Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152477 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Aini Annapurna
"ABSTRAK
This article is an excerpt from an undergraduate thesis of the same title and which focuses on A Series of Unfortunate Events, a children rsquo s book series by Lemony Snicket. This thesis explores how a culture of fear shapes childhood, which is represented in the series. This research uses qualitative textual analysis that focuses on the portrayal of the society and adult characters in its treatment of children. This research analyzes how the series represent the way that childhood is shaped by a culture of fear through the depiction of various characters and the society in the novels by analyzing the social institutions in the novels. This research also explores the author rsquo s attempts of challenging the notion of children as a vulnerable group that is represented in the novels, by analyzing the Baudelaires rsquo identity and vulnerability. Results suggest that A Series of Unfortunate Events demonstrate ambivalence in the perception of childhood. Social institutions that should create a safe space for children tend to further perpetuate the culture of fear for them. Furthermore, children rsquo s vulnerability is often taken advantage of by adults for their own interests. Results also suggest that for children, their childhood is shaped by a culture of fear that is created and maintained by adults.

ABSTRAK
Artikel ini adalah ringkasan dari skripsi berjudul sama yang membahas serial buku anak-anak A Series of Unfortunate Events karya Lemony Snicket. Skripsi ini membahas bagaimana culture of fear mempengaruhi masa kanak-kanak yang direpresentasikan oleh A Series of Unfortunate Events. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis tekstual yang berfokus pada penggambaran masyarakat dan karakter orang dewasa dalam perlakuannya terhadap anak-anak. Penelitian ini menganalisa representasi masa kanak-kanak dalam serial ini yang dibentuk oleh culture of fear melalui penggambaran berbagai karakter dan institusi-institusi sosial yang terdapat di dalam novel. Penelitian ini juga menganalisa upaya-upaya penulis untuk mematahkan asumsi identitas anak sebagai sosok yang rawan melalui penggambaran identitas dan kerawanan anak-anak Baudelaire. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ambivalensi dalam persepsi masa kanak-kanak. Institusi-institusi sosial yang semestinya menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak malah menempatkan mereka di situasi-situasi yang menakutkan. Selain itu, identitas vulnerability yang dimiliki anak-anak seringkali dimanfaatkan orang dewasa untuk kepentingannya sendiri. Penelitian juga menunjukkan bahwa masa kanak-kanak dibentuk oleh culture of fear yang diciptakan dan dipertahankan oleh orang dewasa."
2017
S69416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Beberapa dampak negatif yang perlu dieksplorasi dalam diskusi ini adalah gejala globalisasi media massa membuka kondisi dunia yang borderless world. Kondisi dunia tanpa batas ini mengakibatkan apa yang sering disebut dengan penyeragaman secara global dalam sistem, pola dan budaya komunikasi dunia dan Indonesia khususnya."
384 WACA 5:21 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
New Jersey Hollym International Corp 2005
915.19 KOR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pospos, P.
Djakarta: Balai Pustaka, 1967
899.221 POE a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Novasari
"Kekerasan yang terjadi dalam lingkungan keluarga adalah realita yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Berdasarkan data statistik, wanita dan anak-anak adalah dua kelompok yang paling sering menjadi sasaran kekerasan dalam rumah tangga: Namun, penelitian mengenai hal tersebut lebih banyak dilakukan oleh para profesional di luar negeri, khususnya negara-negara Barat. Sedangkan di Indonesia sendiri belum terlalu banyak penelitian yang dilakukan untuk mengupas tema kekerasan dalam lingkungan keluarga, khususnya kekerasan terhadap anak. Berangkat dari beberapa pandangan teoritis yang mengatakan bahwa korban kekerasan di masa kanak-kanak akan berpotensi untuk membina relasi interpersonal -khususnya relasi intim romantis heteroseksual- di masa dewasanya kelak, peneliti kemudian tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran konflik dan strategi coping dalam relasi intim romantis heteroseksual pada dewasa muda yang pernah mengalami kekerasan di masa kanak-kanaknya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif analitis. Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah wawancara terfokus dan observasi. Selama proses pengumpulan data, peneliti berhasil mendapatkan 3 orang subyek (1 orang laki-laki dan 2 orang perempuan), yaitu para dewasa muda yang mengalami kekerasan di masa kanak-kanaknya, serta sedang atau pernah menjalani relasi intim heteroseksual. Setelah melakukan penelitian, hasil yang didapat oleh peneliti adalah bahwa dari ketiga orang subyek dewasa muda yang mengalami kekerasan di masa kecilnya, ternyata hanya 1 orang subyek yang meneruskan rantai kekerasan dengan melakukan tindakan agresivitas terhadap pasangannya.
