Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162102 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fahmi Rasyidah
"Penggunaan pestisida selain bermanfaat bagi pertanian namun juga berpotensi menimbulkan efek toksisitas bagi manumur dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor risiko keracunan pestisida berdasarkan konsentrasi enzim cholinesterase pada petani holtikultura. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan sampel penelitian 92 petani holtikultura penyemprot pestisida yang berada di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara umur dengan keracunan pestisida p=0,036 . Sementara itu, uji statistik bivariat pada variabel lain menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara pemakaian APD p = 0,273 , masa kerja p = 0,392 , takaran pestisida p = 0,49 , metode penyemprotan p = 0,171 , pengetahuan petani p = 0,095 , dan kebersihan badan p = 0,947 terhadap keracunan pestisida pada petani. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko umur petani berpengaruh terhadap kejadian keracunan pestisida. Pada penelitian selanjutnya diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang mengaitkan antara konsentrasi pajanan di lingkungan dengan keracunan pestisida.

The use of pesticides not only give beneficial to agriculture but also potentially cause toxic effects for humans and the environment. The study design is cross sectional and the sample study is 92 holticultural farmers who are spraying pesticides in Cikajang District, Garut Regency, West Java. Bivariate analysis showed that there was relation between age to pesticide poisoning p 0,036 . Meanwhile, there were no significant relation between personal protective equipment PPE usage p 0,273 , working periode p 0,392 , pesticide dose p 0,49 , spray methode p 0,171 , farmer knowledge p 0,095 , and personal hygiene P 0,947 to pesticide poisoning on farmer. The conclusion of this research is behavioral risk factor has no association on the incidence of pesticide poisoning. In future studies, there is expected to be further research that analyse the association between the presence of exposure in the environment with pesticide poisoning."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyna Rachmanniar
"Pestisida golongan organo fosfat dan karbamat adalah pestisida yang paling banyak digunakan petani dalam membasmi serangga dan merupakan golongan pestisida yang dapat menurunkan aktifitas enzim kolinesterase dalam darah manusia yang terpapar pestisida. Tinggi rendahnya aktivitas enzim kolinesterase menjadi indikator tinggi rendahnya tingkat keracunan dan dapat dijadikan indikasi keberadaan pestisida dalam darah. Populasi studi penelitian ini adalah seluruh petani holtikultura yang rentan terpajan pestisida di wilayah Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Penelitian menggunakan studi analitik observasional dengan desain cross-sectional, danjumlah sampel sebanyak 57 petani penyemprot. Pengumpulan data dengan cara wawancara dan pemeriksaan enzim kolinesterase pada darah petani di Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Jakarta dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukan 25,5 sampel darah tidak normal atau 14 orang dengankadar enzim kolinesterase dibawah 5,4 kU/L. Usia Petani penyemprot 50,9 masih berusia produktif yaitu antara 18 sampai 49 tahun. Berdasarkan statistik, faktor umur, status gizi, frekuensi pajanan, durasi kerja, penggunaan alatpelindung diri APD dan tingkat pengetahuan petani tentang pestisida tidak berhubungan dengan kadar enzim cholinesterase dalam darah petani sayuran.

Organophosphate and carbamate pesticides are the most widely used pesticides of farmers in eradicating insects and are a class of pesticides that can decrease Cholinesterase enzyme activity in human blood exposed to pesticides. The lowlevel of cholinesterase enzyme activity is an indicator of the high level ofpoisoning and can be an indication of the presence of pesticides in the blood. Thestudy population of this study is all horticultural farmers who are vulnerable toexposure to pesticides in the area of Desa Cibodas Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. The study used an observational analytical study with cross sectional design, and a sample size of 57 farmers. Data collectionby interviewing and examination of cholinesterase enzyme on farmer 39's blood at Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Jakarta by spectrophotometric method. The results showed 25.5 abnormal blood sample or 14 people with cholinesterase enzyme levels below 5.4 kU L. Age of sprayer Farmers 50.9 are still productive age between 18 to 49 years. Based on statistics, age factor, nutritional status, exposure frequency, duration of work, use of personal protective equipment PPE and the level of knowledge of farmers about pesticides are not related to cholinesterase enzyme levels in the blood of vegetable farmers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiah
"Kegiatan produksi tomat tidak terlepas dari penggunaan pestisida jenis profenofos. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko kesehatan akibat konsumsi tomat yang mengandung residu profenofos di Desa Cikandang Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut. Metode penelitian adalah observasional study dengan rancangan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Konsentrasi profenofos tertinggi yaitu sampel II yaitu 0,189 mg/kg, dan konsentrasi rata-rata yaitu 0,129 mg/kg. Berdasarkan hasil tersebut maka konsentrasi profenofos dalam sayur tomat telah melewati batas normal menurut EPA (2006) yaitu 0,00005 mg/kg/h . Hasil menunjukkan untuk RQ non karsinogenik dari kelima dusun yang diteliti semuanya memiliki risiko untuk terkena penyakit. Sehingga manajemen pengurangan risiko kesehatan perlu dilakukan.

