Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201317 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghina Ashiila Amalia
"ABSTRAK
Rifampisin RIF merupakan salah satu obat antituberkulosis anti-TB lini pertama yang penggunaannya dikombinasikan dengan isoniazid INH dalam bentuk fixed dose combination FDC selama 4 bulan. Rendahnya konsentrasi RIF dalam darah pasien dapat menyebabkan resistensi obat yang berujung pada kegagalan terapi, sehingga perlu dilakukan pemantauan terapi obat PTO . PTO dengan metode sampel darah kering DBS memberikan kenyamanan yang lebih pada pasien TB untuk meningkatkan keberhasilan terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis RIF dengan keberadaan INH dalam sampel DBS, mulai dari kondisi kromatografi optimum, metode preparasi sampel DBS optimum, dan validasi metode bioanalisis. Kondisi kromatografi optimum adalah menggunakan kolom C8 Waters, SunfireTM 5 m; 250 x 4,6 mm ; fase gerak dapar amonium asetat 50 mM pH 4,5 ndash; asetonitril ndash; metanol 40 : 30 : 30 ; laju alir 0,5 mL/menit; suhu kolom 40 C; deteksi pada panjang gelombang 261 nm; waktu analisis selama 16 menit; menggunakan cilostazol sebagai baku dalam. Preparasi sampel menggunakan metode pengendapan protein dengan pelarut pengekstraksi asetonitril-metanol 1:4 v/v . Hasil validasi terhadap metode analisis RIF dengan keberadaan INH yang dilakukan memenuhi persyaratan validasi berdasarkan EMEA pada tahun 2011. Metode yang diperoleh linear pada rentang konsentrasi 1,0 ndash; 30,0 g/mL dengan nilai r > 0,9984.

ABSTRACT
Rifampicin RIF is one of the first line antituberculosis anti TB drug combined with isoniazide INH in fixed dose combination FDC form which is consumed for 4 months. RIF has been associated with treatment failure in some patients because of a low blood drug concentrations. Therefore, TB patient using RIF is recommended to determine plasma concentrations of RIF. Biosampling method using dried blood spots DBS offers some advantages such as the patient comfort. Monitoring TB drug using DBS helps to improve effectiveness of therapy. This research objective is to develop an analytical method of RIF in presence of INH in DBS starting from optimum chromatography condition, optimum whole blood preparation method, and analytical method validation. The optimum chromatographic condition was obtained using C8 Waters, SunfireTM 5 m 250 x 4.6 mm the mobile phase contains buffer ammonium acetate 50 mM pH 4.5 ndash acetonitrile ndash methanol 40 30 30 flow rate was 0.5 mL min column temperature 40 C which was detected with UV at wavelength of 261 nm time of analysis 16 minutes and cilostazol as internal standard. The optimum preparation method was protein precipitation technique using acetonitrile and methanol 1 4 v v . The validation result of RIF in presence of INH analysis method fulfilled the validation requirement using EMEA Bioanalytical Guideline in the year 2011. The method was linear at concentration range of 1.0 30.0 g ml with r 0.9984. "
2017
S67574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edria Rasendriya
"Rifampisin dan isoniazid adalah dua obat antituberkulosis (OAT) yang digabungkan penggunaannya dalam bentuk kombinasi dosis tetap atau fixed dose combination (FDC). Penggunaan kedua obat ini dapat menimbulkan resistensi pada pasien apabila kadar rifampisin dan isoniazid di bawah rentang terapi. Hal tersebut dapat menyebabkan kegagalan terapi sehingga perlu adanya pemantauan terapi obat (PTO). Metode menggunakan sampel darah kering atau dried blood spot (DBS) dalam PTO menjadi salah satu cara yang dapat digunakan untuk menganalisis konsentrasi kedua obat dalam darah pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis rifampisin dan isoniazid dalam sampel DBS menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi detektor Photodiode Array yang optimum dan tervalidasi berdasarkan pedoman Food and Drug Administration 2018. Analisis rifampisin dan isoniazid dilakukan dengan KCKTPDA menggunakan kolom C18 (Waters, Sunfire™ 5μm; 250 x 4,6mm), volume injeksi 20 μL, dan suhu kolom 40ºC. Fase gerak terdiri atas dapar ammonium asetat-asetonitril-metanol (40:30:30) dengan elusi isokratik, laju alir 0,5 mL/menit dan total waktu analisis 18 menit. Metode ekstraksi pengendapan protein digunakan sebagai metode preparasi sampel dengan pelarut pengekstraksi 1 mL asetonitril-metanol (1:4 v/v%). Nilai Lower Limit of Quantitaion (LLOQ) yang didapat adalah 1,0 μg/mL untuk rifampisin dengan rentang kurva kalibrasi 1,0-30 μg/mL serta 0,4 μg/mL untuk isoniazid dengan rentang kurva kalibrasi 0,4-10 μg/mL. Seluruh hasil validasi memenuhi persyaratan Food and Drug Administration tahun 2018.

