Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100374 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alisya Purnama Ramadhania
"ABSTRACT
Combustion process of gasoline fuel is composed by complex hydrocarbon mixture, which usually used in spark ignition engine. But, incomplete combustion could occur from the fuel composition and engine condition, and therefore might lead to unwanted deposits formation in the engine. To surpress the formation of deposit, additive is added to the mixture. This research is using a kinetic model of combustion to control deposit from gasoline fuel and observe the effect of additives to deposit formation. The kinetic model is validated with condition pressure at 1 atm, residence time 0.5 s and equivalency ratio equals to 1. The ratio of fuel is 50 for iso octane, 35 for toluene and 15 for 1 hexene at temperature range 500 800 K. With the addition of polyether amine as additive, the simulation will be done with polyether amine parameter 400 ppm, 600 ppm and 800 ppm. The results from simulation showed the result of deposit formation simulation without addition of additives 0.00314 mg and with addition of additive 400 ppm, 600 ppm and 800 ppm are 0.003125 mg, 0.003122 mg and 0.003121 mg, respectively.

ABSTRAK
Proses pembakaran bahan bakar bensin yang terbentuk dari campuran kompleks hidrokarbon merupakan pembakaran yang digunakan dalam mesin spark ignition. Namun, faktor yang dapat berasal dari komposisi bensin dan kondisi mesin, pembakaran tidak sempurna dapat terjadi, dan dapat membentuk deposit yang tidak diinginkan di dalam mesin. Untuk menekan terbentuknya deposit tersebut, dapat digunakan suatu zat aditif yang dicampurkan ke dalam bahan bakar bensin. Penelitian ini menggunakan suatu model kinetika pembakaran untuk mengontrol deposit dari suatu campuran bahan bakar bensin dan untuk melihat pengaruh zat aditif terhadap pembentukan deposit. Model kinetika sudah valid dengan kondisi tekanan 1 atm, resident time 0.5 s dan rasio ekuivalensi 1. Rasio bahan bakar yang digunakan adalah 50 untuk iso-oktana, 35 untuk toluen dan 15 untuk 1-heksena dengan batas temperatur antara 500-800 K. Dengan penambahan zat aditif, dimana dalam penelitian ini menggunakan polyether amine, dilakukan simulasi dengan penambahan zat aditif dengan konsentrasi 400 ppm, 600 ppm dan 800 ppm. Hasil simulasi menunjukan bahwa hasil simulasi pembentukan deposit tanpa zat aditif adalah 0.00314 mg dan dengan penambahan aditif 400 ppm, 600 ppm dan 800 ppm adalah 0.003125 mg, 0.003122 mg dan 0.003121 mg, secara berurutan."
[, ]: 2017
S69119
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Hadiwijaya
"ABSTRAK
Bahan bakar berkualitas memberikan sifat anti ketukan. Salah satu metode pengukuran kualitas bahan bakar adalah dengan angka oktana. Penentuan angka oktana di Indonesia menggunakan mesin CFR. Mesin CFR di Indonesia memiliki kendala jumlah unit terbatas dan usia tua. Penelitian ini menggunakan model kinetika pembakaran untuk mencari data waktu tunda ignisi BBRU (bahan bakar rujukan utama) dan bahan bakar komersial. Angka oktana bahan bakar komersial diketahui apabila waktu tunda ignisi bahan bakar tersebut sama dengan waktu tunda ignisi BBRU yang memiliki persen volume iso-oktana tertentu. Model menghasilkan angka oktana TOTAL 92,5, Shell 94,5, Premium 89, Petronas 90,5, Pertamax 91,5.