Tomato production is inseparable from pesticide use type of profenofos. This research aims to know the health risks resulting from the consumption of tomatoes containing residues of profenofos in Cikandang village of Cikajang sub-district of Garut. The research method is the observational study with the draft Environmental Health Risk Analysis. The highest concentration of profenofos i.e. sample II IE 0.189 mg/kg, and average concentrations i.e. 0.129 mg/kg. Based on those results then the concentration of profenofos in vegetable tomato has gone through the normallimit according to EPA (2006) is 0.00005 mg/kg/day. The results show for the non carcinogenic RQ of Hillbilly who examined all have the risk to be exposed to the disease. Health risk reduction management so that needs to be done."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karimah Mahdiyyah
"Penggunaan pestisida selain memberikan manfaat untuk mengendalikan hama ternyata dapat memberikan dampak, baik untuk manusia maupun lingkungan. Oleh karena itu, penggunaan pestisida harus digunakan secara bijaksana sesuai dengan jenis, dosis, sasaran, cara, dan waktu aplikasi. Penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat menyebabkan berbagai efek kesehatan, baik yang akut maupun kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam penggunaan pestisida dengan keluhan kesehatan petani di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 100 orang yang merupakan penyemprot pestisida di Desa Cikandang, dengan metode accidental sampling. Berdasarkan hasil univariat, 57 memiliki pengetahuan yang kurang baik, 82 sikap yang baik, dan 79 perilaku yang kurang baik. Berdasarkan hasil analisis bivariat, ditemukan bahwa yang memiliki hubungan signifikan dengan keluhan kesehatan adalah perilaku OR=4,24 . Hasil ini menunjukkan perlunya penyuluhan mengenai pestisida serta Alat Pelindung Diri APD untuk petani penyemprot pestisida agar tidak mengalami keluhan kesehatan.

The use of pesticides in addition to provide benefits to control pests can also have impacts both for humans and the environment. Therefore, pesticides should be used simultaneously according to the type, dose, target, manner, and time of application. Incorrect use of pesticides can lead to various health effects, both acute and chronic. This study aims to determine the relationship between knowledge, attitude, and actions of farmers in the use of pesticides with health problem of farmers in the Cikandang Village, Cikajang District, Garut Regency. The study used cross sectional design. The samples involved in this research were 100 people who were pesticide sprayers in Cikandang Village, using accidental sampling method. Based on univariate results, 57 had poor knowledge, 82 good attitude, and 79 bad behavior. In addition, it was found that behavior OR 4,24 had the strongest relationship with health problem. These results indicated the need for counseling on pesticides and personal protective equipment PPE for pesticide sprayers to avoid health problem. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqy Fauzi
"Instensifikasi pertanian merupakan langkah peningkatan produk pertanian, seperti pengolahan lahan pertanian dan pembasmian hama atau penyakit pada tanaman. Pestisida dapat membasmi hama dalam waktu singkat namun berisiko buruk terhadap kesehatan dan lingkungan. Penggunaan pestisida pada lahan pertanian dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan perilaku petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku petani dalam penggunaan pestisida serta memprediksi berapa banyak asupan cabai, kubis, dan kentang yang dikonsumsi petani menimbulkan risiko gangguan kesehatan di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL). Sampel penelitian ini sebanyak 105 responden petani dan penyemprot tanaman menggunakan pestisida. Responden dipilih menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil univariat, 93% berpengetahuan kurang baik, 68% bersikap baik, dan 63% berperilaku kurang baik. Berdasarkan hasil bivariat, bahwa faktor tingkat pengetahuan berhubungan signifikan dengan nilai risiko (RQ) gangguan kesehatan (p = 0,042; OR = 1,69). Hasil ini menunjukkan perlunya penyuluhan tentang penggunaan pestisida dan pengawasan aktivitas petani agar risiko gangguan kesehatan dapat dicegah.