Rifampicin and isoniazid are antituberculosis drugs which are combined for use in the form of a fixed dose combination (FDC). The use of these drugs can cause resistance in patients if the levels of rifampicin and isoniazid are below the therapeutic range. This can lead to therapy failure, so it is necessary to monitor drug therapy. Dried blood spot (DBS) sample method in therapeutic drug monitoring (TDM) is an option that can be used to analyze drug concentration in patient's blood. This research objective was to develop an optimum analytical method for rifampicin and isoniazid in DBS sample using High Performance Liquid Chromatography - Photodiode Array detector (HPLC-PDA) with validation based on 2018 Food and Drug Administration (FDA) guideline. Analysis of rifampicin and isoniazid was performed in HPLC-PDA with a C18 column (Waters, Sunfire™ 5μm; 250 x 4.6mm), injection volume of 20 μL, and column temperature of 40oC. The mobile phase contained buffer ammonium acetate-acetonitrile-methanol (40:30:30) with isocratic elution, flow rate of 0,5 mL/minute, and total run time of 18 minutes. Protein precipitation for extracting drug method was used as a sample preparation method with 1 mL of acetonitrilemethanol as the extraction solvent (1:4 v/v%). The LLOQ values obtained were 1,0 μg/mL for rifampin with a calibration curve range of 1,0-30 μg/mL and 0,4 μg/mL for isoniazid with a calibration curve range of 0,4-10 g/mL. All validation results fulfilled the requirements of the 2018 FDA guideline."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicha
"ABSTRAK
Esomeprazol ESO merupakan salah satu obat golongan Proton Pump Inhibitor PPI berbentuk tablet salut selaput yang merupakan sediaan lepas termodifikasi sehingga wajib diuji bioekivalensi dengan metode bioanalisis yang selektif, sensitif, dan valid. Teknik biosamplingdried blood spot DBS sedang dikembangkan karena beberapa kelebihan dari teknik ini terkait kestabilan analit, keamanan, kenyamanan subjek, kemudahan penanganan, dan ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis ESO dalam sampel DBS menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT dengan detektor Photodiode Array PDA. Sampel darah ditotolkansebanyak 30mL, dikeringkan selama 2,5 jam, diekstraksi menggunakan metanol sebanyak 500L, dikocok menggunakan vortex selama 3 menit, dan disonikasi selama 15 menit. Hasil ekstraksi disentrifugasi selama 1 menit dan supernatan diuapkan di bawah aliran gas nitrogen pada suhu 40 C. Residu direkonstitusi menggunakan fase gerak kemudian dianalisis menggunakan KCKT fase terbalik dengan kolom Waters, SunfireTM5; 250 x 4,6mm ; fase gerak asetonitril dapar fosfat pH7,6 40:60 ; laju alir 1,0mL/menit; suhu kolom 40 C; deteksi pada panjang gelombang 300 nm; waktu analisis selama 10 menit; menggunakan lansoprazol sebagai baku dalam. Hasil validasi terhadap metode analisis ESO yang dilakukan memenuhi persyaratan validasi berdasarkan EMEA pada tahun 2011. Metode analisis linear pada rentang konsentrasi 70,0-1400,0ng/mL dengan nilai r>0,98.

