan FF 0,269 sementara perovskite dengan HTL PEDOT:PSS memiliki Voc sebesar 0,22 mV; Isc sebesar 1,716 mA; dan FF 0,278 sedangkan tanpa HTL menghasilkan Voc sebesar 0,12 mV; Isc sebesar 1,245 mA; dan FF 0,261.

Perovskite solar cell is one of the most promising solutions for satisfying Indonesia rsquo s energy demand because of its simple fabrication processes and high efficiency, certified up to 22,1. Perovskites high effiency is related to the role of HTL, decreasing recombinasing recombination and increasing absorption of perovskite solar cells. However, the commonly used HTL, spiro OMeTAD, is expensive and needs a time consuming sublimation process which calls for a cheaper alternative and materials with easier fabrication process, such as CuSCN and PEDOT PSS.
This Skripsi will use three different HTLs CuSCN, PEDOT PSS, and solar cell without HTL and analyze the effect of using different Hole Transport Layer HTL to the performance of perovskite solar cell.
Measurements of Voc and Isc indicate that the Voc of the cell with CuSCN as the HTL is about 0.24 mV, 1.798 mA for the Isc, with 0.269 FF while Voc of the cell with PEDOT PSS as the HTL is about 0.22 mV, 1.716 mA for the Isc, and 0.278 FF. Perovskite solar cell without HTL has 0.12mV Voc, 1.245 mA Isc and 0.261 FF."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Fitra Ramadhan
"Sel surya merupakan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan yaitu Energi Surya, oleh karena itu pengoperasian sel surya sangat tergantung dari intensitas cahaya matahari yang mengenai permukaan sel surya. Kontuinitas intensitas matahari yang mengenai sel surya sering kali terganggu oleh bayang-bayang.Bayang-bayang adalah suatu kondisi yang mengakibatkan berkurangnya radiasi sinar matahari yang dapat diterima oleh sel-sel pada panel surya. Dibanyak kasus sel surya akan tertutup oleh bayangan, baik sebagian atau seluruhnya. Bayangan yang terjadi sering disebabkan oleh awan yang lewat, bangunan tinggi, menara-menara tinggi, pohon, kotoran burung, debu, dan juga bayangan dari satu panel di sisi yang lain.
Skripsi ini akan membahas variasi intensitas matahari serta luas area permukaan sel surya yang terkena bayang-bayang. Bayang-bayang disimulasikan dengan menggunakan naungan yang memiliki tingkat transparansi sebesar 48% dari intensitas matahari yang diterima. Pengukuran gangguan bayang-bayang terhadap penurunan kualitas daya keluaran dilakukan dengan menggunakan panel surya polikristalin pada jam 10.00 hinggan jam 14.00 WIB ketika panjang gelombang cahaya matahari berada pada kisaran (300-800 nm) yang berkaitan dengan daerah spektrum cahaya tampak (visible). Studi ini bersifat eksperimental menghasilkan nilai karakteristik tegangan dan arus keluaran yang bervariasi mengikuti kurva non linear.

The solar cell is a renewable energy, therefore the operation of the solar cell is very dependent on the intensity of the suns light on the surface of the solar cell. The continuity of the suns intensity on the solar cells is often disturbed by the shadows. Shadows are a condition that results in reduced sunlight radiation that can be received by cells in solar panels. In many cases, solar cells will be covered by shadows, either partially or completely. Shadows that occur are often caused by passing clouds, tall buildings, tall towers, trees, bird droppings, dust, and also shadows from one panel on the other.
This thesis will discuss variations in the intensity of the sun and the surface area of solar cells affected by the shadows. The shadows are simulated using a shade that has a transparency level of 48% of the received solar intensity. Measurement of shadow disturbance to the decrease in the quality of output power is done by using polycrystalline solar panels at 10.00 to 14.00 when the wavelength of sunlight is in the range (300-800 nm) associated with the visible light spectrum. This experimental study produces the characteristic values of output voltage and current which vary according to the nonlinear curve.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>