Instensification agriculture is a step improvement of agricultural products, such as processing of agricultural land and eradication of pests or plant diseases. Pesticides can eradicate the pest in a short time but bad risk to health and the environment. The use of pesticides on agricultural land is affected by the knowledge, attitudes, and behavior of farmers. This study aims to determine knowledge, attitudes, and behaviors of farmers in the use of pesticides and to predict how much intake of chili, cabbage, and potatoes are consumed by the farmer raises the risk of health problems in the district Cikajang, Garut. This study used cross sectional design with environmental health risk analysis approach (ARKL). The research sample of 105 respondents of farmers and crop spraying using pesticides. Respondents were selected using the method of purposive sampling. Based on the results of the univariate, 93% less knowledgeable good, 68% to be good, and 63% misbehave. Based on the results of the bivariate, that factors significantly associated with the level of knowledge of the value of risk (RQ) health problems (p = 0.042; OR = 1.69). These results show the need for education about the use of pesticides and supervision of the activities of farmers to the risk of health problems can be prevented. that the knowledge level factors significantly associated with the risk value (RQ) health problems (p = 0.042; OR = 1.69). These results show the need for education about the use of pesticides and supervision of the activities of farmers to the risk of health problems can be prevented. that the knowledge level factors significantly associated with the risk value (RQ) health problems (p = 0.042; OR = 1.69). These results show the need for education about the use of pesticides and supervision of the activities of farmers to the risk of health problems can be prevented."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Afni Afifah
"Latar belakang: Produktivitas pertanian yang tinggi di Kabupaten Brebes berpotensi untuk menimbulkan berbagai gangguan kesehatan akibat pestisida pada pekerja tani. Beberapa penelitian sebelumnya pada lokasi yang sama menunjukan bahwa terdapat beberapa efek kesehatan, baik akut maupun kronis yang dialami pekerja tani akibat pajanan pestisida.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran golongan pestisida yang banyak digunakan, aktivitas enzim kolinesterase darah, gejala gangguan saraf, dan gejala gangguan kulit serta hubungannya dengan faktor lama pajanan dan karakteristik individu.
Metodologi: Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes. Sampel merupakan petani dan buruh tani pada lima desa di Kecamatan Kersana yang berjumlah 121 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode quota sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur, pengukuran status gizi, dan pengukuran enzim kolinesterase darah.
Hasil: Penelitian ini menunjukan bahwa pestisida yang paling banyak digunakan adalah golongan piretroid dan avermektin (26%). Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah gejala gangguan saraf dengan lama pajanan per minggu (p=0,015). Hubungan yang signifikan juga terdapat antara jumlah gejala gangguan kulit yang dialami dengan faktor lama bekerja (p=0,045), lama pajanan per minggu (p=0,005), umur (p=0,002), jenis kelamin (p=0,044), dan kebiasaaan cuci tangan setelah bekerja dengan pestisida (p=0,000).
Kesimpulan: Pestisida yang paling banyak digunakan adalah golongan piretroid dan avermektin. Terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah gejala gangguan saraf dengan lama pajanan per minggu. Hubungan yang signifikan juga terdapat antara jumlah gejala gangguan kulit yang dialami dengan faktor lama bekerja, lama pajanan per minggu, umur, jenis kelamin, dan kebiasaaan cuci tangan setelah bekerja dengan pestisida.

Backgrounds: Brebes Region is one of various region which has high productivity in agricultural products, so this region has a potency for any health effects due to pesticide exposure. Several studies have shown that many health effects has occured in agirucultural workers in Brebes.
Objectives: This research’s objectives are knowing the groups of pesticide that commonly used, red blood cell cholinesterase activity, symtomps of neurological and skin disorders and their associatons with length of exposure and individual characteristics.
Methods: This research is located on Kersana sub-District, Brebes District, Central Java. Samples are farmers and fam labourers who live in five village on Kersana District. The number of samples is 121 persons. Quota sampling methods hava chosen by researchers to collect the samples. Data collecting was done by structured-interview, cholinesterase measurement, and nutritional status measurement.
