Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 172770 Document(s) match with the query
cover
Tampubolon, Rebecca M. Liony
"ABSTRAK
Emosi dan ekspresi emosi sangat dipengaruhi oleh budaya tempat seseorang tinggal. Budaya Batak adalah salah satu budaya yang memiliki pengaruh besar terhadap kedua hal tersebut, khususnya emosi marah dan pengekspresiannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan anger rumination dalam memprediksi hadirnya kecenderungan physical aggression, verbal aggression, hostility, dan anger pada kelompok Batak Tradisional dan Batak Modern. Penelitian ini menggunakan Anger Rumination Scale untuk mengukur kecenderungan anger rumination dan Buss-Perry Aggression Questionnaire untuk mengukur kecenderungan trait agresi responden. Penelitian dilakukan terhadap kelompok Batak Tradisional n = 105 dan kelompok Batak Modern n = 175 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok Batak Tradisional, anger rumination secara signifikan memprediksi kecenderungan physical aggression t = 102 = 7.075, p < 0.001 , verbal aggression t = 102 = 6.05, p < 0.001 , hostility t = 102 = 5.39, p < 0.001 , dan anger t = 102 = 6.219, p < 0.001 . Pada kelompok Batak Modern, anger rumination terbukti secara signifikan memprediksi kecenderungan physical aggression t = 172 = 4.926, p < 0.001 , hostility t = 172 = 6.64, p < 0.001 , dan anger t = 172 = 7.221, p < 0.001 , namun tidak terhadap verbal aggression t = 172 = 2.447, p < 0.15.

ABSTRAK
Emotions and its rsquo expression is highly affected by the culture we lived in. Batak culture is one of the culture that has a great impact to both o fit, especially anger and its rsquo expression. The aim of this study is to find the role of anger rumination to predict the tendency of physical aggression, verbal aggression, hostility, and anger in Traditional and Modern Batak. This study used Anger Rumination Scale to measure the tendency of anger rumination, and Buss Perry Aggression Questionnaire to measure aggression trait in respondent. Respondents of this study were a group of Traditional Batak n 105 and a group of Modern Batak n 175 . This study shows that anger rumination has a significant effect towards physical aggression t 102 7.075, p 0.001 , verbal aggression t 102 6.05, p 0.001 , hostility t 102 5.39, p 0.001 , and anger t 102 6.219, p 0.001 in Traditional Batak respondents. Meanwhile, anger rumination has a significant effect towards physical aggression t 172 4.926, p 0.001 , hostility t 172 6.64, p 0.001 , and anger t 172 7.221, p 0.001 , but has less impact towards verbal aggression t 172 2.447, p 0.15 in Modern Batak participant. "
[;, ]: 2017
S69135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haikal Milleza
"Kenyamanan termal merupakan aspek yang krusial bagi manusia dan menjadi pertimbangan yang sangat penting bagi sebuah arsitektur. Yang mana sebagai arsitektur yang memanfaatkan ventilasi alami, semestinya arsitektur vernakular dapat menjadi rujukan bagi arsitektur modern dalam menghadirkan kenyamanan termal di dalam ruang. Sehingga tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengkaji bagaimana kondisi kenyamanan termal pada sebuah arsitektur vernakular dan bagaimana performanya jika dibandingkan dengan bangunan berkonstruksi modern. Metode yang dipilih pada pengkajian ini adalah simulasi menggunakan program Rhinoceros dan Grasshopper dengan plugin Ladybug Honeybee untuk dapat menghitung Adaptive Thermal Comfort pada arsitektur vernakular yang dipilih. Simulasi ini dilakukan dengan mengukur 5 kondisi pada Rumah Batak Toba dan Rumah Batak Karo yang masing masing kondisi memiliki parameter berupa pemilihan material, konstruksi yang diterapkan, serta rasio bukaan yang diaplikasikan. Secara umum, data yang dihasilkan menunjukkan bahwa baik Rumah Batak Toba dan Rumah Batak Karo yang menggunakan material, konstruksi, dan rasio bukaan aslinya memiliki tingkat kenyamanan termal terbaik. Hal ini terlihat setelah dibandingkan dengan kondisi lainnya yang menerapkan material, konstruksi, serta rasio bukaan pada arsitektur modern. 

