Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144292 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurvita Ulfa Saraswati
"Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. Hipertensi harus diobati secara efektif untuk menghindari komplikasi yang dapat terjadi. Pengadaan obat untuk pasien BPJS pada fasilitas kesehatan harus mengacu pada Formularium Nasional. Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien rawat jalan BPJS Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi Bogor Tahun 2016 dilakukan untuk mencapai penggunaan obat yang rasional. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan pengambilan data secara retrospektif. Data yang diambil berasal dari resep pasien dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit SIMRS. Sampel merupakan resep pasien BPJS hipertensi periode Januari hingga Desember 2016.
Studi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dengan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose ATC/DDD. Berdasarkan pengolahan data dengan Microsoft Excel, secara kuantitatif penggunaan obat antihipertensi sebanyak 40.080,77 DDD dengan obat terbanyak yang digunakan adalah amlodipin 17,24 DDD/1000 pasien/hari. Secara kualitatif, obat yang menyusun segmen DU90 ada lima obat yaitu amlodipin, kandesartan, kaptopril, furosemid, dan spironolakton. Kesesuaian penggunaan obat antihipertensi dengan Formularium Nasional sebesar 91,64.

Hypertension is one of the highest prevalence disease in Indonesia. It has to be treated effectively to prevent the complications. Drug procurement in BPJS patients at health facility was based on drugs in national formulatory. Evaluation of antihypertensive drugs utilization in BPJS outpatients at Karya Bhakti Pratiwi hospital Bogor 2016 was performed to achieve rational drug use. Design of the study was cross sectional with sampling data by retrospective. Data was obtained from prescription and management information system of hospital. Sample of this study was hypertensive BPJS patient prescriptions from January to December 2016.
Study was performed with both qualitative and quantitative approach with Anatomical Theurapetic Chemical Defined Daily Dose ATC DDD method. Based on the analysis of data with Microsoft Excel, the utilization of antihypertensive drug was 40,080.77 DDD with amlodipine being the most used in antihypertensive drugs 17.24 DDD 1000 patients day. Drugs that belong to DU90 segments were amlodipine, candesartan, captoprile, furosemid, and spironolacton. The use of antihypertensive drugs was 91.64 compliance with national formulatory.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S66787
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adzkia Dhiarahma
"Diare merupakan peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan konsistensi tinja yang cair dibandingkan dengan kondisi normalnya. Diare salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang. Penggunaan obat diare harus secara rasional dan komprehensif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat diare pada pasien anak di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien rawat jalan dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit SIMRS.
Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif berdasarkan metode Anatomical Therapeutical Chemical/ Defined Daily Dose ATC/DDD. Sampel adalah pasien anak yang diresepkan obat diare periode Januari hingga Desember 2016.
Berdasarkan hasil analisis, karakteristik pasien diare terbanyak berjenis kelamin laki - laki dan usia yang paling banyak terinfeksi adalah usia 1 hingga 3 tahun. Kuantitas obat diare yang digunakan yaitu zink 0,83 DDD/1000 pasien/hari, sefiksim 0,41 DDD/1000 pasien/hari, kotrimoksazol 0,19 DDD/1000 pasien/ hari, loperamid 0,09 DDD/1000 pasien/hari, dan metronidazol 0,02 DDD/1000 pasien/hari. Obat diare yang menyusun segmen DU90 yaitu zink 53,74, sefiksim 26,69, dan kotrimoksazol 12,1. Penggunaan obat diare di Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi tahun 2016 sesuai dengan formularium rumah sakit 100.

Diarrhea is excessively frequent passage of stools at least three time per day and decreased consistency of fecal discharge as compared with an individual rsquo s normal bowel pattern. Diarrhea is one of the main cause of morbility and mortility of child in developing country. Drug utilization of diarrhea should be rational and comprehensive.
This research aimed to evaluate the usage of diarrhea medicine in pediatric outpatient Karya Bhakti Pratiwi Hospital in 2016. The study design was cross sectional and data was collected retrospectively from outpatient prescriptions and Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit SIMRS.
The analysis was done through quantitative and qualitative using ATC DDD Anatomical Therapeutical Chemical Defined Daily Dose method. Samples were pediatric patients who prescribed diarrhea drugs for period January to December 2016.
