Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154552 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andre Raymond
"ABSTRAK
Jumlah infeksi nosokomial yang terjadi di negara maju dengan teknologi yang baik masih sangat banyak. Hal ini menggambarkan sulitnya mengontrol pergerakan partikel di udara. Oleh karena itu, sistem tata udara di rumah sakit harus dapat melindungi dan memberikan kenyamanan untuk orang yang berada di dalam rumah sakit. Ruang isolasi tekanan negatif adalah ruang dimana partikel penular penyakit dengan jumlah banyak berada. Oleh karena itu, sistem tata udara harus mencegah keluarnya partikel ini dari ruangan. Analisa yang dilakukan untuk melihat kinerja ruangan adalah dengan melakukan simulasi di software FloVent 8.2. Pada hasil perhitungan dan simulasi, terlihat bahwa kebutuhan ACH yang tidak cukup, nilai PMV dan PPD, yang melebihi standar dan pola aliran udara yang masih turbulen.

ABSTRACT
Many nosocomial incfections in developed country with better technologies happened. This fact describes the difficult of controlling particle in the air. Hence, ventilation system in hospital must have the capability to protects and provides thermal comfort for people in the hospital. Airborne Infection Isolation room is a room in which many airbornes occured. Therefore, ventilation system has to prevents these airbornes escaping the room. Analytical method to measure the room performance is doing simulation with software FloVent 8.2. Based on calculation and simulation, ACH needs is not enough, PMV and PPD not in the standard range, and turbulent airflow "
2017
S69467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat
"ABSTRAK
Sistem tata udara pada ruang operasi berperan penting dari segi kenyamanan tim bedah dan pasien. Selain dari segi kenyamanan, sistem tata udara juga memiliki fungsi untuk mengurangi jumlah partikel di udara ruang operasi selama proses pembedahan berlangsung. Pada ruang operasi yang diteliti didapat banyak parameter-parameter yang tidak memenuhi standar ruang operasi menurut ASHRAE 170 dan ISO 14644-1 sehingga dibutuhkan perancangan ulang sistem tata udara yang baru. Sistem tata udara yang dirancang harus memenuhi semua standar parameter ruang operasi yang berlaku seperti kebutuhan udara segar, suhu, tekanan, kecepatan udara diatas meja operasi, dan tingkat konsentrasi partikel kontaminan. Pentlitian ini menggunakan program FloVent 8.2 untuk melakukan simulasi terkait parameter ruang operasi baik pada kondisi ruang operasi existing maupun kondisi hasil desain. Hasil simulasi selanjutnya dibandingkan dan terlihat bahwa pola aliran udara pada ruang operasi existing tidak terlalu baik dalam penyapuan partikel keluar ruangan sehingga berdampak pada tingginya konsentrasi partikel yang terdisipasi di udara. Selain pola aliran udara, kondisi suhu dan kenyamanan termal pengguna ruangan masih belum sesuai dengan standar yang berlaku dan telah terjadi penurunan efisiensi HEPA filter menjadi 93 terhadap partikel ukuran 0.3 m. Sedangkan ruang operasi hasil desain menunjukan pola aliran udara laminar yang cukup baik menyapu partikel keluar ruangan. Hasil simulasi juga menunjukan bahwa sistem tata udara hasil desain telah memenuhi parameter ruang operasi yang diatur dalam standar ASHRAE 170 dan ISO 14644-1. Kata kunci: ASHRAE 170; HEPA filter; ISO 14644-1; parameter ruang operasi; pola aliran udara; ruang operasi; sistem tata udara

ABSTRACT
Air conditioning system for operating room has an important rule for surgeon and patient comfortable. Beside from comfortable side, air conditioning system has another function to decrease airborne particle in operating room during operation. At the operating room that researched, there are many parameters that are not appropriate with operating room standard based on ASHRAE 170 and ISO 14644 1, so that we need to design a new air conditioning system for the operating room. The new design has to meet all the operating room parameter standards prevail, such as fresh air needed, temperature, pressure, air speed above operating bed, and airborne contamination level. The research uses FloVent 8.2 software program to do simulation related to the operating room parameters whether in existing condition and also the new design. The simulation results than compared, and we can see that airflow pattern in existing condition operating room is not too good to sweep airborne particles out of the room, so that makes the airborne particle dissipated in the air of the operating room. Beside the airflow pattern, temperature condition and the occupation thermal comfort do not meet the standard too and the HEPA filter efficiency has decline to 93 for particle size 0.3 m. While the new operating room design shows the laminar airflow pattern that good enough to sweep particles out of the room. The simulation results show that the new air conditioning system has statisfy the operating room parameters which regulated in ASHRAE 170 and ISO 14644 1 standard. Keywords Air conditioning system airflow pattern ASHRAE 170 HEPA filter ISO 14644 1 operating room operating room parameters."