Thermal comfort is a crucial aspect for humans and is a very important consideration for architecture. As an architecture that utilizes natural ventilation, vernacular architecture should be a reference for modern architecture in providing thermal comfort in an interior space. Thus, the purpose of this writing is to examine how the thermal comfort conditions in vernacular architecture and how its performance when compared to modern construction buildings. The method chosen in this study is a simulation using the Rhinoceros and Grasshopper programs with the Ladybug plugin and honeybee to be able to calculate the adaptive thermal comfort in the selected vernacular architecture. This simulation is carried out by measuring 5 conditions in the Toba Batak house and Karo Batak House, in which each condition has a parameter in the form of material selection, construction applied, and the ratio of the opening. In general, the resulting data shows that both Toba Batak Houses and Karo Batak Houses that use materials, construction, and original opening ratios have the best thermal comfort levels. This can be seen after being compared with other conditions that apply materials, construction, and opening ratios of modern architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Azura
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dua tipe ruminasi (intrusive dan deliberate) terhadap posttraumatic growth pada remaja yang mengalami pengalaman buruk. Ruminasi merupakan pemikiran yang berulang-ulang mengenai suatu pengalaman, sementara posttraumatic growth merupakan perubahan psikologis positif sebagai hasil perjuangan menghadapi situasi hidup yang amat menantang. Dalam penelitian ini digunakan tiga instrumen: Ceklis Pengalaman Buruk, Event Related Rumination Inventory (ERRI), dan Posttraumatic Growth Inventory Revised for Children and Adolescents (PTGI-R-C). Sebanyak 276 remaja usia 13-19 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Ditemukan bahwa kedua tipe ruminasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap posttraumatic growth. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa pengaruh intrusive rumination terhadap posttraumatic growth dimediasi oleh deliberate rumination.

The objective of the present study was to investigate the effect of two types of rumination (intrusive and deliberate) on posttraumatic growth among adolescents who experienced negative events. Three instruments were used in this study: Negative Experience Checklist, Event Related Rumination Inventory (ERRI), and Posttraumatic Growth Inventory Revised for Children and Adolescents (PTGI-R-C). 276 adolescents age of 13-19 years old participated in this study. The result of this study showed that both types of rumination positively and significantly affect posttraumatic growth. Mediation analysis revealed that the effect of intrusive rumination to posttraumatic growth is mediated by deliberate rumination."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmadian Darman
"ABSTRAK
Perkelahian pelajar samapai saat ini menjadi topik yang sering dijadikan bahan
pembicaraaa Banyak orang benisaha meneliti lebih lanjut mengenai dinamika teqadinya
perkelahian pelajar tersebut. Mustofe (dalam Johanes 1993) menjelaskan faktor-faktor
yang mungl^ menjadi penyebab teqadinya perkelahian pelajar. Penyebab itu dibagi
menjadi empat bagian yaitu anak/siswa, keluarga, sekolah dan lingkimgan sekitamya.
Keempat &ktor tersebut dapat dikupas lebih lanjut sehingga ditemukan solusi yang mampu
memecahakan masalab perkelahian pelajar tersebut. Dalam penulisan ini, &ktor sekolah
merupakan faktor yang menjadi titik berat penelitian mengingat adanya kemungkinan yang
cukup baik nntiik dilakukannya interfensi. Hal ini didukung dengan adanya sistem yang
baku dalam setiap sekolah dan adanya keseragaman dalam menjalankan sistem tersebut.
Perkelahian pelajar merupal^ salah bentuk agresi yang dengan sengaja dilakukan
oleh siswa yang bersangkutan. Pemahaman dari tindakan agresi yang diberikan Baron
adalah suatu tindakan yang disengaja dan bertujuan untuk melukai orang lain (dalam
Deaux ,1988). Didasari oleh pengertian inilah maka perkelahian pelajar dianggap sebagai
tindakan agresif. Salah satu penyebab mimculnya perilaku agresif adalah adanya fiustrasi
yang dialami oleh subyek. Berkowitz (dalam Deaux, 1993) menyatakan bahwa untuk
mengaitkan fiustrasi dan agresi harus melalui anger sebagai variabel penghantar.
Pengertian dari fiustrasi itu sendiri adalah adanya ketidaksesuaian anatara harapan dengan
kenyataan. Sedangkan ager adalah suatu dorongan yang dirasakan oleh seseorang untuk
bertindak agresif. Dikaitkan dengan faktor penyebab perkelahian yang menjadi titik berat penelitian
yaitu sekolab, maka dapat dikatakan bahwa siswa mengalami frustrasi terhadap
sekolahnya. Dengan demikian mereka memiliki dorongan yang cukup besar untuk
bertindak agresif yang pada akhimya tampil dalam bentuk perilaku terlibat dalam
perkelahian pelajar.