Based on the analysis, the characteristics of diarrhea patients were mostly in male and the most infected patient was in age of 1 to 3 years. Quantity of drug utilization of diarrhea drugs are zinc 0,83 DDD 1000 patients days, cefixime 0,41 DDD 1000 patients days, cotrimoxazole 0,19 DDD 1000 patients days, loperamid 0,09 DDD 1000 patients days, and metronidazole 0,02 DDD 1000 patients days. Diarrhea drugs made up the DU90 were zinc 53,74, cefixime 26,69, and cotrimoxazole 12,1. The uses of diarrhea drugs in Karya Bhakti Pratiwi Hospital 2016 is compliance with Hospital Formulary 10.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afi Fauziyah Darajat
"Angiotensin Converting Enzyme ACE Inhibitor merupakan salah satu golongan obat hipertensi sehingga perlu dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama, selain itu adanya kemungkinan pasien memiliki komorbiditas juga tinggi sehingga terdapat kemungkinan meningkatnya potensi interaksi obat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis interaksi obat golongan ACE Inhibitor pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi periode Juli ndash; Desember 2016. Jenis penelitian ini adalah deskriptif-analitik dengan metode cross sectional pada data resep dan rekam medis pasien rawat inap periode Juli ndash; Desember 2016 yang mendapat obat hipertensi golongan ACE Inhibitor dengan satu atau lebih item obat lain, termasuk antihipertensi lainnya yang dipilih dengan metode purposive sampling. Analisis dilakukan terhadap 120 lembar resep dari 71 pasien.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa obat-obat ACE Inhibitor memiliki potensi interaksi dengan obat lain pada 75 lembar resep 53,96 dengan total kasus interaksi sebanyak 139 kasus terdiri dari 52 kasus interaksi mayor dan 87 kasus interaksi moderat. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan adanya hubungan antara polifarmasi dengan potensi interaksi obat p < 0,05 dan tidak ada hubungan antara jenis kelamin serta patofisiologi dengan potensi interaksi obat p > 0,05 dari uji Chi-Square. Hubungan usia dengan potensi interaksi obat juga tidak bermakna signifikan berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis p > 0,05.

Angiotensin Converting Enzyme ACE Inhibitor as an antihypertensive drugs need to be consumed for long periods of time and there might be comorbidities among the patients so that increased the risk of drug interaction. This study aimed to analyse the drug interaction of ACE Inhibitor in hypertensive patients at Karya Bhakti Pratiwi period of July ndash December 2016. This was an analytical descriptive cross sectional study on prescriptions and medical records of hospitalized patients period July ndash December 2016 who got ACE Inhibitor with one or more other drugs, include other antihypertensive drugs, which were selected by purposive sampling method. The analysis was conducted on 120 prescriptions from 71 patients.
This study concluded that ACE Inhibitor had a potential drug interactions with other drugs on 75 prescriptions 53,96, with total of 139 cases, consisiting of 52 cases of major interaction and 87 cases of moderate interaction. Mann Whitney test showed that there was a significant relationship between polypharmacy with potential drug interactions p 0,05 and there was no significant relationship between gender and patofisiology with potential drug interactions p 0,05 on Chi Square test. There was no significant relationship between age with potential drug interactions based on Kruskal Wallis test p 0,05.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Yasmi
"Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) di RSKBP berkisar antara 0,31% sampai dengan 3,01% dengan angka kematian 2,22%.IKP di RSKBP dinilai masih under reporting karena kebanyakan IKP tidak dilaporkan.Membangun budaya keselamatan pasien merupakan elemen penting untuk meningkatkan keselamatan pasien dan kualitas pelayanan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya keselamatan pasien dan faktor-faktor yang berhubungan dengan budaya keselamatan pasien di RSKBP tahun 2015. Penelitian dilakukan bulan Maret sd April 2015, dengan sampel 115 responden. Desain penelitian explanatory sequential.