Subyek laki-laki dan perempuan ternyata juga memiliki orientasi yang berbeda dalam relasi intim heteroseksualnya. Pada subyek laki-laki, keintiman fisik dan emosional yang dapat diwujudkan melalui aktivitas-aktivitas seksual menjadi prioritas terpenting dalam hubungannya. Di sisi lain, ia tidak ingin merasa terikat oleh adanya komitmen dengan pasangan. Pada salah seorang subyek perempuan, ia memiliki kebutuhan yang sangat besar terhadap afeksi dan kasih sayang dari pasangannya. Namun di sisi lain, ia juga memiliki kebutuhan akan power dan dominasi yang juga sama kuatnya. Pada salah seorang subyek perempuan yang lain, kebutuhan akan afeksi dan penghargaan menjadi aspek terpenting yang mewarnai hubungannya. Jika kedua hal tersebut tidak berhasil didapatkannya dari hubungan yang dijalaninya, maka ia pun akan dengan sangat mudah mengambil jalan pintas untuk segera mengakhiri hubungan tersebut.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa semua bentuk kekerasan yang dialami masing-masing subyek di masa kanak-kanaknya menggoreskan luka psikologis yang mendalam pada diri mereka. Namun, dari ketiga bentuk penyiksaan fisik, emosional, dan seksual yang mereka terima, kekerasan emosionallah yang paling meninggalkan luka traumatis bagi diri mereka. Kedua orang subyek perempuan mengatakan bahwa mereka memiliki trauma atas pengalaman kekerasan seksualnya di masa kanak-kanak, sedangkan pada subyek laki-laki hal tersebut tidak dialaminya. Konflik yang terjadi dalam relasi intim heteroseksual pada masing-masing subyek dilatarbelakangi oleh pengalaman traumatis mereka di masa kecil. Strategi coping yang dilakukan tiap subyek pun bersifat unik dan menunjukkan ciri khas karakter dari masing-masing individu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
S3512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afinafaza Rusyda Putri
"Rendahnya keterlibatan ayah merupakan situasi yang mengkhawatirkan mengingat pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak, khususnya anak pada masa kanak-kanak awal (3-6 tahun). Salah satu faktor yang diduga dapat memengaruhi keterlibatan ayah adalah maternal gatekeeping. Maternal gatekeeping didefinisikan sebagai perilaku ibu yang memfasilitasi, membatasi, dan mengontrol ayah, baik ketika mereka berinteraksi dengan anak atau bahkan sebelum dan sesudah terlibat dengan anak. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah maternal gatekeeping dapat memprediksi keterlibatan ayah. Secara khusus, penelitian ini akan melihat kontribusi dimensi-dimensi maternal gatekeeping sebagai prediktor keterlibatan ayah, yaitu dimensi encouragement, discouragement, dan control. Partisipan penelitian ini adalah 94 ayah yang berumur 28-49 tahun dan memiliki anak berumur 3-6 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inventory of Father Involvement dan The Maternal Gatekeeping Scale yang disebar secara online melalui Google Form. Hasil penelitian menggunakan analisis Multiple Linear Regression menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh tiga dimensi maternal gatekeeping secara bersama-sama terhadap keterlibatan ayah adalah sebesar 28.7%. Selain itu, hasil analisis kontribusi setiap dimensi maternal gatekeeping terhadap keterlibatan ayah menemukan bahwa perilaku ibu yang memfasilitasi (dimensi encouragement) memprediksi tingkat keterlibatan ayah, sedangkan dimensi discouragement dan control tidak.

The low of father involvement is a concerning situation given the importance of their involvement in childcare, particularly during early childhood (3-6 years). One suspected factor that might influence father involvement is maternal gatekeeping. Maternal gatekeeping refers to a mother's behavior that either facilitates, restricts, or controls the father's interactions with the child, even before and after they engage with the child. Therefore, this study aims to investigate whether maternal gatekeeping can predict father involvement. Specifically, the research will examine the contributions of dimensions of maternal gatekeeping, encouragement, discouragement, and control, as predictors of father involvement. The participants of this study were 94 fathers aged 20-50 years who had children aged 3-6 years. The measures used in this study were the Inventory of Father Involvement and The Maternal Gatekeeping Scale, distributed online through Google Form. The results of the study using Multiple Linear Regression analysis showed that the three dimensions of maternal gatekeeping collectively accounted for 28.7% of the variance in father involvement. Furthermore, the analysis indicates that facilitative behavior from mothers (encouragement) predicts the level of father involvement, meanwhile discouragement and control did not."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Farah Lutfiputri
"Sebagai sebuah konstruksi sosial, pandangan masyarakat terhadap masa kanak-kanak terus berubah dari waktu ke waktu. Karya-karya sastra seperti film dan novel yang memiliki karakter anak-anak di dalamnya dari era yang berbeda-beda dapat menjadi media untuk melihat perubahan tersebut. Karya tulis ini menganalisa film Wendy (2020) sebagai sebuah adaptasi dari novel anak-anak klasik Peter Pan (1911) karya J.M. Barrie. Sebagai sebuah film adaptasi, terdapat sejumlah perubahan dari karya aslinya yang menjadikan ceritanya lebih relevan dengan konteks saat ini, termasuk bagaimana masa kanak-kanak digambarkan. Dengan melakukan analisis secara tekstual dan komparatif, penelitian ini bertujuan untuk melihat transformasi yang terjadi pada film Wendy (2020) serta bagaimana penggambaran masa kanak-kanak pada film ini memiliki sejumlah perbedaan dari novel aslinya. Merujuk pada teori postmodernisme yang dicetuskan oleh Jean Francis Lyotard, teori adaptasi oleh Linda Hutcheon, dan elemen-elemen analisis film oleh Bordwell dan Thompson, penelitian ini menunjukkan bagaimana film Wendy (2020) menampilkan konsep masa kanak-kanak postmodern melalui penggambaran peran atau tugas anak, agensi anak, dan juga hubungan anak-anak dengan orang dewasa.

