Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141510 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Ramandhika Putra
"ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai harmful discourse yang meliputi black campaign serta hate speech yang dapat ditemukan dan dihasilkan oleh unggahan humor politik. Penulis menggunakan pemikiran kriminologi konstutitif sebagai acuan dalam membahas hal tersebut. Penulis menggunakan sumber data primer seperti screenshot unggahan humor politik dan juga data sekunder seperti artikel berita sebagai bahan analisis. Penulis berasumsi bahwa humor politik yang disajikan memiliki unsur harmful discourse, black campaign, dan hate speech. Konten-konten tersebut memiliki agenda untuk menjatuhkan salah satu pasangan Gubernur-Wakil Gubernur menggunakan harmful discourse yang juga dapat dikatakan sebagai black campaign dan berujung pada pemberian label kepada pihak terkait. Penulis menemukan beberapa unggahan yang dapat dikategorikan sebagai harmful discourse, black campaign, hate speech dan berujung pada pemberian pandangan negatif kepada mereka yang ditargetkan dalam isi konten humor politik tersebut.

ABSTRACT
This paper is written in order to enhance the knowledge of harmful discourse that include black campaign and hate speech that can be found and produced by political jokes postings. Writer use constitutive criminology as the reference for discussion. Writer also use primary data such as screenshot of political jokes postings and also use secondary data such as news article as analysis matter. Writer assumes that political jokes or political humour contain some of harmful discourse, black campaign, and hate speech. The content have some of hidden agenda to mock one of the candidate using harmful discourse and black campaign and in the end, the people will give them labels. Writer found some of the postings that can be categorize as harmful discourse, black campaign, hate speech and could end up with the target described negatively by the readers."
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azzadina Nurulain Ikhwan
"Meskipun partisipasi perempuan dalam politik Amerika Serikat telah mencapai angka tertinggi sepanjang masa dalam pemilu terakhir, keikutsertaan perempuan dalam politik Amerika Serikat bukannya tanpa kekurangan. Salah satu masalah yang masih terus terjadi hingga saat ini adalah bias media, yang sering kali muncul dalam pemberitaan. Artikel-artikel yang melaporkan suatu peristiwa atau subjek dengan cara yang sangat bias telah menyebabkan persepsi publik yang terdistorsi tentang peristiwa atau subjek tersebut, dan dapat membuat publik mempertanyakan integritas media sebagai sumber informasi yang objektif. Penelitian sebelumnya telah membuktikan adanya bias media dan juga kerugian yang ditimbulkannya terhadap politisi perempuan. Namun, masih kurangnya perhatian terhadap interseksionalitas antara aspek identitas seseorang dan efek gabungannya terhadap bias. Untuk memahami kompleksitas bias media dalam pemberitaan secara lebih komprehensif, penelitian ini melakukan analisis untuk melihat bagaimana bias termanifestasi dalam pemberitaan tentang Alexandra Ocasio-Cortez, seorang politisi perempuan Amerika Serikat, dalam empat media massa yang berbeda, yaitu media massa Demokrat (kiri) dan Konservatif (kanan).

Dengan metode Critical Discourse Analisis, temuan penelitian ini menyoroti adanya bias media dengan memeriksa penggunaan pilihan kata, semantik, dan topik yang berulang untuk mengindikasikan bias terkait jenis kelamin, usia, kelas sosial ekonomi, dan ideologi politik Ocasio-Cortez.Despite the number reaching an all-time high in the most recent election, female participation in U.S. politics is not without its drawbacks. One longstanding issue that continues to occur to this day is media bias, which often manifests in news coverage. Articles that report an event or subject in a highly biased manner have led to a distorted public perception of said event or subject and they may lead the public to question the integrity of the news outlet as an objective source of information. Previous studies had proven the existence of media bias as well as the disadvantage it gave female politicians. However, there is a lack of attention to the intersectionality between one’s identity aspects and their compounding effects on bias. In order to understand the nuance in media bias within news outlets more comprehensively, this study conducted an analysis to see how bias manifested in the news coverages of Alexandra Ocasio-Cortez, an American female politician, written by four different American democratic (left-wing) and conservative (right-wing) news outlets. With the method of critical discourse analysis, the findings of this study highlighted the presence of media bias by examining the use of word choices, semantics, and recurring topics to indicate bias regarding Ocasio-Cortez’s gender, age, socioeconomic class, and political ideology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail Fajar
"Isu penistaan agama yang ilakukan oleh petahana Gubernur DKI Jakarta, Basuki Ahok Tjahaja Purnama menjelang Pilkada DKI Jakarta di tahun 2017 sempat menjadi perdebatan hangat di kalangan masyarakat Indonesia. Perdebatan tersebut ramai terjadi di media sosial, menunjukkan adanya kontestasi pro dan kontra terkait penetapan Ahok sebagai penista agama di ranah pidana. Kontestasi wacana di media sosial tersebut terus berlangsung sehingga menyebabkan polarisasi yang berpotensi menyebabkan terjadinya perpecahan di masyarakat. Dari kajian-kajian sebelumnya, diketahui bahwa terjadinya kontestasi dapat disebabkan oleh ekspresi kebangkitan identitas kepentingan pragmatis elit politik serta perkembangan media baru. Namun, studi-studi tersebut cenderung membahas kontestasi secara parsial dan tidak melihat adanya keberagaman aktor serta kepentingan yang melatarbelakanginya. Maka, dalam menjelaskan kontestasi wacana penistaan agama di media sosial, tulisan ini berargumen bahwa kontestasi wacana penistaan agama di media sosial disebabkan oleh adanya isu identitas yang di bingkai melalui media sosial dengan tujuan untuk memobilisasi pemilih dalam pemilihan. Pihak-pihak yang berkontestasi dalam pemilihan menggunakan strategi pembingkaian framing dengan memanfaatkan aktor-aktor di media sosial relawan, buzzer dan juga selebritis mikro sehingga menyebabkan terjadinya aktivitas saling membingkai di media sosial.