ABSTRACT
Quality fuel will provided anti-knocking properties. One of fuel quality measuring method is use octane number. Indonesia using CFR machine to determine octane number. CFR machine in Indonesia is limit of unit number and over age. This research use combustion kinetic model to look for PRF (primary reference fuel) and commercial fuel ignition delay time. Octane number is known if ignition delay time of commercial fuel is same as PRF that has certain iso-octane volume percent. Model output is octane number of several fuel merk. TOTAL 92.5, Shell 94.5, Premium 89, Petronas 90.5, Pertamax 91.5.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42938
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muammar Shaddam Kusnandar
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik pembakaran dari campuran premix bahan bakar yang terdiri dari gasoline, etanol, dan metanol menggunakan simulasi Partially Stirred Reactor (PSR) pada perangkat lunak CHEMKIN yang terintegrasi dalam ANSYS. Dengan meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan, studi ini berfokus pada pemahaman perilaku pembakaran campuran bahan bakar tersebut dan potensinya untuk mengurangi emisi berbahaya serta meningkatkan efisiensi pembakaran. Metode yang digunakan melibatkan simulasi numerik dengan mengatur berbagai rasio campuran antara gasoline, etanol, dan metanol. Parameter yang dianalisis mencakup temperatur pembakaran, fraksi mol, laju pembentukan, sensitivitas, dan emisi gas buang seperti CO dan CO2. Simulasi dilakukan pada kondisi tekanan tetap dan temperatur yang difokuskan pada temperatur 700-1200 K. Studi ini menyimpulkan bahwa penggunaan campuran premix gasoline, etanol, dan metanol sebagai bahan bakar alternatif dapat memberikan solusi yang lebih ramah lingkungan dengan tetap mempertahankan efisiensi pembakaran yang tinggi. Simulasi PSR CHEMKIN ANSYS terbukti efektif dalam menganalisis karakteristik pembakaran dan memberikan wawasan penting untuk pengembangan bahan bakar campuran yang lebih baik di masa depan.

This study aims to examine the combustion characteristics of a premixed fuel mixture
consisting of gasoline, ethanol, and methanol using Partially Stirred Reactor (PSR) simulation in CHEMKIN software integrated in ANSYS. With the increasing need for alternative fuels that are more environmentally friendly, this study focuses on understanding the combustion behavior of such fuel blends and their potential to reduce harmful emissions and improve combustion efficiency.The method used involved numerical simulations by setting various blend ratios between gasoline, ethanol, and methanol. Parameters analyzed include combustion temperature, mole fraction, formation rate, sensitivity, and exhaust emissions such as CO and CO2. The simulations were conducted under fixed pressure and temperature conditions focusing on 700-1200 K temperatures.This study concludes that the use of premix blends of gasoline, ethanol, and methanol as alternative fuels can provide a more environmentally friendly solution while maintaining high combustion efficiency. The CHEMKIN ANSYS PSR simulation proved to be effective in analyzing the combustion characteristics and provided important insights for the development of better blended fuels in the future.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariza Aulia Ghifari
"Penelitian yang berkelanjutan terkait proses pembakaran telah menjadi sorotan utama dalam eksplorasi ilmiah selama berabad-abad, dan pembakar api datar (flat flame burner) muncul sebagai salah satu metode standar yang mendominasi dalam dunia penelitian. Studi ini memiliki fokus dalam mempertimbangkan variasi bahan bakar sebagai elemen sentral. Oleh karena itu, eksperimen dalam riset ini difokuskan untuk merancang, menguji dan mensimulasikan premixed flat flame burner menggunakan variasi bahan bakar campuran Gasoline, Etanol dan Metanol (GEM). Dilakukan uji coba terhadap 6 tipe bahan bakar murni bensin, etanol, metanol serta campuran GEM501535, GEM502525, dan GEM503515 dengan pengambilan sampling data dari kisaran jarak 0 – 10 mm di atas pembakar. Simulasi menggunakan ANSYS Chemkin juga dilakukan dengan menggunakan parameter yang sama dengan eksperimen. Untuk menyederhanakan komposisi dari bensin pada umumnya, digunakan campuran surrogate gasoline berdasarkan studi yang dilakukan Politecnico di Milano [36]. Formulasi bahan bakar ini dapat menyerupai properti fisikal dan kemikal dari gasoline dengan menggunakan komposisi spesies n-heptana ( ), iso-oktan ( ), dan toluene ( ) dengan fraksi mol 63%, 20% dan 17% berturut-turut. Hasil dari perbandingan terhadap temperature Vs. jarak dengan ekuivalen rasio sebesar 0,8, 1,0, dan 1,2 menunjukkan bahwa bensin memiliki suhu yang terpanas dibandingkan alkohol dan campuran. Fraksi mol dari semua bahan bakar hampir tidak memiliki perbedaan, hal ini didukung dengan analisis sensitivitas dan Rate of Production (ROP). Disisi lain, gasoline memiliki fraksi mol CO, dan OH terbesar namun tidak beda jauh dengan campuran GEM. Puncak tertinggi juga di dapatkan pada ketinggian 1,0 – 1,5 mm yang dimana didukung oleh hasil pembentukan dan konsumsi dari spesies reaksi.