2017
S68596
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Gavin Coraggio Puntadewa
"Pengurangan pemakaian energi merupakan salah satu tujuan terbesar dari perkembangan ilmu pengetahuan saat ini. Salah satu sektor dimana pemakaian energi terus meningkat adalah pada sektor komersil, terutama pada bangunan rumah sakit. Ruang-ruang bersih di rumah sakit memiliki kondisi-kondisi tertentu seperti tekanan ruangan yang perlu diatur sedemikian rupa untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik. Salah satu solusi untuk mengurangi energi yang dipakai oleh sistem HVAC pada rumah sakit yang tidak mengorbankan kondisi-kondisi yang perlu dipenuhi merupakan pengaplikasian air-to-air heat exchanger, terutama dalam bentuk heat pipe. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara nilai heat recovery dan efektifitas yang dihasilkan oleh pemasangan Heat Pipe Heat Exchanger pada kondisi tekanan yang dibutuhkan oleh ruang isolasi dan ruang bersih rumah sakit. Hasil simulasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nilai heat recovery serta efektifitas performa HPHE memiliki peningkatan yang signifikan dalam kondisi tekanan ruangan non-netral. Nilai heat recovery tertinggi ditemukan pada 0,07 kg/s inlet mass flow evaporator, kondisi tekanan ruang negatif, suhu inlet evaporator 40 oC, dan suhu inlet kondenser 22 oC dengan nilai heat recovery 331,35 W, sementara kondisi tekanan netral pada 0,05 kg/s inlet mass flow evaporator, kondisi tekanan ruangan netral, suhu inlet evaporator 30 oC, dan suhu inlet kondenser 22 oC menghasilkan heat recovery terendah dengan nilai 97,38 W. Kondisi tekanan non-netral ditemukan untuk dapat menghasilkan kenaikan pada nilai heat recovery hingga 300% lebih tinggi daripada nilai heat recovery pada kondisi tekanan netral. Penemuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemakaian HPHE dapat lebih berpengaruh kepada upaya penghematan energi untuk ruangan tertentu seperti ruang isolasi dan ruang bersih rumah sakit dan bahwa penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tentang fenomena ini.

The reduction of energy use is one of the biggest goals of the development of science today. One such sector where energy consumption continues to increase is in the commercial sector, especially in hospital buildings. Clean rooms in hospitals have certain conditions such as room pressure that needs to be regulated in such a way as to be able to function properly. One proposed solution to reduce the energy used by HVAC systems in hospitals that do not sacrifice conditions that need to be met is the application of air-to-air heat exchangers, especially in the form of heat pipes. This study aims to find the relationship between the value of heat recovery and the effectiveness generated by the installation of the Heat Pipe Heat Exchanger on the pressure conditions required by hospital isolation and clean rooms. The simulation results that have been done show that the value of heat recovery and the effectiveness of HPHE performance have a significant increase in non-neutral room pressure conditions. The highest heat recovery value was found at 0,07 kg/s inlet mass flow evaporator, negative room pressure conditions, inlet evaporator temperature 40 oC, and condenser inlet temperature 22 oC with a heat recovery value 331,35 W, while at neutral pressure condition with 0,05 kg/s inlet mass flow evaporator, evaporator inlet temperature of 30 oC, and condenser inlet temperature of 22 oC results in a heat recovery value of 97.38 W. Non-neutral pressure conditions were found to produce an increase in heat recovery values up to 300% higher than the heat recovery value under neutral pressure conditions. The findings from this study indicate that the use of HPHE can be more influential on energy saving efforts for certain rooms such as isolation rooms and hospital clean rooms and that future research should be done to increase the understanding behind this phenomenon"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryuichi Bagas Aditya
"Jumlah pasien COVID-19 terus bertambah. Di sisi lain, penularan virus melalui udara (airborne) merupakan masalah yang serius. Virus menular langsung melalui batuk dan nafas dari orang yang terinfeksi ke orang lain. Virus juga tetap berada di permukaan dan hidup selama berjam-jam bahkan berhari-hari; dapat menyen penyebaran secara tidak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengontrol aliran udara di ruang isolasi pasien COVID-19 menggunakan air purifier fotokatalis dengan tujuan mencegah penularan virus dari pasien ke tenaga medis, serta mengevaluasi kinerja air purifier di ruang isolasi pasien rumah sakit, sistem pola aliran udara ruangan dan mengevaluasi pengaruh laju aliran udara suplai dan temperatur udara suplai pada tubuh pola aliran udara, dan menentukan kombinasi optimal laju aliran udara dan temperatur udara suplai. Penelitian ini dilakukan dengan simulasi dan eksperimen di ruang pasien rumah sakit. Penelitian ini akan menghasilkan satu artikel yang dimuat di jurnal internasional. Selain itu, penelitian ini juga akan menghasilkan prototipe alat pembersih udara di ruang isolasi pasien.