Results: The result has shown that pesticide group which commonly used are phyretroid and avermectin. There is an significant association between the number of neurological disorders and length of exposure in week (p=0,015). There are also significant association between the number of skin disorders with working periods (p=0,045), length of exposure in week (p=0,005), age (p=0,002), gender (p=0,044), and hand-washing behaviours after working with pesticides (p=0,000).
Conclusions: Pesticide group which commonly used are phyretroid and avermectin. There is an significant association between the number of neurological disorders and length of exposure in week. There are also significant association between the number of skin disorders with working periods, length of exposure in week, age, gender, and hand-washing behaviours after working with pesticides.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Zuraidah
"Tesis ini membahas implementasi Program Pertukaran Pemuda Indonesia (PPIK) tahun 2009/2010 yang dilaksanakan di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, model kepemimpinan yang berlangsung, dan faktor-faktor internal dan ekstemal yang membentuk model kepemimpinan tcrsebut terjadi. Penelitian ini ada1ah penelitian kualitatif dengan metode wawancara, Hasil peneiHian ini menunjukkan adanya implementasi program yang memenubi tiga dari empat criteria, model kepemimpinan menurut Kouzes dan Posner Leadership Practices, dan faktor-faktor yang mcmbcntuk adanya model yang muncul. Penulis menyarankan agar konseptor PPIK meningkatkan kefokusan dalam pengembangan kepemimpinan sehingga dapat tercipta output karakter dan modei kepemimpinan yang kuat, dalam implementasi program diperiukan jaringan yang luas agar pelaksanaannya lebih optimal dan optimalisasi komunikasi dan sosialisasi antara PPIK dan warga sehingga terbentuk adaptasi budaya yang baik lL'ltuk mendukuug model kepemimpinan dan kesuksesan program.

The focus of this study is program implementation of Indonesia Canada Youth Exchange Program 2009/2010 (ICYEP) that was hold in Cikandang, Cikajang, Gamt, West Java. leadership model that was happened there, and internal and external factors that influence the leadership model. This research is qualitative by dopt'l interview method to collect the data, The researcher found that there are three from four criterias in program implementation, some kinds of leadership model by Kouzes and Postner, and some factors to build the leadership model. It is also suggested that the coneeptor of ICYEP inereasing the focus of leadership development so that will get good and strong output in character and model of leadership, huge network to implement ICYEP for more optimal, and optimalir.e communication and socialization between the participants of ICYEP and the villagers of Cikandang, so that it will get good culture adaptation to create leadership model and the succeed of the program."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T33507
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Fikriyah
"Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena masih menjadi penyebab kematian yang cukup tinggi di Indonesia. Pada tahun 2015, prevalensi balita yang meninggal karena diare secara global sebesar 9% (UNICEF, 2016). Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2013, insiden diare pada kelompok usia balita di Indonesia adalah 10,2%. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, prevalensi diare di provinsi Jawa Barat sebesar 7,5%, kemudian pada Riskesdas tahun 2018 prevalensi diare di provinsi Jawa Barat meningkat menjadi sebesar 8,6%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Provinsi Jawa Barat tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Sampel yang digunakan adalah balita berusia 0-59 bulan di Provinsi Jawa Barat yang terdata di SDKI 2017, dan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebanyak 1.554 balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian diare pada balita di Provinsi Jawa Barat tahun 2017 adalah sebesar 15,6% (242 balita). Hasil uji bivariat menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare adalah balita usia ≤ 1 tahun (OR 1,62; 95% CI 1,23-2,13; p=0,001), sarana sanitasi (OR 1,52; 95% CI 1,14-2,03; p=0,005), dan sumber air minum (OR 1,34; 95% CI 1,01-1,79; p=0,047). Salah satu cara untuk mencegah terjadinya diare pada balita adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Disease is still a public health problem because it is still a fairly high cause of death in Indonesia. In 2015, the prevalence of children under five years who died