Untuk memahami bagaimana sekolah mempengaruhi siswa, maka Conger (1988)
menyatakan bahwa lingkungan sekolah dibagi menjadi dua bagian yaitu lingkungan
instrumental dan lingkungan sosial. Lingkungan instrumental berupa Fasilitas (instrumen
keras) dan kurikulum (instrumen lunak). Sedangkan lingkungan sosial berupa orangorang
yang terlibat dengan mereka selama di sekolah yaitu guru, kepala sekolah dan
petugas administrasi. Dalam penelitan ini, keadaan frustrasi yang dimaksud adalah frustrasi
terhadap guru dan kepala sekolah (variabel).
Lebih rinci lagi, faktor guru dan kepala sekolah dibagi menjadi dua kategori/aspek
(sub variebel) yaitu kemampuan manajemen kelas dan menjalin hubungan sosial guru,
kemanq)uan manajemen sekolah dan menjalin hubungan sosial kepala sekolah. Dengan
demikian dalam penelitian ini akan menajawab bagaimana peran frustrasi terhadap faktorfektor
tersebut dalam menentukan keterlibatan siswa pada perkelahian pelajar. Peranan
frustrasi itu sendiri tidak secpru Jqngsung berpenganih melainkan melaui anger yang
ditimbulkan frpsf^asi yang dj^I^uninya.
Teknik analisa data y^g al^an digunakan afjalah multiple r^^-ession vfntuk melihat
besar sumbangan masipg-masing variabel ataif sub variabel. Untuk ipejihat hubungan
anger dengan keterlibatan pada perkelahian elajar digun^an t-test dan korelasi point
bisserial. Dari hasil penghitungw akan dipproleh hasU yang ajcan memperlihatkan
dinamika dari masing-masing variabel.
Hasil menunjukkan bahwa kfrutrasi terhadap manajemen kelas guru dinilai paling
berperan dalam menimbulkan anger pada siswa. Selanjutnya adalah kfrustrasi terhadap
kemampuan menjalin hubungan sosial kepala sekolah dan diikuti oleh kemampuan
manajemen sekolah kepala sekolah. Frustrasi terhadap kemampuan menjalin hubungan
sosial guru tidak berperan dan tidak memiliki hubungan yang signifikan dalam
menimbulkan anger. Hubungan antar anger dan keterlibatan pada perkelahian pelajar
dhemukan signifikan sehingga penemuan sumbangan masing-masing variabel otomatis
menjelaskan hubungan tak langsung dengan keterlibatan siswa pada perkelahian pelajar.
Pada akhir penulisan ditemukan hash lain yaitu adanya perbedaan dinamika
sumbangan sub variabel antara kelompok terlibat dan tidak terlibat.Hal yang sama juga
ditemukan dalam tiap kelompok "asal sekolah" sampel yang digunakan. Saran yang
diberikan lebih kepada saran pembuatan alat, penelitian lebih lajut mengenai guru dan
kepala sel(o|ah yang ideal bagi siswa serta masukan untuk memperbaiki kemaippuan
m^jemen kel^ guru a^ar spsuai dengan apa yang diharapk^p pleh siswa."
1995
S2316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M Ramadhana Reksoprodjo
"Post traumatic growth merupakan salah satu istilah untuk menggambarkan perubahan positif akibat hasil perjuangan dengan trauma yang menekankan pada potensi transformasi pengalaman seseorang setelah mengalami peristiwa traumatik (Meyerson, Grant, Carter, dan Kilmer. 2011). Tedeschi dan Calhoun (2004) menekankan pentingnya kejadian yang memiliki efek 'seismik' hingga menimbulkan krisis psikologis karena hancurnya asumsi dasar atau keyakinan inti (core beliefs) seseorang untuk terjadi post traumatic growth. Penelitian ini mengidentifikasi dan mengetahui post traumatic growth yang terjadi pada anak usia sekolah di Indonesia yang mengalami kejadian buruk di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang melibatkan 120 partisipan dari SD di daerah Jakarta dan Depok. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa post traumatic growth yang terjadi pada anak-anak yang mengalami kejadian buruk. Peningkatan core beliefs, rumination, dan dukungan sosial menguatkan post traumatic growth pada anak-anak usia sekolah yang mengalami kejadian buruk.