ABSTRACT
Esomeprazole ESO is a Proton Pump Inhibitor which is classified to modified release dosage form, so that must be tested for bioequivalence with a selective, sensitive, and valid bioanalysis method. Dried blood spot DBS technique is being developed for its advantages related to analyte stability, safety, practicality, less invasive, and cheaper. This study aims to develop the method of ESO analysis in a DBS sample using High Performance Liquid Chromatography HPLC with Photodiode Array detector. 30mLwhole blood sample was spotted and dried for 2,5 hours, extracted with 500L methanol, vortex mixed for 3 minutes, and sonicated for 15 minutes. The extract then was sentrifuged for 1 minutes and the supernatant was evaporated under nitrogen flow at 40 C. Residue was reconstituted with mobile phase then analysed with reversed phase HPLC with column Waters, SunfireTM 5 m 250 x 4.6mm acetonitrile phosphate buffer pH7.6 40 60 as the mobile phase flow rate was 1.0mL min column temperature was 40 C detection wavelength was 300 nm analysis time was 10 minutes using lansoprazole as the internal standard. The results of bioanalysis method validation performed met the validation criteria based on EMEA in 2011. The method was linear at concentration range of 70.0 1400.0ng mL with r 0.98."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Utami
"Rifampisin merupakan antibiotik yang biasa dikonsumsi bersamaan dengan isoniazid dalam bentuk kombinasi dosis tetap yang digunakan sebagai regimen terapi dalam pengobatan tuberkulosis. Resistensi bakteri dapat terjadi apabila kadar rifampisin berada di bawah rentang terapi, yaitu 8 – 24 μg/mL setelah pemberian dosis oral 600 mg. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan kadar obat untuk mencapai keberhasilan terapi. Beberapa metode analisis rifampisin menggunakan plasma dan Dried Blood Spot telah dikembangkan dan divalidasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis rifampisin yang tervalidasi dalam Volumetric Absorptive Microsampling (VAMS) menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi – tandem spektrometri massa. Penelitian ini menggunakan VAMS karena tekniknya yang sederhana dan lebih nyaman, volume pengambilan yang lebih sedikit, serta tidak adanya efek hematokrit. Metode preparasi sampel dilakukan dengan cara pengendapan protein menggunakan metanol-asetonitril 1:2 sebanyak 500 μL dan dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi dengan detektor spektrometri massa dengan mode electrospray ionization positif dan multiple reaction monitoring pada m/z 823,48 > 791,76 untuk rifampisin, dan m/z 370,35 > 288,28 untuk silostazol sebagai baku dalam. Kondisi analisis optimum diperoleh menggunakan kolom Acquity® UPLC BEH C18 (2,1 x 100 mm; 1,7 μm); laju alir 0,10 mL/menit; fase gerak asam format 0,1% dan metanol (20:80), suhu kolom 40°C, dengan volume injeksi 10 μL. Nilai LLOQ yang didapatkan adalah 0,4 μg/mL untuk rifampisin dengan rentang kurva kalibrasi 0,4 – 30 μg/mL. Metode analisis telah tervalidasi sesuai dengan kriteria persyaratan yang ditetapkan oleh US Food and Drug Administration (2018) dan European Medicines Agency (2011).

Rifampicin is an antibiotic that is usually taken together with isoniazid in the form of a fixed-dose combination that is used as a therapeutic regimen in the treatment of tuberculosis. Bacterial resistance can occur if the levels of rifampicin and isoniazid are below the therapeutic range, which is 8 – 24 μg/mL after oral administration of 600 mg dose. Therefore, it is necessary to monitor drug levels to achieve therapeutic goals. There are several analytical methods of rifampicin using plasma and Dried Blood Spot have been developed and validated. This research aims to develop a validated analysis method of rifampicin in Volumetric Absorptive Microsampling (VAMS) using UHPLC- MS/MS. This research used VAMS because the technique is simpler and more convenient, requires small volume of samples, and not affected the hematocrit effect. The sample preparation in VAMS extracted using protein precipitation method using 500 μL of methanol – acetonitrile 1:2 and analyzed using liquid chromatography with mass spectrometry detector and positive electrospray ionization and multiple reaction monitoring with m/z 823,48 > 791,76 for rifampicin, and m/z 370,35 > 288,28 for cilostazol. Optimum analytical conditions were obtained using the Acquity® UPLC BEH C18 column (2.1 x 100 mm; 1.7 m); flow rate 0.10 mL/min; mobile phase 0.1% formic acid and methanol (20:80), column temperature 40°C, and injection volume of 10 μL. The LLOQ value obtained was 0,4 μg/mL for rifampicin with a calibration curve range of 0,4 – 30 μg/mL. The analytical method has been validated in accordance with the requirements criteria set by the US Food and Drug Administration (2018) and the European Medicines Agency (2011)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky
