Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108393 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachmadiva
"ABSTRACT
Tembakau selain dibuat menjadi rokok, dapat dibuat menjadi anti nyamuk. Kandungan nikotin, d-limone, indol, dan piridin yang berada pada tembakau tersebut dapat dijadikan alternatif dari bahan anti nyamuk sintetik yang berada di pasaran seperti N,N-Diethyl-meta-toluamide DEET dan permetrin. Tujuan penelitian ini adalah membuat, mengevaluasi formulasi melihat kestabilan formulasi emulgel ekstrak tembakau, dan melihat berapa kandungan nikotin yang terpenetrasi. Emulgel ini dibuat menjadi 4 formula, yaitu blangko yang tidak memiliki ekstrak, dan 3 formula lainnya dengan kadar ekstrak tembakau yang berbeda. Pengamatan organoleptis menunjukkan emulgel memberikan warna putih untuk blangko, putih kecoklatan dan semakin kecoklatan dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Setelah dilakukan evaluasi, emulgel ekstrak tembakau stabil pada penyimpanan pada temperatur 4 2 C, 28 2 C, 40 2 C, dan stabil setelah dilakukannya cycling test dan uji mekanik. Dari sediaan yang memiliki kandungan ekstrak paling tinggi dilakukan uji penetrasi, jumlah kumulatif nikotin yang terpenetrasi dari sediaan emulgel adalah 14180,628 mg/cm. Fluks dari sediaan emulgel adalah 22,986 mg/cm2menit. Persentase nikotin yang terpenetrasi dari sediaan emulgel adalah 157,562 . Berdasarkan hasil tersebut, keempat formula sediaan emulgel stabil, dan kadar nikotin yang terpenetrasi tidak melebihi batas toksik. Namun, emulgel ini tidak memenuhi syarat sebagai antinyamuk, yaitu tidak boleh terpenetrasi.

ABSTRACT
Beside for cigarrates manufacturing, Tobacco also can be used as mosquito repellent. Nicotine, d limone, indol, and pyridine contained in tobacco, can be used as alternative to substitute N,N Diethyl meta toluamide DEET dan Permethrine as mosquito repellent. But, as mosquito repellent, an active ingredients cannot be penetrated. This research 39 s objectives were to evaluate the formula and its stability, and to determine how much nicotin that penetrated. The emulgel was made into 4 different formulas 1 formula without tobacco extract and the others were differentiated by the concentration of the extract. Organoleptic observation of the emulgel was white and brownish white that getting darker along with the increasing of tobacco extract concentration. The emulgel of tobacco extract was stable at 4 2 C, 28 2 C, 40 2 C, after cycling test and sentrifugation test. From the highest concentration of tobacco extract of emulgel was tested its penetration ability. The total cumulative penetration, percentage of penetrated nicotine and flux of nicotine from emulgel dosage form was 14180.628mg cm, 157.562 , 22.986mg cm2minutes, respectively. It can be concluded that, the four Formulas of emulgel were stable and the percentage of penetrated nicotine was still below the toxic dose. But, this emulgel was not qualified as a mosquito repellent because it could be penetrated through skin. "
2017
S68925
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Rosanna
"Daun tembakau Nicotiana tabacum L. memiliki aktivitas sebagai biorepellent, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif repellent sintetik. Ekstrak daun tembakau diformulasikan menjadi emulgel dengan penambahan ekstrak propolis sebagai tabir surya untuk meningkatkan manfaat sediaan saat dipakai untuk mencegah gigitan nyamuk pada siang hari. Dibuat tiga formulasi emulgel yang mengandung 3 ekstrak daun tembakau dengan variasi ekstrak propolis masing-masing sebesar 0, 15, dan 20. Penelitian ini bertujuan untuk melihat stabilitas fisik dan menentukan nilai SPF sediaan. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan melihat stabilitas pada penyimpanan suhu rendah 4 2 C, suhu kamar 28 2 C, dan suhu tinggi 40 2 C, serta uji mekanik dan cycling test. Penentuan nilai SPF dilakukan secara in vitro dengan spektrofotometri UV/Vis menggunakan metode Mansur. Hasil uji menunjukkan ketidakstabilan emulgel karena terjadi perubahan warna pada suhu tinggi dan perubahan bau pada penyimpanan minggu ke-8 di suhu kamar. Hasil penentuan SPF menunjukkan emulgel memiliki nilai SPF yang rendah. Hal ini diduga disebabkan karena kurang sesuainya metode pengukuran dan degradasi serta aglomerasi partikel zat aktif selama penyimpanan.