Post traumatic growth is one of those term for positive change experienced as a result of the struggle with trauma which emphasize in transformation (Meyerson, Grant, Carter, dan Kilmer. 2011). Tedeschi and Calhoun (2004) also emphasize seismic event which caused psychological crisis because of the disruption of core beliefs so that post traumatic growth could happen. The following research is to identified post traumatic growth that happen in school age children with horrible experience. This study uses a quantitative approach involving 120 respondents from elementary schools in Jakarta and Depok. Results showed that there is post traumatic growth in school-age children with horrible experience. Increased core beliefs, rumination, and social support strengthen post traumatic growth in school-age children with horrible experience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Taganing Kurniati
"Penelitian ini menggunakan pendekatan sequential exploratory mixed methods, diawali dengan studi kualitatif fenomenologi pada remaja Jawa (N=8). Hasilnya adalah: (1) Rukun dipahami sebagai kerja sama dan tolong menolong, yang diusahakan dengan mencegah atau menutupi konflik, dengan cara menahan diri dan menjaga perilaku sesuai dengan tata krama Jawa; (2) Pemaafan pada remaja Jawa bukan hanya decisional forgiveness untuk rekonsiliasi, tetapi juga emotional forgiveness untuk kedamaian dalam diri. Pada tahap koneksi, skala Nilai Rukun dikembangkan dan model teori pemaafan ditinjau berdasarkan hasil penelitian kualitatif. Studi kuantitatif berikutnya (N=281) menunjukkan bahwa model persamaan struktural pemaafan pada remaja Jawa mempunyai kecocokan dengan data empiris.

The present research is a sequential exploratory mixed methods study, started with qualitative phenomenological study on Javanese adolescents (N=8). The results has shown that: (1) Harmonious living is an action to cooperate and help each other, that maintained by preventing or covering conflicts through forbearing and applying Javanese manner; (2) Forgiveness in Javanese collectivistic adolescents is not only the decisional forgiveness for reconciliation, but also emotional forgiveness to reach intrapersonal peacefulness. Harmonious Value Scale was developed and forgiveness theoretical model was reviewed according to qualitative study results in the connecting stage. The following quantitative study (N=281) has shown that the structural equation model of forgiveness fit with data."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
D1434
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Mangasi Nofrina Erri Mutiha
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan, gambaran, dan sosialisasi emosi malu dan emosi bersalah pada generasi tua dan generasi muda di suku Batak. Emosi malu dan bersalah termasuk dalam kelompok moral emotions karena dianggap berperan dalam membina perilaku bermoral dan mencegah terjadinya perilaku yang salah (Tangney&Fischer, 1995). Tangney dan Fischer (1995) mengatakan bahwa ketika merasa malu, individu menilai diri mereka telah gagal dalam memenuhi standar lingkungan sosialnya. Sementara dalam emosi bersalah, individu menilai diri mereka bertanggung-jawab terhadap kesalahan yang mereka lakukan. Fokus evaluasi pada emosi malu adalah diri secara keseluruhan, sementara pada emosi bersalah adalah pada suatu tindakan yang telah dilakukan.
Tipe penelitian ini adalah gabungan dari penelitian kuantitatif dan kualitatif (mixed method). Analisis kuantitatif dilakukan untuk menguji hipotesis null bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada emosi malu dan emosi bersalah antara 50 partisipan generasi tua dan 50 partisipan generasi muda suku Batak. Emosi malu dan emosi bersalah diukur dengan menggunakan Test of Self-Conscious Affect 3 (TOSCA-3) (Tangney, Dearing, Wagner, & Gramzow, 2000). Analisis kualitatif dilakukan dengan mengolah data yang diperoleh dari wawancara dengan 6 partisipan.
Hasil penelitian dengan menggunakan teknik statistik Independent Samples T-Test menunjukkan perbedaan yang signifikan pada emosi malu antara generasi tua dan generasi muda suku Batak. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada emosi bersalah antara generasi tua dan generasi muda suku Batak. Dari analisis hasil wawancara diperoleh hasil yang menunjukkan kesamaan antara generasi tua dan muda dalam situasi dan ekspresi emosi bersalah. Sementara untuk situasi dan ekspresi emosi malu terdapat perbedaan. Sosialisasi emosi malu dan emosi bersalah pada kedua generasi diperoleh dari lingkungan keluarga, sekolah, teman dan ajaran di gereja sejak usia Sekolah Dasar.