from diarrhea globally was 9% (UNICEF, 2016). Based on Riskesdas data in 2018 the incidence of diarrhea in Indonesia was 10,2%. Based on Riskesdas data in 2013 the prevalence of diarrhea in West Java province was 7,5%, then based on Riskesdas in 2018 the prevalence of diarrhea in West Java province increased to 8.6%. The purpose of this research is to find out the description of the factors that associated with the incidence of diarrhea in children under five years in West Java Province in 2017. This study uses a Cross Sectional study design. Data that used is secondary data based from the Demographic Survey and Indonesian Health (IDHS) in 2017. The sample used is children aged 0-59 months in West Java Province, recorded in the 2017 IDHS, and samples that meet the inclusion and exclusion criteria are 1.554 children. The research result showed that the prevalence of diarrhea in West Java province in 2017 was 15,6% (242 children). The results of the bivariate test showed that the factors associated with the incidence of diarrhea were children aged ≤ 1 year (OR 1,62; 95% CI 1,23-2,13; p=0,001), sanitation facilities (OR 1,52; 95% CI 1,14-2,03; p=0,005), and source of drinking water (OR 1,34; 95% CI 1,01-1,79; p=0,047). To prevent diarrhea in children under five years is keep the environmental clean and healthy lifestyle."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Prabowo
"Latar Belakang. Prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia termasuk 60 besar negara dengan prevalensi penyakit ginjal kronik stadium akhir tertinggi dan menimbulkan biaya kesehatan nomor dua terbesar. Prevalensi tersebut lebih tinggi pada pekerjaan agrikultural, salah satunya adalah petani. Petani merupakan pekerjaan berisiko tinggi dengan pajanan pestisida, panas, logam berat dan zat lainnya sehingga dapat menimbulkan gangguan fungsi ginjal. Penelitian bertujuan mengetahui prevalensi gangguan fungsi ginjal serta faktor risiko yang berhubungan pada petani padi di Jawa Barat, Indonesia.
Metode. Penelitian dengan desain potong lintang dilakukan pada Oktober 2017-Januari 2018 dengan pengambilan sampel menggunakan random cluster sampling. Penelitian dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah Cystatin C dan Asetilkolinesterase AChE Eritrosit, urin rutin dan urin kadmium. Analisis data dilakukan dengan program SPSS Statistics 20.0.
Hasil. Sebanyak 100 subjek, petani padi, dianalisis untuk mendapatkan prevalensi gangguan fungsi ginjal dan faktor risiko yang berhubungan. Sebanyak 55 subjek 55 mengalami gangguan fungsi ginjal. AChE eritrosit dan kadmium urin tidak berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal. Faktor risiko individu yang berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal yaitu indeks massa tubuh abnormal dengan OR sebesar 2,51 95 CI 1,04-6,09 dan proteinuria p= 0,031 . Faktor risiko dominan gangguan fungsi ginjal pada petani padi adalah masa kerja lebih dari 10 tahun dengan OR sebesar 4,292 95 CI 1,014-18,170.
Simpulan. Prevalensi gangguan fungsi ginjal pada petani padi sebesar 55 . Faktor risiko dominan gangguan fungsi ginjal pada petani padi adalah masa kerja di atas 10 tahun. Perlu dilakukan tindakan preventif dan promotif segera untuk mencegah perburukan fungsi ginjal pada petani padi.

Background. Indonesia is the top 60 countries with a high prevalence of end stage chronic kidney disease and it accounts for the second highest national health cost. The prevalence is higher in the agricultural work population. Farmers are occupations at risk of exposure to pesticides, heat, heavy metals and other substances that can cause impaired renal function. The goal is to know the prevalence of renal function disorder and related risk factors among rice farmers in West Java.
Methods. A cross sectional study was conducted on October 2017 January 2018 using random cluster sampling method. All subject underwent interviews using questionnaires, physical examination, Erythrocyte Acetylcholinesterase AChE , urine routine and urine cadmium tests. Data analysis was performed by SPSS Statistics 20.0 for univariate, bivariate and multivariate.
Result. 100 subjects included were analyzed. Fifty five subjects 55 had kidney function disorder. The AChE and cadmium urine were not associated with kidney function disorder. Risk factors associated with kidney function disorder were abnormal body mass index with OR of 2, 51 95 CI 1.04 6.09, p 0,038 and proteinuria p 0.031 . The dominant risk factor for kidney function disorder in rice farmers was more than 10 years of working with OR of 4,292 95 CI 1.014 18,170, p 0,048.