Analisa data dilakukan dengan regresi logistic.Penelitian menunjukan budaya keselamatan pasien di RSKBP masih kurang. Faktor-faktor yang berhubungan dengan budaya keselamatan pasien di RSKBP adalah umpan balik laporan insiden ( p=0,021 α=0,05, OR= 15,516 ) budaya tidak menyalahkan ( p=0,019 α=0,05, OR= 14,396 ) dan budaya belajar ( p=0,006 α=0,05, OR= 0,096 ).Disarankan agar RSKBP dapat memperbaiki budaya keselamatan pasien dengan upaya yang komprehensif dan terstruktur.

Adverse even ( AE ) in RSKBP ranged from 0.31% to 3.01% with a mortality rate of 2.22%.AE in RSKBP still considered under-reporting because most AE not reported. Building a culture of patient safety is an important element to improve patient safety and quality. This research aims to know the culture of patient safety and the factors related to the patient safety culture in RSKBP 2015. The study was conducted in March to April 2015, with a sample of 115 respondents It is Sequential explanatory research design.
The data analysis with regression logistic. Patient safety culture in RSKBP still lacking. Factors related to the patient safety culture in RSKBP feedback is incident report (p = 0.021 α = 0.05, OR = 15.516) culture is not to blame (p = 0.019 α = 0.05, OR = 14.396) and a learning culture (p = 0.006 α = 0.05, OR = 0.096) .RSKBP sugest to improve patient safety culture with a comprehensive and structured efforts.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robertus Aryo Seno Hindarto
"Keberadaan BPJS merupakan kabar yang menggembirakan bagi semua penduduk yang ditanggung, sekaligus menjadi persimpangan jalan bagi rumah sakit swasta dan dokter. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis manfaat dari RS Karya Bhakti kabupaten bekerjasama dengan BPJS meliputi aspek supply, manfaat BPJS dan sikap manajemen terhadap kerjasama dengan BPJS. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan delapan orang informan sebagai sumber informasi penelitian ini.
Hasil penelitiaan menunjukan bahwa RS Karya Bhakti Kabupaten bogor sedang mempersiapkan proses untuk bekerjasama dan tetap meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Oleh karena itu pihak rumah sakit beserta semua yang terkait di dalamnya untuk menjaga dan meningkatkan mutu rumah sakit dalam persiapan kerja sama dengan BPJS.

The establishment of BPJS is a great news for all the dependent citizen as well as it become the crossroad for private hospital and doctor. The purpose of this research is to analize the benefit of Karya Bhakti Pratiwi Hospital in corporation with BPJS incuding supplies aspects, the benefit of BPJS and management attitude to cooperate with BPJS. This research uses qualititative methods with eight informends as sources of information for this research.
The result shows that Karya Bhakti Hospital is preparing the process to cooperate and in the stage to increase the quality of health services. Therefore the hospital and its stakeholders to maintain and increase the quality of the hospital in prelating cooperation with BPJS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T43017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Icut Diki Adestia Putri
"Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi telah menggunakan seftriakson baik generik maupun bermerek dagang sebagai lini pertama terapi demam tifoid sejak tahun 2012 berdasarkan pola kepekaan antibiotik RS tersebut. Perbedaan harga yang signifikan antara kedua jenis seftriakson mendorong berlangsungnya penelitian ini. Analisis efektivitas-biaya AEB dilakukan untuk mengukur dan membandingkan efektivitas serta biaya antara kedua jenis pengobatan sehingga dapat menentukan jenis pengobatan yang lebih cost-effective. Penelitian berupa penelitian analitik cross-sectional secara retrospektif yaitu data penggunaan seftriakson sebagai terapi untuk pasien anak demam tifoid pada tahun 2016 dengan metode total sampling. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data peresepan dan data keuangan dari sistem informasi manajemen rumah sakit. Sampel yang dilibatkan dalam analisis adalah sebanyak 63 pasien, yaitu 43 pasien kelompok seftriakson generik dan 20 pasien kelompok seftriakson bermerek dagang. Efektivitas pengobatan diukur berdasarkan lama hari rawat. Biaya didapatkan dari median total biaya pengobatan, meliputi biaya obat, biaya laboratorium, biaya alat kesehatan, biaya pelayanan dan biaya rawat inap. Berdasarkan hasil penelitian, efektivitas seftriakson generik setara dengan seftriakson bermerek dagang dengan median lama hari rawat sebesar 4 hari. Hasil penelitian yang dinyatakan dalam rasio efektifitas biaya REB menunjukkan bahwa seftriakson generik REB: Rp.575.937,25/hari lebih cost-effective dibandingkan seftriakson bermerek dagang REB: Rp.888.601,75/hari.