Tobacco leaf Nicotiana tabacum L. has an activity as biorepellent, thus can be used as an alternative to replace synthetic repellent. Tobacco leaf extract was formulated into emulgel with addition of propolis extract as sunscreen to enrich the benefits of the dosage form when used to prevent musquito rsquo s bite in daylight. Three emulgel formulation containing 3 of tobacco leaf extract and a variation of propolis extract with a concentration of 0, 15, and 20 respectively. This study rsquo s purpose was to evaluate physical stability and determine SPF value of formulated emulgels. Physical stability test includes evaluating the stability of emulgels on storing at low temperature 4 2 C, room temperature 28 2 C, and high temperature 40 2 C, as well as mechanical test and cycling test. SPF determination was conducted by in vitro measurement using spectrophotometry UV Vis by Mansur rsquo s method. Result from this study indicates emulgel rsquo s instability by the change in color of emulgel stored at high temperature and the change of emulgel rsquo s odor after storing it for 8 weeks. Result of SPF determination shows that emulgel has low SPF value. This result may be caused by unsuitable measurement method and degradation as well as agglomeration of active component particles while in storement. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Irmayanti
"ABSTRAK
Tembakau (Nicotiana tabacum) merupakan tanaman yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia. Kandungan utama minyak tembakau dari proses pirolisis pada suhu 500oC ini adalah nikotin dan 3-metilpiridin. Kandungan tersebut memiliki potensi sebagai pengusir nyamuk. Pengusir nyamuk yang menggunakan zat aktif sintetis memiliki efek berbahaya bagi tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kestabilan minyak tembakau dengan memformulasikan minyak tembakau hasil pirolisis fraksi bawah ke dalam formula losio dengan empat konsentrasi yang berbeda-beda (0,0; 0,5; 1,5; dan 3,0%). Formula tersebut diuji stabilitas fisiknya. Pada uji stabilitas fisik dilakukan dengan menyimpan losio pada tiga suhu yang berbeda (suhu rendah 4oC, suhu kamar 25oC, dan suhu tinggi 40oC), uji sentrifugasi dan cycling test. Hasil uji stabilitas pada keempat formula sediaan losio minyak tembakau adalah stabil.

ABSTRACT
Tobacco (Nicotiana tabacum) plants that are abundant in various places in Indonesia . The main content of the tobacco oils from the pyrolysis process at a temperature of 500oC are nicotine and 3-methylpyridine. The content has potential as a mosquito repellent. Mosquito repellent which is used synthetic active substances have harmful effects to the body. The aim of the study is to develop stability properties from tobacco oil by formulating it into the lotion formula with four different concentrations ( 0.0 , 0.5, 1.5, and 3.0 % ). These formulas were physical stability tested. In the physical stability test performed by storing the lotion at three different temperatures (low temperature 4°C, room temperature 25°C , and high temperature 40oC ) , centrifugation test and cycling test . The results shown that the stability tests on the four tobacco oil lotion formula preparation are physically stable."
2014
S56841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprapto
"ABSTRAK
Ekstrak daun tembakau (Nicotiana tobacum) mempunyai bahan aktif yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati yang efektif Kandungan bahan aktif yang ada di dalam daun tembakau (Nicotiana tobacum) adalah golongan alkaloid seperti anabarine, anatobine, myosine, nicotinoid, nicotelline. nicotine. nicotyrine. norcotine. dan nirrolidine.
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya pcngaruh ckstrak daun tembakau (Nicotiana tobacum) terhadap kcmatian lalat rumah (Musca Domestica). Metode penelitian yang digunakan adalah experimental murni dcngan menggunakan 5 (lima) konscntrasi ekstrak tembakau (Nicotiana tobacum). Konsentrasi yang digunakan adalah konscntrasi 65 gr/l, 79 gr/l, 95 gr/l, 114 gr/l dan 136 gr/l yang discrnprotkan asing-masing scbanyak 100 ml/konsentrasi/kotak perlakuan yang telah diisi dengan asing-masing 20 ekor lalat rumah (Musca domestica).