Continuous research into combustion processes has been a major highlight of scientific exploration for centuries, and flat flame burners have emerged as one of the standard methods that dominate the world of research. This study has a focus on considering fuel variations as a central element. Therefore, the experiments in this research aim to design, test, and simulate premixed flat flame burner using a variety of mixed Gasoline, Ethanol and Methanol (GEM) fuels. Tests were carried out on 6 types of pure fuel gasoline, ethanol, methanol, and a mixture of GEM501535, GEM502525, and GEM503515 by taking sampling data from a distance range of 0 – 10 mm above the burner. Simulations using ANSYS Chemkin were also carried out using the same parameters as the experiment. To achieve the composition of gasoline in general, a substitute gasoline mixture was used based on a study conducted by Politecnico di Milano [36]. This fuel formulation can resemble the physical and chemical properties of gasoline by using the species composition of n-heptane ( ), iso-octane ( ), and toluene ( ) with mole fractions of 63%, 20% and 17% respectively. The results of the comparison of temperature Vs. distances with equivalent ratios of 0.8, 1.0, and 1.2 indicate that gasoline has the hottest temperature compared to alcohol and mixtures. The mole fraction of all fuels has almost no difference, this is supported by sensitivity analysis and Rate of Production (ROP). On the other hand, gasoline has the largest mole fractions of CO, and OH but is not much different from the GEM mixture. The highest peak was also obtained at a height of 1.0 – 1.5 mm which was supported by the results of the formation and consumption of the reaction species."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Sari Hastuningtyas
"ABSTRAK
Pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan deposit berupa karbon yang menyebabkan konsumsi bahan bakar menjadi boros, knocking dan emisi gas buang. Deposit control additive DCA berbasis mannich base memiliki struktur polar head dan hydrocarbon tail sebagai senyawa nonpolar diklaim dapat mencegah pembentukan deposit keep clean . Polyisobutylene PIB sebagai hydrocarbon tail memiliki rantai hidrokarbon panjang dan reaktivitas tinggi dalam bahan bakar. Sintesis deposit control dari coconut methyl ester CoME yang mengandung gugus ester dengan panjang rantai karbon medium dan tidak bercabang memiliki kemiripan struktur rantai PIB. Minyak kelapa didominasi asam laurat C12 berperan menggantikan gugus nonpolar yang bersifat hidrofobik hydrocarbon tail. Analisis gugus fungsi dari produk hasil yaitu PIB-mannich terbentuk gugus fungsi C-N, C-H, N-H, NH2; PIB-amine terbentuk gugus fungsi C-N, CH, N-H, NH2, CoME-mannich terbentuk gugus fungsi C-H, N-H, NH2, RCOO; CoME-amida terbentuk gugus fungsi RCON, C-N, C-H, N-H, NH2. Analisis densitas dari produk hasil yaitu PIB-mannich adalah 0,8865 gr/ml; PIB-amina adalah 0,8566 gr/ml; CoME-mannich adalah 1,0435 gr/ml dan CoME-amida adalah 0,9437 gr/ml. Analisis viskositas kinematik 40oC dari produk hasil yaitu PIB-mannich adalah 421,1 cSt; PIB-amina adalah 75,16 cSt; CoME-mannich adalah 644,5 cSt dan CoME-amida adalah 422,8 cSt.

ABSTRACT
Imperfect combustion will produce carbon deposit causes high fuel consumption, knocking, and exhaust gas emission. Mannich based deposit control additive DCA has polar head and hydrocarbon tail structures, which are claimed to prevent the formation of deposit keeping clean . Polyisobutylene PIB as nonpolar hydrocarbon tail has long hydrocarbon chain, high reactivity, thermal stability and good solubility in gasoline. Deposit control synthesis from coconut methyl ester contains ester bonds and medium carbon chain have identically structure with polyisobutylene. Coconut oil has dominant of lauric acid as nonpolar hydrophobe hydrocarbon tail. Chemical structure FTIR analysis of PIB mannich describes C N, C H, N H, NH2 bonds PIB amine describes C N, CH, N H, NH2 bonds CoME mannich describes C H, N H, NH2, RCOO bonds CoME amide describes RCON, C N, C H, N H, NH2 bonds. Density analysis of PIB mannich is 0,8865 gr ml PIB amine is 0,8566 gr ml CoME mannich is 1,0435 gr ml and CoME amide is 0,9437 gr ml. Kinematic viscosity analysis of PIB mannich is 421,1 cSt PIB amine is 75,16 cSt CoME mannich is 644,5 cSt and CoME amide is 422,8 cSt. "
2018
T49065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rho Asa Geo
"