Karya Bhakti Pratiwi Hospital has been using generic ceftriaxone and branded ceftriaxone for typhoid fever first line therapy in pediatric patients since 2012. The significant difference in the cost of both ceftriaxone type encouraged researcher to perform Cost effectiveness analysis CEA . CEA was performed to measure and compare the effectivity and the cost of the two kinds of therapy so the more cost effective therapy can be determined. The study design was a cross sectional ndash analytical study. Data were collected retrospectively with total sampling method. The data consisted of prescribing data and administrative financial data. The number of samples were 63 patients, consisted of 43 patients with generics ceftriaxone and 20 patients with branded ceftriaxone. The effectiveness of the therapy were measured as length of stay of the patients. The total cost of therapy was the median of summed calculation of cost of drugs, cost of laborartory examination, cost of medical devices usage, cost of physician service, and cost of hospitalization. The results of this study shows that the effectiveness of both generics and branded ceftriaxone was 4 days of stay. The analysis result as cost effectiveness ratio showed that generics ceftriaxone CER Rp.575,937.25 day is more cost effective than branded ceftriaxone CER Rp.888,601.75 day."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofi Azzahra
"Meningkatnya prevalensi hipertensi di Indonesia mempengaruhi jumlah penggunaan obat antihipertensi, serta masih banyak penderita hipertensi yang belum mendapatkan pengobatan yang efektif dan rasional membuat evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi penting untuk dilakukan. Penggunaan obat antihipertensi harus mengikuti acuan yang berlaku di Indonesia yaitu Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat antihipertensi. Desain penelitian adalah cross-sectional dan bersifat deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder dari resep dan rekam medis dengan metode retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Jumlah sampel penelitian ini adalah sebanyak 2814 resep. Berdasarkan hasil penelitian, hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan 65,79, kelompok usia 45-64 51,78, dan pasien Non BPJS 68,68. Jumlah total penggunaan obat antihipertensi sebesar 38972,03 DDD dengan peringkat tiga besar obat antihipertensi dengan penggunaan terbanyak diantaranya adalah amlodipin 24812,97 DDD, 1,4096 DDD/1000 pasien/hari, dan 0,7698 DDD/1000 penduduk/hari , valsartan 5397,22 DDD, 0,3066 DDD/1000 pasien/hari, dan 0,1674 DDD/1000 penduduk/hari, dan kaptopril 4979,64 DDD, 0,2829 DDD/1000 pasien/hari, dan 0,1545 DDD/1000 penduduk/hari. Kesesuaian penggunaan obat antihipertensi di RSUD Jagakarsa pada tahun 2017 dengan Formularium Nasional adalah 100. Penggunaan obat antihipertensi telah sesuai dengan Formularium Nasional, sehingga penggunaan obat antihipertensi yang efektif diharapkan dapat tercapai.