Conclusion. The prevalence of kidney function disorder in rice farmers was 55 . The dominant risk factor for kidney function disorder among rice farmers was more than 10 years of working. The promotive and preventive action should be done immediately to prevent kidney function worsen."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Eliya Nova
"Tanaman kubis yang merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting, umumnya memerlukan pemeliharaan yang intensif. Berbagai jenis oganisme pengganggu tumbuhan (OPT) menyerang tanaman kubis sehingga sering kali menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Kehilangan hasil panen sayuran akibat serangan organisme penganggu tumbuhan dapat mencapai 30-100%. Bahkan pada tingkat serangan OPT yang rendah pun dapat mengurangi kualitas produk sayuran sehingga mengakibatkan menurunnya harga jual (Sastrosiswojo, 1992a). Hal inilah yang mendorong petani untuk menggunakan pestisida. Pada umumnya penggunaan pestisida pada tanaman kubis sangat intensif. Keadaan tersebut menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya dampak negatif penggunaan pestisida terhadap unsur-unsur lingkungan yang ada pada ekosistem pertanian. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dapat mengakibatkan penurunan populasi musuh alami harus dan serargga berguna lainnya, serta makhluk bukan sasaran (Oka, 1995). Akibatnya apabila keadaan lingkungan mendukung, dapat terjadi ledakan populasi hama karena terjadinya resurgensi hama. Demikian juga residu pestisida di lingkungan dapat terbawa oleh gerakan air dan udara sehingga residu pestisida dapat berada di berbagai unsur Iingkungan di permukaan bumi (Untung, 1992). Hal ini dapat mengakibatkan penurunan keragaman jenis (diversitas species) dalam ekosistem pertanian tersebut yang mempengaruhi kestabilan ekosistem. Pada umumnya masyarakat telah memahami, bahwa pestisida merupakan bahan berbahaya yang dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Namun demikian, sesungguhnya pestisida juga dapat memberikan manfaat. Oleh karena itu pestisida digunakan dalam pembangunan di berbagai sektor termasuk sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultira. Untuk menghindari pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan perlu diupayakan agar penggunaan pestisida dilakukan dengan tepat dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dinyatakan bahwa penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir, sesuai dengan konsep PHT. Apabila terpaksa menggunakan pestisida maka harus dilakukan dengan bijaksana, artinya :
1. Pestisida yang digunakan telah terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian (Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1973).
2. Memenuhi kriteria 5 tepat, yaitu tepat dosis, tepat waktu, alat, dan cara aplikasi, tepat mutu, tepat jenis, tepat komoditas dan tepat sasaran (Daryanto, 1999). Hal ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan tindakan petani dalam penggunaan pestisida serta pengawasan dari pihak pemerintah yang bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan peraturan penggunaan pestisida tersebut.
Masalah dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Apakah pengetahuan, sikap dan tindakan petani alumni SLPHT kubis terhadap pestisida lebih baik daripada petani Non-SLPHT kubis?
2. Apakah pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pestisida mempengaruhi petani alumni SLPHT kubis dan Non-SLPHT kubis dalam mematuhi peraturan penggunaan pestisida?
3. Apakah petani alumni SLPHT kubis lebih mematuhi peraturan penggunaan pestisida daripada petani Non-SLPHT kubis?
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimanakah pengetahuan, sikap dan tindakan petani alumni SLPHT kubis dan petani Non-SLPHT kubis terhadap pestisida.
2. Mengetahui apakah pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pestisida mempengaruhi petani alumni SLPHT kubis dan petani Non-SLPHT kubis dalam mematuhi peraturan penggunaan pestisida.
3. Mengetahui bagaimanakah kepatuhan petani alumni SLPHT kubis dan petani Non-SLPHT kubis terhadap peraturan penggunaan pestisida.
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah :
1. Pengetahuan, sikap dan tindakan petani alumni SLPHT kubis terhadap pestisida lebih balk daripada petani Non-SLPHT kubis.
2. Pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pestisida mempengaruhi petani alumni SLPHT kubis dan petani Non﷓ SLPHT kubis dalam mematuhi peraturan penggunaan pestisida,
3. Petani alumni SLPHT kubis Iebih mematuhi peraturan penggunaan pestisida daripada petani yang belum pernah dilatih dalam SPLHT kubis.