Pada penelitian yang dilakukan ini, massa deposit yang terbentuk berasal dari beberapa variasi bahan bakar B30 yang berbeda. Bahan bakar yang digunakan yaitu; B30 FAME dengan grade SNI, dan B30 FAME dengan grade Export. Pengujian ini dilakukan dengan metode tetes plat panas untuk mengetahui mekanisme pembentukan deposit pada masing-masing bahan bakar yang digunakan. Pelat yang digunakan akan dipanaskan di dalam sebuah hot temperature test rig yang masing masing temperaturnya bervariasi. Variasi ini dimaksudkan untuk melambangkan variasi temperature di beberapa titik penting pada engine sehingga mendekati kondisi riil. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan karakteristik dan mekanisme pertumbukan deposit agar selanjutnya dapat dikendalikan.


In this study, the deposits formed came from several variations of B30 fuel. The fuel used are; B30 FAME with SNI grade, and B30 FAME with Export grade. This test is carried out by a hot plate droplets method to determine the mechanism of deposit formation in each fuel used. The plate used will be heated in a hot temperature test rig which varies in temperature. This variation is intended to symbolize temperature variations at several important points on the engine so that it approaches the real conditions. This study aims to find the characteristics and mechanism of deposit collisions so that they can be controlled further.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Irfin
"Pada penelitian ini, pengukuran waktu evaporasi dari biodiesel B30 FAME grade Export dan FAME grade SNI dilakukan dengan metode tetes plat panas untuk mengetahui karakteristik dan waktu evaporasi pada masing-masing variasi bahan bakar. Penelitian dilakukan dengan proses deposisi dan evaporasi bahan bakar Diesel yang dilakukan secara berulang pada sebuah pelat panas. Pelat dipanaskan dengan variasi temperatur di dalam ruang tertutup, sehingga kondisinya hampir menyerupai kondisi pada titik-titik penting dalam sebuah mesin pembakaran dalam pada umumnya.
Pengujian ini menggunakan hot temperature test rig yang masing masing variasi memiliki temperatur berbeda. Penggunaan bahan bakar jenis dengan komposisi bahan bakar diesel 70% dan komponen biokimia 30% ini sebagai riset yang mendukung permintaan pemerintah dalam Peraturan Menteri Energi dan SDM mengenai kebijakan membentuk biofuel 30% dalam mandat konsumsi energi nasional pada tahun 2025. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu evaporasi dari variasi bahan bakar dan temperatur yang optimal agar proses pelepasan deposit dapat dipercepat.

In this study, the measurement of evaporation time from biodiesel B30 FAME with Export grade and FAME with SNI grade was carried out using the hot plate drop method to determine the characteristics and timing of evaporation in each variation of fuel. The research was done by Diesel fuel deposition and evaporation process that had been done repeatedly on a hot plate. The plate is heated with temperature variations in a closed space, simulating the condition to the condition of a common internal combustion engines crucial spot.
This test used a hot chamber test rig which variations used different temperature. The use of type fuel with a composition of 70% diesel fuel and 30% biochemical component is a research that supports the government's request in the Minister of Energy and Human Resources Regulation regarding policies to set up 30% biofuel in the mandate of national energy consumption by 2025. This study aims to determine the time evaporation from the fuel variations and optimal temperature so that the deposit release process can be accelerated.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ii Suhirta
"Air dengan melalui proses elektrolisa dapat dipecah struktur molekulnya menjadi gas hidrogen dan oksigen dimana jumlah hidrogen yang terbentuk dua kali lipat dari oksigen. Hidrogen merupakan bahan bakar yang ideal untuk motor bakar 4 langkah dan merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Dengan menambahkan gas hasil elektrolisa air ke motor bakar 4 langkah, dapat menggantikan sebagian porsi bahan bakar minyak yang digunakan.
Permasalahan gas hasil elektrolisa air untuk digunakan sebagai bahan bakar tunggal bagi motor bakar adalah supply gas elektrolisa yang tidak mencukupi jumlah yang dibutuhkan motor bakar, disebabkan oleh laju produksi gas elektrolisa yang relatif kecil. Menjadikan gas elektrolisa air sebagai bahan bakar tambahan merupakan langkah yang cukup tepat bagi pengurangan pemakaian BBM. Penambahan gas elektrolisa air bagi motor bakar ini dengan melakukan injeksi pada bagian air box filter (sebelum karburator).
Penambahan gas elektrolisa air melalui air box filter dapat mengurangi pemakaian BBM pada motor bakar. Penghematan tertinggi terjadi pada putaran motor 3500 rpm kondisi tanpa beban, ada pada nilai 3,71%.