The number of COVID-19 patients continues to grow. In other hand, the virus transmission through the air (airborne) is a serious problem. The viruses transmit directly through the coughing and breath from an infected person to others. Viruses also remain on surfaces and live for hours and even days; may cause to spread indirectly. This study aims to control air flow in the isolation room of COVID-19 patients with the aim of preventing transmission of the virus from patients to medical personnel, as well as to evaluate the performance of the photocatalyst air purifier in the hospital patient isolation, room air flow pattern system and evaluate the effect of supply air flow rate and supply air temperature on airflow pattern’s body, and determining the optimal combination of airflow rate and supply air temperature. This research was conducted by simulation and experiment in the hospital patient room. This research will result in one article published in an international journal. In addition, this research will also produce a prototype of an air purifier in the patient isolation room."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdani
"ABSTRAK
Kualitas udara pada ruang isolasi pasien imunitas menurun menjadi pertimbangan dalam perancangan sistem tata udara ruang isolasi dalam mencegah dan melindungi pasien dari kontaminasi udara luar. Dalam perancangan sistem tata udara ruang isolasi, diperlukan sistem ventilasi yang baik untuk mencegah masuknya kontaminan bakteri atau patogen ke dalam ruangan. Kebutuhan suplai udara ruang berdasarkan ACH harus terpenuhi untuk menjaga tekanan ruang tetap terjaga positif. Sistem filter menjadi bagian yang penting dalam menciptakan kualitas udara yang bersih. Filter yang dipilih menggunakan Pre, medium dan HEPA filter serta menggunakan duct dalam sistem distribusi udaranya. Pola udara dari suplai ke ruangan juga harus laminar. Studi ini menggunakan pemodelan aliran udara dengan FloVent 8.2. Hasil menunjukkan perbandingan ruangan existing dengan disain usulan yang sesuai dengan standar ruang isolasi tekanan positif. Ruangan existing menunjukan hasil laju aliran yang terlalu besar mengakibatkan kecepatan udara juga tinggi. jumlah partikel yang masuk juga tidak sesuai dengan standar. Disain usulan menunjukan kecepatan aliran keluar dari HEPA filter adalah 0.42 m/s, temperatur sebesar 21.6 oC, tekanan 3.6 Pa. Parameter ini telah sesuai standar yang berlaku. Pola aliran udara yang keluar dari HEPA filter juga laminar. Jumlah partikel kontaminasi yang ada di ruangan masih dalam toleransi standar ISO.

ABSTRACT
The quality of air in the isolation of the patient?s immune to consideration in designing the system of the air, the isolation in preventing and protecting patients from contaminating outside air. In the design of the system of air in the isolation room, it takes the ventilation system to prevent the entry of contaminants to bacteria and pathogens into the room. The need for supply based on ACH must be met to keep the pressure space will be positive. System filters to be an important part in creating the quality of clean air. Filter are selected using pre, medium and a HEPA filter and also using ducting in the distribution of air. The pattern of air supply to the room should also be laminar. This study used modeling the flow of air with the FloVent 8.2. The result shows a comparison of the existing design with the design of the proposals in accordance with standards the isolation room as the positive pressure. The Existing design showed the result of the air flow too big, cause the air velocity is also high. Amount of particles that are also incompatible standards. The new design shows the air velocity out of HEPA filter is 0.42 m/s, the temperature of 21.6 oC, the pressure of 3.6. The parameters have been in accordance with applicable standard. Air flow out of a HEPA filter also laminar. Amount of particle contamination still in line to ISO standard."