The issue of religious blasphemy carried out by DKI Jakarta Governor, Basuki 39 Ahok 39 Tjahaja Purnama before elections of DKI Jakarta in 2017 had become a heated debate among the people of Indonesia. The debate is rife in social media, indicating the existence of pros and contras contestation related to Ahok 39s determination as a religious blasphemy defendant in the criminal realm. Contestation of discourse in social media continues to cause polarization that has the potential to cause division in society. From previous studies, it is known that the occurrence of contestation can be caused by the expression of identity resurgence the pragmatic interests of the political elite as well as the development of new media. However, these studies tend to discuss partial cause and do not see any diversity of actors and the underlying interests. Thus, in this paper argues that the discourse contestation of religious blasphemy in social media is caused by the issue of identity that is framed through social media with the aim to mobilize voters in the election. Election winning parties use framing strategies by utilizing actors in social media volunteers, buzzers and micro celebrities, leading to framing activities in social media.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fathurrizki Budiman
"Penelitian ini mengkaji tentang humor yang ada pada media sosial TikTok. Fokus utama penelitian ini terletak pada humor alih bahasa Indonesia-Jepang dan bagaimana penciptaan humor tersebut terjadi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penerjemahan dari Newmark (1998), teori penerjemahan humor dari Jeroen Vandaele (2010) yang berkaitan dengan sosiokultural, dan 45 teknik pembentukan humor oleh Arthur Asa Berger (1997). Penelitian dilakukan dengan mencatat, meneliti, dan melakukan tabulasi pada 30 video TikTok oleh akun @heyekgenki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data dari tuturan tokoh yang mengandung humor dapat diklasifikasi menjadi enam bagian, yaitu idiom, nama anggota tubuh, negasi, repetisi, nama binatang, dan data lainnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, teori 45 Teknik Pembentukan Humor dari Arthur Asa Berger (1997) pada kategori Language (kebahasaan) yang memuat 15 teknik, seyogyanya dapat ditambahkan satu teknik tambahan. Teknik tersebut adalah teknik alih bahasa yang menjadi teknik ke-16. Teknik alih bahasa mencirikan fitur penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lainnya yang tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan pada bahasa yang dituju, sering kali menggunakan penerjemahan literal, dan cenderung mempertahankan pola pemikiran yang melekat pada bahasa sumber. Dengan demikian, berdasarkan data yang telah dianalisis, teknik alih bahasa ini dapat menjadi pelengkap pada teori teknik pembentukan humor Berger, sehingga membuat total keseluruhan teori tersebut berjumlah 46.