Data dari hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan Anova satu faktor dan uji Tukcy yaitu untuk mengetahui perbedaan jumlah lalat rumah (Musca domestica) yang mati pada berbagai konsentrasi ekstrak tembakau Nicotiana tobacum), scdangkan untuk Uji efikasi ekstrak daun tembakau (Nicotiana tobucum) untuk lethal concentration (LC-50) digunakan analisa Probit.
Hasil uji statistik pada CI 95 % menunjukkan ada perbedaan rata-rata kematian lalat rumah (Musca domestica) yang signifikan dari satu konsentrasi dengan konsentrasi lainnya, kecuali pada konsentrasi 81,674 gr/l, dan konsentrasi 79 gr/l.
Dari hasil uji Probit, diperoleh nilai LC-50 dari konsentrasi ekstrak daun tembakau (Nicotiana tobacum) yang dapat membunuh lalat rumah (Musca domestica) dalam 24 jam setelah perlakuan yaitu pada konsentrasi 81 ,674 gr/I, dan konsentrasi efektif ekstrak daun tembakau (Nicotiana tobacum) untuk membunuh lalat rumah (Muscu domestica) >90 % dalam waktu 24 jam setelah perlakuan yaitu pada konsentrasi 136 gr/I.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap serangga (vektor) lainnya seperti nyamuk, kecoa, kutu atau yang lainnya, sedangkan untuk aplikasi di lapangan disarankan memakai konsentrasi 136 gr/I, tetapi perlu lebih dahulu melakukan penelitian uji faktor keamanan terhadap makhluk hidup lainnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Apriliyana Virgine
"ABSTRAK
Tesis ini dilatarbelakangi peningkatan jumlah penderita Demam Berdarah Dengue DBD di Provinsi DKI Jakarta yang mengalami peningkatan signifikan walaupun telah dilakukan upaya pengendalian penyebaran DBD, salah satunya dengan pemberian larvasida sintetik yang berbahan kimia. Larvasida sintetik ini memiliki bau yang menyengat, dapat menimbulkan resistensi dan memberikan efek samping terhadap tubuh. Beberapa penelitian larvasida berbahan baku alam telah dikembangkan sebagai alternatif, diantaranya adalah penggunaan ekstrak daun tembakau yang mempunyai khasiat sebagai insektisida larvasida nabati. Perubahan warna yang tidak stabil dan perubahan bentuk filtrat yang mengental akan menyulitkan penggunaan ekstrak tersebut secara langsung sebagai larvasida. Penelitian ini akan mengembangkan formulasi larvasida berbasis ekstrak daun tembakau yang akan terkapsulasi menggunakan polimer Polietilen glikol 6000 dengan bentuk sediaan akhir berupa padatan yang mudah dalam penggunaannya dan adanya peningkatan sifat karakteristik. Dari hasil penelitian diperoleh uji hayati bioassay larvasida enkapsulasi dengan LC50 sebesar 370,91 ppm 0,04 , lebih rendah dibandingkan ekstrak daun tembakau tanpa enkapsulasi sebesar 1022,97 ppm 0,10 dan penggunaan larvasida berbasis ekstrak daun tembakau terkapsulasi tidak memberikan perbedaan yang signifikan jika diujikan di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat.