2016
S64110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Komarudin
"Airborne Disease merupakan penyakit yang disebabkan oleh agen mikroba patogen yang ditularkan melalui udara dengan cara batuk, bersin, tertawa atau melalui kontak fisik dengan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran pengetahuan perawat tentang manajemen airborne disease di ruang Isolasi RSUP Fatmawati. Penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectonal dengan jumlah sampel sebanyak 107 orang perawat yang ditentukan berdasarkan simple random sampling. Hasil penelitian didapatkan data bahwa lebih dari separuhnya 52,3 perawat memiliki pengetahuan yang rendah. Sedangkan sisanya sebanyak 47,7 memiliki pengetahuan tinggi. Penelitian selanjutnya dapat melakukan analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan karakteristik responden.

Airborne Disease is a disease caused by airborne pathogenic microbial agents by coughing, sneezing, laughing or by physical contact with the patient. This study aims to provide a description of nurses knowledge about the management of airborne disease in Isolation Room of Fatmawati Hospital. Descriptive research using cross sectonal approach with total sample of 107 nurses determined based on simple random sampling. The results showed that more than half 52.3 of the nurses had low knowledge. While the rest as much as 47.7 have a high knowledge. Further research can analyze the relationship between the level of knowledge with the characteristics of respondents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aaron Jonathan
"Infeksi jamur infasif atau mikosis infasif pada pasien dengan kondisi sistem imunitas rendah mengakibatkan sejumlah besar morbiditas dan mortalitas. Infeksi tersebut dapat terjadi di lingkungan rumah sakit, komunitas, maupun keduanya. Sejumlah spesies jamur dapat terkonsentrasi pada lingkungan udara rumah sakit, dan dianggap sebagai agen infeksi yang mudah terhirup oleh pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil jamur udara pada ruang rawat beberapa rumah sakit di Jakarta serta kaitannya dengan kelas perawatan. Metode penelitian berdisain potong lintang ini menggunakan pengambilan sampel secara konsekutif dari beberapa rumah sakit di Jakarta. Cawan petri yang mengandung media agar saboraud dekstrosa diletakkan di dalam ruangan rawat RS dan dibiarkan terbuka selama 15 menit, setelah itu dilakukan inkubasi dalam suhu kamar selama minimal tiga hari. Selanjutnya dilakukan proses identifikasi spesies untuk mengetahui profil jamur.
Hasil dalam penelitian ini, jamur yang diisolasi dari ruang perawatan rumah sakit pada umumnya terdiri atas lebih dari dua spesies, diantaranya: Aspergillus niger (67.5%), Candida sp. (40%), Aspergillus fumigatus (30%), Rhodoturula sp. dan Penicillium marnefei dalam jumlah sedikit. Pengamatan terhadap hubungan profil jamur dan jenis kelas ruang rawat menunjukkan bahwa semakin tinggi kelas ruang rawat rumah sakit, semakin sedikit jumlah dan ragam spesies jamur yang tumbuh.
Simpulan. Profil jamur yang diisolasi dari ruang perawatan rumah sakit dalam penelitian ini terdiri atas Aspergillus niger, Candida sp, Aspergillus fumigatus, Rhodoturula sp dan Penicillium marnefei. Hubungan profil jamur dan jenis kelas ruang rawat menunjukkan bahwa semakin tinggi kelas ruang rawat rumah sakit, semakin sedikit jumlah dan ragam spesies jamur yang tumbuh.

Introduction. Invasive fungal infections (invasive mycoses) in immunodeficient patients yields in more than significant number of morbidity and mortality. Such infections occur on both hospital and community settings. Several fungal species might be concentrated in the air among hospitals, and considered as infectious agent that is easily inhaled by patients. This study aims on investigating the profile of airborne fungal species in several inpatient wards chosen from several hospitals in Jakarta and the correlation between those species and the class of the wards itself. Methods this is a cross-sectional study using consecutive samplings taken from several chosen Jakarta hospitals. Petri dish containing dextrose saboraud agar are placed about 1m height above the ground and exposed to open air for 15 minutes. Afterwards, the plates are incubated at room temperature for minimum of three days. Then, samples were analyzed inside the mycology lab for species identification to investigate presenting fungal profile.