Increasing prevalence of hypertension in Indonesia affecting the amount of antihypertensive use, and there were still many hypertensive patients who did not receive effective and rational treatment made it necessary to evaluate the use of antihypertensive. The uses of drugs in health facilities must comply with national reference, namely the National Formulary. This study was conducted to evaluate the use of antihypertensive in hypertensive patients. The research design was cross sectional and descriptive. Data used were secondary data from prescriptions and medical records by retrospective method. Sampling was done in total sampling, with total samples of 2814 prescriptions. The results showed that 65,79 of hypertension outpatients were females, 51,78 were 44 to 64 years old, and 68,68 did not follow the BPJS Program. The total use of antihypertensive was 38972,03 DDD and the three most widely used antihypertensives were amlodipine 24812,97 DDD, 1,4096 DDD 1000 patients day, and 0,7698 DDD 1000 inhabitants day, valsartan 5397,22 DDD, 0,3066 DDD 1000 patients day, and 0,1674 DDD 1000 inhabitants day, and captopril 4979,64 DDD, 0,2829 DDD 1000 patients day, and 0,1545 DDD 1000 inhabitants day. The use of antihypertensive was 100 appropriate according to National Formulary. The use of antihypertensive was appropriate according to National Formulary, therefore effective use of antihypertensive is expected to be achieved."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Shinta Rahayu Pratiwi
"Penelitian ini menganalisis perencanaan dan pengendalian bahan makanan di Instalasi Gizi RSKBP. Pengumpulan data dilakukan di RSKBP pada bulan April sampai dengan Mei 2015 menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara observasi, wawancara mendalam dan penelusuran dokumen. Hasil penelitian mendapatkan belum ada kebijakan dan prosedur secara tertulis yang disahkan oleh Direktur, struktur organisasi belum terstruktur dengan baik, SDM belum memenuhi kualifikasi, serta sarana/prasarana belum memadai, sehingga kegiatan perencanaan dan pengendalian bahan makanan belum berjalan dengan baik. RSKBP perlu segera memperbaiki kegiatan perencanaan dan pengendalian bahan makanan dengan upaya yang komprehensif dan terstruktur, dengan berpedoman kepada Permenkes no 78 tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Upaya tersebut dapat diawali dengan dibuatnya kebijakan Direktur yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan di Instalasi Gizi sehingga dapat menjadi dasar untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan di Instalasi Gizi RSKBP.

This research analyzed the planning and inventory control process of food supply in nutrition unit at Karya Bhakti Pratiwi Hospital (RSKBP). Data were collected at RSKBP from April to May 2015, using quantitative approach by conducting observation, in-depth interview and document review. The results showed that there was no policy and written guidelines/procedure legalized by the Director, no clear organization structure, unqualified human resources, and not enough facilities, which resulted in the inefficient planning and inventory control in food supply management at the hospital. RSKBP needs to take action to improve the food planning and inventory control process through comprehensive and structured efforts. The efforts shall take Minister of Health Regulation No. 78 Year 2013 regarding Guidance for Nutrition Service at Hospital as guidance. It can be started by issuing relevant Director policies for nutrition instalation at RSKBP as the basis for planning and inventory control in the unit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Putri
"Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi menggunakan seftriakson dan levofloksasin sebagai pilihan terapi utama berdasarkan pengalaman klinis pada pasien pneumonia komunitas dewasa rawat inap. Perbedaan biaya antara kedua obat ini menjadi alasan berlangsungnya penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis efektivitas-biaya AEB dari seftriakson dan levofloksasin sehingga diperoleh pengobatan yang lebih efektif-biaya. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan data sekunder berupa data peresepan dan data administrasi biaya pasien pneumonia rawat inap tahun 2017 yang berasal dari Sistem Informasi Rumah Sakit. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Sampel yang dilibatkan pada penelitian ini sebanyak 33 pasien, yaitu 23 pasien menggunakan seftriakson dan 10 pasien menggunakan levofloksasin.
Efektivitas pengobatan diukur berdasarkan lama hari rawat. Biaya diperoleh dari median total biaya pengbatan yang berasal dari biaya obat utama, biaya obat lain, biaya obat penyakit penyerta, biaya alat kesehatan, biaya laboratorium, biaya radiologi, biaya fisioterapi, biaya pelayanan, biaya administrasi, dan biaya rawat inap. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata lama hari rawat pasien yang menggunakan seftriakson adalah 3,43 hari dan levofloksasin 3,50 hari dan tidak terdapat perbedaan signifikan pada analisis Mann-Whitney p=0,440. Median total baya pengobatan seftriakson sebesar Rp2.183.356,54 lebih murah dibandingkan levofloksasin Rp2.819.895,56. Seftriakson secara umum memiliki nilai REB sebesar Rp636.547,10/hari lebih efektif-biaya dibandingkan levofloksasin dengan nilai REB: Rp805.684,40/hari.

Karya Bhakti Pratiwi Hospital has been using ceftriaxone and levofloxacin as the empirical therapy option in community acquired pneumonia in adult patients. The difference in the cost between these two drugs encouraged researcher to perform Cost effectiveness analysis CEA to obtain more cost effective treatment. The study design was a cross sectional, data were collected retrospectively with total sampling method using data from the prescribing data and administrative financial data of inpatient pneumonia in 2017 from Hospital Information System. The number of samples were 33 patients, consisted of 23 patients using ceftriaxone and 10 patients using levofloxacin.