Penelitian ini dilaksanakanan dengan metode survei yaitu mewawancarai petani kubis yang terpilih sebagai sampel untuk memperoleh data primer. Teknik pengambilan sampel yang digunal:an adalah purposive, samplng : sampel dengan sengaja dipilih berdasarkan kriteria yang pernah mengikuti Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan yang tidak pernah mengikuti SLPHT. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bandung dan Garut mulai bulan Oktober sampai Desember 2000. Wilayah penelitian ini meliputi Kecamatan Lembang, Pangalengan, Cikajang dan Cisurupan. Dipilih dua sampel desa dari tiap kecamatan, dan pada tiap desa terdiri atas petani alumni SLPHT kubis dan Non-SLPHT kubis. Ditentukan 10 petani alumni SLPHT kubis dan 10 petani Non-SLPHT kubis pada tiap desa sampel. Jumlah responden di delapan desa sampel tersebut ialah 160 petani yang terdiri atas 80 petani alumni SLPHT kubis dan 80 petani Non-SLPHT kubis.
Hasil penelitian penting yang dapat disimpulkan adalah:
1. Pengetahuan dan sikap petani responden SLPHT kubis terhadap pestisida lebih baik daripada petani responden Non-SLPHT kubis di Kabupaten Bandung dan Garut.
a. Di Kabupaten Bandung, 72,5% jumlah petani responden alumni SLPHT kubis dan 45% jumlah petani responden Non-SLPHT kubis memiliki pengetahuan tinggi dan sedang terhadap pestisida.
b.Di Kabupaten Garut, 62,5% jumlah petani responden alumni SLPHT kubis dan 32,5% jumlah petani responden Non SLPHT Kubis memiliki pengetahuan tinggi terhadap pestisida.
c. Di Kabupaten Bandung, 82,5% jumlah petani responden alumni SLPHT kubis dan 25% jumlah petani Non-SLPHT kubis memiliki tingkat sikap tinggi (baik) dan sedang terhadap pestisida.
d. Di Kabupaten Garut, 60% jumlah petani responden alumni SLPHT kubis dan 7,5% jumlah petani responden Non SLPHT kubis memiliki tingkat sikap tinggi (baik) dan sedang terhadap pestisida.
2. Di Kabupaten Bandung dan Garut hanya tindakan petani responden alumni SLPHT kubis dan Non-SLPHT kubis terhadap pestisida yang mempengaruhi mereka dalam mematuhi peraturan penggunaan pestisida.
a. Di Kabupaten Bandung dan Garut pengetahuan dan sikap petani responden alumni SLPHT kubis dan Non SLPHT kubis terhadap pestisida tidak mempengaruhi mereka dalam mematuhi peraturan penggunaan pestisida.
3. Petani responden alumni SLPHT kubis di Kabupaten Garut lebih mematuhi peraturan penggunaan pestisida daripada petani responden SLPHT kubis di Kabupaten Bandung.
a. Di Kabupaten Bandung hanya 7,5% jumlah petani responden alumni SLPHT kubis dan 6,3% jumlah petani responden Non-SLPHT kubis yang menggunakan pestisida sesuai dengan peraturan penggunaan pestisida.
b. Di Kabupaten Garut, 52,5% jumlah petani responden alumni SLPHT kubis dan tidak ada (0%) petani responden Non-SLPHT kubis yang menggunakan pestisida sesuai dengan peraturan penggunaan pestisida.

Cabbage is an important vegetables crop, which needs intensification, including cultivation patterns, use of resistant varieties and intensive protection. Many harmful organisms attack cabbages that may cause great financial loss. The crop loss due to pests and diseases on major vegetable crops ranging from 30% to totally loss. Even the low pest attack can reduce vegetable yield and its quality, and reduce the price of vegetables (Sastrosiswojo, 1992a). This is the main reason why the farmers use pesticides as the commonly control measure. Generally, the use of pesticides by the cabbage farmer is very intensive. Since pesticides are used inappropriately, the population of natural enemies and other beneficial insects is reducing (Oka, 1995). Pesticide residues in the environment can be transported by water and air movements (Untung, 1992). This will effect and decrease diversity of species in agricultural ecosystem which will effect ecosystem stability.
Pesticides are harmful (toxic) materials that may cause negative impact to human health and environment. However, proper use of pesticides may contribute advantageous in the development of agricultural sector, especially on food and vegetable crops.
To avoid negative effects on man (human) and environment, the use of pesticides should be done as stated in the pesticide regulation. In Act Number 12, 1992 about Plant Cultivation Systems, it is stated that the use of pesticides should be the last alternative in line with the Integrated Pest Management (IPM) concept. The important considerations to use of pesticides are as follows:
1. The pesticides have been registered and permitted for their use by the Minister of Agriculture (stated in Government Regulation Number 7, 1973).