Results in this study, common species that are isolated from the respective wards consists of at least two species, including Aspergillus niger (67.5%), Candida species (40%) and Aspergillus fumigatus (30%). Other infectious species such as Rhodotorula sp and Penicillium marnefei are found as well in few numbers. Observation on the relation of fungal profile and class of inpatient wards indicates that the higher the ward class, the less number and diversity of species growing inside the plates.
Conclusion, fungal profile that are isolated from the hospital inpatient wards in this study consists of Aspergillus niger, Candida sp, Aspergillus fumigatus, Rhodoturula sp dan Penicillium marnefei. The correlation between the fungal profile and class of inpatient wards indicated that the higher the class of hospital wards, the less number and diversity of airborne fungi growing on the plates.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisha Basir
"Prevalensi infeksi jamur sistemik (mikosis sistemik) dilaporkan semakin meningkat serta mengakibatkan morbiditas dan mortalitas tinggi, terutama pada pasien dengan gangguan sistem imun. Mikosis sistemik dapat disebabkan oleh jamur yang berada di lingkungan masyarakat maupun rumah sakit, termasuk ruang perawatan intensif (ICU). Pada umumnya jamur kontaminan tersebut masuk ke dalam tubuh pasien melalui saluran napas (inhalasi) maupun kontaminasi peralatan di lingkungan perawatan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil jamur yang diisolasi dari udara pada ruang perawatan intensif di beberapa rumah sakit di Jakarta. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian multisenter tentang aspergilosis invasif di ICU beberapa RS di Jakarta. Metode penelitian ini berdisain potong lintang dan pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif pada ruang rawat intensif di empat RS. Sampel jamur diisolasi menggunakan cawan petri mengandung media agar saboraud dekstrosa yang dibiarkan terbuka selama 15 menit di ruang perawatan, selanjutnya dilakukan proses inkubasi dan identifikasi jamur di laboratorium mikologi untuk mengetahui profil jamur yang diisolasi dari ruang perawatan tersebut. Jamur yang berhasil diisolasi dari ruang perawatan intensif pada penelitian ini umumnya terdiri atas beberapa spesies, yaitu Aspergillus niger (42%), Aspergillus fumigatus (33%), Penicillium sp. (30%), Rhodotorulla (27%), Dematiaceae (24%), Mycelia sterilia (12%), dan Candida sp. (3%). Profil spesies jamur A. niger, A. fumigatus dan Dematiaceae ditemukan di empat rumah sakit, sedangkan Rhodotorulla dan Mycelia sterilia di temukan di tiga rumah sakit. Adapun Penicillium sp. dan Candida sp. hanya ditemukan di satu rumah sakit.
Kesimpulannya, profil spesies jamur udara di ruang perawatan intensif pada penelitian ini terdiri atas Aspergillus niger (42%), Aspergillus fumigatus (33%), Penicillium sp. (30%), Rhodotorulla (27%), Dematiaceae (24%), Mycelia sterilia (12%), dan Candida sp. (3%).

The prevalence of systemic fungal infection (systemic mycosis) is increasing, and cause high number of mortality and morbidity, especially for immunocopromised patients. Systemic mycosis can be cause by fungal species found in either community or hospital environment, including intensive care unit (ICU). Generally, this fungal contaminants infect the patient's body through the respiratory tract (inhalation) as well as contamination of equipment in patient's environment.
This study aims to find out the profile of airborne fungal species that isolated from the air in intensive care unit at several hospitals in Jakarta. This study is part of a multicenter study on invasive aspergillosis in ICU at several hospitals in Jakarta. The cross-sectional study was conducted with consecutive samplings taken from ICU in four hospitals. The sample taken using petri dish containing dextrose saboraud agar that placed about 1m height and open to air for 15 minutes. Then, the process of incubation and fungal identification done in mycology laboratory to know the profile of airborne fungal species isolated from ICU. The fungal species that were isolated from the intensive care unit were consist of several species, which were Aspergillus niger (42%), Aspergillus fumigatus (33%), Penicillium sp. (30%), Rhodotorulla (27%), Dematiaceae (24%), Mycelia sterilia (12%), and Candida sp. (3%). The fungal species profile of A.niger, A.fumigatus and Dematiaceae were found in all four hospitals, while Rhodotorulla and Mycelia sterilia were found in three hospitals and Penicillium sp. and Candida sp. were only found in one hospital.