This research aims to examines humor on the social media platform TikTok. The primary focus of this research is on Indonesian-Japanese language translation humor and the mechanisms through which this humor is created. The theoretical framework utilized in this study includes Newmark's (1998) translation methods, Jeroen Vandaele's (2010) theory on the translation of humor and its sociocultural implications, and Arthur Asa Berger's (1997) 45 techniques of humor creation. The research was conducted by recording, analyzing, and tabulating data from 30 TikTok videos by the account @heyekgenki. The findings of this study reveal that the humorous utterances can be classified into six categories: idioms, body part names, negations, repetitions, animal names, and other miscellaneous data. Based on these findings, it is proposed that Arthur Asa Berger's (1997) theory of 45 Humor Creation Techniques in the Language category, which currently encompasses 15 techniques, should include an additional technique. This technique, referred to as the translation technique, would become the 16th technique. The translation technique is characterized by the translation of content from one language to another in a manner that deviates from the target language's linguistic norms, often employing literal translation and retaining the thought patterns inherent in the source language. Thus, based on the analyzed data, the translation technique can complement Berger's humor creation techniques, increasing the total number of techniques to 46."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pardosi, Catlyn Yohana
"Media sosial semakin banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, termasuk di dalamnya adalah kebutuhan edukasi politik. Melalui penerapan konsep mediatisasi politik komunikasi dalam media sosial yang berfokus pada kajian konten-konten edukasi politik, tulisan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana media sosial dimanfaatkan sebagai ruang edukasi politik oleh generasi muda. Penulis mengidentifikasi bahwa media sosial dengan berbagai karakteristiknya dapat menyajikan konten-konten edukasi politik yang beragam. Terdapat tiga karakteristik khas yang dibahas dalam tulisan ini: media sosial dengan karakteristik visual, media sosial dengan karakteristik audio, dan media sosial dengan karakteristik audio visual. Melalui klasifikasi ini, penulis mengidentifikasi bahwa konten dengan karakteristik yang berbeda pada media sosial ini merupakan hal positif yang berpotensi meningkatkan partisipasi dan pengetahuan politik pengguna media.

Social media is increasingly being used for community needs, including political education. Through the implementation of the mediatization of political communication concepts in social media that focuses on the study of political education content, this paper aims to explore how social media serves as educational political space by the younger generation. The author identifies social media as having various characteristics providing diverse political education contents. This paper discusses three points: social media with visual characteristics, social media with audio characteristics, and social media with audio-visual characteristics. Through this classification, the author identifies content with different characteristics on social media as a positive factor that potentially increases the participation and political knowledge of media users.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Priyo Adianto
"Istilah jejaring media sosial (social media) menunjuk pada sebuah teknologi berbasiskan media baru Internet yang bersifat mobile dan mengubah pola komunikasi satu arah yang ada pada media tradisional, menjadi pola komunikasi multi-arah. Pengaruh internet dan jejaring media sosial terhadap partisipasi politik masih menjadi perdebatan di antara berbagai kalangan. Penelitian ini mencoba untuk mengeksplorasi cara penggunaan jejaring media sosial dalam konteks partisipasi politik serta motivasi yang melatar-belakangi penggunaan tersebut. Penelitian ini menemukan bahwa karakteristik percakapan adalah karakter yang dominan terlihat dalam penggunaan jejaring media sosial untuk partisipasi politik. Penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat tiga motivasi pengguna media sosial dalam memanfaatkan media tersebut untuk partisipasi politik, yaitu motivasi ekonomi, motivasi untuk menunaikan tugas warga negara, dan motivasi untuk merealisasikan kepedulian sosial. Berdasarkan kategorisasi pengguna media sosial menurut Zhao, Wu, Zhu, dan Meng (2010), pengguna yang melakukan partisipasi politik sempit tergolong sebagai peripheral participants, sedangkan pengguna yang melakukan partisipasi sesuai model consensus democracy dan partisipasi luas sudah tergolong pengguna active contributors maupun core contributors.

The term "Social Media" refers to a form of technology based on the new media which has a mobile characteristic and changed the old pattern of one way communication into a multi-way communication. The effects of the Internet and Social Media in the political participation context still remain a subject of debate from various parties. This research tries to explore the method of usage of social media in the political participation context and also the motifs that initiated such usage. This research has found that conversation characteristic is the dominant character existed in the method of usage of social media in the political participation context. This research also found that there are three motives that motivates users in using social media for participating in politics: economical motivations, citizenship motivations, and social solidarity motivations. Based on the users classification of Zhao, Wu, Zhu, and Meng (2010), users that participated in narrow scoop of participation can be categorized as peripheral participants, while other users that participated in politics according to the consensus democracy model or wide scoop of participation can be categorized in active contributors and core contributors."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T32691
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairclough, Norman
London: Hodder Education, 1995
302.23 FAI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Christanto Paulus Rumapea
"Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kontroversi penundaan pemilu 2024 dan tagar Jokowi 3 Periode di media sosial Twitter yang menyita perhatian publik Indonesia pada tahun 2022 dan awal tahun 2023. Kontroversi ini menjadi bentuk propaganda yang dilakukan pihak tertentu dengan tujuan tersembunyi. Menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus, peneliti menggunakan data dari sejumlah literatur dan dokumen terkait, serta wawancara terhadap sejumlah narasumber sebagai dasar dilakukan analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan, propaganda penundaan pemilu 2024 dan Jokowi 3 Periode mengancam dan berisiko terhadap berkembangnya berita bohong/menyesatkan (hoax), pesan provokatif dan ujaran kebencian. Walaupun polarisasi belum terindikasi terjadi, namun propaganda ini tetap berpotensi menimbulkan polarisasi masyarakat di masa yang akan datang. Di samping itu, kontroversi ini juga mengancam kepercayaan masyarakat terhadap kualitas demokrasi Indonesia dan terganggunya stabilitas politik setahun menjelang pemilu 2024. Adapun teknik propaganda yang dijalankan mencakup tujuh teknik yaitu Name Calling, Glittering Generality, Transfer, Testimony, Plain Folks, Card Stacking dan Band Wagon. Sementara itu, dalam konteks strategi upaya pencegahan, pengawasan dan penindakan kontroversi ini berupa strategi pengelolaan informasi dan strategi kolaborasi pengawasan dengan meningkatkan kerjasama pertukaran data dalam konsep fusion center. Pihak terkait juga perlu melakukan pemetaan pada ancaman dan pihak yang berpotensi memiliki kaitan dengan penanganan suatu isu.