Water Electrolysis can be separate water to became oxygen gas and hydrogen gas. The generated amount of hydrogen is twice the amount of oxygen. Hydrogen is most ideal fuel for 4 stroke engine and it is environment friendly. By adding water electrolysis gas result to 4 stroke engine, can replace some portion of fuel was used.
Gas of water electrolysis is cannot use as prime fuel for engine because of generated of gas is slightly. Using gas of water electrolysis is the best way to reduced fuel consumption. Injection gas of water electrolysis is placed at air box filter (before the carburetor).
By adding water electrolysis gas result to air box filter can reduced fuel consumption needed. Maximum Economical fuel comsumption is 3,71% occur at 3500 rpm without load.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50738
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fariza Indrianto
"Keterbatasan bahan bakar minyak bumi memaksa manusia untuk mencari sumber energi alternatif. Dan yang paling memungkinkan untuk Indonesia adalah energi bioetanol yang dapat diperoleh dari tebu, gandum, umbi dan jagung. Tanaman tersebut dapat tumbuh subur karena iklim tropis indonesia, namun masih rendahnya teknologi dan belum diproduksinya secara masal membuat produk bioetanol terkesan mahal. Olehkarenanya diperlukan teknologi sederhana yang dapat memproduksi etanol berkadar rendah (low grade ethanol) menjadi tinggi, yaitu dengan destilasi. Dalam penelitian ini memanfaatkan hasil destilasi (distillate) alkohol berkadar rendah sebagai bahan bakar tambahan pada genset berbahan bakar bensin. Digunakan injeksi distillate sebesar 10%, 20% dan 30% setelah kaburator sebelum ruang bakar, kemudian diukur prestasinya untuk dibandingkan dan dianalisa pengaruh yang terjadi.

The limited oil resource forces humans to seek for alternative energy sources. The most possible alternative for Indonesia is through the bioethanol energy from sugar canes, wheats, roots, and corns. Those plants are fertile to be grown in Indonesian tropical climate, however the low technology and absence of massal production make the high cost for bioethanol production. Therefore, it needs simple technology for producing the low grade ethanol into the high grade, such as by distillation. This research uses the distillate of low grade alcohol as additional fuel on gasoline genset. It was used the istillate injection in the amount of 10%, 20% and 30% after the carburator before the combustion chamber, then the performance was measured to be compared and analyzed on the occuring affects. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S893
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Jeri At Thabari
"

Kebutuhan energi yang terus meningkat menjadikan pemanggunaan sumber daya mineral mengalami ekstraksi secara maksimal. Akibat dari penggunaan masif ini menyebebakan batubara dengan kualitas rendah seperti sub-bituminous dan lignite juga digunakan. Karena kualitas nya yang rendah, batubara jenis tersebut sering terbakar dengan sendirinya ketika berada pada tumpukan. Penumpukan batubara sangat sulit dihindari karena pada proses rantai suplai, pengiriman dengan jumlah besar masih menggunakan kapal dan memakan waktu yang tidak sedikit. Fenomena pembakaran spontan pada batubara ini berakibat buruk karena batubara yang telah terbakar mengalami pengurangan kemampuan untuk melepas energi sehingga tidak lagi dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk membangkitkan daya.