ABSTRACT
This thesis is motivated by the increasing number of Dengue Hemorrhagic Fever DHF patients in DKI Jakarta which experienced a significant increase despite efforts to control the spread of dengue fever, one of them with the provision of synthetic chemical larvicide. This synthetic larvicide has a strong odor, can cause resistance and give side effects to the body. Some larvicide studies of natural raw materials have been developed as an alternative, such as the use of tobacco leaf extract that has the property as an insecticide larvicide vegetable. Unstable color changes and thickening of the filtrate form will make it difficult to use the extract directly as a larvicide. This research will develop larvacide formulations based on tobacco leaf extracts that will be encapsulated using polymer Polyethylene glycol 6000 with final dosage form in the form of solids that are easy to use and an increase in characteristic properties. From the result of the research, the bioassay of larvicide encapsulation with LC50 was 370,91 ppm 0,04 , lower than tobacco leaf extract without encapsulation 1022,97 ppm 0,10 and the use of encapsulation larvicide based on tobacco leaf extract did not give significant difference if tested in Kapuk area, West Jakarta"
2017
T49738
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ela Nurlaela Handayani
"Ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.) yang mengandung asam elagat berkhasiat sebagai penghambat aktivitas tirosinase. Kemampuan asam elagat untuk menghambat melanogenesis dapat dijadikan sebagai zat aktif dalam produk kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan emulgel ekstrak kulit buah delima sebagai pemutih kulit dan menguji stabilitas fisiknya. Ekstrak etanol 50% kulit buah delima diuji aktivitas penghambatan tirosinase kemudian diformulasikan menjadi sediaan emulgel dengan konsentrasi 0,2; 0,4 dan 0,6% kemudian dievaluasi stabilitas fisiknya selama 12 minggu pada suhu 4±2oC, 28±2oC dan 40±2oC, uji mekanik dan cycling test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IC50 yang diperoleh dari ekstrak etanol 50% kulit buah delima sebesar 167,11 ppm sedangkan nilai IC50 asam kojat 6,99 ppm sebagai pembanding. Emulgel yang diformulasikan menunjukkan penampilan fisik yang stabil setelah penyimpanan selama 12 minggu pada ketiga suhu, uji mekanik dan cycling test, memiliki sifat alir plastis yang stabil serta memenuhi persyaratan ukuran diameter globul suatu emulsi. Formula terbaik adalah Formula 2 yang mengandung ekstrak kulit buah delima sebanyak 0,4% karena menunjukkan stabilitas yang baik. Oleh karena itu, emulgel yang mengandung ekstrak kulit buah delima berpotensi untuk digunakan sebagai pemutih kulit.

Pomegranate (Punica granatum L) fruit peel extract containing ellagic acid has the ability to inhibit tyrosinase activity. Due to the ability of ellagic acid to inhibit melanogenesis, it can be used in skincare cosmetics. This research aims to formulate emulgel of pomegranate fruit peel extract as a skin whitenig and evaluate its physical stability. Ethanol extract 50% of pomegranate fruit peel extracts were assayed for its tyrosinase inhibitory activity then formulated into emulgel preparation in concentrations of 0,2; 0,4; and 0,6%. The emulgel was then evaluated on its physical stability for 12 weeks in 4±2oC, 28±2°C and 40±2°C temperature, mechanical testing and cycling test.
Results showed that the IC50 value of 50% ethanol extract of pomegranate fruit peel was 167.11 ppm, whereas the IC50 of kojic acid standard was 6.99 ppm. The emulgel preparation was stable throughout 12 weeks of storage in three different temperatures, mechanical test, cycling test, had a plastic rheology and fulfilled the requirement of an emulsion globule diameter. The best emulgel formula with 0.4% pomegranate fruit peel extract showed good stability. Therefore, emulgel containing pomegranate fruit peel extract has the potential to be used as a skin whitening.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diar Siti Hazar Sukandi
"Niasinamida merupakan vitamin yang larut di dalam air dikenal sebagai vitamin B3 dan telah digunakan untuk mengobati beberapa jenis permasalahan pada kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi emulgel yang menggunakan silikon untuk membandingkan daya penetrasi secara in vitro antara emulgel dengan silikon dan tanpa penambahan silikon serta uji stabilitas fisik sediaan. Semua formulasi di uji daya penetrasinya secara in vitro dengan sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus betina galur Sprague dawley. Jumlah kumulatif niasinamida yang terpenetrasi dari emulgel yang tidak mengandung silikon (F1) adalah 2028,8 ± 64,3 µg/cm2 sedangkan emulgel yang mengandung silikon secara berturut turut (F2-dimetikon dan F3-siklometikon) adalah 4662,4 ± 11,4 µg/cm2 dan 2679,45 ± 9,3 µg/cm2. Nilai fluks berturut-turut F1, F2, dan F3 adalah 253,6 ± 8,0 µg/cm2jam, 582,7 ± 1,4 µg/cm2jam, dan 334,93 ± 1,2 µg/cm2jam. Serta nilai % kumulatif terpenetrasi berturut-turut sebesar 8,89 ± 0,28 %, 17,95 ± 0,04 %, dan 11,83 ± 0,04 %. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya silikon terbukti dapat meningkatkan penetrasi emulgel niasinamida dan ketiga formulasi menunjukan kestabilitan fisik yang baik.