"Warfarin merupakan obat antikoagulan yang digunakan dalam pengobatan tromboemboli vena. Namun, warfarin memiliki efek samping pendarahan dan banyak berinteraksi dengan obat lain. Oleh karena itu, diperlukan pemantauan terapi obat dalam penggunaan warfarin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode analisis dan preparasi sampel warfarin dalam DBS menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi-Photodiode Array yang optimum dan tervalidasi berdasarkan pedoman Food and Drug Administration 2018. Analisis kuantifikasi warfarin dilakukan dengan KCKT-PDA dengan kolom C18 (Waters, Sunfire™ 5µm; 250 x 4,6mm), volume injeksi 20 µL, dan suhu kolom 40 ºC. Fase gerak terdiri atas metanol-asetonitril-dapar fosfat (20:15:65) (elusi isokratik) dengan laju alir 0,8 mL/menit dan total waktu analisis 15 menit. Preparasi sampel dalam DBS dilakukan dengan metode pengendapan protein dengan pelarut pengekstraksi metanol dengan volume 1000 µL. Nilai Lower Limit of Quantification (LLOQ) yang didapat adalah 50,0 ng/mL untuk warfarin dengan rentang kurva kalibrasi 50-2500 ng/mL. Seluruh hasil validasi memenuhi persyaratan Food and Drug Administration tahun 2018.

Warfarin is an anticoagulant drug used in the treatment of venous thromboembolism. However, warfarin has bleeding side effects and interacts a lot with other drugs. Therefore, it is necessary to monitor drug therapy in the use of warfarin. The aim of this study was to obtain an optimum and validated method of analysis and sample preparation of warfarin in DBS using High Performance Liquid Chromatography-Photodiode Array based on the 2018 Food and Drug Administration guidelines. Warfarin quantification analysis was performed by HPLC-PDA with column C18 (Waters, Sunfire ™ 5µm; 250 x 4.6mm), injection volume 20 µL, and column temperature 40 ºC. The mobile phase consisted of methanol-acetonitrile-phosphate buffer (20:15:65) (isocratic elution) with a flow rate of 0.8 mL/min and a total analysis time of 15 minutes. Sample preparation in DBS was carried out by protein precipitation method with methanol extracting solvent with a volume of 1000 µL. The Lower Limit of Quantification (LLOQ) value obtained was 50.0 ng/mL for warfarin with a calibration curve range of 50-2500 ng/mL. All validation results fulfilled the 2018 Food and Drug Administration requirements."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan
"Fenitoin adalah obat antikonvulsan yang digunakan dalam manajemen terapi epilepsi, kejang tonik-klonik, kejang kompleks parsial, dan status epilepticus. Fenitoin memiliki indeks terapeutik yang sempit (10–20 µg/mL), farmakokinetika yang tidak linear,  dan potensi neurotoksisitas dan kardiotoksisitas serius. Oleh karena itu, kadar fenitoin dalam darah perlu dipantau untuk memastikan efektivitas dan keamanan terapi yang diberikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode analisis dan preparasi sampel dalam DBS menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi-Photodiode Array (KCKT-PDA) yang optimum dan tervalidasi sesuai pedoman Food and Drug Administration (2018). Analisis dilakukan menggunakan KCKT-PDA dengan kolom C18 (Waters, Sunfire TM, 5 µm; 250 x 4,6 mm). Elusi dilakukan dengan fase gerak metanol-asetonitril-air (44:10:46) secara isokratik dengan laju alir, 1,0 mL/menit, suhu kolom 35ºC, dan volume injeksi 20 µl. Preparasi sampel dilakukan dengan menotolkan 30 µl darah mengandung fenitoin pada Dried Blood Spot (DBS) lalu dikeringkan selama 120 menit. DBS kemudian dipotong menjadi kecil (dipotong menjadi kecil ±3 mm) dan dimasukan ke dalam sample cup dan ditambahkan 30 µl karbamazapein 10 µg/mL sebagai baku dalam dan diekstraksi. Proses ekstraksi dilakukan dengan menambahkan 400 µl metanol ke dalam sample cup, lalu dikocok dengan vorteks selama 30 detik, disonikasi selama 15 menit, dan disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 5 menit. Supernatan kemudian dipipet sebanya 300 µl dan dikeringkan dengan aliran gas nitrogen. Ekstrak kering direkonstitusi menggunakan 100 µl fase gerak lalu divorteks selama 30 detik, disonikasi 2 menit, dan disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 3 menit. Metode ini sudah memenuhi parameter validasi penuh menurut Food and Drug Administration (2018) dengan LLOQ 0,1 µg/mL dan rentang kurva kalibrasi 0,1-50 µg/mL dengan koefisien korelasi (r) 0,9989-0,9994.