Permasalahan ini sudah memasuki ranah konsiderasi dari para peneliti dimana beberapa metode intrusive yang telah diajukan antara lain dengan melakukan pelapisan guna mengurangi efek termal dari lingkungan, melakukan penyempotan dengan cairan guna mengurangi efek eksotermisitas dari batubara, hingga penghambatan reaksi oksidasi dengan mengurangi jumlah oksigen yang berada di zona reaksi.

Pendekatan metode non-intrusive pengontrolan pembakaran spontan pada tumpukan batubara adalah dengan penyusunan batubara yang sedemikian rupa sehingga hasil panas yang dihasilkan mampu diimbangi oleh hasil panas yang dibuat ke lingkungan. Hal ini dapat memperlambat proses akumulasi panas dari reaksi oksidasi antara batubara dengan lingkungan yang dapat menyebabkan kejadian pembakaran spontan pada tumpukan tanpa mengubah karakteristik fisik dari tumpukan batubara baik pada proses transportasi maupun penyimpanan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara waktu tunda kebakaran oleh reaktor dengan rasio luas permukaan dan volume zona bakar reaktor. Distribusi perpindahan kalor diamati dengan melakukan pemodelan perpindahan kalor dari lingkungan menuju reaktor yang berisi batubara menggunakan piranti lunak COMSOL Multiphysics. Percobaan skala laboratorium juga dilakukan guna mendampingi hasil simulasi agar validasi dapat dilakukan.

Simulasi dilakukan dengan menempatkan reaktor batubara berbentuk silinder lingkungan dengan temperatur ambient sebesar 400 K. Hubungan antara eksotermisitas dari tumpukan batubara dan rasio antara luas permukaan dan volume zona bakar diamati dengan memvariasikan geometri dari model

Pengujian laboratorium dilakukan dengan memanaskan reaktor yang berisi tumpukan batubara di dalam oven yang diatur suhunya pada temperatur 375, 380, 385, 390, dan 400 K. Pemanasan terus dilakukan hingga teramati fenomena pembakaran spontan saat temperatur dari reaktor mencapai suhu yang lebih tinggi dari suhu oven. Hal ini dilakukan untuk menentukan temperatur kritis dari tumpukan sebagai acuan validasi dari hasil simulasi


Increasing energy demand makes mineral resources increase. It also happens to coal resources where the market starts to expand to various types of coal with multiple qualities. Because of this massive use of coal, causing low quality such as sub-bituminous and lignite are also used. Because of its low activation energy value, both types of coal often cause problems in the handling process. Those coals could undergo spontaneous combustion or self-ignition phenomena if they are forming piles since coal piling is unavoidable in the supply chain process. Large ships are still favorable in transporting the coal for large quantities and long distances. It means exposing the coal piles to radiation for a long duration. The phenomenon of spontaneous fire on coal has a worse impact on its productivity because burned coal loses its heat capacity and can no longer be used as fuel to generate power.

This problem has entered the domain of consideration from the researchers while some of intrusive methods include coating to reduce the thermal effects of the environment, spraying with liquids to minimize the impacts of exothermicity of the coal, inhibiting the reduction of oxidation by reducing the amount of oxygen needed in the reaction zone are proposed.

However, there is a possibility to overcome this problem by using a non-intrusive approach. The ignition delay time and critical temperature of the piles could be foreseen by understanding the dimensional characteristic of the pile. This method can be used to predict and consider the duration of stacking and transporting the coal before it gets burnt spontaneously.

The purpose of this study is to study the correlation between coal piles exothermicity and the surface area-volume ratio of the piles. The physics phenomena are analyzed by modeling the phenomena using COMSOL Multiphysics. Laboratory scale experiments are also carried out to accompany the results of the computational simulation so that validation can be done.

The simulation is done by placing a coal reactor forming a cylinder in an environment with a temperature of 400 K. In examining the relationship between the critical temperature and ignition delay time toward surface area-volume ratio, the reactors dimension is varied for several values. Varying the reactor

s size means conducting the experiment for several S/V values.

Laboratory experiment is carried out by heating the reactor containing the release of coal in an oven that regulates the temperatures at 375, 380, 385, 390, and 400 K. The experiment was done until the temperature within the reactor is significantly greater than the oven temperature. by this means, the critical temperature of the coal piles could be determined as a basis for validation data.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>