Niacinamide is a water-soluble vitamin, also known as vitamin B3 and has been used to treat several types of dermatological pathologies. The purpose of this research are to make emulgel formulations using silicones to compare the penetration ability as in vitro test between emulgel with or without silicon, and the physical stability test. Penetration ability of all formulations were examined by Franz diffusion cell as in vitro test using Sprague Dawley rat abdomen skin for diffusion membrane. Total cumulative penetration of niacinamide from emulgel without silicone formulation (F1) is 2028,8 ± 64,3 µg/cm2 and emulgel with silicone formulation (F2-dimethicone and F3-cyclomethicone) are 4662,4 ± 11,4 µg/cm2 and 2679,45 ± 9,3 µg/cm2. Fluks of niacinamide respectively (F1, F2, and F3) are 253,6 ± 8,0 µg/cm2hour, 582,7 ± 1,4 µg/cm2hour, and 334,93 ± 1,2 µg/cm2hour. The presentage of penetrated niacinamide are 8,89 ± 0,28 %, 17,95 ± 0,04 %, and 11,83 ± 0,04 %, respectively. Based on those result, it can be concluded that silicone compound can increase the penetration ability of niacinamide emulgels and all formulations showed good physical ;Niacinamide is a water-soluble vitamin, also known as vitamin B3 and has been used to treat several types of dermatological pathologies. The purpose of this research are to make emulgel formulations using silicones to compare the penetration ability as in vitro test between emulgel with or without silicon, and the physical stability test. Penetration ability of all formulations were examined by Franz diffusion cell as in vitro test using Sprague Dawley rat abdomen skin for diffusion membrane. Total cumulative penetration of niacinamide from emulgel without silicone formulation (F1) is 2028,8 ± 64,3 µg/cm2 and emulgel with silicone formulation (F2-dimethicone and F3-cyclomethicone) are 4662,4 ± 11,4 µg/cm2 and 2679,45 ± 9,3 µg/cm2. Fluks of niacinamide respectively (F1, F2, and F3) are 253,6 ± 8,0 µg/cm2hour, 582,7 ± 1,4 µg/cm2hour, and 334,93 ± 1,2 µg/cm2hour. The presentage of penetrated niacinamide are 8,89 ± 0,28 %, 17,95 ± 0,04 %, and 11,83 ± 0,04 %, respectively. Based on those result, it can be concluded that silicone compound can increase the penetration ability of niacinamide emulgels and all formulations showed good physical.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Gracia Dameirisca
"Latar Belakang: Zoledronat merupakan jenis obat bisfosfonat yang paling kuat dalam menghambat resorpsi tulang. Zoledronat terbukti dapat menghambat pergerakan gigi ortodonti dan memperkuat penjangkaran maksimum, pada studi hewan. Sebagian besar studi masih menggunakan obat zoledronat dalam bentuk injeksi. Sediaan topikal mulai dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan melalui pemberian obat secara injeksi Gel dan emulsi gel (emulgel) merupakan jenis sediaan obat topikal semi padat. Uji stabilitas suatu produk farmasi perlu dilakukan untuk menilai kemampuan suatu formulasi dalam mempertahankan sifat dan karakteristiknya saat pengemasan selama periode penyimpanan dan penggunaan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan stabilitas fisik gel dan emulgel zoledronat yang disimpan pada suhu ruang (28±2°C) dan akselerasi (40°C) selama 8 minggu pengamatan. Metode penelitian: Gel dan emulgel disimpan selama 8 minggu pada suhu 28±2°C dan 40°C. Parameter stabilitas fisik yang dilihat antara lain organoleptis, pH, daya sebar, viskositas dan ukuran globul emulgel. Evaluasi dilakukan pada hari pertama, minggu ke-2,4,6 dan 8. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada seluruh parameter antar sediaan gel dan emulgel pada setiap waktu pengamatan. Pada sediaan emulgel yang disimpan di suhu 28±2°C, tidak terdapat perbedaan bermakna pada parameter viskositas, daya sebar dan ukuran globul selama 8 minggu pengamatan. Pada sediaan gel yang disimpan pada suhu 28±2°C, terdapat perbedaan bermakna pada seluruh parameter selama 8 minggu pengamatan. Kesimpulan: Emulgel zoledronat yang disimpan pada suhu 28±2°C selama 8 minggu stabil menurut semua parameter-parameter fisik yang diuji, kecuali pH. Perubahan pada nilai pH masih dekat dengan kisaran normal pH pada rongga mulut. Selain itu, gel zoledronat yang disimpan pada suhu 28±2°C selama 8 minggu dapat disimpulkan tidak stabil.