In conclusion, the profile of airborne fungal species in intensive care unit in this study consisted of Aspergillus niger (42%), Aspergillus fumigatus (33%), Penicillium sp. (30%), Rhodotorulla (27%), Dematiaceae (24%), Mycelia sterilia (12%), and Candida sp. (3%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alvin Alvaro
"ABSTRAK
Sistem HVAC pada ruangan operasi sangat penting untuk gedung pleayanan kesehatan dan diharuskan berjalan memenuhi standar yang ada, kenyataannya dewasa ini banyak rumah sakit yang belum memenuhi standar ruang OK sehingga dokter dan pasien belum dapat melakukan aktifitas dengan nyaman. Selain itu banyak usaha untuk mengembangkan model dari koil pendingin, telah banyak model yang tersedia untuk berbagai macam keperluan, namun, beberapa penelitian menjelaskan bahwa model koil pendingin banyak yang terlalu kompleks, sehingga dibutuhkan koil pendingin yang simpel dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk merancang ulang sistem tata udara khususnya dibagian sistem pendingin cooling coil unit untuk mencapai kondisi ruangan yang sesuai standar dirumahsakit.. Dengan kolaborasi heat pipe heat exchanger sebagai pre-cooler, sistem pendingin diharapkan mampu membuat kondisi ruangan eksperimen memenuhi standar ASHRAE dan ISO Sistem pendingin yang di rancang merupakan circulating thermostatic water bath dengan direct chilling. Penelitian ini dilakukan dengan eksperimen temperatur udara masuk 28o C dan 30 o C, kecepatan udara 2.0 m/s, dan kecepatan aliran air 4 LPM. Hasil dari sistem pendingin rancangan menghasilkan kondisi ruangan yang memenuhi standar saat variasi temperatur 28 o C dan cooling load sebesar 0.905kW. variasi 30o C belum memenuhi standar dengan beban pendingin 0.948 kW. Hasil pengujian menunjukan koil pendingin akan lebih optimal apa bila dipasang dengan konfigurasi yang tepat.

ABSTRACT
The HVAC system in the operating room is very important for health care buildings and is required to meet the existing standards, in fact today many hospitals have not met the OK room standards so doctors and patients have not been able to perform activities comfortably. In addition, there have been many attempts to develop models of cooling coils, many models are available for a variety of purposes, however, some studies have suggested that many cooling coil models are too complex, requiring a simple and accurate cooling coil. This study aims to redesign the air conditioning system especially in the cooling coil cooling unit system to achieve the standard room condition in hospital. With the collaboration of heat pipe heat exchanger as pre cooler, the cooling system is expected to make the experimental room condition meet the standard of ASHRAE and ISO The cooling system that is designed is a circulating thermostatic water bath with direct chilling. This research was conducted with experiments of air temperature of 28 o C and 30 o C, 2.0 m s air velocity, and water flow rate of 4 LPM. The results of the design cooling system has met the standard room conditions at 28 o C and cooling load at 0.905kW. the 30 o C variation has not met the standard with a cooling load of 0.948 kW. The test results show the cooling coil will be more optimal what when installed with the right configuration."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Nurasa
"Yang dimaksud dengan Clean Room adalah suatu ruangan yang dibuat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan keperluan dan tujuannya dengan batasan-batasan yang telah ditentukan untuk mengendalikan kotoran dan partikel-partikel yang ada di udara, disamping masalah tekanan, suhu dan kelembaban ruangan tersebut, juga penyaluran, bentuk serta kecepatan aliran udara dalam suatu ruangan yang dikondisikan. Pada industri semiconductor, clean room mempakan hal mutlak yang harus digunakan, ini dimaksudkan agar produk yang dihasilkan dapat terjaga kualitasnya. Bila terdapat kotoran pada ruangan, maka kualitas produk akan menjadi tidak baik. Kotoran atau partikel udara yang dimaksud pada Clean Room adalah partikel debu dengan ukuran 0,5 _m. Partikel udara ini tidak dapat disaring dengan filter biasa yang dipasang pada sistem tata udara. Filter yang dapat dipakai pada sistem tata udara tersebut adalah HEPA (High Efficiency Particulate Air) filter. HEPA filter ini memiliki effisiensi penyaringan yang sangat tinggi yaitu berkisar antara 99,91 % sampai dengan 99.99%. Dikarenakan effisiensi penyaringan yang sangat tinggi dari HEPA filter ini maka terjadi drop tekanan yang besar juga pada difuser sehingga untuk mengatasi hal tersebut kapasitas dari mesin pendingin menjadi lebih besar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>