Phenytoin is an anticonvulsant drug which can be use in the management of epilepsy, tonic-clonic seizure, complex partial seizure, and status epilepticus. Phenytoin has a narrow therapeutic index (10–20 µg/mL), non-linear pharmacokinetics profile, and serious neurotoxicity and cardiotoxicity potentials. Thus, therapeutic drug monitoring of phenytoin serum level is required to ensure therapy’s safety and efficiency. This study aims to obtain an optimum and validated analysis and preparation method for phenytoin in Dried Blood Spot (DBS) using HPLC-PDA based on Food and Drug Administration Guidelines (2018). The quantification of phenytoin is performed using C18 (Waters, Sunfire, 5 µm; 250 x 4,6 mm) column with injection volume of 20 µl. The mobile phase consists of methanol-acetonitrile-water (44:10:46) with 1,0 ml/min flow rate and the column temperature maintained at 35ºC. Sample in DBS was extracted by liquid-liquid extraction using 400 µl of methanol which was then mixed by vortex for 30 seconds, sonicated for 15 minutes, and centrifugated at 10.000 rpm for 5 minutes. Supernatant obtained was pipetted for 30 µl and evaporated using nitrogen gas flow. The dried extract was reconstituted with 100 µg of the mobile phase, mixed by vortex for 30 seconds, sonicated for 2 minutes, and centrifugated at 10.000 rpm for 3 minutes. This method has met the qualifications for a validated analytical method set by the Food and Drug Administration Guidelines (2018). The LLOQ value was 0,1 µg/mL and the range of calibration curve was 0,1-50 µg/mL (r = 0,9989 – 0,9994)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Rahastin Sinansari Dewi
"Terapi antiretroviral (ARV) berbasis dolutegravir (DTG) merupakan regimen lini pertama yang direkomendasikan WHO sejak tahun 2019 untuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Munculnya HIV yang resistan terhadap DTG dapat secara signifikan mengurangi efektivitas regimen ARV yang mengandung DTG. Angka resistansi tersebut mungkin terus meningkat seiring dengan potensi meluasnya penularan HIV yang resistan terhadap DTG. Pemantauan kadar obat pada pasien yang menerima regimen ARV yang mengandung DTG memerlukan pengembangan dan validasi metode bioanalitik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi preparasi sampel dan analisis DTG yang optimum pada sampel dried blood spot (DBS) menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi – photodiode array (KCKT-PDA) yang tervalidasi berdasarkan standar FDA (2018) dan EMA (2022). Preparasi sampel DBS dilakukan dengan metode presipitasi protein menggunakan larutan pengekstraksi metanol. Karbamazepin digunakan sebagai baku dalam. Analisis dilakukan menggunakan KCKT-PDA dengan kolom C18 (Waters, Sunfire™ 5µm; 250 x 4.6mm) pada suhu 25°C. Sejumlah 20 µL sampel disuntikkan menggunakan autosampler, dielusi secara isokratik menggunakan fase gerak asetonitril – dapar fosfat  pH 5 (45:55) dengan laju alir 0,8 mL/menit, dan dideteksi pada  panjang gelombang 257 nm. Metode ini telah memenuhi standar validasi bioanalisis FDA (2018) dan EMA (2022) dengan LLOQ 0,25 µg/mL dan rentang kurva kalibrasi 0,25-10 µg/mL. Pengambilan sampel mikro menggunakan DBS dapat digunakan untuk mengukur kadar dolutegravir dengan karbamazepin sebagai baku dalam, dimana penerapan metode yang sederhana dan sensitif ini dapat menyederhanakan kegiatan pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD) sekaligus mencegah penyebaran HIV yang resistan terhadap DTG.