Introduction: Zoledronate is the most potent bisphosphonate at inhibiting bone resorption. Zoledronate has been shown to inhibit orthodontic tooth movement and increase maximum anchorage in animal studies. Most studies are still using zoledronate in injectable form. The strategy to overcome problems associated with drug administration by injection is to develop zoledonate that can be administered topically. Gel and emulsion gel (emulgel) are a semi-solid drug preparation. Stability testing of pharmaceutical product must be done to evaluate the capability of a particular formulation to retain its properties and characteristics at the time of packaging throughout its period of storage and use. This study aims to compare the physical stability of zoledronat gel and emulgel stored in room temperature (28±2°C) and accelerated temperature (40°C) for eight weeks. Methods: Gel and emulgel were stored in room temperature (28±2°C) and accelerated temperature (40°C) for eight weeks. The physical stability parameters that were used in this study is organoleptic, pH, spreadability, viscosity and globule size diameter for emulgel preparation. Gel and emulgel were evaluated on the first day, 2nd week, 4th week, 6th week and 8th week. Results: There were statistically significant differences in all stability parameters, except pH, between gel and emulgel prepatations. For emulgel preparations that was stored in room temperature, there was no statistically significant differences in viscosity, spreadability and globule size diameter during eight weeks of observation. For gel preparations that was stored in room temperature, there were significant differences in all stability parameters during eight week of observation. Conclusion: According to the parameters in physical stability test, except pH, zoledronate emulgel stable in room temperature (28±2°C) storage for eight week observation. The changes in pH values was near from normal pH range in oral cavity. Other than that, zoledronate gel was not stable in room temperature (28±2°C) storage for eight week observation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adhila Kiasatina Larasati
"

Ekstrak herba pegagan (Centella asiatica L.) memiliki kandungan senyawa aktif berupa senyawa asiatikosida. Asiatikosida memiliki absorpsi dan penetrasi yang buruk karena sifatnya yang hidrofilik. Pada penelitian ini, ekstrak kental herba pegagan dimodifikasi ke dalam bentuk kompleks nanovesikel fitosom yang diformulasikan ke dalam sediaan krim untuk mengatasi permasalahan absorpsi dan penetrasi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasikan sediaan krim fitosom dan krim ekstrak tanpa modifikasi, serta membandingkan penetrasi keduanya. Fitosom dibuat dengan konsentrasi fosfolipid dan ekstrak kental 1:1. Pembuatan fitosom dilakukan dengan metode hidrasi lapis tipis. Hasil pengujian efisiensi penjerapan terhadap fitosom sebesar 47,56 ± 1,68 %. Uji penetrasi metode sel difusi Franz dilakukan terhadap kedua jenis krim menggunakan membran abdomen tikus betina. Jumlah kumulatif asiatikosida terpenetrasi dari sediaan krim fitosom dan krim non fitosom berturut-turut sebesar 4,56 ± 0,32 µg/cm2 dan 1,86 ± 0,24 µg/cm2, dengan persentase berturut-turut sebesar 40,81 ± 2,83%, dan 16,66 ± 2,17%. Fluks dari sediaan krim fitosom dan krim non fitosom berturut-turut adalah sebesar 0,659 ± 0,035 µg.cm-2.jam-1 dan 0,465 ± 0,061 µg.cm-2.jam-1. Sediaan krim yang mengandung ekstrak herba pegagan dalam bentuk kompleks fitosom memiliki daya penetrasi yang lebih tinggi dibandingkan krim yang mengandung ekstrak herba pegagan konvensional. Keduanya menunjukkan stabilitas fisik yang baik melalui hasil pengamatan organoleptis, homogenitas, dan viskositas yang dilakukan selama dua bulan dalam berbagai variasi suhu.