The view towards childhood as a social construct remains to change from time to time. Literary works, such as films or novels from different periods of time which feature children's characters as the protagonists can be the right medium to identify those shifts. This article analyzes Wendy (2020) film as the latest adaptation of J.M. Barrie’s classic children novel Peter Pan (1911). This film has made some transformation from the original novel to put the story more relevant in today’s context, including how it showcases childhood that is experienced by the children’s characters. Using the textual and comparative analysis, this study attempts to see the transformations which occur in the film adaptation and how it shows a different childhood construction from the one appearing in the source novel. Referring to the concept of postmodern childhood, Linda Hutcheon’s adaptation theory, and Bordwell and Thompson’s elements of film analysis, this study reveals how Wendy (2020) has exemplified the concept of postmodern childhood through its portrayal of the children’s roles, children’s agency, and the children-adults relationship."
2021: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indoneisa, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Keneally, Thomas, 1935-
Melbourne: Cassell Australia, 1965
823.3 KEN f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nini Hidayati Jusuf
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa cerita kenangan merupakan genre yang mempunyai susunan naratologis atau struktur cerita tertentu. Dengan kata lain untuk menemukan konvensi cerita kenangan masa kanak-kanak.
Pilihan atas korpus didasarkan pada asumsi bahwa karya-karya tersebut memiliki unsur-unsur cerita yang khas sesuai dengan pernyataan pengarang Pagnol dan Dini. Pertimbangan lai, kedua karya merupakan bagian pertama dari serial cerita kenangan Pagnol dan Dini yang khusus mengungkapkan kenangan masa kanak-kanak mereka.
Untuk memperoleh jawaban terhadap masalah, maka penelitian kedua cerita kenangan akan menggunakan pendekatan struktural. Metode ini melakukan pendekaran terhadap karya sastra dengan mempelajari hubungan-hubungan antar unsur yang fugsional dalam karya sastra untuk menemukan maknanya. Pendekatan semacam ini mempergunakan ilmu bahasa sebagai dasarnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sayyida Irfaniya
"Metafora anak digunakan untuk merendahkan kelompok-kelompok yang terpinggirkan pada masa kolonialisme - yang menciptakan pengelompokan berdasarkan ras yang memisahkan antara mereka yang dianggap dewasa dan mereka yang dianggap seperti anak-anak. Prasangka terhadap ras lain ternyata masih mengakar kuat dalam pemikiran individu di Jerman. Oleh karena itu, hingga saat ini, perlakuan rasis terhadap ras yang berbeda, terutama ras kulit hitam, masih dianggap sebagai hal yang biasa. Serial TV Jerman Moooment: im Eis Café, yang menjadi korpus data dalam penelitian ini, menggambarkan perlakuan rasis terhadap ras kulit hitam di Jerman. Penelitian ini menampilkan metafora anak melalui pelaku rasisme, yaitu orang dewasa berkulit putih. Dengan menampilkan orang dewasa kulit putih seperti kanak-kanak, serial ini berhasil menggambarkan betapa konyol dan tidak masuk akalnya perlakuan rasisme di Jerman. Penelitian ini menggunakan perspektif kolonialisme untuk menganalisis penggunaan metafora anak dalam serial Moooment. Selain itu, teori representasi dari Stuart Hall akan membantu dalam menganalisis lebih dalam mengenai representasi yang dihasilkan dari penggunaan metafora anak pada orang dewasa kulit putih. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metafora anak dalam serial Moooment yang digambarkan melalui orang dewasa berkulit putih merupakan bentuk perlawanan terhadap rasisme di Jerman.

The metaphor of child was used to demean marginalized groups during colonialism – which created groupings based on race that separate between those considered adults and those considered childlike people. Prejudice against other races is found to be still deeply rooted in individual thought in Germany. Hence until today, racist treatment of different races, particularly the black race, is still regarded as a common occurrence. The German TV series Moooment: im Eis Café, the corpus of data in this study, illustrates the racist treatment of the black race in Germany. This study displays the metaphor of child through perpetrators of racism, namely white adults. With white adults presented as childlike people, This series successfully depicts how ridiculous and unreasonable the treatment of racism is in Germany. This study employs a colonialist perspective to analyze the use of the child metaphor in the Moooment series. In addition, Stuart Hall's theory of representation will aid in a deeper analysis of the representations resulting from the use of child metaphors on white adults. The results of the study indicate that the Moooment series' metaphor of the child, pictured through the white adults, is a form of resistance to racism in Germany."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>