This research was conducted in order to see the difference, portrayal, and the socialization of shame and guilt in the old and younger generation of Batak tribe. The emotions of shame and guilt belongs to a group of moral emotions, because their role are considered in fostering moral behavior and preventing wrong behavior (Tangney & Fischer, 1995). Tangney dan Fischer (1995) says that in shame, people evaluate themselves that they have failed to meet the standards of the social environment. While guilt, makes people evaluate themselves to be responsible of the wrongdoing they has done. The focus of evaluation in shame is the self as a whole, while in guilt the focus is on the action that the self has done.
The type of this research is a mix of quantitative and qualitative methods. The quantitative analysis was conducted to test the null hypothesis that there is no significant difference in the emotions of shame and guilt among the 50 participants of older generation and 50 younger participants of Batak tribe. The emotions of shame and guilt were measured using the Test of Self-Conscious Affect 3 (TOSCA-3) (Tangney, Dearing, Wagner, & Gramzow, 2000). Qualitative analysis performed by processing data obtained from interviews with 6 participants.
The results using statistical techniques of Independent Samples T-Test showed a significant difference in the emotion of shame between the older generation and the younger generation of Batak tribe. There was no significant difference in the emotion of guilt between the two generation. The analysis results of data obtained from interviews show similarities between the old and younger generation in situation that can elicited guilt feeling and in emotional expression of guilt. As for the emotion of shame, there were differences in situation that can elicited the feeling and also in emotional expression of shame. The socialization of shame and guilt in both generation were mostly obtained from family, especially from parents since they are in elementary school age. Although, there are other agents such as school, friends, and church teachings.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Merida
"ABSTRAK
Masa remaja merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Masa transisi ini ditandai dengan terjadinya perubahan pada fisik, intelektual, seksual dan emosional. Menarche pada perempuan menandakan bahwa remaja sudah memasuki tahapan kedewasaan dalam sistem reproduksinya. Terdapat perbedaan respon dalam menghadapi menarche sesuai dengan nilai dan budaya masyarakat termasuk dalam suku Batak. Tujuan dari penelitian ini adalah dikembangnya kerangka teoritis tentang pola perilaku remaja putri dalam menghadapi menarche sesuai dengan nilai dan budaya keluarga Batak di Jakarta. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan pendekatan grounded theory dengan metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi dan studi literatur. Enam orang partisipan direkrut dengan cara purposive sampling di wilayah Jakarta Timur. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan constant comparative analysis sampai tercapai saturasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku remaja putri dalam menghadapi menarche sesuai dengan nilai dan budaya Batak, yang dipengaruhi oleh informasi yang diterima, pola asuh dalam keluarga dan pandangan orangtua terhadap menarche. Oleh karena itu perawat diharapkan dapat memberikan informasi yang komprehensif kepada remaja tentang proses perkembangan reproduksi remaja dan perawatan saat menarche dengan mengikutsertakan orangtua dalam pemberian pendidikan kesehatan pada anak.

ABSTRACT
Adolescence is a phase between childhood and adulthood. There are some changes occur due to this transitional phase including physical, intellectual, sexual and emotional changes. Menarche in woman means that developing of reproductive system has started. The responses of this situation based on her culture and community value. The purpose of this study is to explore a concept about menarche adolescent girl behavioral pattern according to Batak?s culture and traditional value in Jakarta. The qualitative study was conducted using grounded theory approach, by collecting data from interviews, observation and literature study. Six respondents were recruited using purposive sampling in East Jakarta. The data was analyzed using constant comparative analysis until data saturation was achieved. Research result shows that menarche adolescent girl behavioral pattern according to Batak?s culture and traditional value that was influenced by information adopted, mothering pattern in the family and parent?s perception of view about menarche phase. Regarding this, a nurse is expected to be able to give comprehensive information to adolescent girl about its reproductive system development and nursing in menarche phase. In addition, parent?s involvement is recommended in giving health education to children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Yulia Vonny
"Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia sehingga tak jarang diselenggarakan sebuah perayaan untuk mengenang peristiwa tersebut. Indonesia kaya akan beragam suku dengan ritual adatnya masing-masing, termasuk dalam upacara pernikahan tradisional. Bagaimana ritual adat berlangsung tentu tak terlepas dari ruang yang mengakomodasi proses pelaksanaannya. Di sinilah ritual adat berperan dalam menciptakan setting dan desain khusus pada interior ruang pernikahan. Setting dan kualitas ruang yang terbentuk pun akhirnya mempengaruhi kualitas ritualnya. Batak Toba sebagai salah satu suku di Indonesia memiliki ritual adat pernikahan yang unik dan berbeda. Bagaimana perbedaan dan keunikan ritual adat pernikahan suku Batak Toba mempengaruhi ruang pernikahannya akan dibahas pada skripsi ini.