This research is motivated by the controversy over the postponement of the 2024 election and the hashtag Jokowi 3 Periods on social media Twitter which has captured the attention of the Indonesian public in 2022 and early 2023. This controversy has become a form of propaganda carried out by certain parties with hidden goals. Using a qualitative approach and case study method, the researcher uses data from a number of related literature and documents, as well as interviews with a number of informants as a basis for analysis. The results of this study show that propaganda for the postponement of the 2024 and Jokowi 3 Period elections threatens and risks the development of fake/misleading news (hoaxes), provocative messages and hate speech. Even though polarization has not yet been indicated to occur, this propaganda still has the potential to cause polarization in society in the future. Besides that, this controversy also threatens public trust in the quality of Indonesian democracy and disrupts political and governmental stability a year before the 2024 election. The propaganda techniques that are implemented include seven techniques namely Name Calling, Glittering Generality, Transfer, Testimony, Plain Folks, Card Stacking and Band Wagons. Meanwhile, in the context of the strategy for preventing, monitoring and taking action this controversy is in the form of an information management strategy and a collaborative monitoring strategy by increasing collaborative data exchange in the fusion center concept. Related parties also need to map threats and parties that have the potential to be related to the handling of an issue. "
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Dwi Restanty
"Multimodal studies on various brand activities in social media have been prevalent. However, multimodal analysis for social media branding as a contributing factor to communicating branding messages is limited. In this research paper, the commercial skincare brand Drunk Elephant (DE), and its skincare “smoothie” Instagram publishments are examined to provide a closer inspection of multimodality in social media branding. This paper employs Generic Structure Potential (GSP) proposed by Yuen (2004) and Visual Grammar theory by Kress & Van Leeuwen (2006) to identify specified multimodal elements and analyze their interactions as well as composition as complete multimodal texts. This study illustrates how arrangements of visual and linguistic elements in DE’s multimodal texts presented the brand’s multimodality. These construct a versatile and salient social media branding and convey certain messages that highlight the brand’s communicated value. This study offers a critical discussion for the less-conversed topic through a close examination of a brand’s branding effort while stimulating expansion for other possible related research topics.

Berbagai studi multimodal terhadap aktivitas brand dalam media sosial sering dilakukan. Namun, analisis melalui pendekatan multimodal terhadap branding media sosial sebagai pendukung komunikasi pesan brand belum banyak ditelusuri. Dalam artikel ini, aspek modality branding media sosial sebuah brand kecantikan Drunk Elephant (DE) dan Skincare “Smoothies” sebagai salah satu upaya branding akan ditelaah kemudian dianalisis. Artikel ini menggunakan Generic Structure Potential (GSP) oleh Yuen (2004) dan Visual Grammar theory oleh Kress & Van Leeuwen (2006) sebagai landasan kerangka analisis untuk mengidentifikasi berbagai elemen multimodal secara spesifik kemudian menganalisis interaksi dan komposisinya sebagai teks multimodal yang lengkap. Artikel ini mengilustrasikan bagaimana kombinasi susunan unsur visual dan linguistik dalam teks multimodal DE menggambarkan aspek multimodality yang kemudian menyampaikan branding media sosial yang unik dan fleksibel. Selain itu, pesan yang menonjolkan nilai-nilai brand juga tersalurkan lewat branding media sosial mereka. Studi ini menyajikan diskusi kritis untuk topik yang belum banyak ditelusuri juga membantu memperluas topik penelitian lainnya yang terkait."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>