Centella asiatica L. extract contains active content in form of asiaticoside. The absorption and penetration properties of that active ingredient are poor, due to its hydrophilic properties. In order to overcome those obstracles, in this research, a modification of Centella asiatica L. extract was made by formulating cream containing extract in the form of nanovesicle complex called phytosome. The aim of this research is to formulate two kinds of cream that contain phytosomal extract and normal extract without any modifications, then to compare both penetration profiles. The phytosome was made by mixing 1:1 phospholipid:extract with thin layer hydration method. Entrapment efficiency value of the phytosome suspension is 47,56 ± 1,68 %. Penetration test of both creams was run using Franz diffusion cell method. The cumulative amount of asiaticoside penetrated from phytosomal and non-phytosomal cream reaches 4,56 ± 0,32 µg/cm2 and 1,86 ± 0,24 µg/cm2, with the percentage of 40,81 ± 2,83%, and 16,66 ± 2,17%. Flux value from the phytosomal and non-phytosomal cream amounts 0,659 ± 0,035 µg.cm-2.hr-1 and 0,465 ± 0,061 µg.cm-2.hr-1. These results show that Centella asiatica L. extract in phytosomal cream gives better penetration profile compared to non-phytosomal cream. Both creams are showing good physical stability through organoleptic, homogenicity, and also viscosity observations done throughout two months at various temperatures and conditions.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Runi Kemala
"Kandungan xanton pada kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) memiliki berbagai aktivitas biologis, salah satunya sebagai antioksidan dan penghambat tirosinase. Kemampuannya dalam menghambat melanogenesis dapat menjadikannya zat aktif dalam produk kosmetik. Pada penelitian ini dilakukan uji penghambatan aktivitas tirosinase pada hasil fraksinasi diklorometana secara in vitro. Hasil fraksinasi diformulasikan menjadi sediaan emulgel dan diuji kestabilan fisiknya pada penyimpanan di suhu 4±2o, 27±2o dan 40±2o C. Emulgel yang diformulasikan menunjukkan fisik yang tetap stabil setelah disimpan selama 8 minggu pada ketiga suhu, dan setelah dilakukan uji mekanik dan cycling test. Nilai IC50 yang diperoleh dari hasil fraksinasi diklorometana adalah sebesar 13,204 ppm. Hasil pengukuran penghambatan aktivitas tirosinase pada emulgel dengan fraksi diklorometana 0,05; 0,1 dan 0,15 berturut-turut sebesar 16,6; 18,8 dan 20,7%. Persentase inhibisi pada emulgel mengalami penurunan setelah disimpan selama 8 minggu pada suhu kamar, yaitu berturut-turut menjadi 12,43; 16,92 dan 18,88%.

Xanthones in mangosteen pericarp (Garcinia mangostana L.) have several biological activities, including antioxidant and tyrosinase inhibitor. The ability to inhibit melanogenesis can make xanthones as the active compound in cosmetic products. In this study, tyrosinase activity inhibition of dichloromethane fraction from mangosteen pericarp was determined by in vitro method. The dichloromethane fraction was also formulated into an emulgel dosage form and physically tested in cold (4±2o C), room (27±2o C) and high (40±2o C) temperatures to discover its stability. All formulas represented good and stable physical appearance after 8 weeks of storage in cold, room and high temperatures, and also after the mechanic and cycling tests. The IC50 value of dichloromethane fraction was 13,204 ppm. The tyrosinase activity inhibitions of emulgels containing 0,05; 0,1 and 0,15% of dichloromethane fraction were 16,6; 18,8 and 20,7% respectively. Mean while after 8 weeks of storage in room temperature, the inhibitions were decreased to 12,43; 16,92 and 18,8% respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>