Marriage is one of important things in human life, so made some ceremony to commemorate marriage is not uncommon nowadays. Indonesia has many tribes with their special ritual, including in traditional wedding ceremony. How do the ritual take place would not be separated from the place which accomodate the process. This is where the traditional ritual play a role in creating the special setting and design of the interior of place. Setting and quality of place that is formed also affect the quality of ritual. Batak Toba as one tribe in Indonesia has unique and different wedding ritual. How do the uniqueness and differences of the wedding ritual affect the place will be discussed in this thesis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42709
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Febrina
"Ekspresi Budaya Tradisional sudah ada sejak dahulu secara turun temurun dan diwariskan dari generasi. Salah satu ekspresi budaya tradisional yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia adalah keragaman kain tradisional, yaitu kain tenun. Kain tenun Ulos Batak Toba sebagai salah satu kain tradisional yang dimiliki bangsa Indonesia. Dibutuhkan perlindungan hukum yang tepat untuk mencegah dan menyelesaikan berbagai pelanggaran hukum dalam melindungi Ulos Batak Toba, karena walaupun ekspresi budaya tradisional sudah dilindungi baik secara nasional dan internasional tetapi peraturan-peraturan tersebut masih belum mampu mengakomodir perlindungan ekspresi budaya tradisional di Indonesia. Hal tersebut menjadikan ekspresi budaya tradisional rentan terhadap tindakan pemanfaatan dan eksploitasi di antaranya peniruan kain Ulos Batak Toba oleh pihak lain secara melawan hukum. Ulos Batak Toba memiliki nilai-nilai ekonomi dan budaya yang memberikan manfaat ekonomi dari pemanfaatan tersebut.
Sifat penelitian dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan bersifat yuridis normatif, penulis mengkaji kaidah atau asas hukum yang berhubungan dengan bagaimana perlindungan hukum Ekspresi Budaya Tradisional kain Ulos Batak Toba dalam sistem hukum HKI dan penerapan penganturannya di Indonesia. Berdasarkan hal ini peneliti menyimpulkan bahwa perlindungan hukum terhadap Ulos Batak Toba sebagai ekspresi budaya tradisional berdasarkan sistem Hukum HKI dan UU Pemajuan Kebudayaan belum efektif, diperlukan aturan bersifat sui generis yang spesifik dan terpisah mengatur mengenai Ekspresi Budaya Tradisional. Pemerintah Daerah juga turut serta dalam memberikan kepastian hukum kepada pencipta atau pemegang hak Ekspresi Budaya Tradisional Budaya kain Ulos Batak Toba.

Traditional Cultural Expressions have been around for generations and are passed down from generations. One of the expressions of traditional culture that is the pride of the Indonesian people is the diversity of traditional fabrics, namely woven fabrics. Ulos Batak Toba woven cloth as one of the traditional fabrics owned by the Indonesian people. Proper legal protection is needed to prevent and resolve various violations of the law in protecting Ulos Batak Toba, because although traditional cultural expressions have been protected both nationally and internationally, these regulations are still unable to accommodate the protection of traditional cultural expressions in Indonesia. This makes traditional cultural expressions vulnerable to exploitation and exploitation, including the imitation of the Ulos Batak Toba cloth by other parties against the law. Ulos Batak Toba has economic and cultural values that provide economic benefits from these uses.
The nature of the research in this research is descriptive in nature with a normative juridical approach, the author examines the legal principles or principles related to how the legal protection of traditional cultural expressions of Ulos Batak Toba cloth in the IPR legal system and its implementation in Indonesia. Based on this, the researcher concluded that the legal protection of the Batak Toba Ulos as a traditional cultural expression based on the IPR legal system and the Law on Cultural Advancement has not been effective, it requires sui generis rules that are specific and separate regulating traditional cultural expressions. The Regional Government also participates in providing legal certainty to the creator or right holder of the Traditional Cultural Expression of Batak Toba Ulos cloth.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>