The effectiveness of treatment has measured by the length of stay. The total costs therapy were obtained from the median total cost from major drug costs, other drug costs, medical equipment costs, laboratory costs, radiology costs, physiotherapy costs, service fees cost, administrative costs, and hospitalization costs. Based on the results of the study, the efficacy of ceftriaxone with an average length of stay was 3.43 days and levofloxacin 3.50 days. The median total costs therapy of ceftriaxone was cheaper Rp2,183,356.54 than levofloxacin Rp2,819,895.56. The result shows that ceftriaxone generally REB Rp 636.547,10 day more cost effective than levofloxacin REB Rp805,684.40 day.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Sudarmadi
"Dalam memenuhi tuntutan masyarakat yang semakin kritis terhadap pelayanan kesehatan dan agar dapat bisa bersaing dengan rumah sakit lain, Rumah Sakit Karya Bhakti (RSKB) yang merupakan rumah sakit swasta madya atau setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C, berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. SaIah satu upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kualitas pelayanan di bagian Instalasi Farmasi.
Instalasi Farmasi di rumah sakit merupakan unit yang memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 40% dari keseluruhan pendapatan Rumah Sakit Karya Bhakti. Untuk itu Instalasi Farmasi dituntut untuk memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan teliti sehingga dapat memuaskan pelanggan. Namun, pelayanan penunjang medik yang diberikan belum berjalan optimal, terutama pada pelayanan resep bagi pasien rawat jalan.
Tiijuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan menganalisis sistem supply obat pada pelayanan rawat jalan yang digunakan oleh Depo Farmasi Rumah Sakit Karya Bhakti serta memberikan saran pemecahan masalah yang dapat meningkatkan produktivitas pelayanan.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa pelayanan farmasi yang diberikan oleh Depo Fannasi cenderung lama. Faktor-faktor penyebab lamanya pelayanan adalah sarana dan prasarana yang kurang menunjang khususnya sistem IT yang selalu mengalami gangguan, kurangnya Sumber Daya Manusia, tidak adanya pemisahan tugas dalam melayani pasien rawat jalan dan rawat inap, perencanaan obat tidak sesuai dengan kebutuhan, dan kurangnya informasi kepada petugas Depo Farmasi mengenai obat-obat baru.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk segera memperbaiki sistem IT, karena masalah ini merupakan prioritas utama, menambah tenaga pelaksana (fungsional), perlu adanya pemisahan tugas agar beban kerja petugas berkurang, memberikan informasi kepada dokter tentang obat standarisasi RSKB, dan meningkatkan kualitas petugas Depo Farmasi.

In filling the demand for the community that increasingly critical towards the health service and in order to be able to compete with the other hospital, Karya Bhakti hospital which are a private hospital or the same level as a class C government hospital, trying to increase their quality of service. On of their attempt is to increase the service quality of hospital pharmacist division.
40% of the hospital income is come from hospital pharmacist division. So the Pharmacy Installation was demanded to give the fast service, exact and thorough so as to be able to satisfy the customer. However, the medical service which was given did not yet go optimal, especially in the recipe service for the outpatient.
The purpose of this research is to get an image of and to analyst the drug supply system that had been use in the hospital pharmacist. And also to give some solution for their problem to increase their service productivities.
The results that were received from this research were that the pharmacy service that was given by the Pharmacy Depot tended take time. Cause factors of the length of the service were facilities and equipment did not supportive especially the IT system that always experienced the disturbance, the shortage of human resources, the nonexistence of the separation of the task in serving the outpatient and inpatient, medicine planning was not in accordance with the requirement, and the shortage of information to the official of the Pharmacy Depot about new medicines.
The solution for this research was improved the IT system, because this problem was the main priority, recruited worker, needed the existence of the separation of the task so that the burden of the work of the official decreases, gave information to the doctor about standard medicine in Darya Bhakti Hospital, and increased the quality of the official of the Pharmacy Depot.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>