Dolutegravir (DTG) based antiretroviral therapy (ART) is a first-line regimen that has been recommended by WHO since 2019 for people living with HIV. The emergence of DTG-resistant HIV can significantly reduce the effectiveness of current DTG-containing antiretroviral regimens. The number of resistance may continue to increase along with the potential spread transmission of DTG-resistant HIV. Prior to monitoring the drug level, development and validation of the bioanalytical method was needed. The aim of this study was to obtain an optimum sample preparation and analysis condition of DTG in dried blood spot (DBS) using high performance liquid chromatography – photodiode array (HPLC-PDA) that validated based on the FDA guidelines (2018) and EMA guidelines (2022). DBS sample preparation was performed using protein precipitation method with methanol extraction solution. Carbamazepine is used as an internal standard (IS). The quantification analysis was carried out using HPLC-PDA with C18 column (Waters, Sunfire™ 5µm; 250 x 4.6mm) at 25°C. A volume of 20 µL of sample was injected using autosampler, eluted using an isocratic mobile phase of acetonitrile - phosphate buffer pH 5 (45:55) at a flow rate of 0.8 mL/min, and detected at a wavelength of 257 nm. This method has met FDA (2018) and EMA (2022) bioanalytical validation standards with an LLOQ of 0.25 µg/mL and a calibration curve range of 0.25-10 µg/mL. The microsampling using dried blood spot could quantify dolutegravir with carbamazepine as IS, where the application of this simple and sensitive method will then simplify the therapeutic drug monitoring activities while preventing the spread of DTG-resistant HIV."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Lifia Rahmatul Ummah
"Risperidon (RIS) merupakan obat golongan antipsikotik generasi kedua yang bekerja dengan cara memblok reseptor serotonin (5-HT2A) dan dopamin (D2). RIS dan metabolit aktifnya, yaitu 9-Hidroksirisperidon (9-OH-RIS), menunjukkan tingkat variabilitas berdasarkan polimorfisme CYP2D6, sehingga berdampak pada variabilitas efektivitas terapi dan efek samping obat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode analisis yang optimum dan tervalidasi terhadap RIS dan 9-OH-RIS dalam Dried Blood Spot menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Ultra Tinggi – Tandem Spektrometri Massa. Preparasi sampel dilakukan dengan larutan pengekstraksi metanol–asetonitril dengan metode ekstraksi sonicated-assisted extraction. Pemisahan dilakukan dengan fase gerak asam format 0,1%–metanol 15:85, elusi isokratik, dan laju alir 0,1 mL/menit. Analisis kuantitatif menggunakan spektrometri massa dengan ESI positif serta mode analisis MRM. Deteksi RIS, 9-OH-RIS, dan Clozapin berturut-turut adalah 411,16 --> 191,12; 427,16 --> 207,11; dan 327,10 --> 270,10. Nilai LLOQ RIS dan 9-OH-RIS didapatkan sebesar 2,0 ng/mL. Nilai %KV dan %diff pada within run dan between run tidak lebih dari 15% pada QC dan tidak lebih dari 20% pada LLOQ. Hasil validasi menunjukkan hasil yang sensitif, selektif, dan valid untuk bioanalisis kadar RIS dan 9-OH-RIS dalam darah sesuai guideline FDA tahun 2018.