2. Based on five criteria, i.e. proper in dose, proper in time, and in tools for its application, good quality, good type, right commodity and target of pest or diseases (Daryanto, 1999). Proper use of pesticides is very much affected by knowledge, attitude, and practice (skill) of the farmers and government institution responsible for the implementation of pesticide regulation.
The problems of this study are as follows :
1. What is knowledge, attitude, and practice by the graduated farmers from IPM FFS on cabbage are better than Non-IPM FFS against the use of pesticides?
2. What the use of pesticides by the graduated farmers from IPM FFS and Non-IPM FFS farmers are affected by their knowledge, attitude, and practice?
3. What the graduated from IPM FFS on cabbage follow the pesticide regulation better than Non-IPM FFS farmers?
The objectives of this study are as follows:
1. To know whether knowledge, attitude, and practice of pesticides by the graduated farmers (alumni of) IPM, Farmers Field School (IPM FFS) are better than Non-FFS farmers.
2. To know whether the use of pesticides the graduated by farmers from IPM FFS on cabbage and Non-IPM FFS are affected by their knowledge, attitude, and practice.
3. To know whether the graduated farmers from IPM FFS on cabbage follow the pesticide regulation better than Non-IPM FFS farmers.
The hypothesis of this study are as follows:
1. Knowledge, attitude, and practice by the graduated farmers from IPM FFS on cabbage are better than Non-IPM FFS against the use of pesticides.
2. The use of pesticides by the graduated farmers from IPM FFS and Non-IPM FFS farmers are affected by their knowledge, attitude, and practice.
3. The graduated from IPM FFS on cabbage follow the pesticide regulation better than Non-IPM FFS farmers.
The gathering of data for the study was done by field surveys. Selected areas were surveyed throng the following techniques : (1) structure surveyed questioners, (2) interview of key informants, i.e. sampled farmers representing the alumni of IPM FFS and Non-IPM FFS on cabbage. The selected areas were sub districts of Lembang and Pangalengan (Bandung district or regency), Cikajang and Cisurupan sub districts (Garut district). The field surveys were conducted from October to December 2000. Two villages were selected from each sub districts. Purposive sampling was used to selected 10 farmers from the alumni of IPM FFS and 10 farmers from Non-IPM FFS on cabbage in each selected village. The number of respondents (sample farmers) in eight sampled village were 160 farmers, namely 80 graduated farmers from IPM FFS on cabbage and 80 Non-IPM FFS farmers.
The important results of this study were as follows:
1. Knowledge, attitude, and practice against the use of pesticide by the graduated farmers from IPM FFS on cabbage were higher or better than Non-IPM FFS farmers.
a. In Bandung, 72,5% out of the number of farmers graduated from IPM FFSs on cabbages and 45% Out of number of farmers from Non-IPM FFS showed high and moderately high levels of knowledge in using pesticides.
b. In Garut district, 62,5% out of the number of farmers graduated from IPM FFSs cabbage and 32,5% out of number of farmers from Non-IPM FFS showed high and moderately levels of knowledge in using pesticides.
c. In Bandung district, 82,5% out of the number of farmers from IPM FFS on cabbage and 25% out the number of farmers from Non-IPM FFS indicated high and moderately high levels of attitude against the use of pesticides.
d. In Garut district, 60% out of number of farmers from graduated from 1PM FFSs cabbages and 7,5% out of number of farmers from Non-IPM FFS cabbages indicated high and moderately high levels of attitude against the use of pesticide.
2. In Bandung and Garut district, only practice of farmers in using pesticides affected graduated farmers from 1PM FFS and Non IPM FFS farmers in the implementation of pesticides regulation on the use of pesticide.
a. In Bandung and Garut district, the obedience of farmers graduated from cabbage IPM FFS and Non-IPM FFS farmers to follow the pesticide in regulation on the use of pesticides were not affected by their knowledge and attitude.
3. The graduated farmers from cabbage IPM FFS in Garut district followed the pesticide regulation better than the alumni of cabbage IPM FFS in Bandung district.
a. In Bandung district, only 7,5% out of the number of farmers graduated from cabbage IPM FFS and 6,3% out of number of farmers from Non-IPM FFS obeyed the pesticide regulation on the use of pesticide.
b. In Garut district, 52,5% out of the number of farmers graduated from cabbage IPM FFS and no farmers from Non-IPM FFS obeyed the pesticide regulation on the use of pesticides.
"
2001
T4048
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>