isperidone (RIS) is a secondary generation antipsychotics drug that works by blocking serotonin (5-HT2A) and dopamine (D2) receptors. RIS and its active metabolite, 9-Hydroxyrisperidone (9-OH-RIS) showed a variability based on the CYP2D6 polymorphism, thus impacting variability in therapeutics efficacy and drug side-effects. This study aimed to obtain an optimum and validated analytical method for RIS and 9-OH-RIS in Dried Blood Spot using Ultra High Performance Liquid Chromatography – Tandem Mass Spectrometry. Sample preparation was carried out using methanol–acetonitrile extraction solution by sonicated-assisted extraction method. Separation was carried out using a mobile phase consist of 0.1% formic acid– methanol 15:85, isocratic eluti,on and flow rate of 0.1 mL/minute. Quantitative analysis was carried out using mass spectrometry with ESI positive and MRM analysis mode. Detection of RIS, 9-OH-RIS, and Clozapine were 411.16 --> 191.12; 427.16 --> 207.11; and 327.10 --> 270.10. The LLOQ of RIS and 9-OH-RIS was the same, 2.0 ng/mL . The value of %CV and %diff at within-run and between-run were no more than 15% for QC and not more than 20% at LLOQ. The validated result performed sensitive, selective, and valid for bioanalysis of RIS and 9-OH-RIS levels in the blood according to the 2018 FDA guidelines."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zenshiny Starlin
"Akrilamida adalah senyawa karsinogen yang dapat secara mudah ditemukan diclingkungan kerja, makanan, kontaminasi udara, dan asap tembakau. Senyawa ini oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) ditetapkan sebagai probable human carcinogen (grup 2A). Substansi ini dapat terdistribusi secara cepat keseluruh kompartemen tubuh dan ditemukan pada serum, plasma, urin, jaringan tubuh lainnya, air susu ibu, maupun plasenta. Kadar senyawa ini dalam darah belum diketahui. Penetapan kadar akrilamida dalam darah membutuhkan metode analisis yang sensitif dan selektif. Hal ini dikarenakan komponen darah yang beragam sehingga dapat mengganggu analisis. Pada penelitian ini teknik pengambilan darah yang digunakan yaitu tekik biosampling sampel darah kering. Teknik ini sedang secara luas dikembangkan untuk penentuan kadar senyawa dalam darah. Teknik ini memiliki banyak kelebihan seperti tidak invasif, tidak membutuhkan tenaga ahli, serta mudah penyimpanan dan distibusinya. Penelitian untuk
menentukan kadar akrilamida dalam darah menggunakan teknik biosampling sampel darah kering belum dilakukan pada penelitian sebelumnya. Selain itu, pada penelitian sebelumnya mengunakan baku dalam D3 akrilamida yang memiliki harga yang cukup mahal. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini memperoleh metode analisis akrilamida dalam sampel darah kering yang optimum dan tervalidasi dengan menggunakan propranolol sebagai baku dalam.
Sampel dipreparasi menggunakan teknik pengendapan protein hasil optimasi. Larutan pengeksraksi yang digunakan metanol dengan volume 500 μL dan direkonstitusi menggunakan fase gerak. Pemisahan senyawa menggunakan kromatografi fase terbalik dengan kolom Acquity UPLC BEH C (1.7 μm, 2.1 mm x 100mm), dielusi dengan laju alir 0.20 mL/min dengan kondisi gradien dengan fase gerak 0.1% asam formiat dalam air dan asetonitril selama 3 menit. Kuantifikasi analisis dilakukan menggunakan sepktrometri massa triple quadruple dengan mode electrospray ionization (ESI) yaitu ESI positif. Pada multiple reaction monitoring (MRM) diatur 71.99 > 55.23 (m/z) untuk akrilamida dan 260.2 > 116.2 (m/z) untuk propranolol. Rentang konsentrasi linier pada konsentrasi 2,5-100 μg/mL.(akurasi presisi) Metode analisis tervalidasi mengikuti US FDAs Bioanalytical Method Validation Guidance.

Acrylamide is a carcinogenic compound that easily found in the working environment, food, air contamination, and tobacco smoke. This compound was being classified by International Agency for Research on Cancer (IARC) as a probable human carcinogen (group 2A). These substances can distribute rapidly to all compartments in the body and was found in serum, plasma, urine, other biological tissue, breast milk, and placenta. The acrylamide level in the blood is still unknown. A sensitive and selective
method for the determination of the acrylamide level in the blood is needed. This is because of other components in the blood which can disturb acrylamide analysis. In this study, dried blood spots (DBS) are used as the bio-sampling method. Nowadays, this method is widely developing to determine compound levels in the blood. This method has a lot of advantages such as less invasive, no need a professional assistant to take the
blood, and simple for saving and distribution. The study about determining the acrylamide level in the blood using dried blood spots as the bio-sampling method has not been done before. Besides, the other study that has been done using D3-acrylamide as the internal standard which is very expensive. Therefore, the aim of this study is to get an analytical method of acrylamide in dried blood spots that optimized and validated with propranolol as the internal standard. The sample was prepared using a protein precipitation technique that has been optimized. Methanol is used as an extraction solvent with volume 500 mL and reconstituted with the mobile phase. Separation of compounds using reversed phase chromatography with Acquity UPLC BEH C column(1.7 mm, 2.1 mm x 100mm), eluted at flow rate 0.20 mL/min under a gradient of the mobile phase of 0,1% formic acid in water and acetonitrile within 3 minutes. Quantification analysis was using triple quadrupole mass spectrometry with electrospray ionization (ESI) in positive mode. The multiple reaction monitoring (MRM) was set at m/z 71.99 > 55.23 (m/z) for acrylamide and 260.2 > 116.2 (m/z) for propranolol. The range of concentration was linear within 2,5-100 mg/mL. The analytical method was validated refers to US FDAs Bioanalytical Method Validation.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlita Gustiyanti
"Siklofosfamid adalah kemoterapi yang bekerja sebagai agen pengalkilasi dan merupakan prodrug sehingga membutuhkan aktivasi oleh enzim sitokrom P450 untuk berubah menjadi metabolit aktifnya, yaitu 4-hidroksisiklofosfamid 4-OHCP. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh metode optimum dan tervalidasi untuk analisis siklofosfamid dan 4-OHCP dalam dried blood spot menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Ultra Tinggi-Tandem Spektrometri Massa KCKUT-SM/SM. Penelitian siklofosfamid dan 4-hidroksisiklofosfamid secara simultan ini dikembangkan pertama kalinya dalam sampel dried blood spot. Metabolit 4-OHCP bersifat tidak stabil dalam cairan biologis, sehingga prosedur derivatisasi dilakukan sebelum analisis, yaitu menggunakan semikarbazid hidroklorida. Pemisahan dilakukan pada kolom UPLC Class BEH C18 menggunakan fase gerak asam format 0,01 dalam air-metanol 50:50 dengan mode elusi isokratik pada laju alir 0,3 mL/menit selama 4 menit. Deteksi massa dilakukan pada Waters Xevo TQD dengan Electrospray Ionization positif untuk siklofosfamid, 4-OHCP, dan heksametilfosforamid sebagai baku dalam dengan nilai m/z berturut-turut adalah 260,968 > 139,976; 338,011 > 224,979; dan 180,17 > 92,08. Ekstraksi dilakukan menggunakan metode pengendapan protein dengan pelarut metanol ? ?asetonitril 2:1. Metode ini linear pada rentang 50-30.000 ng/mL untuk siklofosfamid dan 10-1.000 ng/mL untuk 4-OHCP dengan r berturut-turut adalah 0,9972 dan 0,9984. Nilai LLOQ untuk siklofosfamid dan 4-OHCP berturut-turut adalah 50 ng/mL dan 10 ng/mL. Nilai diff dan KV untuk akurasi dan presisi intra hari dan antar hari tidak melebihi 15 dan tidak melebihi 20 pada konsentrasi LLOQ. Secara keseluruhan metode ini telah memenuhi persyaratan validasi yang mengacu pada European Medicines Agency Guidelines 2011.

Cyclophosphamide is a chemotherapy that acts as an alkylating agent and a prodrug that requires activation by the cytochrome P450 enzyme to convert into its active metabolite, 4 hydroxycycrophosphamide 4 OHCP. The purpose of this research is to obtain the optimum and validated method for the analysis of cyclophosphamide and 4 OHCP in dried blood spots using Ultra Performance Liquid Chromatography Tandem Mass Spectrometry UPLC MS MS. This simultaneous cyclophosphamide and 4 OHCP study was developed for the first time in dried blood spot sample. The 4 OHCP metabolite is unstable in biological fluids, so the derivatization procedure was performed prior to analysis, using semicarbazide hydrochloride. The separation was performed on UPLC Class BEH C18 column using mobile phase of 0.01 formic acid in water methanol 50 50 with isocratic elution mode at 0.3 mL minute for 4 min. Mass detection was performed on Waters Xevo TQD with Positive Electrospray Ionization for cyclophosphamide, 4 OHCP, and hexamethylphosphoramide as internal standard with m z values respectively are 260.968 139.976 338.011 224.979 and 180.17 92.08. Extraction was performed using protein precipitation method with methanol acetonitrile 2 1. This method was linear in the range of 50 30,000 ng mL for cyclophosphamide and 10 1,000 ng mL for 4 OHCP with r respectively are 0.9972 and 0.9984. The LLOQ values for cyclophosphamide and 4 OHCP were 50 ng mL and 10 ng mL. The value of diff and CV for accuracy and precision intra days and between days did not exceed 15 and did not exceed 20 of LLOQ concentrations. Overall this method has met the validation requirements that refer to European Medicines Agency Guidelines 2011.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>